PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (Air) Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Prestasi Belajar Matematika Si

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY
REPETITION (AIR) DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA
(PTK Pada Siswa Kelas X Jurusan Pemasaran
SMK Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014)

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memenuhi Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Matematika

SARASWATI
A 410 100 006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014


1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY
REPETITION (AIR) DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA
(PTK Pada Siswa Kelas X Jurusan Pemasaran
SMK Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh
Oleh
Saraswati1, Rita P. Khotimah2
1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, saras7241@gmail.com
2

Staf Pengajar UMS Surakarta, rppramujiyanti@ums.ac.id


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan peningkatan
kemampuan komunikasi dan prestasi belajar matematika pada siswa kelas X
jurusan Pemasaran SMK Batik 1 Surakarta dengan menggunakan model
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penerima tindakan
adalah siswa kelas X PM SMK Batik 1 Surakarta yang berjumlah 33 siswa.
Peleksanaan tindakan kelas dilaksanakan selama dua siklus. Metode pengumpulan
data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan alur yang terjadi
melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk menjamin
validitas data, digunakan teknik triangulasi metode dan triangulasi penyidik. Hasil
penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi dan prestasi
belajar mateamtika siswa, dapat dilihat dari : 1) kemampuan siswa mengajukan
pertanyaan sebelum tindakan 12,12% dan setelah tindakan 54,54%, 2)
kemampuan siswa menjawab pertanyaan sebelum tindakan 13,2% dan setelah
tindakan 60,6%, 3) kemampuan siswa bekerja sama dalam kelompok sebelum
tindakan 15,15% dan setelah tindakan 69,69%, 4) kemampuan siswa


2

mengemukakan ide matematika secara tertulis sebelum tindakan 21,21% dan
setelah tindakan 75,75%, 5) prestasi belajar siswa sebelum tindakan 15,15% dan
setelah tindakan 60,6%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
persamaan dan pertidaksamaan linier dan persamaan kuadrat.

Kata kunci : kemampuan komunikasi, prestasi, Auditory Intellectually Repetition,
Contextual Teaching and Learning

PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia berkembang dengan baik. Pendidikan selain untuk
mencari ilmu juga berguna untuk meningkatkan sumber daya yang berkualitas
yang mampu bersaing dalam segala bidang terutama dalam pendidikan. Dengan
peningkatan kualitas pendidikan akan lebih mudah meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Matematika merupakan ilmu dasar yang digunakan dalam pengembangan

ilmu pengetahuan lain. Dalam bidang pendidikan, banyak pembelajaran yang
menggunakan ilmu matematika. Pelajaran matematika masih sulit dan
membosankan

bagi

siswa,

sehingga

diperlukan

adanya

inovasi

dalam

pembelajaran yang membuat matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan.
Menurut Uno B. Hamzah (2007:252) matematika adalah sebagai suatu bidang

ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai
persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi,
generalitas dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang aritmatika,
aljabar, geometri, dan analisis.
Pengembangan komunikasi menurut Permen Nomor 23 Tahun 2006 juga
menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika dan menjadi salah satu
standar kompetensi lulusan dalam bidang matematika. Melalui pembelajaran

3

matematika, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untu memperjelas keadaan atau masalah.
Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti, kemampuan
komunikasi matematika siswa kelas X Pemasaran SMK Batik 1 Surakarta yang
terdiri dari 33 siswa, kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan sebanyak 4
siswa (12,12%), kemampuan menjawab pertanyaan sebanyak 4 siswa (12,12%),
kemampuan mengemukakan ide matematika secara tertulis sebesar 7 siswa
(21,21%), kemampuan bekerja sama dalam kelompok sebesar 5 siswa (15,15%).
Siswa yang tuntas KKM ≥ 75 sebesar 5 siswa (15,15%). Dilihat dari presentasi
kemampuan komunikasi dan prestasi belajar matematika tersebut masih rendah.


Banyak faktor yang mempengaruhi lemahnya komunikasi dan prestasi
dalam pembelajaran matematika antara lain : guru yang menyampaikan
pembelajaran masih konvensional, kurangnya minat siswa dalam belajar
matematika, pembelajaran yang masih terpusat pada guru, siswa pasif dalam
pembelajaran, dan faktor latar belakang siswa.
Berbagai usaha telah dilakukan guru matematika di SMK Batik 1
Surakarta dalam mengatasi masalah tersebut, seperti melakukan diskusi dan tanya
jawab dalam kelas. Usaha tersebut belum mampu meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa di kelas,

sehingga siswa yang komunikasi

matematikanya baik hanya sedikit saja. Banyak faktor yang mempengaruhi
lemahnya komunikasi dan prestasi dalam pembelajaran matematika antara lain :
guru yang menyampaikan pembelajaran masih konvensional, kurangnya minat
siswa dalam belajar matematika, pembelajaran yang masih terpusat pada guru,
siswa pasif dalam pembelajaran, dan faktor latar belakang siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

matematika adalah model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
dengan

pendekatan

Contextual

Teaching

and

Learning

(CTL).

Model

pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) diartikan sebagai model
pembelajaran yang menekankan tiga aspek, yaitu auditory (belajar dengan
mendengar), intellectually (belajar dengan berfikir), dan repetition (pengulangan


4

agar belajar menjadi lebih efektif). Dalam penelitian ini model pembelajaran AIR
dikombinasikan dengan pendekatan CTL yang terdiri dari asas-asas pembelajaran
CTL.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan peningkatan
kemampuan komunikasi dan prestasi belajara matematika siswa kelas X PM SMK
Batik 1 Surakarta dengan menggunakan model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL). Indikator pencapaian adalah apabila lebih dari 50% siswa dapat
menjawab pertanyaan, lebih dari 50% siswa dapat mengajukan pertanyaan, lebih
dari 55% siswa mampu bekerja sama dalam kelompok, dan lebih dari 55% siswa
dapat mengemukakan ide matematika secara tertulis. Serta lebih dari 50% siswa
yang tuntas KKM ≥ 75.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan desain


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaborasi antara guru
matematika, dan peneliti. Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas X Jurusan
Pemasaran SMK Batik 1 Surakarta yang berjumlah 33 siswa dan subyek
pelaksana tindakan adalah guru matematika kelas X PM dibantu oleh peneliti.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang langkah-langkah
yang tepat dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan prestasi siswa dalam
pembelajaran matematika di kelas melalui penerapan model pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning. Penelitian tindakan ini merupakan kegiatan pemecahan masalah yang
dimulai dari : 1) dialog awal, 2) perencanaan, 3) pelaksanaan, 4) observasi, 5)
refleksi, 6) evaluasi, 7) penyimpulan.
Dialog awal digunakan untuk mengetahui keadaan umum siswa dan
permasalahan pada proses belajar mengajar matematika. Perencanaan tindakan
mengacu pada hasil dialog awal yang telah dirumuskan pada fokus permasalahan
kemampuan komunikasi dan prestasi belajar matematika siswa. Pelaksanaan
tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan. Selanjutnya dari pelaksanaan
yang diimplementasikan melalui penerapan model pembelajaran Auditory

5


Intellectually Repetition dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning.
Oleh karena itu, rencana tindakan bersifat sementara fleksibel dan siap diubah
sesuai dengan keadaan yang ada.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini disesuaikan dengan fokus
tujuan penelitian. Pengambilan data ini yaitu dengan: mengamati interaksi antara
1)observasi untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dan
interkasi antara guru dengan siswa, 2) catatan lapangan yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran berlangsung, dan kemampuan komunikasi belajar
matematika siswa, 3) tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
siswa dan mengukur prestasi belajar matematika siswa, 4) dokumentasi berfungsi
untuk mendapatkan data sekolah, nama siswa, dan foto-foto selama proses
penelitian.

Pengembangan instrumen penelitian tindakan ini menggunakan

lembar pedoman observasi, catatan lapangan, dan soal tes.
Keabsahan data pada penelitian ini menggunakan tiangulasi penyidik
dengan jalan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk
kepentingan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Teknik analisis data

yang digunakan adalah dengan menggunakan metode alur yang terjadi dari
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Analisis hasil ditekankan pada
siswa yang mampu mengajukan pertanyaan, siswa yang mampu menjawab
pertanyaan, siswa yang mampu bekerja sama dalam kelompok, dan siswa yang
mampu mengemukakan ide matematika secara tertulis. Pengumpulan pendapat
guru dilakukan dengan wawancara yang dilakukan setiap akhir tindakan dangan
refleksi dan evaluasi tindakan selama pelaksanaan pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning mendapat tanggapan yang positif
dari

guru

matematika.

Langkah-langkah

model

pembelajaran

Auditory

Intellectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) yaitu: 1) Guru menjelaskan materi dan siswa memperhatikan
penjelasan guru, (2) Guru memberi pertanyaan kepada siswa, 3) Siswa mencari
jawaban dari pertanyaan guru sebagai pembuka materi, 4) Setiap kelompok

6

mendiskusikan materi yang dijelaskan oleh guru, 5) guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami, 6) Guru
memberi masalah yang berkaitan tentang materi yang disampaikan, 7) Setiap
kelompok berdiskusi untuk mencari penyelesaian dari masalah yang diberikan
oleh guru, 8) Salah satu kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas, 9) Setiap siswa membuat rangkuman dari hasil pembelajaran, 10) Guru
memberikan pengulangan materi dengan memberikan kuis atau tugas individu
untuk pemahaman materi, 11) Guru memberikan penilaian pada tugas individu
siswa untuk mengukur kemampuan siswa, hal ini terbukti dari adanya
peningkatan indikator-indikator kemampuan komunikasi dan prestasi belajar
matematika

siswa

yang

meliputi

kemampuan

mengajukan

pertanyaan,

kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan mengemukakan ide matematika
secara tertulis, dan kemampuan siswa bekerja sama dalam kelompok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, data peningkatan kemampuan
komunikasi ditunjukkan pada tabel 1 dan dilustrasikan pada grafik 1 :
Tabel 1
Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Kemampuan komunikasi siswa

Sebelum

Siklus I

Siklus II

4 siswa

7 siswa

18 siswa

(12,12%)

(21,21%)

(54,54%)

4 siswa

10 siswa

20 siswa

(12,12%)

(30,3%)

(60,6%)

7 siswa

16 siswa

25 siswa

(21,21%)

(48,48%)

(75,75%)

5 siswa

14 siswa

23 siswa

(15,15%)

(42,42%)

(69,69%)

Tindakan
Kemampuan mengajukan pertanyaan

Kemampuan

menjawab

pertanyaan

secara lisan, dan tertulis
Kemampuan siswa menuliskan ide
matematika secara visual
Kemampuan siswa bekerja sama dalam
kelompok

7

Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Siswa
dalam Pembelajaran Matematika
30

Kemampuan siswa
mengajukan pertanyaan

Jumlah
Siswa

25

20

Kemampuan siswa
menjwab pertanyaan

15

Kemampuan siswa
menuliskan ide
matematika

10

Kemampuan siswa
bekerja sama dalam
kelompok

5

0

Sebelum
Tindakan

Siklus I

Siklus II

Grafik 1
Data mengenai peningkatan pretasi belajar matematika dapat dilihat peda tabel 2
dan grafik 2 :
Tabel 2
Prestasi belajar siswa

Sebelum

Siklus I

Siklus II

5 siswa

11 siswa

20 siswa

(15,15%)

(33,33%)

(60,6%)

Tindakan
Jumlah siswa tuntas KKM

8

Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
25

Jumlah Siswa

20
15
Prest asi Belajar
M at emat ika

10
5
0
Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

Grafik 2
Dari grafik 1 dan tabel 1 di atas menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika sebelum dan
setelah tindakan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Kemampuan
komunikasi siswa mengalami peningkatan mulai siklus I sampai siklus II. Dengan
meningkatnya kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika
berpengaruh dalam peningkatan prestasi siswa yang terlihat dengan meningkatnya
jumlah siswa yang tuntas KKM dari soal evaluasi mandiri yang diberikan setiap
akhir tindakan siklus.
Tindak mengajar yang telah dilakukan oleh guru matematika SMK Batik 1
Surakarta dengan penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi dan prestasi belajar matematika siswa
kelas X PM. Yang dapat dilihat dari indikator kemampuan komunikasi : a)
kemampuan mengajukan pertanyaan, b) kemampuan menjawab pertanyaan, c)
kemampuan bekerja sama dalam kelompok, d) kemampuan mengemukakan ide
matematika secara tertulis. Hal ini dapat dicapai dengan baik sehingga
berpengaruh pada meningkatnya prestasi belajar matematika siswa.

9

Dari hasil penelitian yang telah dicapai terhadap penelitian yang telah
dilaksanakan, maka peneliti memperkuat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Sunyoto, Aleksius, dan Zainuri (2010) menyatakan bahwa model pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition dapat meningkatkan kreativitas belajar
matematika siswa kelas X TKJ 3 SMK Negeri I Surabaya tahun ajaran 2009/2010.
Menurut Ambarjaya (2012:110) menyatakan bahwa komunikasi adalah
kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran
atau perasaan. Komunikasi adalah pemindahan informasi dan pengertian dari satu
orang ke orang lain.
Menurut Tirtonegoro (2001:43) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Penelitian Ali Mahmudi (2009) menyimpulkan bahwa proses komunikasi
yang berpotensi dalam memicu siswa untuk mengembangkan ide-ide dan
membangun pengetahuan matematikanya. Begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suwarno (2007) menyatakan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan pretasi belajar matematika siswa pada
siswa kelas VII E SMP Negeri 4 Sukoharjo pada materi Pertidaksamaan Linier
Satu Variabel.
Penelitian yang dilakukan oleh Jamaluddin, Johan, dan Kurniasari (2013)
yang menyatakan bahwa pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII-A MTs Assa’adah pada
materi teorema phytagoras. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan
Ferryansyah (2011) menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang
dalam pembelajaran disertai dengan penciptaan kondisi alfa lebih baik daripada
yang tidak disertai penciptaan kondisi alfa.
Dari penelitian-penelitian di atas, hasil penelitian peneliti ini mendukung
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Peneliti telah melakukan penelitian
pada kelas X Pemasaran SMK Batik 1 Surakarta melalui model pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition dengan pendekatan Contextual Teaching and

10

Learning dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan prestasi belajar
matematika siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari indikator-indikator
kemempuan komuniakasi dan prestasi belajar matematika siswa.
SIMPULAN
Penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran matematika
pada pokok bahasan persamaan dan pertidaksamaan linier dan persamaan kuadrat
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dan prestasi
belajar matematika siswa. Peningkatan kemampuan komunikasi dan prestasi
belajar matematika siswa dapat dilihat dari indikator :
1. kemampuan siswa mengajukan pertanyaan sebelum tindakan 4 siswa (12,12%),

siklus I ada 7 siswa (21,21%), setelah tindakan siklus II

ada 18 siswa

(54,54%).
2. kemampuan

siswa

menjawab

pertanyaan

sebelum

tindakan

ada

4

siswa(12,12%), setelah tindakan siklus I ada 10 siswa (30,3%), dan setelah
siklus II ada 20 siswa (60,6%).
3. Kemampuan siswa mengemukakan ide matematika secara tertulis sebelum

tindakan ada 7 siswa (21,21%), tindakan siklus I ada 16 siswa (48,48%), dan
tindakan siklus II ada 25 siswa (75,75%).
4. kemampuan siswa bekerja sama dalam kelompok sebelum tindakan ada 5

siswa (15,15), tindakan siklus I ada 14 siswa (42,42%), dan siklus II ada 23
siswa (69,69%).
Prestasi belajar matematika siswa dapat dilihat dari meningkatnya jumlah
siswa yang tintas KKM, pada sebelum tindakan sebanyak 5 siswa (15,15%),
tindakan siklus I sebanyak 11 siswa (33,33%), dan tindakan siklus II sebanak 20
siswa (60,6%).
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dalam upaya untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi dan prestasi siswa dalam pembelajaran
matematika dengan penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition dengan pendekatan CTL diharapkan hendaknya guru matematika
mampu menerapkan model pembelajaran ini untuk membuat pembelajaran lebih

11

menarik dan meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarjaya, Beni S. 2012. Psikologi Pendidikan & Pengajaran Teori & Praktik.
Yogyakarta : CAPS.
Arikunto, Suharsini. dkk. 2008. PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Jakarta : Bumi
Aksara.
Ferryansyah. 2011. Perbandingan Prestai Belajar Matematika Siswa Antara
Pembelajaran yang Disertai Penciptaan Kondisi Alfa dan Tanpa Disertai
Penciptaan Kondisi Alfa. Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah XI
Kalimantan. Volume 3, No. 2.
Jamalludin, Muhammad. Asma Johan. Ika Kurniasari. 2013. “Kemampuan
Komunikasi Matematika Siswa dalam Pembelajaran Penemuan
Terbimbing Pada Materi Teorema Pythagoras”. ejournal Unesa, Vol.2,
No.1.
Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Makalah
Termuat pada Jurnal MIPMIPA UNHALU Volume 8, No.1. ISSN : 14122318.
Sanaky, Hujair AH. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Safiria Insania
Press.
Sunyoto. Aleksius, Jeharut. dan Zainuri, Achmad. 2010. “Meningkatkan
Kreativitas Belajar Matematika dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition(AIR)”. Disajikan dalam
Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan Statistika 2010. ISBN :
978-979-3870-72-4.
Suwarno. 2007. “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw (PTK pada Siswa Kelas VII SMP Negeri
4 Sukoharjo)”. Jurnal Pendidikan Jilid 16, No.2, Juli, 2007: 137-150.
Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.
Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.
Jakarta : PT Bumi Aksara.

12

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DENGAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

0 10 222

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (Air) Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Prestasi Belajar Matematika Si

0 1 15

PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (Air) Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa (PTK Pada Siswa Kelas X Jurusan Pema

0 1 5

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUAL REPETITION DALAM PEMBELAJARAN Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intelectual Repetition Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 1 17

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUAL REPETITION DALAM PEMBELAJARAN Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intelectual Repetition Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 1 12

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

PROFIL KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA.

4 12 95

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA MTs - Raden Intan Repository

0 0 109