HUBUNGAN PENINGKATAN KADAR LEUKOSIT DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR Hubungan Peningkatan Kadar Leukosit dengan Kejadian Persalinan Prematur di RSUD Dr. Moewardi.

HUBUNGAN PENINGKATAN KADAR LEUKOSIT
DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR
DI RSUD DR. MOEWARDI

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh:

FARIDA MAHARANI
J500090031

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

HUBUNGAN PENINGKATAN KADAR LEUKOSIT DENGAN
KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DR. MOEWARDI
Farida Maharani, Soffin Arfian, D. Dewi Nirlawati

Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peningkatan
kadar leukosit dengan kejadian persalinan prematur.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional yang dilaksanakan bulan Agustus 2012 di bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi. Data yang didapat sebanyak 80
sampel, diperoleh dari data pasien yang menjalani persalinan prematur dan
persalinan aterm dengan teknik purposive sampling. Data kemudian dianalisis
menggunakan uji Chi Square dengan bantuan SPSS 19.0 for windows.
Hasil : Data hubungan peningkatan kadar leukosit dengan kejadian persalinan
prematur menyebutkan bahwa ibu hamil yang menjalani persalinan prematur yang
disertai leukositosis adalah sebesar 23 kasus (23,75%) dan yang tidak disertai
leukositosis sebesar 17 kasus (21,25%). Sedangkan ibu hamil yang menjalani
persalinan aterm dengan disertai leukositosis adalah sebesar 8 kasus (10%) dan
yang tidak disertai dengan leukositosis adalah sebesar 32 kasus (40%).
Berdasarkan hasil uji beda Chi Square dari data kadar leukosit dengan nilai X²
hitung lebih besar dari X² tabel (11,850 > 7,00) dengan P value (0,001 < 0,05)
sehingga menunjukkan Rasio Prevalensi (RP) = 2,13. Dengan demikian maka H0
ditolak dan H1 diterima.

Kesimpulan : Terdapat hubungan antara peningkatan kadar leukosit dengan
kejadian persalinan prematur.
Kata kunci : Leukositosis, persalinan prematur

1

THE RELATION BETWEEN ELEVATED LEVELS OF LEUKOCYTES
WITH THE INCIDENCE OF PRETERM LABOR IN
DR. MOEWARDI HOSPITAL
Farida Maharani, Soffin Arfian, D. Dewi Nirlawati
Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta
ABSTRACT
Objective: This study aimed to determine the relation between elevated levels of
leukocytes with the incidence of preterm labor.
Methods: The study design in observational analytic used a cross sectional
approach which was held in August 2012 in the Obstetri and Gynecology Dr.
Moewardi Hospital. Data were obtained as many as 80 samples, the data obtained
from patients undergoing preterm labor and delivery aterm with purposive
sampling technique. Data were analyzed using Chi Square test with SPSS 19.0 for
windows.

Results: The elevated levels of leukocytes with incidence of preterm labor
showed that pregnant prematur’s labor woman is accompanied by leukocytosis of
23 cases (23.75%) and was not accompanied by leukocytosis of 17 cases
(21.25%). In other hand, pregnant women in aterm labor with leukocytosis was
accompanied by 8 cases (10%) and was not accompanied by leukocytosis is of 32
cases (40%). Based on the results of the Chi Square different test show a value of
X² leukocyte count higher than X² table (11.850> 7.00) with P value (0.001
35

10

12,5

Jumlah

80

100%

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa distribusi subjek berdasarkan usia ibu

hamil yang paling tinggi adalah pada usia reproduksi sehat, dengan jumlah 70 ibu
hamil atau sebesar 87,5 %.
Tabel 2. Distribusi Subjek Menurut Usia Ibu Dengan Persalinan Prematur dan
Aterm
Usia

Preterm

Aterm

< 20 tahun

0

0

20- 35 thun

33


37

> 35 tahun

7

3

Jumlah

40

40

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa persalinan prematur terbanyak
didapatkan pada kelompok usia kehamilan reproduktif sehat sebanyak 33 orang
atau sebesar 82,5 %.
Tabel 3. Distribusi Subjek Menurut Paritas
Paritas


Prematur

Aterm

Primigravida

21

20

Multigravida

19

20

Jumlah

40


40

Dari tabel 3 diketahui bahwa distribusi berdasarkan paritas didapatkan
hasil yang mengalami persalinan prematur pada primigravida lebih besar daripada
multigravida yaitu sebesar 21 pasien.

7

Tabel 4.

Distribusi Subjek menurut Kadar Hemoglobin dengan Persalinan
Prematur dan Aterm

Kadar Hemoglobin

Prematur

Aterm

< 11 g/dl


8

13

≥ 11 g/dl

32

27

Jumlah

40

40

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa pasien dengan kadar hemoglobin
kurang dari 11 g/dl pada pasien dengan persalinan prematur adalah sebanyak 8
orang.

Tabel 5. Crosstab Hubungan Kadar Leukosit Dengan Kejadian Persalinan
Prematur
Status

Kadar Leukosit

Total

Preterm

Aterm

≥ 15 (x10³)

23

8

31


< 15 (x10³)

17

32

49

Jumlah

40

40

80

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa di RSUD Dr. Moewardi, ibu hamil yang
menjalani persalinan prematur dengan disertai leukositosis adalah sebesar 23
kasus (28,75 %) dan ibu hamil yang menjalani persalinan prematur tanpa disertai
leukositosis adalah sebesar 17 kasus (21,25%). Sedangkan ibu hamil yang

menjalani persalinan aterm dengan disertai leukositosis adalah sebesar 8 kasus
(10%) dan ibu hamil yang menjalani persalinan aterm tanpa disertai dengan
leukositosis adalah sebesar 32 kasus (40%).
Untuk mengetahui apakah ada hubungan leukositosis dengan kejadian
persalinan prematur, dari data yang memenuhi kriteria analisis penelitian ini
dilakukan uji statistik dengan tes Chi Square menggunakan program SPSS 19.0
for Windows, sehingga didapatkan hasil X2= 11,850. X2 pada tabel = 7,00
(berdasarkan pada derajat kebebasan (db) = 1, dan α =0,05). Karena X2 hitung >
X2 tabel (11,850 > 7,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pada
penelitian ini terdapat hubungan antara peningkatan kadar leukosit dengan
kejadian persalinan prematur.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Dalam
penelitian cross sectional, untuk mengetahui faktor risiko dari masing-masing
variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat digunakan Rasio Prevalensi
(RP) berdasarkan tabel 2x2 seperti tercantum pada tabel 5. Rasio prevalensi dapat
dihitung dengan rumus RP= a/(a+b) : c/(c+d) dan hasilnya adalah 2,13. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa RP > 1 yang artinya adalah variabel tersebut
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit. Dalam kasus ini pasien dengan

8

leukositosis pada masa kehamilan mempunyai risiko 2,13 kali mengalami
persalinan prematur.
DISKUSI
Pada tabel 1 dapat dilihat persebaran menurut usia ibu hamil paling tinggi
pada usia reproduksi sehat yaitu sebanyak 70 sampel atau sebesar 87,5 %. Hal ini
berarti bahwa secara umum persebaran berdasarkan usia ibu hamil adalah sama
antara persalinan prematur dan persalinan aterm. Penggolongan lebih khusus lagi
terlihat pada tabel 2, ibu hamil yang mengalami persalinan prematur pada usia
reproduksi sehat sebanyak 33 sampel dan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 7.
Sedangkan untuk ibu hamil dengan persalinan aterm pada usia reproduksi sehat
adalah sebanyak 37 dan pada usia lebih dari 35 tahun sebanyak 3 sampel. Dari
sebaran data usia ibu didapatkan perbedaan yang kurang signifikan antara usia ibu
hamil pada persalinan prematur dan persalinan aterm.
Dari tabel 3 pada distribusi berdasarkan paritas ibu didapatkan hasil yang
mengalami persalinan prematur pada primigravida tidak jauh lebih besar daripada
multigravida yaitu sebesar 21 pasien. Hal tersebut memiliki kesamaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kusnawara (2001) dimana primigravida menjadi
salah satu faktor risiko persalinan prematur. Hal ini mungkin dikarenakan baik
pada primigravida muda maupun multigravida yang telah melahirkan lebih dari
tiga kali termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi dimana keduanya berperan
dalam meningkatkan insidensi persalinan prematur. Pada primigravida dengan
usia ibu yang muda, immaturitas secara biologis diduga berpengaruh terhadap
proses kehamilan, sedangkan pada multigravida yang telah melahirkan lebih dari
tiga kali cenderung mulai mengalami penurunan fungsi organ reproduksi sehingga
berisiko terjadinya komplikasi dalam kehamilan, yang salah satunya adalah
persalinan prematur.
Pada tabel 4 didapatkan data persebaran pasien dengan kadar hemoglobin
kurang dari 11g/dl dengan persalinan prematur adalah sebanyak 8 orang dan pada
pasien yang mengalami persalinan aterm adalah sebesar 13 orang. Didapatkan
perbedaan yang tidak terlalu jauh antara jumlah pasien yang mengalami anemia
pada pasien dengan persalinan prematur dan aterm. Hal ini mungkin disebabkan
karena saat kehamilan volume darah ibu mengalami peningkatan dengan kondisi
jumlah sel darah merah dan plasma darah yang meningkat, namun peningkatan
jumlah sel darah merah tidak seimbang dengan peningkatan jumlah plasma darah
sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodelusi). Dengan demikian ibu
hamil akan mengalami anemia ringan secara fisiologis.
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami persalinan
prematur dengan disertai leukositosis adalah sebesar 23 kasus dan tanpa disertai
leukositosis sebesar 17 kasus. Sedangkan ibu hamil yang menjalani persalinan
aterm dengan disertai leukositosis adalah sebesar 8 kasus dan ibu hamil yang
menjalani persalinan aterm tanpa disertai dengan leukositosis adalah sebesar 32
kasus. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Krisnadi pada tahun 2006 yang
menyebutkan bahwa infeksi yang ditandai dengan leukositosis secara tidak
langsung menjadi penyebab persalinan prematur. Pada penelitian ini didapatkan
perbedaan yang cukup signifikan pada kadar leukosit antara pasien dengan
persalinan prematur dan aterm, dimana jumlah pasien yang mengalami persalinan
9

prematur dengan leukositosis lebih tinggi daripada pasien dengan persalinan
aterm. Penjelasan yang diberikan dari temuan ini adalah bahwa salah satu
penyebab terjadinya persalinan prematur adalah infeksi pada ibu hamil, yang pada
umumnya ditandai dengan peningkatan kadar leukosit didalam darah. Adanya
infeksi didalam tubuh menyebabkan peningkatan mediator-mediator inflamasi
seperti PGE2 dan PGF2 yang menyebabkan angka leukosit di dalam darah
meningkat, dan secara tidak langsung juga menstimulasi kontraksi miometrium
yang berakibat persalinan lebih dini. Infeksi yang ditandai dengan adanya
leukositosis tersebut menjadi penyebab tidak langsung terhadap kejadian
persalinan prematur.
Dalam penelitian ini memiliki beberapa kekurangan, dimana
menggunakan data sekunder dan hanya mengacu pada hasil pendataan bagian
Rekam Medis, dengan disertai pembatasan pada pengambilan sampel.
Keterbatasan waktu menyebabkan metode penelitian yang digunakan adalah cross
sectional sehingga hanya dapat melakukan penelitian dalam satu waktu. Dari
penelitian ini juga belum bisa menyingkirkan penyebab persalinan prematur selain
infeksi secara 100%, serta tidak mempertimbangkan infeksi pada ibu hamil sudah
pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya atau tidak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian tentang hubungan peningkatan kadar leukosit dengan kejadian
persalinan prematur didapatkan ada hubungan antara peningkatan kadar leukosit
dengan kejadian persalinan prematur. Hubungan tersebut bermakna bahwa
leukositosis yang terjadi pada ibu hamil akibat infeksi mempunyai risiko 2,13 kali
mengalami persalinan prematur.
Pada ibu hamil perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya antenatal
care agar dapat melakukan pencegahan terjadinya persalinan prematur dengan
memperhatikan kesehatan kehamilan. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat
memberikan pendidikan dini kepada ibu hamil mengenai faktor risiko terjadinya
persalinan prematur, serta meningkatkan mutu pelayanan asuhan bagi ibu hamil
terutama pada kehamilan yang berisiko mengalami persalinan prematur.

10

DAFTAR PUSTAKA
Albertsen, K., Andersen, N. A. M., Olsen, J. 2004. Alcohol Consumption During
Pregnancy and The Risk of Preterm Delivery. American Journal of
Epidemiology. 159: 155-61
Arief, M. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Cetakan
1. Surakarta: LPP UNS dan UNS press
Binarso, A. M. 2008. Persalinan Preterm. Ilmu Kebidanan
Prawiroharjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sarwono

Candra, S., Dirga, K. K. 1998. Hubungan Korioamnionitis dengan persalinan
Preterm, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK USU.
Cardenas, I., Means, R. E., Aldo, P., Koga, K., Lang, S.M., Booth, C., Manzur,
A., Oyarzun, E. Romero, R., Mor, G. 2010. Viral Infection of The Plasenta
Leads to Fetal Inflammation and Sensitization to Bacterial Products
Predisposing to Preterm Labor. The Journal of Immunology. Vol 185: 124857
Challis, J. R., Lockwood, C. J., Myatt, L., Norman, J. E., Strausss III, J. F.,
Petraglia, F. 2009. Inflammation and Pregnancy. Reproduction Scient. 16,
205-16
Christiaens, I., Zaragoza, D. B., Guilbert, I., Robertson, S. A., Mitchell, B. F.,
Olson, D. M. 2008. Inflammatory processes in preterm and term parturition.
JRI. 79, 50-57
Cunningham, F. G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap, L. C., Hauth, J. C.,
Wenstrom, K. D. 2005. Obstetri William. Edisi 21. Jakarta: EGC
Dahlan, S. M. 2010. Seri Evidence Based Medicine: Langkah-langkah Membuat
Proposal Penelitian di Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2.
Jakarta: Sagung Seto
Departeman Kesehatan RI. 2008. Kedaruratan Kebidanan Buku Ajar Untuk
Program Pendidikan Bidan. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Drust, O.A. 2002. Preterm delivery. Risk versus benevit of intervention.
Women’s Health Report. Vol 2: 59-64
Effendi, Z. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam Tubuh.
www.repository.usu.id diunduh pada tanggal 16 Maret 2012
Fishman, S. G., Chasen, S. T., Maheshwari, B. 2011. Risk Factors for Preterm
Delivery with Placenta Previa. Journal of Perinatal Medicine. Vol 39:693-6
Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Gomez, N., Guilbert, L. J., Olson, D. M. 2010. Invasion of the leukocytes into the
fetal-maternal interface during pregnancy. JLB. Vol 10: 122-31

11

Juliani, D., Rastini, A. 2007. Fetal Fibronectin Sebagai Prediktor Partus
Prematurus. Cermin Dunia Kedokteran. Vol 34: 158-245
Kambafwile, J. M., Cousens, S., Hansen, T., Lawn, J. E. 2010. Antenatal steroids
in preterm labour for the prevention of neonatal deaths due to complication
of preterms birth. The International Journal of Epidemiology. Vol 34: 12233
Krammer, M. S., McLean, F. H., Eason, E. L. 1992. Maternal Nutrition and
Spontaneous Preterm Birth. American Journal of Epidemiology.136: 574-83
Krasovec, K. Background issues, In : Karasovec, K, Anderson, MA, eds.
Maternal nutrition and Pregnancy Outcome. Pan Ammerican Health
Organization, Scient. Public. 2001; No.529: 119-31
Krisnadi, S. R. 2006. Dampak Infeksi Genital Terhadap Persalinan Kurang Bulan.
Cermin Dunia Kedokteran No. 151
Krisnadi, S. R, Effendi, S. J., & Pribadi, A. 2009. Prematuritas. Bandung: Refika
Aditama.
Kusnawara, Yanto. 2001. Hubungan Infeksi Saluran Kemih Dengan Partus
Prematurus. Semarang, Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Thesis.
Latief, A., Napitupulu. P. M., Pudjiadi, A. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3.
Jakarta: Infomedika.
Malinowski, W. 2011. Premature Rupture of Membranes One Fetus From a
Multiple Pregnancy. Ginekologia Polska. Vol 82: 775-80
Mansjoer, A. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, cetakan 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
Mc.Donald, H. M., Spellacy, W. N., 1992. Prenatal microbiological risk factor
associated with preterm birth. Journal Obstetric and Gynecology. 99: 190-6
Mc.Gregor, J. A., French J. I. 2000. Bacterial Vaginosis in Pregnancy. Obstetric
and Gynecology Survey. 55: 81-90
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sample Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta
Nuada, I. N., Made, K. K., Ketut, S. 2004. Risiko Partus Prematurus Iminen pada
Kehamilan dengan Infeksi Saluran Kemih. Cermin Dunia Kedokteran. 145:
26-30
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
12

Romero, R., Mazor, M. 1998. Infection and preterm labor. Clinical Obstetri and
Gynecology. 31, 553-584
Rompas, J. 2004. Pengelolaan Persalinan Preterm. Cermin Dunia Kedokteran No.
145
Ross, M. G., Edden, R. D. 2011. Preterm Labor. www.emedicine.com diunduh
pada tanggal 2 Maret 2012
Siegel, I., Gleicher, N. 1981. Peripheral white blood cell alterations in early labor.
Diag Gynecology Obstetry. 3: 123-26
Shehadeh A. Elderly primigravida and pregnancy outcome. Journal Res Medical
sci. 2002; 9(2): 8-11.
Suardana, K., Jaya, K. A. A. N., Suwiyoga, K., Susraini, A. A. A. N. 2004.
Korioamnionitis Histopatologik sebagai Risiko Persalinan Preterm di RS
Sanglah Denpasar. Cermin Dunia Kedokteran. 145. 17-20
Sutedjo, A. Y. 2008. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Wirawan, P. A. A. N., Kusuma, J. A. A. N., Sukrama, D. M., Dharmadi, M. 2004.
Risiko Ancaman Persalinan Preterm pada Infeksi Clamydia Trachomatis.
Cermin Dunia Kedokteran. 145: 21-4
Yuan, M., Jordan, F., McInnes, I. B., Harnett, M. M., Norman, J. E. 2009.
Leukocytes are primed in peripheral blood for activation during term and
preterm labour. Molecular Human Reproduction. Vol.15: 713-24

13