PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN STRETCHING INTERCOSTALIS PADA LATIHAN MOBILISASI SANGKAR THORAKS TERHADAP PENINGKATAN PENGEMBANGAN THORAKS PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN STRETCHING INTERCOSTALIS

  

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN

STRETCHING INTERCOSTALIS PADA LATIHAN

MOBILISASI SANGKAR THORAKS TERHADAP

PENINGKATAN PENGEMBANGAN THORAKS

PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS

(PPOK)

NASKAH PUBLIKASI

  Disusun oleh: Sandratia Eka Febrianggi

  1610301284

  

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

  

2018

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN STRETCHING

  INTERCOSTALIS PADA LATIHAN MOBILISASI SANGKAR

THORAKS TERHADAP PENINGKATAN PENGEMBANGAN

THORAKS PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS

(PPOK)¹

  

Sandratia Eka Febrianggi², Rizky Wulandari³

ABSTRAK

  

Latar Belakang: Penurunan pengembangan sangkar thoraks, penurunan aktivitas

  dan penurunan endurance karena PPOK di RS Khusus Paru Respira sebesar 40% dengan umur di atas 50 tahun dari 270 pasien, di RS PKU Bantul dan RS PKU Kota 10% dari 30 pasien PPOK. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan stretching intercostalis dan latihan mobilisasi sangkar thoraks terhadap pengembangan thoraks pada pasien PPOK. Metode: Penelitian ini menggunakan

  

quasi-experimental dengan pre and post test two group design. Jumlah sampel 10

  orang dibagi 2 kelompok. Kelompok I latihan mobilisasi sangkar thoraks dan kelompok II stretching intercostalis dan latihan mobilisasi sangkar thoraks selama 6 minggu, 2 kali seminggu, diukur menggunakan midline menggunakan uji paired

  

sample t-test, wilcoxon, independent t-test dan mann-whitney Hasil: Ada pengaruh

  latihan mobilisasi sangkar thoraks terhadap peningkatan pengembangan thoraks pada pasien PPOK pada intercostal tiga (p=0,001), thoraks lima (p=0,007), prosesus

  

xiphoid p= 0,005 dan thoraks sepuluh p=0,009. Ada pengaruh penambahan

stretching intercostalis dan latihan mobilisasi sangkar thoraks pada intercostal tiga

  (p=0,012) dan thoraks lima (p=0,037) serta tidak ada pengaruh penambahan pada

  

prosesus xiphoid p= 0,111 dan thoraks sepuluh p=0,279 terhadap peningkatan

  pengembangan thoraks pada pasien PPOK. Hasil analisis pada intercostalis tiga (p=0,088), thoraks lima (p=0,786), prosesus xiphoid p=0,825 dan thoraks sepuluh

  

p= 0,072. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan pengaruh penambahan stretching

intercostalis dan latihan mobilisasi sangkar thoraks terhadap peningkatan

  pengembangan thoraks pada pasien PPOK pada titik intercostal tiga, thoraks lima,

  

procesus xiphoid dan thoraks sepuluh. Saran: Melakukan penelitian untuk

meningkatkan pengembangan thoraks pada pasien PPOK.

  

Kata Kunci : PPOK, mobilisasi sangkar thoraks, stretching intercostalis, midline

  ¹Judul Skripsi ²Mahasiswa Program Studi Fisioterapi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta ³Dosen Program Studi Fisioterapi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

  

DIFFERENT IMPACT OF ADDING STRECHING INTERCOSTALIS ON

THORAX MOBILIZATION EXERCISE TO THE INCREASE OF THORAX

  1 DEVELOPMENT ON CHRONIC OBSTRUCTIVE LUNGS DISEASE

  2

  3 Sandratia Eka Febrianggi , Rizky Wulandari

ABSTRACT

Background: Decrease of thorax development, decrease of activity, and decrease of

  endurance happen since chronic obstructive lungs disease at Respira Lungs Specialist Hospital reached 40% patients aged upper 50 years old from 270 patients. At PKU Bantul and PKU Yogyakarta City, the incidences of chronic obstructive lungs disease reached 10% among 30 patients with chronic obstructive lungs disease.

  

Objective: The aim of the study was to analyze different impact of adding stretching

  intercostalis and thorax mobilization exercise to thorax development on patients with chronic obstructive lungs disease. Method: The study applied quasi experimental with pre and post test two group design. The samples were 10 patients divided into two groups. Group I got thorax mobilization exercise, and group II received stretching intercostalis and thorax mobilization exercise during 6 weeks with twice a week frequency measured by midline and paired sample t-test, wilcoxon, independent t-test, and mann-whitney. Result: There was impact on thorax mobilization exercise to the increase of thorax development on patients with chronic obstructive lungs disease on three intercostals (p=0.001), five thorax (p=0.007), proseus trenching intercostalis and thorax mobilization exercise in three intercostals (p=0.012) and five thorax (p=0.037), and there was no different impact of adding the exercise on prosesus xiphoid p=0.111 and ten thorax p=0.279 to the increase of thorax development on chronic obstructive lungs disease. The result of the analysis on three intercostalis (p=0.088), five thorax (p=0.786), prosesus xiphoid p = 0.825, and ten thorax p=0.072. Conclusion: There was no different impact of adding stretching intercostalis and thorax mobilization exercise to the increase of thorax development on patients with chronic obstructive lungs disease on spots of third intercostals, fifth thorax, procesus xiphoid, and tenth thorax. Suggestion: It is suggested that further researchers conduct research to increase thorax development on patients with chronic obstructive lungs disease.

  Keywords : Chronic obstructive lungs disease, thorax mobilization, stretching intercostalis, midline References : 2007-2017

  1 Thesis title

  2 Student of Physical Therapy Program, Health Sciences Faculty, ‘Aisyiyah

  University of Yogyakarta

  3 Lecturer of Health Sciences Faculty, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta

  Data prevalensi PPOK yang terkait dengan usia dan merokok bervariasi pada setiap negara diseluruh dunia. Berdasarkan pada kriteria yang di tetapkan oleh British Thoracic Society (BTS) prevalensi PPOK sebesar 7,6%, sedangkan menurut Europe Respiratory Society (ERS) dan Global Initiative for Chronic Obstruction Lung Disease prevalensinya berkisara antara 14% sampai 14,1%, sementara prevalensi PPOK yang di tetapkan oleh American Thoracic

  2009).

  peningkatan respon inflamasi di saluran udara dan paru

  progresif dan berkaitan dengan

  PPOK dapat digolongkan sebagai penyakit paru yang dapat dicegah dan ditanggulangi, ditandai dengan hambatan aliran udara yang bersifat terus- menerus yang biasanya

  partikel atau gas (Kaplan, 2013).

  progresif dan terkait dengan respon inflamasi abnormal paru-paru terhadap

  Menurut Parmar & Anjali (2015) yang dimaksud penyakit paru obstruktif kronik adalah penyaki yang mengakibatkan kelemahan otot pernafasan kronis sehingga terjadi pengurangan volume paru dan kapasitas vital (VC) dan terdapat penurunan distensibility paru dengan pembatasan volume paru. Komponen paru yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara tidak sepenuhnya reversible bersifat

  pneumonia (Leelarungrayub, et al.

  • – paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya. Partikel atau gas beracun dengan pengaruh faktor awal yang dapat menimbulkan sel-sel inflamasi mengeluarkan enzim protease dan menimbulkan stress oksidatif. Pada keadaan normal protease yang berlebihan aktifitasnya dapat dihambat oleh antiprotease dan stress oksidatif akan diredam oleh antioksidan (GOLD, 2015).

  PPOK. PPOK atau penyakit paru obstruktif kronik merupakan suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Penyakit paru yang bersifat kronis dengan prevalensi tinggi dan dapat dikaitkan dengan infeksi paru-paru atau

  bronkus, bronkiolus dan alveolar serta emfisema sebagai bentuk utama

  Menurut Dreeben (2014) yang dimaksud dengan PPOK adalah gangguan pernafasan yang mempengaruhi volume ekspirasi normal yang menyebabkan penyempitan serta perusakan jaringan

  43 zat bersifat kasinogenik yang memicu sel kanker. Penyakit yang ditimbulkan karena merokok juga bervariasi yaitu jantung koroner, stroke, kanker dan penyakit paru- paru. Penyakit paru- paru yang disebabkan oleh asap rokok salah satunya adalah penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Perbandingan PPOK 30 kali lebih besar pada perokok dibanding dengan bukan perokok, dan kurang lebih 15- 20% perokok akan mengalami PPOK (Ikawati, 2007).

  Merokok merupakan perubahan gaya hidup yang negatif, merokok mengandung lebih dari 4000 zat berbahaya,

  Pernafasan merupakan hal penting dalam kehidupan individu. Individu yang mengalami kesulitan dalam pernafasan akan merasakan ketidaknyamanan dalam semua aktivitas sehingga individu tersebut mengurangi hingga membatasi kegiatan. Respirasi atau pernafasan adalah suatu sistem yang memfasilitasi masuknya oksigen ke dalam aliran darah dan pertukaran terhadap gas karbondioksida dalam tubuh. Paru

  PENDAHULUAN

  • – paru merupakan komponen utama dalam sistem respirasi yang bersifat elastis.

  intercostalis dilakukan

  thoraks dilakukan 6 minggu (Kim, et al. 2015).

  Prevalensi jumlah penderita PPOK di Indonesia paling tinggi terdapat di Nusa tenggara Timur (10%),diikuti Sulawesi Tengah (8,0%), Sulawesi barat dan Sulawesi Selatan masing - masing (6,7%).

  Penelitian yang dilakukan oleh Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes),Departemen Kesehatan bahwa Provinsi D.I Yogyakarta memiliki pravalensi penyakit paru obstruksi kronis ( PPOK ) sebesar 3,1 per 1000 penduduk dengan angka nasional sebesar 3,7 per 1000 penduduk ( Rikesda, 2013 ).

  Data pasien yang mengalami PPOK pada RS PKU Muhammadyah Bantul 3 bulan terakhir sebanyak 30 pasien rawat jalan dengan penurunan pengembangan thoraks dalam dua bulan terakhir sebanyak 10%. Data pasien yang mengalami PPOK pada RS PKU Muhammadyah Yogyakarta 3 bulan terakhir sebanyak 30 pasien rawat jalan dengan penurunan pengembangan thoraks dalam dua bulan terakhir sebanyak sebanyak 10%. Studi pendahuluan pada RS Paru Respira Yogyakarta tahun 2017 pada 3 bulan terakhir pelayanan rawat jalan mencapai kasus sebanyak 1572, pasien laki

  sehingga selanjutnya untuk menguji hipotesis 1 dan 2 dilakukan menggunakan uji paired sample t test dan wilcoxon . Uji homogenitas menggunakan

  wilk test. Distribusi data normal

  sangkar thoraks. Variabel terikat penelitian ini adalah peningkatan pengembanagn thoraks pada penyakit paru obstruktif kronis. Etika dalam penelitian memperhatikan persetujuan dari responden, kerahasiaan responden, keamanan responden, dan bertindak adil. Untuk mengetahui distribusi data dilakukan uji saphiro

  intercostalis dan latihan mobilisasi

  Variabel bebas dalam penelitian ini adalah stretching

  Pada penelitian ini digunakan 2 kelompok perlakuan, kelompok 1 diberikan latihan

  stretching intercostalis dan kelompok

  2 diberikan latihan mobilisasi sangkar thoraks. Sebelum diberikan perlakuan 2 kelompok tersebut diukur pengembangan thoraks dengan menggunakan alat ukur midline , setelah dilakukan intervensi kembali dilakukan pengukuran sebagai evaluasi. Latihan stretching

  Society (ATS) mencapai 34,1% (GOLD, 2015).

  2 kali seminggu dalam 6 minggu (Kaku, et

  al . 2012). Latihan mobilisasi sangkar

  • – laki 270 dan pasien perempuan 188 dengan penurunan pengembangan thoraks dalam tiga bulan terakhir sebanyak 40% pasien (Data RM RS Paru Respira, 2017).

  . Rancangan ini digunakan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan latihan stretching intercostalis pada latihan Mobilisasi Sangkar Thoraks terhadap peningkatan pengembangan thoraks pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

  group design

  yang digunakan pre and post test two

  quasi eksperimental , dan rancangan

  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

  Lavene’s test. Data

  yang homogen dan normal menggunakan uji independent sample

METODOLOGI PENELITIAN

  t test sedangkan data yang homogen

  dan tidak normal menggunakan uji mann-Whitney untuk uji hipotesis 3. dengan umur 74 tahun (20,0%).

HASIL PENELITIAN

  Sedangkan pada kelompok Penelitian ini bertujuan untuk stretching intercostalis dan mengetahui perbedaan pengaruh latihan mobilisasi sangkar thoraks

  

stretching intercostalis dan latihan terdiri dari 5 kelompok umur

  mobilisasi sangkar thoraks terhadap yaitu 1 orang dengan umur 56 peningkatan pengembangan thoraks tahun (20,0%), 1 orang dengan pada PPOK. Sampel dalam penelitian umur 57 tahun (20,0%), 1 orang ini adalah pasien PPOK di RS Khusus dengan umur 62 tahun (20,0%), 1 Paru Respira Yogyakarta yang orang dengan umur 67 tahun mengalami penurunan pengembangan (20,0%), 1 orang dengan umur 71 thoraks dan bersedia mengikuti tahun (20,0%). penelitian, pengambilan sampel pada

  b. Responden Distribusi penelitian ini menggunakan teknik Berdasarkan Riwayat Merokok

  

purposive sampling yaitu sampel Tabel 4.2 Distribusi Responden

  dipilih oleh peneliti melalui Berdasarkan Riwayat Merokok serangkaian proses asesmen. pada Pasien PPOK RS Khusus a. Responden Paru Respira, Yogyakarta

  Distribusi Berdasarkan Umur (Desember, 2017)

  Kelompok

Tabel 4.1 Distribusi Responden

  Kelompok SIC dan

  Berdasarkan Umur pada Pasien

  MST MST

  PPOK RS Khusus Paru Respira,

  Umur Riwa Riwa

  Yogyakarta (Desember, 2017)

  yat yat % %

  Kelompok Kelompok

  Mero Mero

  MST SIC dan MST Umur

  kok kok

  n % n %

  56 Ya 20,0

  57 Ya 20,0 Ya 20,0

  56 1 20,0

  62 Ya 20,0

  57 1 20,0 1 20,0

  67 Ya 20,0 Ya 20,0

  62 1 20,0

  70 Ya 40,0

  67 1 20,0 1 20,0

  71 Ya 20,0

  70 2 40,0

  71 1 20,0

  74 Ya 20,0

  74 1 20,0

  Jumlah 5 100 5 100

  Jumlah 5 100 5 100 Berdasarkan tabel 4.2, distribusi responden berdasarkan

  Berdasarkan tabel 4.1, riwayat merokok pada kelompok distribusi responden berdasarkan latihan mobilisasi sangkar thoraks umur pada kelompok latihan adalah 100%. Responden pada mobilisasi sangkar thoraks adalah kelompok stretching intercostalis lebih banyak responden dengan dan latihan mobilisasi sangkar umur 70 tahun sebanyak 2 orang. thoraks adalah 100%. Responden pada kelompok latihan mobilisasi sangkar thoraks terdiri dari 4 kelompok umur yaitu 1 orang dengan umur 57 tahun (20,0%), 1 orang dengan umur 67 tahun (20,0%), 2 orang dengan umur 70 tahun (40,0%), 1 orang

  • – Laki 20,0
  • – Laki 20,0 Laki – Laki 20,0
  • – Laki 40,0

  2 0, Sesu dah

  Intercosta l Tiga Kelomp ok MST Kelomp ok SIC dan

  MST n % n % Sebel um

  0,70 cm 1 20,0 1,20 cm 2 40,0 1,60 cm 1 20,0 1,70 cm

  1

  2 0, 2,10 cm

  2

  4 0, 2,20 cm 1 20,0 2,60 cm

  1

  2 0, 2,90 cm

  1

  • – Laki 20,0

  Berdasarkan Nilai Pengembangan Thoraks di Titik Intercostal Tiga pada Pasien PPOK RS Khusus Paru Respira, Yogyakarta (Desember, 2017).

  1

  2 0, 2,80 cm 1 20,0 3,10 cm

  2 40,0 3,20 cm

  1

  2 0, 3,40 cm

  • – laki 100%.

  2

  2 0, 3,60 cm

  1

  2 0, Jumlah

  5

  2,10 cm 1 20,0 2,20 cm 1 20,0 2,50 cm

  Berdasarkan Nilai Pengembangan Thoraks di Titik Intercostal Tiga

Tabel 4.4 Distribusi Responden

  57 Laki – Laki 20,0 Laki –

  c.

  Distribusi Responden

  Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.3 Distribusi Responden

  Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pasien PPOK RS Khusus Paru Respira, Yogyakarta (Desember, 2017)

  Umur Kelompok MST Kelompok SIC dan MST Jenis

  Kelami n % Jenis

  Kelami n %

  56 Laki

  Laki 20,0

  Distribusi Responden

  62 Laki – Laki 20,0

  67 Laki

  70 Laki

  71 Laki

  74 Laki – Laki 20,0 Jumlah

  5 100 5 100

  Berdasarkan tabel 4.3, distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada kelompok latihan mobilisasi sangkar thoraks adalah laki – laki 100%. Responden pada kelompok

  stretching intercostalis dan

  latihan mobilisasi sangkar thoraks adalah laki

  d.

  1 5 100 Berdasarkan tabel 4.4, Tabel 4.5 Distribusi Responden distribusi responden pada Berdasarkan Nilai Pengembangan kelompok latihan mobilisasi Thoraks di Titik Thoraks Lima sangkat thoraks sebelum intervensi pada Pasien PPOK RS Khusus terdiri dari 4 kelompok nilai pada Paru Respira, Yogyakarta titik intercostal tiga yaitu 1 orang (Desember, 2017) dengan nilai 1,70 cm (20,0%), 2 Kelompok

  Kelompok SIC dan Thorak

  orang dengan nilai 2,10 cm

  MST MST s Lima

  (40,0%), 1 orang dengan nilai 2,60

  n % n %

  cm (20,0%) dan 1 orang dengan

  Sebel 0,90 20,

  nilai 2,90 cm (20,0%). Sedangkan

  1 um cm

  pada kelompok stretching

  1,10 20,

  1 intercostalis dan mobilisasi sangkar cm

  thoraks sebelum intervensi terdiri

  1,30 20,

  dari 4 kelompok nilai di titik

  1 cm intercostal tiga yaitu 1 orang

  dengan nilai 0,70 cm (20,0%), 2

  1,60 20,

  1

  orang dengan nilai 1,20 cm

  cm

  (40,0%), 1 orang dengan nilai 1,60

  1,90 20,

  1 cm

  cm (20,0%) dan 1 orang dengan

  2,20 20,

  nilai 2,20 cm (20,0%). Range pada

  1 cm

  pengembangan thoraks dengan nilai

  2,30 20,

  penurunan normal dibawah 3,00 cm

  1 cm

  • – 5,00 cm. Pada hasil tabel tersebut

  2,50 20,

  1

  dapat disimpulkan bahwa semua

  cm

  mengalami penurunan

  2,60 20,

  1

  pengembangan thoraks. cm

  3,40 20,

  Distribusi responden pada

  1 cm

  kelompok latihan mobilisasi

  1,40 20,

  sangkat thoraks sesudah intervensi

  1 cm

  terdiri dari 4 kelompok nilai pada

  1,80 20,

  1

  titik intercostal tiga yaitu 1 orang

  cm

  dengan nilai 2,50 cm (20,0%), 1

  2,30 20,

  1

  orang dengan nilai 3,20 cm

  cm

  (20,0%), 2 orang dengan nilai 3,40

  2,40 20,

  1

  cm (40,0%) dan 1 orang dengan cm

  Sesud 2,60 20, 20,

  nilai 3,60 cm (20,0%). Sedangkan

  1

  1 ah cm

  pada kelompok stretching

  2,80 20, intercostalis dan mobilisasi sangkar

  1 cm

  thoraks sebelum intervensi terdiri

  3,20 20,

  dari 4 kelompok nilai di titik

  1 cm intercostal tiga yaitu 1 orang

  3,60 20,

  1

  dengan nilai 2,10 cm (20,0%), 1

  cm

  orang dengan nilai 2,20 cm

  3,80 20,

  1

  (20,0%), 1 orang dengan nilai 2,80 cm cm (20,0%) dan 2 orang dengan

  Jumlah 5 100 5 100 nilai 3,10 cm (40,0%).

  Berdasarkan tabel 4.5,

  e. Responden Distribusi distribusi responden pada

  Berdasarkan Nilai Pengembangan kelompok latihan mobilisasi Thoraks di Titik Thoraks Lima sangkar thoraks terdiri dari 5 kelompok nilai pada titik thoraks Tabel 4.6 Distribusi Responden lima sebelum intervensi yaitu 1 Berdasarkan Nilai Pengembangan orang dengan nilai 0,90 cm Thoraks di Titik Prosesus Xiphoid (20,0%), 1 orang dengan nilai 1,10 pada Pasien PPOK RS Khusus Paru cm (20,0%), 1 orang dengan nilai Respira, Yogyakarta (Desember, 1,90 cm (20,0%), 1 orang dengan 2017). nilai 2,20 cm (20,0%) dan 1 orang Kelompo

  Kelompo Prosesus k SIC dengan nilai 2,60 cm (20,0%). k MST dan MST

  Sedangkan pada kelompok

  stretching intercostalis dan Xiphoid n % n %

  mobilisasi sangkar thoraks terdiri dari 5 kelompok nilai pada titik

  Sebel

  thoraks lima yaitu 1 orang dengan

  0,40 cm 1 20,0 um

  nilai 1,30 cm (20,0%), 1 orang

  0,50 cm 1 20,0

  dengan nilai 1,60 cm (20,0%), 1 orang dengan nilai 2,30 cm

  1,40 cm 1 20,0

  (20,0%), 1 orang dengan nilai 2,50 cm (20,0%) dan 1 orang dengan

  1,60 cm 1 20,0

  nilai 3,40 cm (20,0%). Range pada

  1,70 cm 1 20,0

  pengembangan thoraks dengan nilai penurunan normal dibawah 3,00 cm

  1,80 cm 1 20,0

  • – 5,00 cm. Pada hasil tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa ada satu

  2,10 cm 2 40,0

  pasien yang tidak mengalami penurunan pengembangan thoraks.

  2,20 cm 1 20,0

  Distribusi responden pada

  2,50 cm 1 20,0

  kelompok latihan mobilisasi

  1,60 cm 1 20,0

  sangkar thoraks sesudah intervensi

  1,90 cm 1 20,0

  terdiri dari 5 kelompok nilai pada

  2,30 cm 1 20,0

  titik thoraks lima yaitu 1 orang

  Sesu

  dengan nilai 1,40 cm (20,0%), 1

  2,50 cm 2 40,0 dah

  orang dengan nilai 2,60 cm

  2,70 cm 1 20,0 1 20,0

  (20,0%), 1 orang dengan nilai 2,80

  3,10 cm 1 20,0

  cm (20,0%), 1 orang dengan nilai

  3,30 cm 1 20,0 1 20,0

  3,20 cm (20,0%) dan 1 orang dengan nilai 3,60 cm (20,0%).

  Jumlah 5 100 5 100

  Sedangkan pada kelompok

  stretching intercostalis dan

  Berdasarkan tabel 4.6, mobilisasi sangkar thoraks terdiri distribusi responden pada dari 5 kelompok nilai pada titik kelompok latihan mobilisasi thoraks lima yaitu 1 orang dengan sangkar thoraks terdiri dari 4 nilai 1,80 cm (20,0%), 1 orang kelompok nilai pada titik prosesus dengan nilai 2,30 cm (20,0%), 1

  xiphoid sebelum intervensi yaitu 1

  orang dengan nilai 2,40 cm orang dengan nilai 1,40 cm (20,0%), 1 orang dengan nilai 2,60

  (20,0%), 1 orang dengan nilai cm (20,0%) dan 1 orang dengan 1,80 cm (20,0%), 2 orang dengan nilai 3,80 cm (20,0%). nilai 2,10 cm (40,0%) dan 1 orang f. Distribusi Responden Berdasarkan dengan nilai 2,20 cm (20,0%).

  Nilai Pengembangan Thoraks di Sedangkan pada kelompok

  Titik Prosesus Xiphoid

  stretching intercostalis dan latihan mobilisasi sangkar thoraks Kelomp terdiri dari 5 kelompok nilai pada

  Kelomp ok SIC Thoraks titik prosesus xiphoid yaitu 1 ok MST dan

  Sepuluh orang dengan nilai 0,40 cm MST

  (20,0%), 1 orang dengan nilai n % n % 0,50 cm (20,0%), 1 orang dengan

  Sebe 20, nilai 1,60 cm (20,0%), 1 orang 1,20 cm 0 1 lum dengan nilai 1,70 cm (20,0%) dan

  20, 1 orang dengan nilai 2,50 cm 1,30 cm 0

  1 (20,0%). Range pada

  20, pengembangan thoraks dengan 1,40 cm 0

  1 nilai penurunan normal dibawah 3,00 cm

  • – 5,00 cm. Pada hasil

  1,70 cm 1 20,0 tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semua mengalami

  1,80 cm 1 20,0 penurunan pengembangan thoraks dan masuk dalam kriteria

  2,30 cm 2 40,0 penelitian.

  40, 2,50 cm 1 20,0

  2 Distribusi responden pada kelompok latihan mobilisasi 20,

  1,50 cm 0

  1 sangkar thoraks susudah intervensi terdiri dari 4 kelompok

  40, 1,90 cm 0

  2 nilai pada titik prosesus xiphoid yaitu 2 orang dengan nilai 2,50

  20, cm (40,0%), 1 orang dengan nilai 2,10 cm 0

  1 Sesu 2,70 cm (20,0%), 1 orang dengan

  2,50 cm 1 20,0 dah nilai 3,10 cm (20,0%) dan 1 orang

  20, dengan nilai 3,30 cm (20,0%). 3,10 cm 1 20,0

  1 Sedangkan pada kelompok 3,20 cm 1 20,0

  stretching intercostalis dan

  latihan mobilisasi sangkar thoraks 3,60 cm 1 20,0 terdiri dari 5 kelompok nilai pada 3,80 cm 1 20,0 titik prosesus xiphoid yaitu 1

  Jumlah 5 100 5 100 orang dengan nilai 1,60 cm (20,0%), 1 orang dengan nilai

  Berdasarkan tabel 4.7, 1,90 cm (20,0%), 1 orang dengan distribusi responden pada nilai 2,30 cm (20,0%), 1 orang kelompok latihan mobilisasi dengan nilai 2,70 cm (20,0%) dan sangkar thoraks sebelum intervensi 1 orang dengan nilai 3,30 cm terdiri dari 4 kelompok nilai pada (20,0%).

  g. Responden Distribusi dengan nilai 1,70 cm (20,0%), 1

  Berdasarkan Nilai Pengembangan orang dengan nilai 1,80 cm Thoraks di Titik Thoraks Sepuluh.

  (20,0%), 2 orang dengan nilai 2,30

Tabel 4.7 Distribusi Responden cm (40,0%) dan 1 orang dengan

  Berdasarkan Nilai Pengembangan nilai 2,50 cm (20,0%). Sedangkan Thoraks di Titik Thoraks Sepuluh pada kelompok stretching pada Pasien PPOK RS Khusus

  intercostalis dan latihan mobilisasi

  Paru Respira, Yogyakarta sangkar thoraks terdiri dari 4 (Desember, 2017). kelompok nilai pada titik thoraks

  • – 5,00 cm. Pada hasil tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semua mengalami penurunan pengembangan thoraks dan masuk dalam kriteria penelitian.

  0,203 0,449 Thoraks Sepuluh 0,275 0,038

  berdistribusi tidak normal. Nilai p pada kelompok perlakuan

  p <0,05 yang berarti sampel

  berdistribusi normal dan di titik thoraks sepuluh 0,038 dimana

  prosesus xiphoid 0,449 dimana p >0,05 yang berarti sampel

  thoraks lima (0,813), di titik

  intercostal tiga (0,795), di titik

  Nilai p kelompok perlakuan

  0,203 dan di titik thoraks sepuluh 0,275. Nilai p pada kelompok perlakuan I sesudah intervensi di titik intercostal tiga (0,150), di titik thoraks lima (0,617), di titik prosesus xiphoid 0,254 dan di titik thoraks sepuluh 0,795 dimana nilai p>0,05 yang berarti sampel berdistribusi normal.

  prosesus xiphoid

  Berdasarkan tabel 4.9, didapatkan nilai p pada kelompok perlakuan I sebelum intervensi di titik intercostal tiga (0,734), di titik thoraks lima (0,601), di titik

  0,254 0,916 Thoraks Sepuluh 0,795 0,222

  0,617 0,356 Prosesus Xiphoid

  Intercostal Tiga 0,150 0,150 Thoraks Lima

  Sesu dah Inter vensi

  Lima 0,601 0,813 Prosesus Xiphoid

  sepuluh yaitu 1 orang dengan nilai 1,20 cm (20,0%), 1 orang dengan nilai 1,30 cm (20,0%), 1 orang dengan nilai 1,40 cm (20,0%) dan 2 orang dengan nilai 2,50 cm (40,0).

  Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, maka uji normalitas menggunakan uji saphiro wilk test.

  Range pada pengembangan thoraks dengan nilai penurunan normal dibawah 3,00 cm

  Distribusi responden pada kelompok latihan mobilisasi sangkar thoraks sesudah intervensi terdiri dari 5 kelompok nilai pada titik thoraks sepuluh yaitu 1 orang dengan nilai 2,50 cm (20,0%), 1 orang dengan nilai 3,10 cm (20,0%) , 1 orang dengan nilai 3,20 cm (20,0%), 1 orang dengan nilai 3,60 cm (20,0%) dan 1 orang dengan nilai 3,80 cm (20,0%). Sedangkan pada kelompok stretching

  intercostalis dan latihan mobilisasi

  sangkar thoraks terdiri dari 4 kelompok nilai pada titik thoraks sepuluh yaitu 1 orang dengan nilai 1,50 cm (20,0%), 2 orang dengan nilai 1,90 cm (40,0%), 1 orang dengan nilai 2,10 cm (20,0%) dan 1 orang dengan nilai 3,10 cm (20,0).

  Analisa Data a.

  Uji Normalitas Tes ini betujuan untuk mengetahui apakah sampel dari populasi yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak.

Tabel 4.9 Uji Normalitas dengan

  Intercostal Tiga 0,734 0,795 Thoraks

  Shapiro Wilk Test pada Pasien

  PPOK RS Khusus Paru Respira, Yogyakarta (Desember, 2017).

  Nilai p (Shapiro-Wilk Test )

  Pengembangan Thoraks Kelom pok

  MST Kelom pok SIC dan MST

  Sebel um Inter vensi

  II sesudah intervensi di titik thoraks pada empat titik

  intercostal tiga (0,150), di titik kelompok perlakuan

  I dan thoraks lima (0,356), di titik kelompok perlakuan II sebelum

  

prosesus xiphoid 0,916 dan di titik intervensi diperoleh nilai di titik

  thoraks sepuluh 0,222 dimana nilai intercostal tiga 0,818 dan di titik >0,05 yang berarti sampel thoraks lima 0,923 dimana nilai p

  p

  berdistribusi normal. >(0,05), maka dapat disimpulkan b. bahwa varian pada kedua

  Uji Homogenitas Dalam penelitian ini untuk kelompok adalah sama atau melihat homogenitas data atau homogen. Nilai p pada titik untuk memastikan varian populasi 0,40 dan pada

  prosesus xiphoid

  sama atau tidak. Nilai titik thoraks sepuluh 0,10 dimana pengembangan thoraks di empat nilai p <( 0,05 ), maka dapat titik antara kelompok perlakuan I disimpulkan bahwa varian pada dan kelompok perlakuan II diuji kedua kelompok adalah tidak homogenitasnya dengan sama atau tidak homogen. menggunakan uji

  lavene’s test

Tabel 4.10 Uji Homogenitas c.

  Uji Hipotesis I dengan Untuk mengetahui pengaruh

  Lavene’s Test (Desember,

  2017) latihan mobilisasi thoraks terhadap peningkatan

  Kelompo

  pengembangan sangkar thoraks

  k Pengembangan Thoraks

  digunakan uji paired sample t-test

  Perlakua

  karena mempunyai distribusi data

  n I dan II

  yang normal baik sebelum dan sesudah diberikan intervensi dan

  Intercostal 0,818

  uji wilcoxon.

  Tiga Thoraks 0,923 Lima

  Sebelum Intervensi Prosesus

  0,40 Xiphoid Thoraks 0,10 Sepuluh Intercostal

  0,445 Tiga Thoraks

  0,811 Lima

  Sesudah Intervensi

  Prosesus

  0,244

  Xiphoid

  Thoraks 0,888

  Sepuluh Berdasarkan tabel 4.10, hasil perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan

  lavene’s test , dari nilai pengembangan

Tabel 4.11 Uji Hipotesis I pada d.

  Uji Hipotesis II Kelompok Perlakuan I (Latihan Untuk mengetahui pengaruh Mobilisasi Sangkar Thoraks) stretching intercostalis dan latihan mobilisasi sangkar thoraks

  Pengembangan Me SD Nilai p terhadap peningkatan

  Thoraks an pengembangan thoraks digunakan uji paired sample t-test karena

  IC 3 Interc 2,2 0,4

  mempunyai distribusi data yang :

  ostal

  8

  71 normal baik sebelum dan sesudah 0,001

  Tiga diberikan intervensi dan uji Thora Th 5 untuk distribusi data

  wilxocon

  1,7 0,7 ks : tidak normal baik sebelum atau

  4

  23 Sebelu Lima 0,007 sesudah diberikan intervensi. m

  Proses

  Interve

  Pc Xip us 1,9 0,3

  nsi :

  Xiphoi

  2

  27 0,005

  d

  Thora Th 10 ks 2,1 0,3 :

  Sepulu

  2

  49 0.009 h

  Interc

  3,2 0,4

  ostal

  2

  27 Tiga Thora

  2,7 0,8 ks

  2

  32 Lima Sesuda h

  Proses

  Interve

  us 2,8 0,3

  nsi

  2

  63 Xiphoi

  d

  Thora ks 3,2

  0.5 Sepulu

  4

  03 h Berdasarkan tabel 4.11, hasil tes tersebut diperoleh nilai pada titik

  intercostal tiga (p=0,001), di titik

  thoraks lima (p=0,007), di titik

  prosesus xiphoid p= 0,005 dan di titik thoraks sepuluh p=0,009.

  Nilai empat titik memiliki arti p < 0,05 dan Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan mobilisasi sangkar thoraks terhadap peningkatan pengembangan thoraks pada pasien PPOK.

Tabel 4.12 Uji Hipotesis II pada terhadap peningkatan

  Kelompok Perlakuan II pada Data pengembangan thoraks pada Normal (Stretching Intercostalis pasien PPOK di titik intercotal dan Latihan Mobilisasi Sangkar tiga dan thoraks lima. Nilai pada Thoraks) titik prosesus xiphoid memiliki arti p >0,05 dan Ha ditolak dan

  Pengembangan Me Nilai Ho diterima. Sehingga dapat

  SD Thoraks an p disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh stretching intercostalis dan latihan mobilisasi sangkar

  ( uji paired thoraks terhadap peningkatan

  sample t-test )

  pengembangan thoraks pada

  IC pasien PPOK pada titik prosesus

  3 xiphoid . Interco 0,55

  1,38 :

Tabel 4.13 Uji Hipotesis II pada

  stal

  8 0,0

  Kelompok Perlakuan II pada Data Tiga

  12 Tidak Normal (Stretching Th Intercostalis dan Latihan

  Sebelu

  5 Mobilisasi Sangkar Thoraks) m Thorak 0,82 2,22 :

  Interve s Lima

  3 Pengembangan 0,0 nsi

  Thoraks

  37 Pc

  Proses

  ( uji wilcoxon Nilai

  Xip

  Mean

  us 0,88 signed ranks test ) p

  1,34 :

  Xiphoi

  5 0,1

  d

  Sebelum

  11 Thoraks 2,88 Intervensi

  Interco

  Sepuluh 0,48

  stal 2,66

  0,279

  3 Tiga Sesuda Sesudah Thoraks

  Thorak 0,74 3,50 h 2,58 Intervensi Sepuluh s Lima

  3 Interve

  Proses

  Berdasarkan tabel 4.13, hasil nsi

  us 0,66

  tes tersebut diperoleh nilai pada 2,36

  Xiphoi

  9 titik thoraks sepuluh p=0,279

  d

  artinya p > 0,05 dan Ha ditolak dan Ho diterima. Sehingga dapat Berdasarkan tabel 4.12, hasil disimpulkan bahwa tidak ada tes tersebut diperoleh nilai pada pengaruh stretching intercostalis titik intercostal tiga (p=0,012), di dan latihan mobilisasi sangkar titik thoraks lima (p=0,037), di thoraks terhadap peningkatan titik prosesus xiphoid p=0,111. pengembangan thoraks pada Nilai pada dua titik yaitu titik pasien PPOK pada titik thoraks tiga dan titik thoraks

  intercostal sepuluh.

  lima memiliki arti p < 0,05 dan e.

  Uji Hipotesis III Ha diterima dan Ho ditolak. Kedua data kelompok Sehingga dapat disimpulkan perlakuan tersebut berdistribusi bahwa ada pengaruh stretching normal menggunakan uji hipotesis dan latihan

  III menggunakan uji independent

  intercostalis

  mobilisasi sangkar thoraks sample t-test dan berdistribusi tidak normal menggunakan uji Hipotesis

  III uji hipotesis III mann- whitney. komparabilitas ini menggunakan

Tabel 4.14 Uji Normalitas pada independent sample t-test, karena

  Kelompok Perlakuan I dan II pada distribusi data normal, baik nilai Data Homogen (Latihan pada titik intercostalis tiga dan Mobilisasi Sangkar Thoraks dan titik thoraks lima. Selain itu data

  Stretching Intercostalis dengan kedua kelompok tersebut

  Latihan Mobilisasi Sangkar homogen, atau mempunyai varian Thoraks) populasi yang sama. Tes ini bertujuan untuk membandingkan

  Shapiro- Pengembangan Thoraks nilai rata-rata pada titik

  Wilk

  intercostalis tiga dan titik thoraks

  Sesudah lima sesudah intervensi kelompok I 0,150

  Intercostal I dengan kelompok perlakuan II.

  Tiga

  II 0,150 Hasil tes nilai pada titik

  intercostalis tiga tersebut

  Sesudah I 0,617 diperoleh p=0,088 yang berarti p

  Thoraks > 0,05 Ha ditolak dan Ho

  Lima

  II 0,356 diterima. Dengan demikian pada titik intercostalis tiga disimpulkan

Tabel 4.15 Uji Hipotesis III pada bahwa tidak ada perbedaan

  Kelompok Perlakuan I dan II pada pengaruh penambahan stretching Data Homogen (Latihan

  intercostalis pada latihan

  Mobilisasi Sangkar Thoraks dan mobilisasi sangkar thoraks dengan

  Stretching Intercostalis

  terhadap peningkatan Latihan Mobilisasi Sangkar pengembangan thoraks pada Thoraks) dengan Independent pasien PPOK.

  sample t-test.

  Hasil tes nilai pada titik thoraks lima tersebut diperoleh

  p= 0,786 yang berarti p > 0,05 Ha

  ditolak dan Ho diterima. Dengan Pengem

  Mea Nilai demikian pada titik thoraks lima bangan SD n

  p

  disimpulkan bahwa tidak ada Thoraks perbedaan pengaruh penambahan

  Sesu Intercos 0,4

  stretching intercostalis pada

  3,22 dah Tiga

  27

  tal

  latihan mobilisasi sangkar thoraks Inter terhadap peningkatan vensi pengembangan thoraks pada

  Thoraks 0,8 Kelo

  2,72 pasien PPOK. Lima

  32 mpok

  IC 3 :

  I 0,088

  Sesu

  Intercos 0,4

  2,66 dah

  tal Tiga

  83 Inter vensi Thoraks 0,7

  Kelo 2,58

  Lima

  43 mpok

  II

Tabel 4.16 Uji Normalitas pada

  0,90 0,825

  Nilai

  p

  Selisih Sesudah dan

  Sebelum Intervensi

  Kelompok

  I Prosesus

  Xiphoid

  Selisih Sesudah dan

  Mobilisasi Sangkar Thoraks) dengan Independent sample t-test Pengembangan

  Sebelum Intervensi

  Kelompok

  II Prosesus

  Xiphoid

  1,02 Berdasarkan tabel 4.17, didapatkan hipotesis III pada titik

  prosesus xiphoid menggunakan independent sample t-test karena

  distribusi normal. Tes ini bertujuan untuk membandingkan nilai titik prosesus xiphoid dengan hasil selisih sesudah intervensi dan sebelum intervensi kelompok I dengan kelompok II. Hasil tes nilai pada titik prosesus xiphoid tersebut diperoleh p=0,825 yang berarti p > 0,05 Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian pada titik prosesus xiphoid disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh penambahan stretching

  intercostalis pada latihan

  Thoraks Mean

  Stretching Intercostalis dengan Latihan

  Kelompok Perlakuan I dan II pada Data Tidak Homogen (Latihan Mobilisasi Sangkar Thoraks dan

  Thoraks Sepuluh

  Stretching Intercostalis dengan

  Latihan Mobilisasi Sangkar Thoraks) Pengembangan

  Thoraks Shapiro- Wilk

  Selisih

  Prosesus Xiphoid

  I 0,787

  II 0,100 Selisih

  I 0,007

  Kelompok Perlakuan I dan II pada Data Tidak Homogen Berdistribusi Tidak Normal (Latihan Mobilisasi Sangkar Thoraks dan

  II 0,184 Berdasarkan tabel 4.16, didapatkan nilai p pada titik

  prosesus xiphoid kelompok I p =0,787 dan kelompok II p=0,100

  dengan nilai p >0,05 yang berarti sampel berdistribusi normal. Titik thoraks sepuluh kelompok

  I memiliki nilai p=0,007 dimana nilai p<0,05 yang berarti sampel berdistribusi tidak normal, kelompk

  II memiliki nilai

  p= 0,184 dengan nilai p >0,05

  yang berarti sampel berdistribusi normal.

Tabel 4.17 Uji Hipotesis III pada

  mobilisasi sangkar thoraks terhadap peningkatan pengembangan thoraks pada pasien PPOK.

Tabel 4.18 Uji Hipotesis III pada Kelompok perlakuan I dan II

  Sebelum Intervensi

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) PADA LATIHAN ISOTONIK TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OSTEOARTHRITIS KNEE NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) PA

0 0 18

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN ISOMETRIC EXERCISE PADA ULTRASOUND TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL PADA OSTEOARTRITIS KNEE NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN ISOMETRIC EXERCISE PADA ULTRASOUND TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL PADA OSTEOARTRITIS

0 2 13

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN KINESIO TAPING PADA LATIHAN ISOMETRIK QUADRICEPSTERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN KINESIO TAPING PADA LATIHAN ISOMETRIK QUADRICEPSTERHADAPPENIN

0 2 14

PERBEDAAN PENAMBAHAN KINESIOTAPING PADA ACTIVE ISOLATED STRETCHING TERHADAP KECEPATAN LARI PEMAIN FUTSAL DENGAN MYOFASCIAL GASTROCNEMIUS DI KALIURANG SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENAMBAHAN KINESIOTAPING PADA ACTIVE ISOLATED STRETCHING T

0 0 13

PENGARUH PENAMBAHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING PADA CONTRACT RELAX STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PEMAIN FUTSAL UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENAMBAHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING PADA CONTRACT

0 2 11

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN ISOTONIC QUADRICEPS PADA ULTRASOUND TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTHRITIS KNEE NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN ISOTONIC QUADRICEPS PADA ULTRASOUND TERHADAP PENINGK

0 0 18

PENGARUH PENAMBAHAN MASSAG EFFLEURAGE PADA CONTRACT RILEX STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL LEHER PADA MYOFASCIAL UPPER TRAPEZIUS NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENAMBAHAN MASSAG EFFLEURAGE PADA CONTRACT RILEX STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIO

0 1 15

PENGARUH PENAMBAHAN ULTRASOUND PADA LATIHAN NEURAL STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL WRISTPADA CARPAL TUNNEL SYNDROME NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENAMBAHAN ULTRASOUND PADA LATIHAN NEURAL STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSI

1 0 15

PERBEDAAN PENGARUH ACTIVE ISOLATED STRETCHING DENGAN SELF-MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA UKM BASKET DI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH ACTIVE ISOLATED STRETCHING DENGAN SELF

0 1 15

PERBEDAAN KOMBINASI DYNAMIC STRETCHING DAN LATIHAN LARI ZIG-ZAG DENGAN STATIC STRETCHING DAN LATIHAN LARI ZIG–ZAG TERHADAP KELINCAHAN PEMAIN FUTSAL NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN KOMBINASI DYNAMIC STRETCHING DAN LATIHAN LARI ZIG-ZAG DENGAN STATIC STRETCHING

0 1 18