BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar - Retno Adi Nugroho BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa

  jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.

  Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya , yaitu “hasil” dan “belajar”. Menurut Purwanto (2011:44) pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkanberubahnya input secara fungsional. Tujuan pengajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur.

  Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Dengan memperhatikan berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

  Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik .

  Menurut Iskandar (2009:126) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik, tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

  Hasil belajar dapat dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian, kecakapan, atau kemampuan seseorang dimana proses kepandaian itu terjadi tahap demi tahap. Hasil belajar diwujudkan dalam lima kemampuan yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, kemampuan motorik dan sikap (Sudjana,1988:45).

  Terdapat tiga dimensi hasil belajar, yaitu dimensi kognitif, dimensi afektif dan dimensi psikomotorik. Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir mengetahui dan masalah seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintetis, analisis dan pengetahuan evaluatif. Dimensi efektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Sedangkan dimensi psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan ketrampilan motorik (Bloom dalam Sudjana,1988:46).

  Darsono (2000:110) menguraikan lebih jauh bahwa hasil belajar siswa adalah perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif.

  Keterampilan/ psikomotor, dan nilai sikap/ afekif sebagai akibat interaksi aktif dengan lingkungan.

  Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar berupa tingkah laku siswa yang meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif setelah mereka memperoleh pengalaman belajar.

  Cara dan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan belajar berbeda-beda, masing- masing siswa bersifat unik, artinya kondisi fisik, mental dan sosial mereka berbeda satu sama lain. Perbedaan ini menyebabkan hasil belajar mereka tidak sama. Sutadi (1996: 62) mengemukakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana siswa mencapai tujuan belajarnya, guru tidak hanya melihat sepintas karena tidak akan diperoleh gambaran yang obyektif, untuk itu diperlukan kegiatan evaluasi yang lebih menyeluruh, berkesinambungan dan obyektif.

  Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menialai secara afektif proses dan hasil belajar. Hasil belajar siswa akan dapat ditingkatkan dengan baik dan maksimal apabila kegiatan pembelajaran dikembangkan dengan prinsip-prinsip belajar yang tepat.

2. Ciri- ciri Hasil Belajar

  Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) membagi beberapa ciri-ciri hasil belajar sebagai berikut.

  a. Hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan sikap dan cita-cita b. Adanya perubahan mental dan perubahan jasmani c. Memiliki dampak pengajaran dan pengiring.

3. Jenis-jenis Hasil Belajar

  Bloom (dalam Sudjana, 2011: 23-31) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

  a. Ranah kognitif Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:

  1) Pengetahuan (knowledge) Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana mengguankan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan dalam membuat kalimat. 2) Pemahaman

  Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan.

  3) Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

  Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. 4) Analisis

  Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

  5) Sintesis Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dimana menyatukan unsur-unsur menjadi integritas. 6) Evaluasi

  Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode, dll.

  b. Ranah afekif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

  b. Ranah psikomotoris

  Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

  Gogne membagi hasil belajar dalam 5 kategori, yaitu (dalam 2011):

  a) Informasi verbal. Informasi verbal adalah kesanggupan untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentukbahasa, baik lisan maupun tulis. Pemilikan informasi verbal memugkinkan individu berperan dalam kehidupan.

  b) Keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang keterampilan intelektual sendiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi,dan prinsip c) Strategi kognitif. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah

  d) Sikap. Sikap Adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut e) Keterampilan motorik. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan rangkaian tegas jasmani dalam urusan dankoordinasi, sehingga berwujud otomatisme gerak jasmani.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Sudjana (2002:22) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

  Kedua faktor tersebut adalah a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Yang dapat dikategorikan faktor biologis antara lain usia kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikatagorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

  b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri siswa. Dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik. Menurut Purwanto (2011:106-107) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

  Untuk memahami kegiatan yang disebut “belajar”, perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat di dalam kegiatan belajar itu. Faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang dapat di ikhtisarkan sebagai berikut :

  Faktor:

  a. Luar yaitu : (a) lingkungan (b) instrumental 1) Lingkungan yaitu : alam dan sosial.

  2) Instrumental yaitu : kurikulum/bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana dan fasilitas, dan administrasi/manajemen.

  b. Dalam yaitu : (a) fisiologi (b) psikologi 1) Fisiologi yaitu : kondisi fisik dan kondisi panca indra.

  2) Psikologi yaitu : bakat, minat, kecerdasan, motifasi, dan kemampuan kognitif.

  5. Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar

  Menurut Purwanto (2011:46) tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan bersifat ideal, sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat berkurang kepada tujuan pendidikannya.

  Hasil belajar perlu dievaluasi. Menurut Purwanto (2011:47) Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar.

  6. Domain Hasil Belajar

  Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran adalah usaha mengadakan perubahan perilaku dengan mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Perubahan dalam kepribadian ditunjukan oleh adanya perubahan perilaku akibat belajar.

  Menurut Purwanto (2011: 48-49) domain hasil belajar adalah perilaku- perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain: kognitif, afektif dan psikomotorik. Potensi perilaku untuk diubah, pengubahan perilaku dan hasil perubahan perilaku dapat di gambarkan sebagai berikut:

  INPUT PROSES HASIL Siswa: Proses belajar Siswa:

  1. Kognitif mengajar 1. kognitif

  2. Afektif 2. afektif

  3. Psikomotorik 3. psikomotori k Potensi perilaku yang Usaha mengubah Perilaku yang telah dapat diubah perilaku berubah:

  1. Efek pengajaran

  2. Efek pengiring Setiap siswa mempunyai potensi untuk dididik. Potensi itu merupakan perilaku yang dapat diwujudkan menjadi kemampuan nyata. Potensi jiwa yang dapat diubah melalui pendidikan meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan atau pembelajaran adalah usaha untuk mengubah potensi perilaku kejiwaan agar mewujud menjadi kemampuan. Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan menyangkut domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

  Hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran (instructional affect) maupun hasil sampingan pengiring (nurturant affect). Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran. Sedangkan hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai. Misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran PPKn yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar guru.

7. Taksonomi Hasil Belajar

  Menurut Purwanto (2011: 50-53) mengatakan bahwa taksonomi Hasil Belajar menjadi 3 yaitu:

a. Kognitif

  Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi eliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena belajar melibatkan otak maka perubahan perilaku akibatnya juga terjadi dalam otak berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk menyeleseikan masalah.

  Hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal. Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang.

b. Afektif

  Taksonomi hasil belajar afektif ada lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar disusun secara hirarkhis mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.

  Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya. Partisipasi atau merespon (responding) adalah kesediaan memberikan respon dengan berpartisipasi. Pada tingkat ini siswa tidak hanya memberikan perhatian kepada rangsangan tapi juga berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan. Penilaian atau penentuan sikap (valuing) adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut. Organsai adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. Internalisasi nilai atau karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai- nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

c. Psikomotorik

  Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarkhi hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun dalam urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi dan kompleks. Hasil belajar tingkat yang lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Hasil belajar psikomotorik dapat di klasifikasikan menjadi enam: gerakan refleks, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata.

  Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar psikomotorik yang paling rendah. Persepsi adalah kemampuan membedakan sesuatu gejala dengan gejala lain. Kesipan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan. Misalnya kesiapan menempatkan diri sebelum lari,menari,mengetik,memperagakan sholat, mendemonstrasikan penggunaan termometer dan sebagainya. Gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan. Gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena latihan beruang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Gerakan kompleks (adaptation) adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat. Kreativitas (origination) adalah kemampuan menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal.

8. Tes Hasil Belajar

  a. Pengertian Tes Hasil Belajar Menurut Purwanto (2011:66)Tes hasil belajar (THB) merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut.

  Mengajar adalah mengorganisasikan fasilitas dan lingkungan yang memungkinkan siswa belajar. Mengajar dilakukan untuk mengusahakan perubahan perilaku yang diinginkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Fasilitas dan lingkungan yang disediakan dalam pembelajaran membuat siswa belajar.

  Belajar adalah usaha siswa menimbulkan perubahan perilaku dalam dirinya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan mengajar dan belajar menimbulkan perubahan perilaku tertentu dalam berbagai ranah kejiwaan siswa. Perubahan perilaku sesuai dengan tujuan pembelajaran yang terjadi akibat proses belajar dan mengajar merupakan hasil belajar.

  THB dilakukan untuk mengukur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh para siswa. Dalam mengukur hasil belajar, siswa didorong untuk menunjukan penampilan maksimalnya. Dari penampilan maksimal yang ditunjukan dalam jawaban atas THB dapat diketahui penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dan dipelajari. b. Macam Tes Hasil Belajar THB dapat dikelompokan ke dalam beberapa kategori. Menurut peranan fungsionalnya dalam pembelajaran, THB dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik dan tes penempatan (Purwanto, 2011: 67-70): 1) Tes Formatif

  Kata formatif berasal dari kata dalam bahasa ingg ris “o form” yang berarti membentuk. Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar mengajar. Setiap program atau pokok bahasan membentuk perilaku tertentu sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajarannya.

  2) Tes sumatif Kata sumatif berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “sum” yang artinya jumlah atau total. Tes sumatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti catur wulan atau semester.

  Setelah semua materi selese disampaikan, maka evaluasi dilakukas atas perubahan perilaku yang terbentuk pada siswa setelah memperoleh semua materi pelajaran. 3) Tes diagnostik

  Evaluasi hasil belajar mempunyai fungsi diagnostik. THB yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi diagnostik adalah tes diagnostik.

  Dalam evaluasi diagnostik, THB digunakan untuk mengidentifikasi siswa- siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi. Berdasarkan pemahaman mengenai siswa bermasalah dan masalahnya maka guru dapat mengusahakan pemecahan masalah yang tepat sesuai dengan masalahnya.

  4) Tes penempatan Tes penempatan (placement test) adalah pengumpulan data THB yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Pengelompokan dilakukan agar pemberian layanan pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan minat dan bakat siswa. Dalam praktik pembelajaran penempatan merupakan hal yang banyak dilakukan. Misalnya: siswa yang masuk ke sekolah menengah atas memperoleh tes penempatan untuk menempatkan siswa ke dalam kelompok IPS, IPS atau Bahasa.

B. Model Pembelajaran Picture and Picture

  Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis (Eko, 2011).

  Menurut Johnson & Johnson (eko,2012) , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:

  1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

  2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

  3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

  4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

  5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

  6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

  Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture (Muin, 2012) Kelebihan: 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

  2. Melatih berpikir logis dan sistematis.

  3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasa dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.

  Kekurangan:

  1. Memakan banyak waktu 2. Banyak siswa yang pasif.

  3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.

  Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut (Taniredja, dkk., 2011: 100-101):

  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

  3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.

  4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar- gambar secara logis

  5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

  6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

  7. Kesimpulan/rangkuman.

C. Sikap Positif Terhadap Pelaksanaan Demokrasi

  Praktik-praktik Demokrasi dalam kehidupan sehari-hari (Zamrud Nuri, tt: 11-12) :

  1. Praktik demokrasi dalam kehidupan keluarga Adapun arti penting kehidupan demokratis dalam kehidupan keluarga antara lain; a. Meningkatkan rasa kasih sayang di antara sesama angota keluarga.

  b. Terjalinnya komunikasi yang akrab dan harmonis, sebab semua kehendak/keinginan keluarga dapat disalurkan.

  c. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban masing-masing anggota keluarga, sebab dalam pembagiannya melibatkan semua anggota keluarga.

  2. Pentingnya kehidupan demokratis dalam kehidupan sekolah Adapun arti penting kehidupan demokratis dalam kehidupan keluarga antara lain: a. Meningkatkan rasa kasih sayang disesama warga sekolah

  b. Terjalinnya komunikasi yang akrab dan harmonis, sebab semua kehendak /keinginan keluarga dapat disalurkan c. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lebih berhasil dan berdaya guna, karena di dalam suasana yang demokratis siswa lebih aktif dan partisipasif tidak memiliki rasa takut terhadap guru.

  3. Pentingnya kehidupan demokratis dalam kehidupan masyarakat

  a. Menghilangkan rasa saling curiga di antara sesama anggota masyarakat b. Meningkatkan terjalinnya kasih sayang diantara sesama anggota masyarakat c. Terjalinnya komunikasi yang akrab dan harmonis diantara sesama anggota masyarakat

  4. Pentingnya kehidupan demokratis dalam kehidupan kenegaraan Adapun arti penting kehidupan demokratis dalam kehidupan kenegaraan antara lain: a. Terhindarnya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pejabat terhadap bawahan atau rakyatnya, karena demokrasi anti terhadap kekerasan b. Terjalinnya komunikasi yang baik, akrab dan harmonis antara pejabat dengan pejabat dan pejabat dengan rakyatnya c. Makin lancarnya penyelenggaraan negara, karena semua pejabat bekerja dengan senang.

  Sikap Demokratis dalam kehidupan masyarakat (Gesang, Subagyo, dkk.,tt: 23-24) :

  1. Di lingkungan keluarga :

  a. Membiasakan tidak memaksakan kehendak kepada sesama anggota keluarga.

  b. Membiasakan bermusyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama c. Mengembangkan diri agar lebih berguna untuk kepentingan keluarga

  2. Di lingkungan sekolah :

  a. Memilih pengurus kelas dengan jalan musyawarah mufakat dan/voting

  b. Menyelesaikan masalah bersama setiap warga sekolah dengan mengutamakan kepentingan bersama c. Melaksanakan kegiatan gotong royong dalam rangka menjaga kebersihan sekolah

  3. Di lingkungan masyarakat :

  a. Memilih pengurus RT dan RW secara demokratis

  b. Mengambil keputusan secara musyawarah dalam menentukan bantuan untuk meringankan warga yang terkena musibah c. Melaksanakan kegiatan gotong royong untuk menjaga kebersihan lingkungan

  4. Di lingkungan berbangsa dan bernegara :

  a. Melaksanakan pemilu dengan penuh rasa tanggung jawab

  b. Menghormati hak-hak asasi manusia c. Melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. KERANGKA PEMIKIRAN

  Hasil Belajar di SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto hasilnya rendah pada kompetensi dasar sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi, dikarnakan pembelajaran lebih banyak dengan metode ceramah dan pembelajaran yang monoton sehingga siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti dengan rata-rata nilai ulangannya pada tahun 2009/2010 sebesar 66,3 dengan KKM 71, 2010/2011 sebesar 68,7 dengan KKM 71 dan tahun ajaran 2011/2012 sebesar 71,4 dengan KKM 75.

  Untuk meningkatkan hasil belajar pada kompetensi dasar sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi peneliti menggunakan model pembelajaran Picture And Picture .

  Dengan adanya model pembelajaran Picture And Picture diharapkan hasil belajar meningkat pada kompetensi dasar sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi

E. Hipotesis

  Model pembelajaran Picture And Picture dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi kelas VIII B SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto.