PENDAHULUAN Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Nguter.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) (2014) memaparkan bahwa
peningkatan tekanan darah merupakan salah satu faktor risiko utama untuk
kematian global dan diperkirakan telah menyebabkan 9,4 juta kematian dan 7%
dari beban penyakit yang diukur dalam Disability Adjusted Life Year (DALY)
pada tahun 2010. Prevalensi global peningkatan tekanan darah (didefinisikan
sebagai tekanan darah sistolik dan/atau tekanan darah diastolik ≥140/90
mmHg) pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas sekitar 22% pada tahun
2014.
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan survei Riskesdas tahun
2012pada penduduk umur ≥18 tahun sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi
berada di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),
Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Sedangkan untuk
Provinsi Jawa Tengah (28%), prevalensi hipertensi yang terdiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4%, yang

didiagnosis tenaga kesehatan atau


sedang

minum obat sebesar 9,5%. Prevalensi penderita yang minum obat sendiri
sebesar 0,1%, yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum
obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
26,5% (Balitbangkes, 2013).

Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta di
Indonesia tetapi hanya 4% yang mampu mengendalikan hipertensi (controlled
hypertention). Yang dimaksud dengan hipertensi terkendali merupakan mereka
yang menderita hipertensi dan menyadari bahwa mereka hipertensi dan sedang
berobat sehingga terkendali dari kemungkinan serangan kenaikan tekanan
darah yang berlebih (Bustan, 2015).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya
tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko
untuk menderita hipertensi pada populasi ≥55 tahun yang tadinya tekanan
darahnya normal yakni 90%. Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah
prehipertensi sebelum didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan
diagnosis hipertensi terjadi pada umur diantara dekade tiga dan dekade lima.
Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi

dibanding perempuan. Sedangkan dari umur 55 s/d 74 tahun, perempuan lebih
banyak menderita hipertensi.
Pada populasi lansia (umur ≥60 tahun), prevalensinya untuk hipertensi
sebesar 65,4%. Dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah,
jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan
yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar. Kecenderungan
perubahan tersebut dapat disebabkan meningkatnya ilmu kesehatan dan
pengobatan, serta perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat Indonesia yang
berdampak pada budaya dan gaya hidup masyarakat.Dalam lingkup penyakit
kardiovaskuler, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan penderita

2

terbanyak. Hipertensi ini pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung tidak
stabil dan sulit untuk dikontrol, baik dengan tindakan pengobatan maupun
dengan tindakan-tindakan medis lainnya. Lebih parahnya jika kondisi
hipertensi ini tidak terkontrol, maka dapat mengakibatkan terjadinya infark
jantung, gagal jantung, stroke, dan kerusakan mata (Triyanto, 2014).
Menurut data profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2013), data
Penyakit Tidak Menular (PTM) tahun 2013 dari 31 kabupaten/kota sebesar

(88,57%). Dari total 1.069.263 kasus yang dilaporkan sebesar 69,51%
(743.204 kasus) merupakan penyakit jantung dan pembuluh darah. Kasus
tertinggi penyakit tidak menular pada kelompok penyakit jantung dan
pembuluh darah yakni penyakit hipertensi esensial sebanyak

497.966

kasus (67%). Penyakit hipertensi essensial pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013 menunjukkan adanya penurunan kasus yang cukup
tinggi, hanya pada tahun 2011 terlihat adanya kenaikan jumlah kasus (Dinkes
Jawa Tengah, 2013).
Berdasarkan data tahun 2014, hipertensi masuk dalam sepuluh besar
penyakit di Kabupaten Sukoharjo dengan prevalensi sebanyak 18.734 kasus
(DKK Sukoharjo, 2015). Pada tahun 2015, prevalensi hipertensi mengalami
peningkatan yang signifikan menjadi 36.827 kasus. Kasus tertinggi berada di
Puskesmas Nguter sebanyak 3.977 kasus (DKK Sukoharjo, 2016).
Berdasarkan penelitian Anggara dan Nanang (2012) didapatkan hasil
bahwa

umur, pendidikan, pekerjaan, IMT, kebiasaan merokok, konsumsi


alkohol, kebiasaan olahraga, asupan natrium, asupan kalium berhubungan

3

secara statistik dengan tekanan darah. Hasil penelitian Mannan dkk (2012),
menunjukkan bahwa
dan

riwayat keluarga, perilaku merokok, aktivitas fisik,

konsumsi garam merupakan faktor

risiko

kejadian

hipertensi.

Sedangkan konsumsi kopi dalam penelitian ini merupakan faktor risiko

yang tidak bermakna terhadap kejadian hipertensi.
Penelitian Yeni, dkk (2009) memaparkan bahwa riwayat keluarga dan
kontrasepsi hormonal bukan merupakan faktor penyebab hipertensi, sedangkan
obesitas merupakan faktor yang dapat menyebabkan kejadian hipertensi. Hasil
penelitian Rachmawati (2013),
berhubungan
konsumsi

dengan

garam

kejadian

yang

menunjukkan
hipertensi

yakni


berlebihan, sedangkan

bahwa
aktivitas
faktor

faktor yang
fisik
yang

dan
tidak

berhubungan yaitu merokok dan konsumsi kopi.
Penelitian-penelitian diatas menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
Dari hasil survei pendahuluan 10 responden, didapatkan hasil 60% memiliki
kebiasaan merokok, 70% tidak melakukan aktivitas fisik, 60% memiliki
riwayat keluarga hipertensi. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian
hubungan kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan riwayat keluarga dengan

kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Nguter.

B. Rumusan masalah
Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan
riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Nguter?

4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok, aktivitas
fisik, riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Nguter.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kebiasaan merokok responden di wilayah Kerja
Puskesmas Nguter
b. Mendeskripsikan kebiasaan aktivitas fisik responden di wilayah kerja
Puskesmas Nguter
c. Mendeskripsikan adanya riwayat keluarga hipertensi responden di

wilayah kerja Puskesmas Nguter
d. Menganalisis hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Nguter
e. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Nguter
f. Menganalisis hubungan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Nguter.

5

D. Manfaat penelitian
1. Bagi Instansi Kesehatan khususnya Puskesmas Nguter
Sebagai masukan untuk upaya preventif dan promotif kepada
masyarakat tentang hipertensi dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah studi kepustakaan terutama yang berkaitan
dengan

Penyakit


Tidak

Menular

(PTM) tentang

hipertensi

dan

diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas
Ilmu Kesehatan.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber pengetahuan dan informasi untuk meningkatkan
kesadaran dalam upaya pencegahan faktor risiko hipertensi.
4. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang
memiliki tema sama.


6

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI POLI JANTUNG RSD dr. SOEBANDI JEMBER

2 18 20

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Nguter.

3 8 18

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Nguter.

0 7 16

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA KARYAWAN PABRIK GULA TASIKMADU Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Karyawan Pabrik Gula Tasikmadu.

0 2 12

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA KARYAWAN PABRIK GULA TASIKMADU Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Karyawan Pabrik Gula Tasikmadu.

1 4 13

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIANHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Hubungan Antara Perilaku Olahraga Dan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 3 14

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Perilaku Olahraga Dan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 3 16

BAB 1 Hubungan Antara Perilaku Olahraga Dan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 8

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Perilaku Olahraga Dan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 3 4

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI- Hubungan Indeks Masa Tubuh Dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lakilaki Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Kartasura.

0 0 10