PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Tenaga Kerja Di Bagian Peleburan Logam Koperasi Batur Jaya Ceper Klaten.

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN
TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM
KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh
ARI ANGGARA FAJAR NUGROHO
J 410 080 009

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN
TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM
KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN

Oleh :
Ari Anggara Fajar Nugroho 1, Tarwaka²*, Suwaji ²*
¹Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
²Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada pada kondisi yang
ekstrim panas dan dingin dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan
menurut standar kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ada dan
tidaknya pengaruh iklim kerja panas terhadap kelelahan kerja pada pekerja bagian peleburan
logam. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode survai yang menggunakan
pendekatan Cross Sectional. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian
menggunakan Uji Mann-Whitney dengan SPSS versi 16. Hasil penelitian ini menunjukkan
signifikan pada pos-test 0,000 < 0,005. Hal ini berarti ada perbedaan tingkat kelelahan yang
signifikan antara bagian peleburan dan bagian produksi sesudah bekerja. Tingkat kelelahan di
bagian peleburan lebih tinggi dibandingkan dengan bagian produksi. Berdasarkan hasil uji
Mann-Whitney tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh iklim kerja panas

terhadap kelelahan tenaga kerja (p=0,000).
Kata Kunci : Iklim Kerja, Kelelahan Tenaga Kerja
A working-climate is one of the physical factors that potentially causes a danger potential which
can cause health disorders to the workers when they are in the extremely hot or cold situation
with the over degree of the threshold permitted according to the health standard. This research
was aimed to find out whether there was a differentiation or not the influence of hot work climate
to the workers’ fatigue in the metal smelting section. This research was a quantitative one with a
survey method by using Cross Sectional Approach. The statistic test used to analyze the research
data was Mann-Whitney Test with SPSS version 21. The result showed significantly at the posttest 0.000240,0-410,0 milidetik dengan selisih standar deviasi
11.
Tabel 4.6 Hasil pengukuran Kelelahan Kerja Dengan Kecepatan
Waktu Reaksi Rangsang Cahaya Sebelum dan Sesudah
Bekerja Di Bagian Produksi
No

Umur

Sebelum

Sesudah


Selisih

Responden

(tahun)

(milidetik)

(milidetik)

(milidetik)

1

55

243,73

313,10


69,37

2

35

232,07

236,77

4,70

3

50

239,94

286,52


46,58

4

45

249,04

312,49

63,45

5

30

254,89

315,11


60,22

6

40

226,39

313,17

86,78

7

35

237,29

302,11


64,82

8

50

230,54

289,23

58,69

9

26

246,99

348,66


101,67

10

39

264,04

295,99

31,95

11

21

241,09

301,39


60,30

12

44

265,10

300,96

35.86

13

42

256,68

290,56


33,88

14

44

255,14

270,09

14,95

15

42

259,52

271,98


12,46

Jumlah

3702,45

4448,13

745,68

Rata-rata

246,83

296,542

49,712

Standart Deviasi

10,284

21,516

7

Berdasakan tabel diatas pengukuran tingkat kelelahan bagian produksi di
Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten Tahun 2013 diperoleh rata-rata kelelahan sebelum
bekerja adalah 246,83 milidetik dengan standar deviasi sebesar 10,284 dan sesudah
bekerja tingkat kelelahan meningkat menjadi 296,54 milidetik dengan standar deviasi
sebesar 21,516 dari hasil pengukuran kelelahan ini masuk dalam kategori Kelelahan
Kerja Ringan (KKR) karena waktu reaksi >240,0-410,0 milidetik dengan selisih standar
deviasi 7.
Tabel 4.7 Uji Statistik Tingkat Kelelahan
Sebelum dan Sesudah Bekerja
Standar
Perlakuan

N

Rata – rata

Deviasi

Sebelum

15

247,430

12,293

Bagian

Sesudah

15

330,910

28,092

Peleburan

Total

30

Sebelum

15

246,830

10,284

Bagian

Sesudah

15

296,542

21,516

Produksi

Total

30

Variabel

Sig

0,000

0,000

Berdasakan tabel 13 data tingkat keleahan sebelum dan sesudah bekerja di bagian
peleburan dan bagian produksi dengan uji man Whitney yaitu:
a. Diketahui nilai signifikan pada bagian peleburan 0,000 < 0,050. Hal ini berarti ada
perbedaan yang signifikan tingkat kelelahan sebelum dan sesudah bekerja pada
bagian peleburan.
b. Diketahui nilai signifikan pada bagian produksi 0,000 < 0,050 hal ini berarti ada
perbedaan yang signifikan tingkat kelelahan sebelum dan sesudah bekerja pada
bagian produksi.

Tabel 4.8 Uji Statistik Tingkat Kelelahan pada
Bagian Peleburan dan Bagian Produksi
Standart
Variabel

Ruangan

N

Rata-rata

Deviasi

kerja

Peleburan

15

247,43

12,293

(pre-test)

Produksi

15

246,83

10,284

Total

30

bekerja

Peleburan

15

330,90

28,092

(post-test)

Produksi

15

296,54

21,516

Total

30

Sig

Kelelahan sebelum

0,902

Kelelahan setelah

0,000

Berdasakan tabel 14 data tingkat kelelahan sebelum kerja (pre-test) dan kelelahan
setelah bekerja (pos-test) di bagian peleburan dan bagian produksi dengan Uji mannWhitney Test yaitu:
a. Diketahui tidak signifikan pada pre-test 0,050 > 0,902. Hal ini berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara bagian peleburan dan bagian produksi sebelum
bekerja
b. Diketahui signifikan pada pos-test 0,000 < 0,050. Hal ini berarti ada perbedaan
tingkat kelelahan yang signifikan antara bagian peleburan dan bagian produksi
Sesudah bekerja. Tingkat kelelahan pada bagian peleburan lebih tinggi dibandingkan
dengan bagian produksi. Berdasarkan hasil uji penelitian Mann-Whitney tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh iklim kerja panas terhadap
kelelahan tenaga kerja (p = 0,000).
PEMBAHASAN
Masa Kerja
Dalam penelitian ini masa kerja subjek penelitian berkisar antara >3 bulan – 15
tahun dengan rata-rata 8 tahun dengan rata-rata sebagian besar sudah bekerja antara 6-10
tahun sebanyak 15 orang (50%) dari 30 tenaga kerja.
Umur

Dalam penelitian ini didapat bahwa sebagian besar umur tenaga kerja > 35
tahun sebanyak 20 orang (66,7%) dari 30 responden dan yang berumur < 25 tahun ada 2
orang (6,7%) sedangkan yang berumur antara 25-35 tahun ada 8 orang (26,%). Penelitian
ini dilakukan pada karyawan di Koperasi Industri Batur Jaya Ceper Klaten sebanyak 30
responden dengan 15 responden pada karyawan bagian pegecoran dan 15 lainnya
karyawan pada bagian produksi. Karakteristik responden pada penelitian ini adalah
bahwa semua karyawan berjenis kelamin laki-laki dan masa kerja > 3 bulan dan memiliki
umur kebanyakan adalah lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 66,7% dari keseluruhan
responden.
Beban Kerja
Dari hasil pengukuran di dapat nilai rata-rata denyut nadi tenaga kerja di bagian
peleburan di dapat 130,2/menit termasuk beban kerja sedang dan hasil pengukuran pada
bagian produksi di dapat nilai rata-rata denyut nadi tenaga kerja di dapat 90,13/menit
termasuk beban kerja ringan.
Iklim Kerja Panas
Hasil pengukuran iklim kerja panas di Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten pada
bagian peleburan didapat hasil rata-rata ISBB 28,9 0C dengan kondisi cuaca saat itu turun
hujan. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indek Suhu Basah dan Suhu Bola (ISBB) yang
diperkenankan berdasarkan Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja maka diketahui bahwa iklim kerja
dibagian peleburan melebihi NAB yaitu 28,0 0C. Sedangkan hasil pengukuran iklim kerja
panas di ruang produksi di dapatkan rata-rata iklim kerja panas sebesar 26,40C dan masih
sesuai standar di bawah NAB dengan standar iklim kerja panas (30,60C) termasuk
kategori beban kerja ringan dengan lama kerja 8 jam perhari istirahat 1 jam. Menurut
Suma’mur (2009), sumber panas radiasi adalah berasal dari permukaan matahari yang
panas dan memancarkan sinar dari permukaan itu sendiri. Suhu udara (iklim kerja panas)
selalu dipengaruhi oleh cuaca lingkungan.
Kelelahan Kerja
1. Perbandingan Tingkat Kelelahan Sebelum dan Sesudah Bekerja.
Hasil pengukuran uji Mann-Whitney didapat nilai signifikasi pada bagian
peleburan (sig= 0,000 < 0,050), maka hal ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

yang signifikan tingkat kelelahan sebelum dan sesudah bekerja pada bagian peleburan.
Pada bagian produksi didapat nilai signifikansi pada bagian produksi (sig= 0,000 <
0,050), maka hal ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat
kelelahan sebelum dan sesudah bekerja pada bagian produksi . Berdasarkan dari hasil
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa iklim kerja panas dibagian peleburan maupun di
bagian produksi dapat mempengaruhi tingkat kelelahan tenaga kerja.
2. Perbandingan Tingkat kelelahan pada bagian peleburan dan bagian produksi
Dari hasil uji didapat nilai signifikasi tidak signifikan pada pre-test 0,050 > 0,902,
maka hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada bagian
peleburan dan bagian produksi sebelum bekerja. Sedangkan hasil uji didapat nilai
signifikasi setelah bekerja diketahui signifikan pada pos-test 0,000 < 0,050, maka hal ini
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada bagian peleburan dan
bagian produksi Sesudah bekerja. Berdasarkan hasil uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan antara tingkat kelelahan pre-test dan post-test dibagian peleburan
dan produksi. Menurut Suma’mur (2009) menuliskan bahwa iklim kerja adalah
kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan udara dan panas radiasi.
Kombinasi keempat faktor tersebut yang dipadankan dengan produksi panas oleh tubuh
sendiri disebut tekanan panas heat stress. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan Anggrayani Rosita Sari (2011) dengan judul pengaruh tekanan panas
terhadap kelelahan kerja pada pekerja di industri pembuatan batu bata, yang mengatakan
bahwa iklim kerja panas yang tinggi (area outdoor) lebih melelahkan dari pada iklim
kerja panas yang lebih rendah (area indoor) di Industri Pembuatan Batu Bata Ds.
Sukorejo Sragen.
Tingkat kelelahan kerja pada bagian peleburan lebih tinggi dibandingkan tingkat
kelelahan kerja pada bagian produksi, hal ini disebabkan karena sumber panas berada
pada bagian peleburan yaitu tungku atau kuali besar yang digunakan untuk meleburkan
logam, jadi semakin tinggi tingkat iklim kerja panas semakin tinggi juga tingkat
kelelahan kerjanya. Beban kerja juga mempengaruhi kelelahan kerja dari hasil
pengukuran denyut nadi untuk menentukan beban kerja didapatkan hasil rata-rata denyut
nadi/menit untuk bagian peleburan 130,2 denyut nadi/menit masuk dalam kategori beban
kerja sedang, pada bagian produksi 90,13 denyut nadi/menit masuk dalam kategori

beban kerja ringan, jadi semakin besar beban kerja yang diterima tenaga kerja maka
semakin besar pula tingkat kelelahan kerjanya.
Diketahui bahwa Sum of ranks di bagian peleburan 345 dan di bagian produksi
306. Jadi tingkat kelelahan di bagian peleburan lebih tinggi dari pada tempat produksi
dengan suhu dibagian produksi 26,40C dan bagian peleburan 28,90C dengan kondisi saat
penelitian turun hujan, jadi semakin panas tempat bekerja semakin tinggi pula tingkat
kelelahan.
Simpulan
1. Ada perbedaan antara kondisi iklim kerja panas di bagian produksi sebelum dan
sesudah bekerja terhadap kelelahan tenaga kerja.
2. Ada perbedaan antara kondisi iklim kerja panas di bagian peleburan sebelum dan
sesudah bekerja terhadap kelelahan tenaga kerja.
3. Ada pengaruh iklim kerja panas terhadap kelelahan tenaga kerja setelah bekerja di
bagian peleburan logam.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Sebaiknya Koperasi Batur Jaya menyediakan tempat minum untuk para pekerja
diusahakan tidak jauh dari tenaga kerja dan air minumnya harus mengandung garam
natrium, sehingga dapat menggantikan cairan yang hilang saat berkeringat.
2. Sebaiknya pemilik Koperasi Batur Jaya hendaknya menyediakan tempat istirahat
yang nyaman, letaknya terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan tenaga para
pekerja.
3. Sebaiknya pada bagian peleburan yang memilki iklim kerja panas > NAB dilakukan
perbaikan ventilasi dan pemasang blower agar sirkulasi udara di dalam ruangan
menjadi lancar dan baik, hal itu berguna untuk mengurangi paparan panas, sehingga
tingkat kelelahan tenaga kerja dapat diminimalkan.

4. Untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan akibat terpapar suhu udara yang
tinggi, pemilik Koperasi Batur Jaya hendaknya mengatur lamanya waktu kerja dan
istirahat pekerja, yang harus disesuaikan dengan tingkat iklim kerja panas yang
dihadapi oleh pekerja secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB yaitu, 75%
kerja dan 25% istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

Budiono S, dkk, 2003. Bunga Rampai Hyperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Djati, A. 2010.Perbedaan Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja antara shift siang dan Shift Malam
Di Bagian CPA JOB Pertamina-Petrochia Eats Java Di Kabupaten Tuban jawa Timur
(Skripsi). Surakarta : UNS.
Direktur Jendral Bina Marga, 1999. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan.
Surabaya : Yudistira
Habsari, D. 2003. Bunga rampai hiperkes dan KK. Semarang: Badan penerbit UNDIP.
HIPERKES., 2011. Praktikum Laboratorium Hiperkes Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY Balai Hiperkes dan Keselamata Kerja.
Heru Gustaf, Haryono, 2008. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC.
I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Kepmenaker dan Transmigrasi Nomor KEP. 13/MEN/X/2011 Standar Pajanan Bahaya Fisik di
Tempat Kerja.
Kurniawan, 2007. Konsep Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan. Jakarta
: EGC
Nurmianto., 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
Ramandhani,S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Rosita Anggrayani S, 2011. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Kelelahan Kerja Pada Pekerja
di Industri Pembuatan Batu Bata Desa Sukorejo Sragen. http/digilib.uns.ac.id.
Rudy.,

2012. Gubernur Kalsel Terima Penghargaan Kemenakertrans. http//www.
Kalselprov.co.id/berita/gubernur-kalsel-terima-penghargaan: Kepmenakertrans.

Oentoro, 2004. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Setyawati. 2010. Selintas Tetang Kelelahan Kerja. Yogyakarta : Asmara Books.
Suma’mur P. K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Agung.

Toko Gunung

Tarwaka, Bakri, S., dan Sudiajen, L., 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.l.
Tarwaka. 2008. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri. Surakarta : Harapan Press.
Umar Fahmi., 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: UI press

Dokumen yang terkait

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN SIZING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Pada Pekerja Di Bagian Sizing Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

0 3 16

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN SIZING PT. ISKANDAR INDAH Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Pada Pekerja Di Bagian Sizing Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

0 3 12

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN BOILER Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Dehidrasi Dan Kelelahan Pada Tenaga Kerja Bagian Boiler Di Pt Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang.

1 3 16

PENDAHULUAN Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Dehidrasi Dan Kelelahan Pada Tenaga Kerja Bagian Boiler Di Pt Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang.

2 8 9

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Dehidrasi Dan Kelelahan Pada Tenaga Kerja Bagian Boiler Di Pt Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang.

0 5 16

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP TEKANAN DARAH TENAGA KERJA PADA PENGECORAN LOGAM DI KOPERASI BATUR Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Tenaga Kerja Pada Pengecoran Logam Di Koperasi Batur Jaya Ceper- Klaten.

0 3 16

PENDAHULUAN Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Tenaga Kerja Pada Pengecoran Logam Di Koperasi Batur Jaya Ceper- Klaten.

0 4 6

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP TEKANAN DARAH TENAGA KERJA PADA PENGECORAN LOGAM DI KOPERASI BATUR JAYA CEPER- Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Tenaga Kerja Pada Pengecoran Logam Di Koperasi Batur Jaya Ceper- Klaten.

0 1 16

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Tenaga Kerja Di Bagian Peleburan Logam Koperasi Batur Jaya Ceper Klaten.

0 2 17

PENDAHULUAN Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Tenaga Kerja Di Bagian Peleburan Logam Koperasi Batur Jaya Ceper Klaten.

0 2 6