Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak Restoran Di Dinas Pendapatan Kota Denpasar.

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, KUALITAS
PELAYANAN, PEMERIKSAAN PAJAK DAN SANKSI PERPAJAKAN
PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK
MEMBAYAR PAJAK RESTORAN
DI DINAS PENDAPATAN KOTA DENPASAR

SKRIPSI

Oleh:
IDA BAGUS MEINDRA JAYA
NIM

: 1215351084

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2016


i

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji
pada tanggal 29 Januari 2016.

Tim Penguji :

Tandatangan

1.

Ketua

: Dr. I.G.A.N Budiasih, SE., M.Si, Ak.

.....................

2.


Sekretaris : I Ketut Jati, SE., M.Si, Ak.

......................

3.

Anggota : Naniek Noviari, SE., M.Si, Ak.

......................

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Pembimbing

Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si, Ak
NIP. 196503231991031004

I Ketut Jati, SE., M.Si, Ak
NIP. 197106182003121004


ii

PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di
dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsurunsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Denpasar, 3 Januari 2016
Mahasiswa,

Ida Bagus Meindra Jaya
NIM: 1215351084

iii


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan Pajak dan Sanksi
Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak Restoran di Dinas
Pendapatan Kota Denpasar” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan serta
bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si., sebagai Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si, Ak., dan Bapak Dr. I Dewa
Nyoman Badera SE., M.Si., masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Bapak Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., sebagai Ketua Program Ekstensi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Ibu Ni Gusti Putu Wirawati, SE, M.Si, Ak., sebagai Koordinator Jurusan
Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Bapak Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, M.Si., sebagai Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di Program
Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
7. Bapak I Ketut Jati, SE., M.si, Ak,, sebagai dosen pembimbing atas waktu,
bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
8. Ibu Naniek Noviari, SE., M.Si, Ak., dan ibu Dr. I.G.A.N Budiasih, SE., M.Si,
Ak. sebagai tim penguji atas masukan-masukan yang dberikan untuk membuat
skripsi ini menjadi semakin sempurna.
9. Keluarga tercinta Ida Bagus Made Sudana dan Jero Cenaga yang selalu
menyemangati dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana serta saudara saya Ida Bagus Putu
Sudiadnyana yang selalu memberikan masukan yang sangat membantu
penyelesaian masa studi ini.
10. Yang tersayang Anak Agung Istri Diah Candra Wati yang sangat membantu dan
berperan penting dalam penyelesaian skripsi ini dengan memberikan semangat
dan dorongan agar dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberi dukungan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.


iv

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung
jawab terhadap semua ini skripsi. Penulis berharap semoa skripsi ini bermanfaat bagi
pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 10 Januari 2016

Penulis

v

Judul

Nama
Nim

: Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan,
Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan

Wajib Pajak Membayar Pajak Restoran di Dinas Pendapatan
Kota Denpasar
: Ida Bagus Meindra Jaya
: 1215351084

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari kesadaran
wajib pajak, kualitas pelayanan, pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak restoran di Dinas Pendapatan Kota
Denpasar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori legitimasi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan
menyebarkan 100 kuesioner kepada wajib pajak yang terdaftar di Dinas Pendapatan
Kota Denpasar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda dengan menggunakan program aplikasi SPSS 15.0.
Berdasarkan hasil analisis maka diketahui bahwa variabel kesadaran wajib
pajak, kualitas pelayanan, pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Dinas Pendapatan Kota Denpasar.

vi


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................
ABSTRAK .............................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
DAFTAR TABEL ..................................................................................
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

i
ii
iii
iv
vi
vii
x

xi
xii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ..........................................
1.2
Rumusan Masalah ...................................................
1.3
Tujuan Penelitian .....................................................
1.4
Kegunaan Penelitian ................................................
1.5
Sistematika Penulisan ..............................................

1
9
10

10
11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori ........................................................
2.1.1
Teori Legitimasi ........................................
2.1.2
Pengertian Pajak ........................................
2.1.3
Fungsi Pajak ..............................................
2.1.4
Pengelompokan Pajak ...............................
2.1.5
Syarat Pemungutan Pajak ..........................
2.1.6
Sistem Pemungutan Pajak .........................

2.1.7
Pajak Daerah .............................................
2.1.8
Jenis Pajak Daerah ....................................
2.1.9
Pajak Restoran ...........................................
2.1.10 Objek pajak Restoran ................................
2.1.11 Subjek dan Wajib Pajak Restoran .............
2.1.12 Kesadaran Wajib Pajak .............................
2.1.13 Kualitas Pelayanan ....................................
2.1.14 Pemeriksaan Paak ......................................
2.1.15 Sanksi Perpajakan .....................................
2.1.16 Kepatuhan Perpajakan ...............................
2.2
Hipotesis Penelitian .................................................

13
13
14
16
17
18
19
20
21
23
23
24
25
25
27
29
31
32

vii

2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak pada
Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak
Restoran .....................................................
Pengaruh Kualitas Pelayanan pada
Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak
Restoran .....................................................
Pengaruh Pemeriksaan Pajak pada
Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak
Restoran .....................................................
Pengaruh Sanksi
Perpajakan pada
Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak
Restoran .....................................................

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian .....................................................
3.2
Lokasi dan Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ......
3.3
Objek Penelitian ......................................................
3.4
Identifikasi Variabel ................................................
3.5
Definisi Operasional Variabel .................................
3.6
Jenis dan Sumber Data ............................................
3.6.1
Jenis Data ..................................................
3.6.2
Sumber Data ..............................................
3.7
Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ...
3.8
Responden Penelitian ..............................................
3.9
Metode Pengumpulan Data .....................................
3.10 Teknik Analisis Data ...............................................
3.10.1 Instrumen Penelitian ..................................
3.10.2 Transformasi data ......................................
3.10.3 Analisis Deskriptif .....................................
3.10.4 Uji Instrumen .............................................
3.10.5 Uji Asumsi Klasik .....................................
3.10.6 Analisis Linier Berganda ...........................
3.10.7 Koefisien Detrerminasi .............................
3.10.8 Uji Kelayakan Model (Uji F) ....................
3.10.9 Uji Hipotesis (Uji t) .................................

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Instansi .......................................
4.1.1
Sejarah Dinas Pendapatan Kota Denpasar .
4.1.2
Struktur Organisasi Fungsional Dinas
Pendapatan Kota Denpasar ........................

viii

32
33
34
35

37
38
38
38
39
41
41
41
42
43
43
44
44
45
46
46
47
49
50
50
51

53
53
55

4.2
4.3

4.4

BAB V

4.1.3
Uraian Tugas Masing-Masing Bidang ......
Responden Penelitian ..............................................
Analisis Data ...........................................................
4.3.1
Analisis Statistik Deskriptif ......................
4.3.2
Uji Instrumen Penelitian ............................
4.3.3
Uji Asumsi Klasik .....................................
4.3.4
Analisis Regresi Linier Berganda .............
4.3.5
Koefisien Determinasi ...............................
4.3.6
Uji Kelayakan Model (Uji F) ....................
4.3.7
Uji Hipotesis (Uji t) ...................................
Pembahasan Hasil Penelitian ...................................
4.4.1
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Pada
Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak
Restoran Di Dinas Pendapatan Kota
Denpasar ....................................................
4.4.2
Pengaruh Kualitas Pelayanan
Pada
Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak
Restoran Di Dinas Pendapatan Kota
Denpasar ....................................................
4.4.3
Pengaruh Pemeriksaan Pajak Pada
Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak
Restoran Di Dinas Pendapatan Kota
Denpasar ....................................................
4.4.4
Pengaruh Sanksi Perpajakan
Pada
Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak
Restoran Di Dinas Pendapatan Kota
Denpasar ....................................................

56
62
64
64
66
69
70
72
72
73
74

74

75

76

77

SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan ..................................................................
5.2
Saran ........................................................................

78
79

DAFTAR RUJUKAN ............................................................................

81

LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................

86

ix

DAFTAR TABEL
No. Tabel

Halaman

1.1

Penerimaan Pajak Restoran serta Kontribusi terhadap Pajak
Daerah Kota Denpasar Tahun 2010-2014 ....................................

2

1.2

Perkembangan Wajib Pajak PHR Kota Denpasar Tahun
2010-2014 .....................................................................................

3

1.3

Data Tunggakan Pajak Restoran Tahun 2010-2014 .....................

6

1.4

Hasil Pemeriksaan Dinas Pendapatan Kota Denpasar terhadap
Wajib Pajak Tahun 2013-2015 .....................................................

8

4.1

Karakteristik Responden ...............................................................

63

4.2

Hasil Analisis Deskriptif ...............................................................

64

4.3

Hasil Uji Validitas ........................................................................

66

4.4

Hasil Uji Reliabilitas .....................................................................

68

4.5

Hasil Uji Asumsi Klasik ...............................................................

69

4.6

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ........................................

71

x

DAFTAR GAMBAR
No. Gambar

Halaman

3.1

Desain Penelitian ........................................................................

37

4.1

Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Denpasar ..............

55

xi

DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran

Halaman

1

Kuesioner ......................................................................................

86

2

Tabulasi Data Identitas Responden ...............................................

93

3

Tabulasi Jawaban Responden (Data Ordinal)................................

96

4

Transformasi Data Ordinal – Interval ...........................................

102

5

Analisis Statistik Deskriptif ..........................................................

111

6

Uji Validitas ..................................................................................

112

7

Uji Reliabilitas ..............................................................................

116

8

Analisis Regresi Linier Berganda .................................................

117

9

Uji Asumsi Klasik ........................................................................

118

10

Tabel Distribusi t ..........................................................................

119

xii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan iuran yang dikeluarkan oleh masyarakat kepada

pemerintah yang berdasarkan undang-undang penetapan pajak yang langsung
dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran

dalam

pemerintahan (Mardiasmo, 2011:1). Pajak memberikan peran yang sangat penting
karena dapat meningkatkan pendapatan suatu negara yang digunakan untuk
pembangunan dan penunjang kesejahteraan masyarakat di suatu negara.
Menurut UU Pajak Daerah No 28 Tahun 2009, pasal 1 poin 10, Pajak
daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah adalah pajak yang
dikelola oleh pemerintah daerah yang hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran daerah. Sumber dari pajak daerah tersebut diharapkan menjadi
sumber biaya yang akan digunakan untuk melakukan pembangunan daerah yang
akan menyejahterakan rakyat. Kemampuan pajak daerah yang dimiliki setiap
daerah merupakan salah satu indikator kesiapan pemerintah daerah dalam
berotonomi. Oleh karena itu, perolehan atas pajak daerah tersebut diharapkan
dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pajak Restoran menurut Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011,
merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan

1

pemerintahan

daerah

dan

meningkatkan pelayanan

kepada

masyarakat,

sehingga perlu pengaturan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan
keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan
potensi daerah. Pajak restoran merupakan bagian dari pajak daerah yang juga
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan pajak daerah di
Kota Denpasar. Pajak restoran adalah pajak yang secara tidak langsung
dibayarkan oleh masyarakat yang menikmati pelayanan di restoran kepada
pemerintah melalui restoran yang bersangkutan. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat
penerimaan pajak restoran serta kontribusi terhadap pajak daerah dari tahun 20102014.
Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Restoran serta Kontribusi terhadap
Pajak Daerah Kota Denpasar Tahun 2010-2014
Tahun

Pajak Restoran
(Rupiah)

Pajak Daerah
(Rupiah)

Kontribusi
(%)

2010

32.545.474.435,10

169.581.465.975,17

19,19

2011

39.327.568.960,74

326.282.402.524,07

12,05

2012

46.089.644.327,83

377.247.592.363,38

12,22

2013

56.577.597.178,41

504.981.564.103,82

11,20

2014
65.059.349.397,68
511.041.442.068,24
12,73
Sumber: Dinas Pendapatan Kota Denpasar, 2015 (data diolah)
Penerimaan pajak restoran memberikan kontribusi yang besar terhadap
pajak daerah. Pada tahun 2010, penerimaan pajak restoran yang paling besar
memberikan kontribusinya yaitu sebesar 19,19 persen dibandingkan tahun-tahun
sesudahnya. Hal ini dikarenakan pada tahun itu sumber pajak daerah hanya
bersumber dari 5 unit yang merupakan paling sedikit dibandingkan dengan empat
tahun berikutnya.

2

Penerimaan pajak restoran dari tahun ketahun semakin meningkat hal ini
ditunjang dengan kondisi pariwisata daerah denpasar yang merupakan daerah
yang

berpotensi

untuk

dibangunnya

sarana

dan

prasarana

penunjang

kepariwisataan sehingga semakin banyaknya tumbuh restoran baru penyedia
makanan dan minuman yang berpengaruh positif terhadap penambahan
penerimaan pajak melalui pajak restoran. Perkembangan Pajak Hotel dan
Restoran (PHR) yang ada di Kota Denpasar mulai tahun 2010-2014 dapat dilihat
pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Perkembangan Wajib Pajak PHR Kota Denpasar Tahun
2010-2014
Tahun

Wajib Pajak
Lama
(Entitas)

Wajib Pajak
Baru
(Entitas)

Jumlah Wajib
Pajak
(Entitas)

2010
882
188
1070
2011
1022
128
1150
2012
920
124
1044
2013
939
130
1069
2014
974
145
1119
Sumber: Dinas Pendapatan Kota Denpasar, 2015 (data diolah)
Jumlah wajib pajak PHR terbesar terjadi pada tahun 2011, hal ini
dikarenakan terjadinya penambahan wajib pajak baru yang cukup besar pada
tahun 2010 yang menyebabkan bertambah pula jumlah wajib pajak tahun 2011.
Hampir setiap tahun terjadi peningkatan wajib pajak restoran namun tidak semua
wajib pajak restoran melaksanakan kewajibannya membayar pajak restorannya,
hal ini ditunjukkan pada Tabel 1.3 dimana jumlah tunggakan pajak restoran yang
semakin meningkat setiap tahunnya.

3

Berdasarkan tata cara pengenaan pajak menurut UU Pajak Daerah No 28
Tahun 2009 Pasal 96 ayat 2, pajak diklasifikasikan menjadi 2 yaitu pajak yang
ditetapkan oleh kepala daerah atau pajak yang dibayar sendiri oleh para wajib
pajak. Pada klasifikasi pengenaan pajak yang pertama, pajak dibayar oleh wajib
pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh kepala daerah melalui Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan. Klasifikasi
yang kedua dimana pajak dibayar sendiri oleh wajib pajak dan pengenaan pajak
tersebut dipercayakan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan
Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD).
Dengan diberlakukannya klasifikasi pengenaan pajak yang kedua
diharapkan agar masyarakat yang melaporkan pajaknya dapat dengan jujur
melaporkan sesuai pajak yang terutang agar penerimaan negara dibidang pajak
tidak berkurang. Dalam hal ini perlu adanya kesadaran dari wajib pajak dimana
masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga negara yang
senantiasa selalu menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar
hukum penyelenggaraan negara (Suardikha, 2009). Kesadaran wajib pajak
merupakan faktor penting dalam sistem perpajakan modern (Harahap, 2004:43).
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
dapat dibentuk dengan memberikan penyuluhan kepada wajib pajak bahwa pajak
tersebut sangat penting bagi penerimaan pendapatan daerah demi menunjang
kesejahteraan masyarakat sehingga dapat terbentuknya pemahaman dari
masyarakat tentang hak dan kewajiban yang dimilikinya sesuai dengan peraturan

4

peundang-undangan perpajakan yang berlaku. Jika kesadaran wajib pajak
meningkat maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat (Nugroho, 2006).
Tingkat kepatuhan pelaporan pajak akan lebih tinggi ketika wajib pajak memiliki
tanggung jawab moral yang lebih kuat (Ho, 2009).
Selain tingkat kesadaran wajib pajak yang perlu ditingkatkan, kualitas
pelayanan dari kantor pembayaran pajak juga sangat penting guna meningkatkan
kepatuhan dari wajib pajak membayar pajaknya. Peningkatan kualitas pelayanan
merupakan suatu kegiatan atau menciptakan secara sengaja atau terarah untuk
memberi kemudahan kepada masyarakat (Djatmikowati, 2009). Menurut Palda
dan Hanousek (2002) kemauan wajib pajak untuk membayar pajak sebagian besar
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Semakin
bagus kualitas pelayanan yang diberikan oleh fiskus dalam melayani wajib pajak
maka akan semakin nyaman wajib pajak membayar pajaknya, dengan kualitas
pelayanan yang baik akan mendorong seseorang untuk memenuhi kewajibannya
didalam membayar pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan
diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pada wajib pajak sebagai pelanggan
sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan (Supadmi, 2009).
Pelayanan yang berkualitas bukan hanya pelayanan yang diberikan oleh fiskus
saja tetapi melainkan pelayanan didalam ruangan seperti kenyamanan dalam
melakukan kewajibannya dan kenyamanan semua fasilitas yang disediakan oleh
kantor pembayaran pajak masing-masing.
Menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat untuk dapat patuh dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya sangatlah penting agar target pajak dapat

5

tercapai dengan masyarakat patuh dan lancar didalam membayar pajak. Torgler
(2005) mengatakan bahwa salah satu masalah yang paling serius bagi para
pembuat kebijakan ekonomi adalah mendorong tingkat kepatuhan wajib pajak.
Semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak, semakin tinggi pula tingkat
keberhasilan penerimaan pajak dan akan mengakibatkan tingginya keberhasilan
perpajakan (Yadnyana, 2010). Kepatuhan wajib pajak dapat berupa kepatuhan
dalam melaporkan pajak terutangnya dengan benar dan dengan tepat waktu dan
juga secara lengkap dan jelas didalam mengisi formulir perpajakan. Kepatuhan
pajak yang tidak meningkat akan mengancam upaya pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Chau dan Liung, 2009). Kesadaran
wajib pajak khususnya pajak restoran masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat
dari adanya tunggakan dan denda yang cukup besar di Dinas Pendapatan Kota
Denpasar. Pada Tabel 1.3 disajikan jumlah tunggakan pajak restoran di Dinas
Pendapatan Kota Denpasar.
Tabel 1.3 Data Tunggakan Pajak Restoran Tahun 2010-2014
Tahun

Jumlah Tunggakan
(Dalam Rupiah)

2010

135.146.743,00

2011

88.503.441,75

2012

119.988.887,98

2013

420.416.050,74

2014

702.623.191,90

Sumber: Dinas Pendapatan Kota Denpasar, 2015 (data diolah)
Tabel 1.3 terlihat bahwa jumlah tunggakan untuk pajak restoran
mengalami fluktuasi, pada tahun 2011 terlihat terjadi penurunan dari tahun

6

sebelumnya dan mulai meningkat pada tahun 2012 sampai tahun 2014. Pada tahun
2014 jumlah tunggakan pajak restoran sangat tinggi dan pada tahun 2011 jumlah
tunggakan yang paling rendah. Tunggakan tersebut terjadi karena adanya wajib
pajak yang tidak patuh dalam melaksanakan kewajibannya sehingga perlu adanya
peraturan yang lebih tegas guna meningkatkan pendapatan negara berupa sanksi
perpajakan. Untuk mencegah ketidakpatuhan dan untuk mendorong wajib pajak
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya maka haruslah diberlakukan sanksi
yang tegas dalam rangka untuk memajukan keadilan dan efektivitas sistem pajak
(Webley et al, 1991).
Sanksi perpajakan dapat diberikan kepada wajib pajak yang terlambat
menyelesaikan kewajibannya dan juga kepada wajib pajak yang melaporkan pajak
terutangnya secara tidak benar sesuai dengan jumlah yang seharusnya. Kedua hal
ini sangat merugikan karena dapat mempengaruhi pendapatan negara yang secara
jangka panjang dapat menghambat pembangunan yang akan dilaksanakan oleh
pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sanksi yang dikenakan
dalam jumlah yang tinggi akan mendorong wajib pajak untuk lebih patuh (Wahyu,
2008). Persepsi wajib pajak mengenai sanksi perpajakan adalah faktor penting
dalam menentukan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajaknya (Fisher et
al, 1992). Ali et al, (2001) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa audit dan
sanksi merupakan kebijakan yang efektif untuk mencegah ketidakpatuhan. Hasil
wawancara dengan kepala pendataan pada Dinas Pendapatan Kota Denpasar,
dinyatakan bahwa jumlah sanksi atau denda yang diterima oleh Dinas Pendapatan
Kota Denpasar akibat adanya keterlambatan wajib pajak restoran dalam

7

membayar kewajibannya sebesar Rp. 350.658.757,35 sampai dengan semester I
(per-Juni 2015).
Tinggi rendahnya kepatuhan wajib pajak juga dapat dipengaruhi oleh
pemeriksaan pajak. Pemeriksaan merupakan salah satu cara agar wajib pajak tetap
berada dikoridor peraturan pajak dan fiskus dalam melaksanakan tugasnya tidak
hanya untuk kegiatan formalitas saja, melainkan juga untuk memperkuat
kebenaran dari transaksi dan kepatuhan hukum dengan undang-undang yang
berlaku agar wajib pajak tetap patuh dalam menjalankan hak dan kewajibannya
membayar pajak (Hidayat, 2005). Dinas Pendapatan Kota Denpasar selalu rutin
melaksanakan pemeriksaan kepada wajib pajak yang dilakukan oleh aparat
perpajakan dan diberikan hak oleh pemerintah untuk memeriksa jumlah
kewajiban yang harus dibayar oleh wajib pajak. Hasil dari pemeriksaan kepada
wajib pajak disajikan pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Hasil Pemeriksaan Dinas Pendapatan Kota Denpasar
terhadap Wajib Pajak Hotel dan Restoran Tahun 2013-2015
Tahun

Jumlah
Wajib
Pajak

2013

40

PHR yang
Dilaporkan Wajib
Pajak
(Rp)
3.243.894.315,00

Hasil
Pemeriksaan oleh
Aparat Dispenda
(Rp)
4.057.221.545,53

Selisih
(Rp)
813.327.235,52

2014
60
14.476.577.365,33 15.468.113.910,57 991.536.545,00
2015 (perApril
30
4.926.234.486,18
5.670.329.221,70
744.094.735,52
2015)
Sumber: Dinas Pendapatan Kota Denpasar, 2015 (data diolah)
Tabel 1.4 menjelaskan bahwa masih banyaknya selisih antara laporan
wajib pajak dalam melaporkan piutang pajaknya dengan pemeriksaan di lapangan

8

yang dilakukan oleh tim khusus pemeriksaan pajak. Perbedaan antara pelaporan
dengan pemeriksaan dikarenakan masih adanya wajib pajak yang tidak jujur
didalam melaporkan piutang pajaknya kepada Dinas Pendapatan Kota Denpasar.
Dengan adanya pemeriksaan pajak, diharapkan agar tingkat kepatuhan wajib
pajak didalam melaksanakan kewajibannya semakin meningkat.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini sangat penting untuk dilakukan
karena dengan meningkatnya kepatuhan wajib pajak melaksanakan kewajibannya,
maka pendapatan negara dibidang pajak akan semakin meningkat sehingga
anggaran untuk melaksanakan pembangunan akan mengalami peningkatan juga.
1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah:
1)

Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak
membayar Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Denpasar?

2)

Apakah kualitas pelayanan berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak
membayar Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Denpasar?

3)

Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak
membayar Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Denpasar?

4)

Apakah sanksi perpajakan berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak
membayar Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Denpasar?

9

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang akan diteliti tersebut, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1)

Untuk menguji dan mendapatkan bukti secara empiris pengaruh kesadaran
wajib pajak pada kepatuhan wajib pajak membayar Pajak Restoran di Dinas
Pendapatan Kota Denpasar.

2)

Untuk menguji dan mendapatkan bukti secara empiris pengaruh kualitas
pelayanan pada kepatuhan wajib pajak membayar Pajak Restoran di Dinas
Pendapatan Kota Denpasar.

3)

Untuk menguji dan mendapatkan bukti secara empiris pengaruh
pemeriksaan pajak pada kepatuhan wajib pajak membayar Pajak Restoran di
Dinas Pendapatan Kota Denpasar.

4)

Untuk menguji dan mendapatkan bukti secara empiris pengaruh sanksi
perpajakan pada kepatuhan wajib pajak membayar Pajak Restoran di Dinas
Pendapatan Kota Denpasar.

1.4

Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:
1)

Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya
yang berkaitan dengan pengaruh kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan,
pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan pada kepatuhan wajib pajak

10

membayar Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Denpasar pada tahun
2015.
2)

Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat,
lembaga pemerintah dan pihak lainnya yang terkait mengenai kesadaran
wajib pajak, kualitas pelayanan, pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan
pada kepatuhan wajib pajak membayar Pajak Restoran di Dinas Pendapatan
Kota Denpasar.

1.5

Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah dari penelitian yang
dilakukan, yang kemudian dari latar belakang masalah yang diungkapkan
dapat dirumuskan ke dalam pokok permasalahan, serta disampaikan
mengenai tujuan dan kegunaan penelitian dan pada akhir bab ini
disampaikan sistematika penulisan.
Bab II

Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis
Bab ini menyajikan teori-teori atau konsep-konsep yang relevan sebagai
acuan dan landasan dalam memecahkan masalah terutama kepatuhan wajib
pajak restoran yang nantinya menjadi dasar masalah dalam penelitian ini
serta diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya, dan disajikan juga
mengenai dugaan sementara dari pokok permasalahan.

11

Bab III

Metode Penelitian
Bab ini menyajikan metode penelitian yang mencakup berbagai hal seperti
lokasi, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel,
jenis dan sumber data yang digunakan, populasi, sampel, metode
penentuan sampel, responden penelitian, metode dalam pengumpulan data
serta teknik analisis yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
yang akan diteliti.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menyajikan data serta pembahasan berupa gambaran umum objek
penelitian, deskripsi data hasil penelitian, analisis data dan menguraikan
pembahasan hasil dari model yang digunakan yang merupakan jawaban
dari permasalahan yang ada.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini menyajikan mengenai simpulan akhir dari pembahasan yang
menjadi jawaban dari permasalahan dan saran-saran sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah Kota Denpasar.

12

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Legitimasi
Teori legitimasi adalah suatu kondisi yang ada ketika suatu sistem nilai
perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana
perusahaan merupakan bagiannya (Ghozali dan Cariri, 2007:411). Legitimasi
dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang
dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang dinginkan, pantas
ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan, dan definisi yang
dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995). Legitimasi didapatkan jika apa
yang dijalankan oleh perusahaan telah selaras dengan apa yang juga diinginkan
oleh masyarakat. Jika tidak terjadi selarasan antara sistem nilai perusahaan dengan
nilai masyarakat maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya sehingga dapat
mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
O’Donovan (2002) berpendapat legitimasi organisasi saling berkaitan dan
saling memengaruhi antara masyarakat dan perusahaan. Teori legitimasi bila
dikaitkan dengan kepatuhan wajib pajak sangat berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak. Dimana suatu kondisi nilai perusahaan sejalan dengan
sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan merupakan
bagiannya. Dalam kepatuhan wajib pajak membayar pajak restoran, wajib pajak
harus mengikuti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Kebijakan

13

tersebut sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun
2011 yang mengatur tentang pajak restoran.
Dengan dikeluarkan peraturan tersebut diharapkan agar wajib pajak
mengikuti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan diharapkan
juga wajib pajak dapat menyadari kewajibannya yaitu harus patuh dan secara
sukarela dalam membayar pajak karena dampaknya akan dinikmati oleh wajib
pajak itu sendiri secara tidak langsung dan dapat membantu dalam hal
pembangunan nasional.
2.1.2 Pengertian Pajak
Pajak memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut beberapa ahli,
tetapi definisi yang dikemukakan memiliki inti tujuan yang sama. Pengertian
pajak menurut beberapa ahli diantaranya:
1)

Menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran yang dikeluarkan oleh
masyarakat

kepada

pemerintah

yang

berdasarkan

undang-undang

penetapan pajak yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran dalam pemerintahan.
2)

Menurut UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib negara yang terutang oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU dengan tidak
mendapat balas jasa secara langsung dan digunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat.

14

3)

Menurut Trywilda (2012), Pajak adalah iuran Negara yang dapat
dipaksakan yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut
peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran dalam menjalankan pemerintahan.

4)

Menurut Nariana (2012), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah

iuran wajib pada negara dari rakyat yang diatur dalam undang-undang, sehingga
dapat dipaksakan, yang tidak mendapat balas jasa secara langsung dimana
pungutan atas pajak tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
dan pembangunan negara. Unsur -unsur yang terdapat pada pengertian pajak
antara lain adalah sebagai berikut :
1)

Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan, "pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dalam undang-undang."

2)

Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang
dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar
pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya
dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

15

3)

Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.

4)

Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib
pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi
sesuai peraturan perundang-undangan.

5)

Selain

fungsi

budgeter

(anggaran)

yaitu

fungsi

mengisi

Kas

Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi
dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
2.1.3

Fungsi Pajak
Fungsi pajak adalah sebagai berikut (Sambodo, 2015:7):

1)

Fungsi pajak yang pertama adalah sebagai fungsi anggaran atau
penerimaan (budgetair) yaitu pajak merupakan salah satu sumber dana
yang

digunakan

pemerintah

dan

bermanfaat

untuk

membiayai

pengeluaran-pengeluaran. Penerimaan negara dari sektor perpajakan
dimasukkan ke dalam komponen penerimaan dalam negeri pada APBN.
2)

Fungsi pajak yang kedua adalah sebagai fungsi mengatur (regulerend)
yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contohnya adalah
pengenaan pajak yang lebih tinggi kepada barang mewah dan minuman
keras.

16

3)

Fungsi pajak yang ketiga adalah sebagai fungsi stabilitas yaitu pajak
sebagai penerimaan negara dapat digunakan untuk menjalankan kebijakankebijakan pemerintah. Contohnya adalah kebijakan stabilitas harga dengan
tujuan untuk menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran uang di
masyarakat lewat pemungutan dan penggunaan pajak yang lebih efisien
dan efektif.

4)

Fungsi pajak yang keempat adalah fungsi redistribusi pendapatan yaitu
penerimaan negara dari pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum dan pembangunan nasional sehingga dapat membuka kesempatan
kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

5)

Fungsi pajak kelima adalah demokrasi yang merupakan wujud sistem
gotong royong, termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan. Apabila
pajak telah dilaksanakan dengan baik maka timbal baliknya adalah
pemerintah harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

2.1.4

Pengelompokan Pajak
Pajak dikelompokkan menjadi 3 yaitu (Mardiasmo, 2011:5):

1)

Menurut golongannya
a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan keada orang lain.

17

2)

Menurut sifatnya
a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
b) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3)

Menurut lembaga pemungutannya
a) Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
b) Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

2.1.5

Syarat Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak harus memenuhi beberapa syarat agar pemungutannya

tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan. Syarat yang harus dipenuhi
sebagai berikut (Mardiasmo, 2011:2):
1)

Syarat Keadilan (pemungutan pajak harus adil)
Sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai keadilan, undang-undang dan

pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya
mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yaitu dengan
memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatam, penundaan
dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

18

2)

Syarat Yuridis (pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang)
Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan

jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.
3)

Syarat Ekonomis (tidak mengganggu perekonomian)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi

maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
4)

Syarat Finansiil (pemungutan pajak harus efisien)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5)

Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi
oleh undang-undang perpajakan yang baru.
2.1.6

Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 yaitu (Mardiasmo, 2011:7):

1)

Official Assessment System
Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
b) Wajib Pajak bersifat pasif.

19

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2)

Self Assessment System
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang pajak kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib
Pajak sendiri.
b) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3)

With Holding System
With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang oleh Wajib
Pajak.
Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada
pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
2.1.7

Pajak Daerah
Menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah yang

selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

20

untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berikut
adalah pengertian pajak daerah menurut beberapa ahli :
1)

Menurut Mardiasmo (2011:12), Pajak Daerah adalah iuran yang
dikeluarkan oleh masyarakat pribadi atau badan yang sifatnya memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung yang akan dipergunakan untuk keperluan Daerah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar

2)

Menurut Trywilda (2012), Pajak Daerah yaitu kewajiban penduduk
masyarakat menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada daerah
disebabkan suatu keadaan, kejadian atau perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai suatu sanksi atau hukum.

3)

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 1 angka 10 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah
adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.1.8

Jenis Pajak Daerah
Pajak daerah di Indonesia dapat digolongkan berdasarkan tingkatan

Pemerintah Daerah, yaitu pajak daerah tingkat provinsi dan pajak daerah tingkat
kabupaten/kota. Selanjutnya Pajak Daerah saat ini yang hak kewenangan
pemungutnya dapat diklasifikasikan menurut wilayah pemungutan pajak menurut

21

Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah adalah sebagai berikut :
1)

Jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah Provinsi adalah
sebagai berikut :
(1) Pajak Kendaraan Bermotor.
(2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
(3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
(4) Pajak Air Permukaan.
(5) Pajak Rokok.

2)

Jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
adalah sebagai berikut :
(1) Pajak Hotel.
(2) Pajak Restoran.
(3) Pajak Hiburan.
(4) Pajak Reklame.
(5) Pajak Penerangan Jalan.
(6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
(7) Pajak Parkir.
(8) Pajak Air Tanah.
(9) Pajak Sarang Burung Walet.
(10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
(11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

22

2.1.9

Pajak Restoran
Menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009, restoran adalah fasilitas

penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup
juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/katering. Pajak restoran yang selanjutnya disebut pajak, adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh restoran. Pajak Restoran menurut Perda No. 3
Tahun 2011, merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai
pelaksanaan

pemerintahan

masyarakat,

sehingga

daerah

perlu

dan

pengaturan

meningkatkan pelayanan

kepada

berdasarkan prinsip demokrasi,

pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan
memperhatikan potensi daerah.
2.1.10 Obyek Pajak Restoran
Obyek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Menurut Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2011, Objek
Pajak Restoran berupa pelayanan yang disediakan oleh restoran.
1)

Pelayanan yang disediakan oleh restoran meliputi pelayanan penjualan
makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik
dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.

23

2)

Pelayanan yang disediakan oleh restoran dengan nilai penjualan sebesar
Rp.3.000.000,- (tiga juta rupiah) dikecualikan sebagai objek Pajak.

2.1.11 Subjek dan Wajib Pajak Restoran
Menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan subjek pajak dan wajib pajak
adalah:
1)

Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak
daerah.

2)

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
Jadi, wajib pajak dapat menjadi subjek pajak yang dikenakan kewajiban

untuk membayar pajak. Subjek Pajak Restoran menurut Peraturan Daerah Kota
Denpasar nomor 3 tahun 2011 pada pasal 4 adalah orang pribadi atau badan yang
membeli makanan dan/atau minuman dari restoran. Wajib Pajak merupakan orang
pribadi atau badan yang mengusahakan restoran.
Menurut Tahwin (2013), subjek pajak restoran yaitu konsumen restoran.
Sebagian besar konsumen restoran adalah masyarakat berpendapatan menengah
keatas yang potensinya dapat dilihat dari pendapatan perkapita. Jadi secara
spesifik faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak restoran adalah pendapatan
perkapita.

24

2.1.12 Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran dalam hal perpajakan adalah keadaan untuk mengetahui atau
mengerti mengenai perpajakan (Jotopurnomo, 2013). Kesadaran juga dapat
diartikan semua ide, perasaan, pendapat yang dimiliki seseorang atau sekelompok
orag (Ajzen, 1991). Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak, maka
pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan (Muliari dan Ery, 2011). Menurut Manik Asri (2009),
wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila sesuai dengan hal-hal berikut:
1)

Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan.

2)

Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

3)

Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

4)

Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan daerah.

5)

Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela.

6)

Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

2.1.13 Kualitas Pelayanan
Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara
tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta
kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003:60). Kualitas adalah suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya (Supadmi,
2009). Kualitas pelayanan adalah suatu sikap atau pertimbangan global tentang
keuangan dari suatu pelayanan (Burhanudin, 2009). Menurut Cronin (1992),

25

kualitas pelayanan adalah perbandingan antara harapan yang diinginkan oleh
pelanggan dengan penilaian mereka terhadap kinerja aktual dari suatu penyediaan
layanan.

Kualitas

pelayanan

menurut

Chen

dan

Tan

(2004)

dalam

Usshawanichakit (2008) merupakan perbandingan antara apa yang diharapkan
oleh pelanggan dengan apa yang diperoleh. Pelayanan pajak termasuk dalam
pelayanan publik karena dijalankan oleh instansi pemerintah, bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan undangundang dan tidak berorientasi pada profit atau laba (Fuadi dan Yenni, 2013).
Menurut Parasuraman dkk (1985), untuk mengukur kualitas layanan dapat
dilakukan melalui Indikator-indikator kualitas layanan sebagai berikut:
1)

Tangibles (bukti langsung)
Pelanggan dapat melihat secara langsung tentang keadaan fisik

fasilitas yang mendukung kinerja perpajakan seperti perlengkapan pegawai dan
sarana komunikasi.
2)

Reliability (keandalan)
Pelanggan dapat merasakan kemampuan dalam memberikan pelayanan

yang sesuai dengan yang diharapkan. Keinginan pelanggan yang bersifat
dinamis yang berhubungan langsung dengan produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
3)

Responsivenees (ketanggapan )
Pelanggan merasakan adanya kemampuan untuk memberikan pelayanan

yang sesuai dengan keinginan dan harapannya, sikap yang simpatik dan dengan
akurasi yang tinggi.

26

4)

Assurance (jaminan kepastian)
Mencakup pengetahuan, keahlian/kemampuan untuk memberikan rasa

percaya, keramahan, dan kesopanan terhadap janji yang telah dikemukakan
kepada nasabah, sehingga menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada
perusahaan.
5)

Emphaty (empati )
Memberikan perhatian yang tulus meliputi kesediaan karyawan dan

pengusaha untuk lebih peduli memberikan perhat

Dokumen yang terkait

Efektifitas Pengawasan Wajib Pajak Restoran Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

4 65 57

PENGARUH PERSEPSI TENTANG SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN PELAYANAN FISKUS PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK

0 5 13

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN DAN AKUNTABILITAS PELAYANAN PUBLIK PADA KEPATUHAN Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kend

0 5 14

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN DAN AKUNTABILITAS PELAYANAN PUBLIK Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

0 5 17

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEWAJIBAN MORAL DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kewajiban Moral Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Hotel Di Kota Surakarta.

1 5 16

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEWAJIBAN MORAL DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kewajiban Moral Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Hotel Di Kota Surakarta.

0 2 15

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ( Studi Kasus Pada Wajib Paja

0 3 18

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ( Studi Kasus Pada Wajib Pajak yang Terd

0 2 14

PENGARUH PERSEPSI TENTANG SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN PELAYANAN FISKUS PADA KEPATUHAN Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, dan Pelayanan Fiskus Pada Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak P

0 1 16

PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI SUNGAILIAT

0 0 19