PENGARUH PEREGANGAN (STRETCHING) TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE
PENGARUH PEREGANGAN (STRETCHING) TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
SHERKIA ICHTIARSI PRAKASIWI 201420102036 PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN (S-2) PROGRAM PASCA SARJANA
PENGARUH PEREGANGAN (STRETCHING) TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE
1
2
3 Sherkia Ichtiarsi Prakasiwi , Moh. Anwar , Yuli Isnaeni ABSTRAK
Latar Belakang : Dismenore merupakan masalah ginekologis yang paling umum dialami
wanita, khususnya remaja. Prevalensi dismenore primer di Indonesia cukup tinggi yaitu 60-
70% dan 15% diantaranya mengalami nyeri hebat yang umumnya terjadi pada usia remaja.
Solusi non farmakologis dipandang lebih aman, salah satunya adalah peregangan yang
bertujuan untuk membuat otot dan persendian menjadi fleksibel dan elastis. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya kadar endorphin, epinephrine, dopamine dan serotonin
yang dihasilkan oleh otak akibat olahraga.
Tujuan Penelitian : Menganalisis pengaruh peregangan terhadap penurunan tingkat nyeri
dismenore pada santri putri di Pondok Pesantren As Salafiyyah Yogyakarta.Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis quasi experiment dengan design Two
Group Pre-test and Post-test. Sampel penelitian adalah santri putri berjumlah 30 responden
pada kelompok kontrol dan 30 responden pada kelompok intervensi. Teknik pengambilan
sampel yaitu purposive sampling, teknik analisis univariat menggunakan uji statistik
distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji statistik Mann Whitney dan
multivariat menggunakan uji statistik regresi linier dengan menggunakan software SPSS.
Hasil : Ada pengaruh peregangan terhadap penurunan nyeri dismenore dengan nilai p value
= 0,0 0 < ɑ (0,05) dan dimana nilai rata-rata sebelum diberikan peregangan rata-ratanya
5,13±3,99 dan setelah diberikan peregangan rata rata nyerinya turun menjadi 0,13 ± 1,60, hal
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat nyeri dismenore sebelum dan setelah
diberikan peregangan.Kesimpulan : Peregangan terbukti dapat menurunkan nyeri dismenore hingga 4,597 kali. 1 Kata Kunci : Peregangan, Remaja, Nyeri Dismenore
Mahasiswi Prodi Ilmu Kebidanan Program Magister (S-2) Universitas ‘Aisyiyah
2-3 Yogyakarta Dosen Universitas ‘Aisyiyah YogyakartaPENDAHULUAN
Didunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja namun menyangkut segala aspek tentang reproduksinya. Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami ganguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2015).
Menstruasi yang harus dialami para remaja wanita dapat menimbulkan masalah, salah satunya adalah Dismenore. Dismenore merupakan masalah ginekologis yang paling umum dialami wanita baik wanita dewasa maupun wanita pada usia remaja.
Nyeri haid/dismenore merupakan ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul. Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90%, ini mengganggu 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor (Annathayakheisha, 2009). Kejadian absensi disekolah dan saat bekerja dilaporkan terjadi sepertiga hingga setengah, terjadi 5% sampai 14% frekuensi absensi lebih sering terjadi (Exercise for dysmenorrhea
(review) , 2010). Dismenore diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dismenore primer
dan dismenore sekunder (Perry, 2010). Menurut Purnamasari (2013), dismenore yang banyak terjadi adalah dismenore primer yaitu sebanyak 54,89%, sedangkan dismenore sekunder hanya 9,36%.
Banyak cara mengatasi dismenore yaitu dengan cara farmakologis maupun non farmakologis. Solusi non farmakologis dipandang lebih aman karena tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan (Ningsih, 2011). Masyarakat sudah mengetahui tentang dismenore, namun untuk mengatasi dengan cara peregangan (stretching) masih belum banyak mengetahuinya.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental. Sampel yang digunakan yaitu 60 responden, 30 responden pada kelompok intervensi dan 30 responden pada kelompok kontrol. Nyeri dismenore diukur dengan menggunakan alat ukur nyeri NRS (Numeric
Rating Scale ). Variabel yang diteliti adalah nyeri dismenore dan peregangan
(stetching). Sampel pada penelitian ini adalah santriputri di tiga Pondok Pesantren di wilayah Sleman Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah santri putri yang ada di Pondok Pesantren As Salafiyyah, Al Idris, Assalimiyyah. Sampel dalam penelitian ini adalah santri putri yang mengalami nyeri dismenore. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, tingkat nyeri dismenore disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.1 Karakteristik Subyek PenelitianTabel 1.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Kelompok Kelompokn % n % Umur
13-17 tahun 19 63,3 4 13,3 18-22 tahun 11 36,7 26 86,7
Pendidikan
SMP 3 10,0 0,0 SMA 16 53,3 5 16,7 Mahasiswa 11 36,7 25 83,3
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa prevalensi umur pada kelompok kontrol paling banyak pada kategori umur remaja awal 13-17 tahun yaitu sebanyak 19 (63,3%)responden dan pada kelompok intervensi paling banyak pada kelompok umur remaja akhir 18-22 tahun yaitu sebanyak 26 (83,3%) responden.
Untuk variabel pendidikan pada kelompok kontrol paling banyak responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 16 (53,3%) responden dan pada kelompok intervensi paling banyak pada kategori pendidikan sebagai Mahasiswa yaitu sebesar 25 (83,3%).
Tabel 1.2 Uji HomogenitasTabel 1.2 Uji Homogenitas Subyek PenelitianVariabel n p-value
Umur 60 0,105 Pendidikan 60 0,001
Dari hasil analisis diatas didapatkan bahwa subyek penelitian yang homogen adalah pada variabel umur (p value > 0,05). Sedangkan variabel pendidikan secara statistik tidak homogen (p value < 0,05). Tabel1.3 Gambaran Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah Intervensi
Tabel 1.3 Gambaran Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum Intervensi danSebelum Sesudah Tingkat Nyeri
n % n % a.
28 46,7
0 Tdk Nyeri b.
1-3 (Ringan) 19 31,7 20,0
12 c. 31 51,7 16 26,7 4-6 (Sedang) d. 9 15,0 4 6,7
7-9 (Berat Terkontrol) e.
1 1,7 10 (Berat Tidak Terkontrol)
Berdasarkan tabel 1.3 terlihat bahwa tingkat nyeri dismenore sebelum intervensi yang paling paling banyak dialami responden adalah pada kategori nyeri sedang sebanyak 31 responden (51,7%). Sedangkan tingkat nyeri setelah perlakuan yang paling banyak pada kategori tidak nyeri sebanyak 28 responden (46,7%).
Tabel 1.4 Uji Normalitas DataTabel 1.4 Uji Normalitas Data Nyeri Dismenore pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Uji normalitas p value Tingkat nyeri Intervensi Kontrol Sebelum 0,095 0,266 Sesudah 0,000 0,347
Berdasarkan tabel 1.4 menampilkan hasil distribusi data tingkat nyeri dismenore pada remaja putri sebelum intervensi dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol menyatakan berdistribusi normal dengan p value > 0,05. Namun untuk uji normalitas sesudah intervensi data menunjukkan p value 0,000<0,05 yang berarti data tidak normal dengan menggunakan test Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 1.5 Analisis BivariatPerbedaan Nyeri Dismenore Sebelum Pretest dan Sesudah Post Test pada Kelompok Intervensi Menggunakan Uji Wilcoxon
Tabel 1.5 Perbedaan Nyeri Dismenore Sebelum Pretest dan Sesudah Post Test pada Kelompok IntervensiVariabel n Mean ± SD p value S 30 5,13 ± 3,99 Sebelum
0,000 Sesudah 30 0,13 ± 1,60
Berdasarkan tabel 1.5 nilai p value = 0,00 < ɑ (0,05). Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan nyeri dismenore sebelum dan setelah pada kelompok intervensi dimana nilai rata-rata sebelum diberikan peregangan (stretching) rata ratanya 5,13 ± 3,99 dan setelah diberikan peregangan (stretching) rata rata nyerinya turun menjadi 0,13 ± 1,60.
Tabel 1.6 Perbedaan Nyeri Dismenore Sebelum Pretest dan Sesudah Post Test pada Kelompok Kontrol.Tabel 1.6 Perbedaan Nyeri Dismenore Sebelum Pretest dan Sesudah Post Test pada Kelompok Kontrol Menggunakan Uji WilcoxonVariabel n Mean ± SD p value Sebelum 30 4,60 ± 1,54
0,080 Sesudah 30 4,53 ± 1,52
Berdasarkan tabel 1.6 nilai p value = 0,083 > ɑ (0,05). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan tingkat nyeri disminorrhea sebelum dan setelah pada kelompok kontrol. Dimana nilai rata-rata sebelum diberikan 4,60 ± 1,54 dan setelah menjadi 4,53 ± 1,52.
Gambar 1.1 perbedaan perubahan skor nyeri antara kelompok intervensi danGambar 1.1 Grafik Perbedaan Penurunan Nyeri Dismenore Sebelum dan SesudahPada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Tabel 1.7 Perbedaan Pengaruh Peregangan (Stretching) Terhadap NyeriDismenore
Tabel 1.7 Perbandingan Selisih Nyeri Dismenore Setelah Intervensi pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Setelah Intervensi Mean Rank p∆ Mean – Kelompok value
Mean SD Kontrol 4,53 1,60 -4,4 45,32 0,000 Intervensi 0,13 0,57 15,68
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney pada tabel 4.7 pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi didapatkan p-value sebesar 0,000 ( ɑ < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok kontrol dan intervensi terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore dimana rata-rata tingkat nyeri dismenore pada kelompok kontrol sebesar 4,50 sedangkan pada kelompok intervensi rata ratanya hanya sebanyak 0,13
4,37 . Hal ini
sehingga didapatkan ∆ mean sebesar - terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore dibandingkan yang tidak dilakukan peregangan (stretching).
Tabel 1.8 Pengaruh Variabel Luar Terhadap Nyeri DismenoreTabel 1.8 Pengaruh Variabel Luar Terhadap Nyeri DismenoreVariabel p-value CC N Umur Remaja 0,000 0,519
60 Pendidikan SMP 0,000 0,481
60 SMA Mahasiswa
Berdasarkan tabel 1.8 hasil analisis bivariat uji korelasi didapatkan bahwa kedua variabel luar mempunyai nilai p value < 0,25 yaitu umur dengan nilai p value 0,000 dan pendidikan dengan nilai p value 0,000. Dengan demikian kedua variabel luar ini dapat lanjut ke pemodelan multivariat.
Tabel 1.9 Model Persamaan Linier Penurunan Nyeri DismenoreTabel 1.9 Model Persamaan Linier Penurunan Nyeri DismenoreVariabel Model I Model II Model III (coef 95% CI) (coef 95% CI) (coef 95% CI) Peregangan Perlakuan -4,597 -4,655 -4,367
Kontrol (-5,270-(-3,924) (-5,342-(-3,968) (-4,962-(-3,771)
Umur 0,341 0,131
(0,076-(0,606) (-0,031-(0,293)
Pendidikan -0,917 2 (-1,846-(0,011)R 0,811 0,797 0,788
Pada model 1 menunjukkan hasil analisis multivariat yang dipilih secara statistik, memiliki nilai koefisien regresi peregangan yaitu sebesar 4,597 dengan nilai 95% CI sebesar -5,270-(-3,924) setelah dikontrol variabel umur dan nilai koefisien regresi umur ibu sebesar 0,341 dengan nilai 95% CI (0,076-(0,606) dan dikontrol pula dengan variabel pendidikan dengan nilai koefisien regresi pendidikan sebesar 0,917 dan nilai 95% CI (-1,846-(0,011).
Model 1 ini dipilih karena hasil uji menunjukkan koefisien determinasi (R square) sebesar 0,811 artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 81,1% variasi variabel dependen tingkat nyeri dismenore. Atau dengan kata lain variable independen (peregangan (stretching) tersebut mempengaruhi variabel tingkat nyeri dismenore sebesar 81,1% dan sisanya dipengaruhi variabel lain yakni umur dan pendidikan. Hasil analisis diatas secara statistik dapat memperkirakan tingkat nyeri dismenore dengan menggunakan variabel pemberian peregangan (stretching) maka tingkat nyeri dismenore dapat turun 4,597. Hasil akhir analisis multivariate variabel yang secara signifikan berhubungan dengan tingkat nyeri dismenore adalah intervensi peregangan
(stretching) sedangkan kedua variabel luar yaitu umur dan pendidikan tidak
terbukti mempengaruhi tingkat nyeri dismenore.PEMBAHASAN
Menurut Maryunani (2010), munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki atau bahkan myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ viseral, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa yang dilepas apabila tedapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Kombinasi antara peningkatan kadar prostagladin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa prostaglandin yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostagladin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodic. Sebagian wanita mengalami nyeri saat menstruasi dan ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari mereka, khususnya dipenelitian ini adalah para santriputri di Pondok Pesantren As Salafiyyah, Al Idris dan Assalimiyyah (Harel, 2006).
Haid atau menstruasi adalah proses alami yang datang secara berulang setiap bulan pada wanita normal sejak masa pubertas hingga menjelang menopause yang disertai perdarahan. Kedatangan haid ini secara berulang disebut siklus haid. Normalnya siklus haid adalah 28 hari. Namun untuk sebagian wanita siklus ini tidak teratur dan bervariasi berkisar antara 22-25 hari (Gunawan, 2010). Menstruasi yang harus dialami para remaja wanita dapat menimbulkan masalah, salah satunya adalah dismenore. Dismenore merupakan masalah ginekologis yang paling umum dialami wanita baik wanita dewasa maupun wanita pada usia remaja. Nyeri haid/dismenore merupakan ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul.
Tingkat nyeri dismenore pada responden sebagian besar berada di kategori nyeri sedang. Nyeri sedang yang dialami remaja kelompok intervensi dan kelompok kontrol ini disebabkan karena adanya jumlah prostalgladin yang berlebih pada darah menstruasi sehingga merangsang hiperaktivitas uterus.
Prostagladin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut serabut syaraf terminal rangsang nyeri. Pengukuran intensitas nyeri menggunakan pengukuran skala NRS (Numeric Rate Scale) dimana nyeri sedang berada pada skala 4-6 yang berarti secara obyektif responden merasakan kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar kepinggang, paha atau punggung, kurang nafsu makan, sebagian aktivitas dapat terganggu, sulit/susah berkonsentrasi belajar (Potter &Perry, 2006).
Hasil analisis multivariate didapatkan nilai p value 0,00 < 0,05 dimana hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat nyeri dismenore dapat diperkirakan dengan menggunakan variabel pemberian peregangan (stretching) dimana pemberian peregangan (stretching) dapat menurunkan tingkat nyeri dismenore sebesar 4,367. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Biomedical Human
Kinetics (2012) dimana peregangan (stretching) efektive menurunkan intenstas
nyeri, durasi nyeri, dan penghilang rasa sakit yang dapat digunakan oleh remaja dengan dismenore primer. Setelah 8 minggu, intensitas nyeri menurun di kelompok intervensi yakni p<0,05, pada kontrol group durasi nyeri hanya menurun sedikit yakni p<0,001. Peregangan (stretching) efektif menurunkan nyeri pada remaja dengan dismenore primer. Pada group A menggunakan VAS menggunakan VMS juga menurunkan nyeri intensitas nyeri yakni p=0,002. Pada group B kelompok kontrol menunjukkan hasil yang tidak signifikan, nilai p=0,5 (International Journal of Medical Science and Public Health, 2014). Persamaan dengan penelitian sebelumnya, hasil menunjukkan stretching menurunkan nyeri dismenore, namun dalam pemberian stretching terdapat perbedaan yakni lama pemberian, alat ukur yang digunakan pun juga berbeda, pada penelitian ini menggunakan alat ukur NRS (Numeric Rating Scale).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap santri putri di Pondok Pesantren As Salafiyyah, Al Idris dan Assalimiyyah yakni ada pengaruh peregangan (stretching) terhadap penurunan nyeri dismenore pada santri putri di Pondok Pesantren As Salafiyyah Yogyakarta.
SARAN 1.
Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan hendaknya menggunakan sistem jemput bola langsung ke remaja melakukan penyuluhan dan penanganan dismenore secara benar salah satunya dengan metode non farmakologis yaitu peregangan (stretching) melalui program yang dimiliki Puskesmas yaitu Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren).
2. Pondok Pesantren
Hendaknya meneruskan latihan peregangan (stretching) untuk para santriputrinya yang mengalami dismenore sebagai metode yang aman, praktis
3. Peneliti selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan memperhitungkan semua variabel yang belum diteliti pada penelitian ini misal seperti kejiwaan, konstitusi, obstruksi kanalis servikalis, endokrin dan faktor alergi.
DAFTAR PUSTAKA
Andira, Dita. (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A Plus Books. Amimi, S., Suarna, MD. (2014). Diagnosis and Initial Management of
Dysmenorrhea: Texas. American Family Physician. ,17 (33), 9-20.
Anurogo. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed Revisi VI.Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta. Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien .Jakarta: Salemba Medika
Badan Pusat Statistik, 2010. Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2005. Beckmann, Charles, et. al. (2010). Obstetrics and Gynecology 6th Ed. Lippincott Williams and Wilkins. Benson. (2009).Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC Brown, J., Brown, S. (2010). Exercise For Dysmenorrhea: a review. The Cochrane Collaboration., 15-19. Calis. (2011). Dysmenorrhea. ( http:emedicinemedscape.com). Celik, et al. (2009). Severity of pain and circadian changes in uterine Artery
Blood Flow in Primary Dysminorrhea . Arch Gynecol Obstet, 280:589- 592.
Daley, A.J. (2008). Exercise and Primery dysmenorhoea : a comprehensive and
critikal review of of the literature . Port Medicine :Adis data Internasional French, D.2006. Superficial Heat or Cold for Low Back Pain. Oxford: The Cochrane Library French, Linda. 2005. Dysmenorrhea. Am Fam Physician. Vol. 71, No. 2, Januari 2005 Gardiner, Dena. 2005. Active Movement the Principles of Exercise Therapy. 4th ed. London: CBS Publications
Gunawan D. (2010). Nyeri Haid Primer Faktor-Faktor yang Berpengaruh dan Perilaku Remaja Dalam Mengatasinya. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Guylaine, L., Odette, P. (2005). Primary Dysmenorrhea Consensus Guidline.
SOGC Clinical Practice Guidline. , 1174-1130. Hamilton. (2005). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta Harel, Z. 2006. Mini-review : Dysmenorrhea In Adolescents And Young Adults :
Etiology And Management . J Pediatr Adolesc Gynecol.19: 363 Harry. (2007). Mekanisme Endorphin Dalam Tubuh.
Hendarto. (2011). Gangguan Haid/Perdarahan Uterus Abnormal. In: Anwar, M., Baziad, A., Prabowo, R. P. Ilmu Kandungan.Edisi Ketiga. Yogyakarta : PT : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 182
Hend S, Hala E, Azza A, et al. Peregangan (stretching) or Core Strengthening
Exercises for Managing Primary Dysmenorrhea. J of Womens Health Care.
Hestiantoro, Andon., dkk. (2012). Best Practices on IMPERIAL. Jakarta: CV Sagung Seto
Hillard, P.J.A. 2006. Dysmenorrhea. Pediatric in Review. 27(2): 64 Hillegas, Kathleen Branson. (2005). Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan.
Dalam: Price, Sylvia anderson, Wilson, Lorraine McCarty (editor). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Indriasari. (2009). 100% Sembuh Tanpa dokter. Yogyakarta: Grahatama Istiqomah. (2009). Efektifitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Nyeri Dismenore pada Remaja Putri di SMUN 5 Semarang.
Kristina S, Megha S, Neeta J, et al. The Effect of Peregangan (stretching)
Exercise On Primary Dysmenorrhea In Adult Girls. Int J of Med Science an Public Health.
Magista. (2015). The Effect Of Exercises On Primary Dysmenorrhea. . J Majority. Manuaba. 2009. Nyeri Haid Pada Remaja. Memahami Kesehatan Reproduksi
Morgan, G. 2009. Obstertri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC. Ningsih, et al. (2011). Hubungan Aktivitas Fisik (olahraga) Dengan Tingkat Nyeri Dismenore.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan . Jakarta. Salemba Medika.
Patruno, J.E., 2006. Menstrual Disorder: 5. Dysmenorrhea. USA. American College of Physicians. 97-98. Pillitteri. (2003). Maternal and Child Health Nursing : Care of The Childbearing Family . Philadelpia : Lippincott. Potter dan Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3. Edisi 7. Jakarta :
Salemba Medika Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Info Datin. 2014. Purnamasari, Wulan .(2013).Efektifitas Terapi Farmakologis dan Non Farmakologis Terhadap Nyeri Haid (Dismenore) Pada Siswi . Skripsi. Universitas Tanjungpura. Pontianak. Ratnaningsih. (2011). Efektivitas Paket Pereda terhadap Intensitas Nyeri pada
Remaja dengan Dismenore di SMAN Kecamatan Curup. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia. Renuka K, Jeyagowri S, et al. Peregangan (stretching) Exercises Therapy and
Primary Dysmenorrhea-Nursing Perspective. J of Nursing Health Science.
Riyanto.(2002).Nyeri Haid Pada Remaja.
”Majalah Keluarga Mandiri”.Edisi 12 November 2002. http://www.gemari.or.id/artikel/498.shtml.
Sastroasmoro dan Ismael. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto. Sandeep Kaur, Prabhnoor Kaur, Sarvanan S, Manpreet Kaur et al. To Compare
The Effect of Peregangan (stretching) And Core Strengthening Exercises On Primary Dysmenorrhea In Young Females.
IOSR J of Dent and Med Sciences. Shahnaz Shahr, Rahman Sheikh, Maghsoud GH, et al. Effect Of Peregangan (stretching) Exercises On Primary Dysmenorrhea In Adolescent Girls.
Biomed Human Kinetics. Speroff L, and Fritz AM. (2011).Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility: Chronic Anovulation and the Polycystic Ovary Syndrome . 8th edition. Lippincott Williams and Wilkins. North Caroline.
Strong. (2002). Pain. Textbook For Therapist. EidinBurgh. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.
Suharmiati & Handayani. (2006). Cara Benar Meracik Obat Tradisional. Jakarta: Agromedia Pustaka Sukarni K, Icemi dan Wahyu P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika Wallace, et al. (2011). Menstrual Cycle Pattern and Breast Cancer Risk Factors. Lowa: Departments of Preventive Medicine and Environmental Health WHO, 2010. World Health Statistic 2000. France.