T1 712010031 Full text

PENDAHULUAN
Ibadah menjadi sesuatu yang wajib dilakukan oleh orang yang beragama Kristen. Karena
secara teologis ibadah merupakan penyataan diri Allah di dalam Yesus Kristus dan menjadi
tanggapan manusia terhadapNya.1 Dalam gereja Kristen Protestan ada beberapa jenis ibadah,
yaitu ibadah minggu, ibadah perjamuan kudus, ibadah sektor, ibadah syukuran (Ulang tahun
maupun Pernikahan), ibadah penghiburan, ibadah penguburan, dan ibadah lainnya. Konsep
"Ibadah" berasal dari bahasa Arab, yang mempunyai akar kata yang sama dalam bahasa Ibrani
"Abodah" yang berarti "mengabdi". Beribadah kemudian berarti mengabdi kepada Tuhan.
Selain itu dapat juga berarti "berbakti" (bahasa Sansekerta), yang berarti berbuat bakti kepada
Tuhan.2 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketika orang percaya beribadah maka mereka
sepenuhnya mengabdikan diri kepada Allah.
Gereja dalam melaksanakan peribadahan selalu menyesuaikan dengan kalender tahun
gerejawi. Oleh karena itu sering dilakukan penyesuaian terhadap liturgi ibadah. Pertimbangannya
setiap unsur dalam liturgi ibadah mempunyai maksud dan tujuannya masing-masing.3 Contoh
ada tata ibadah khusus untuk perayaan hari pentakosta, tahun baru, festival musim gugur hari
kemerdekaan, duka dan sebagainya.4 Peribadahan, sejak dahulu telah diatur sedemikian rupa
sesuai dengan kebutuhan umat. Seperti orang Yahudi yang sejak dahulu telah mengenal doa
setiap hari yang dilakukan pagi dan malam maupun terdapat doa yang diatur berdasarkan
penanggalan atau bulan.5
Ibadah bulan purnama dalam Perjanjian Lama diadakan pada hari ketujuh. Mengapa hari
ketujuh? Karena terdapat pertimbangan dan perhitungan khusus. Para imam berpikir terlalu lama

jika menunggu selama satu bulan atau tiga puluh hari untuk melakukan korban bakaran.
Perubahan jadwalpun dilakukan dengan memajukannya pada hari keempatbelas.
1

Namun

James. F. White, Pengantar IbadahKristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) 6-7.
http://www.effatha.org/index/content/id/1258 diakses pada tanggal 10 Juli 2014
3
J.L. Ch. Abineno. Unsur-Unsur Liturgia yang dipakai Gereja-Gereja Di Indonesia,(Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012) bandingkan salah satu unsur pertama dalam liturgi ibadah yakni Votum hal 1-6.
4
Rasyid Rachman. Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011), 5-27.
5
Rasyid Rachman. Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011), 21.
2

1


perubahan inipun terus berlanjut di kemudian hari karena menurut para imam terlalu lama jika
harus menunggu empat belas hari lagi sehingga pada akhirnya ditetapkan pada hari ketujuh dan
bertepatan dengan bulan purnama. Sebab bulan purnama bagi mereka adalah malam yang paling
indah dan cocok untuk dilaksanakannya upacara kurban dan sekaligus sebagai hari untuk
beristirahat.6
Dasar teologis dari upacara kurban yang dikembangkan adalah Allah menciptakan makhluk
hidup yang berdiam di atas tanah. Makhluk hidup ini bisa bergerak karena mereka mempunyai
darah. Darah adalah simbol kehidupan, sehingga dalam cerita Allah membuat perjanjian dengan
anak laki-laki Nuh, perjanjian ini ditujukan kepada semua manusia.7
Berlandaskan pemahaman teologis tersebut, ibadah kemudian menjadi dasar yang sentral
dalam kehidupan bergereja. Karena ibadah menjadi kebiasaan setiap orang percaya dimanapun
mereka berada. Hal ini juga yang terjadi pada gereja-gereja di Indonesia khususnya GMIM.
Namun yang menariknya terdapat sebuah tradisi ibadah yang tidak biasa dilakukan dalam
kehidupan peribadahan di gereja yang berkaitan dengan bulan purnama. Di jemaat GMIM Nafiri
Telap terdapat sebuah ibadah yang tidak ditemukan di gereja GMIM lainnya. Ibadah yang
dimaksudkan adalah ibadah Bulan Purnama. Hal ini menjadi menarik karena apakah ibadah ini
dilakukan untuk menyembah bulan? Ataukah ibadah ini sebagai bentuk ucapan syukur atas
cahaya bulan yang diterima?
Pertanyaan tersebut menyebabkan ibadah bulan purnama ini perlu diteliti secara mendalam.

Karena sejauh yang diketahui penelitian yang terkait dengan ibadah bulan purnama yang
dilakukan oleh Theophile. J Meek, berfokus pada Sabath secara historis yang menyoroti masalah
asal-usul ibadah ini dilakukan,8

Erik C. Carter, Masalah penanggalannya dan pengalaman

praktisnya,9 dan Saul M. Olyan memahami landasan biblis sabath dalam kitab keluaran 31:12–17

6

Robert B coote. Pada mulanya Penciptaan dan sejarah keimanan,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)

7

Robert B coote. Pada mulanya Penciptaan dan sejarah keimanan,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)

93.
94-95.
8


Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914). 201-12.
9
Erik C. Carter. The Practice and Experience of the Sabbath among Seventh-day Adventist Pastors. Jurnal
Pastoral Psychol (2013) 62:13–26.

2

dengan melakukan kajian hermeneutik.10 Gambaran penelitian-penelitian di atas memberikan
dasar berpikir untuk dilakukannya penelitian ini. Karena titik temunya adalah ibadah ini
dilakukan pada saat terjadinya bulan purnama.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka penelitian ini meneliti tentang
ibadah bulan purnama di GMIM Nafiri Telap. Adapun

pertanyaan yang diajukan dalam

penelitian ini adalah pertama Apa makna teologis dari ibadah Bulan Purnama menurut
pemahaman jemaat GMIM Nafiri Telap? Kedua Apa fungsi sosial dari ibadah bulan purnama
terhadap jemaat GMIM Nafiri Telap?. Tujuannya untuk mendeskripsikan nilai-nilai teologis dari
ibadah bulan purnama menurut pemahaman jemaat, dan sekaligus mendeskripsikan fungsi sosial

dari ibadah bulan purnama terhadap jemaat. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan
pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang ibadah bulan purnama di GMIM Nafiri Telap,
serta memberikan sumbangan pemikiran baru kepada Jemaat tentang makna teologis dari sebuah
ibadah dan memberikan sumbangan secara khusus, bagi civitas akademika Fakultas Teologi
yang menjalankan tugas kepelayanan di gereja, jemaat, dan masyarakat, dalam pendalaman dan
pemahamannya akan setiap ibadah.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif deskriptif. Metode kualitatif
deskriptif digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini berusaha memahami dan
menafsirkan makna, peristiwa, dan interaksi tingkah laku individu yang dipahami dari
persekutuan Ibadah bulan Purnama.11

Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara yang mendalam (indepth interview) dengan informan kunci (key informan) seperti tokoh-tokoh masyarakat
dan tokoh-tokoh agama setempat yang memiliki peran dalam pelaksanaan ibadah ini.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data yang telah tersedia berupa dokumen

10


Saul M. Olyan. Exodus 31:12–17: The Sabbath According to H, or The Sabbath According to P and H?.
Journal of Biblical Literature (2005) 201–209.
11
Husaini U. & Purnomo S. A., Metodologi Penelitian Sosial,( Jakarta: Bumi Aksara, 2008) 78.

3

seperti tata gereja liturgi ibadah dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.12 Lokasi penelitian adalah di GMIM Nafiri Telap Kecamatan Eris Kabupaten
Tondano Sulawesi Utara. Selain itu dilakukan FGD. FGD merupakan suatu proses
pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu
yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Focus Group Discussion mengandung tiga
kata kunci: a. Wawancara; b. Kelompok ; c. Terfokus/Terarah.13

LANDASAN TEORI
Pengertian Ibadah dan Fungsi Sosialnya
Ibadah kristen adalah kata umum dan inklusif bagi berbagai peristiwa (ritual-ritual) yang
menegaskan

kehidupan


ketika

gereja

menyelenggarakan

pertemuan

bersama

guna

mengekspresikan iman mereka (liturgi) dalam puji-pujian, mendengarkan Firman Allah, dan
merespon kasih Allah dengan berbagai karunia dari kehidupan mereka. Gereja-gereja melakukan
banyak hal, tetapi yang paling umum dan terpenting adalah yang dilakukan oleh suatu adalah
Ibadah. Ibadah kristen adalah sumber dasar bagi segalanya dari gereja dan apa yang
dilakukannya. Jika ibadah suatu gereja kekurangan integritas, autentisitas, keramahan, vitalitas,
dan keyakinan, kita bisa mengatakan bahwa hal-hal ini akan juga kurang dalam kehidupan
lainnya.14

Paul W Hoon berpendapat bahwa “ibadah Kristen adalah pernyataan diri Allah sendiri
dalam Yesus Kristus dan tanggapan manusia terhadap-Nya,” atau suatu tindakan ganda: yaitu
“tindakan Allah kepada jiwa manusia dalam Yesus Kristus dan dalam tindakan tanggapan
manusia

melalui

Yesus

kristus”.

Melalui

Firman-Nya,

Allah

“menyingkap

dan


mengkomunikasikan keberadaan-Nya yang sungguh nya kepada manusia” kata kunci dari dalam
pemahaman Hoon tentang ibadah kristen adalah “pernyataan” dan “tanggapan”.15
Kata Ibadat berasal dari bahasa arab („ibaadat-un), yang berarti: pengabdian kepada
Tuhan. Maka menurut arti aslinya dalam bahasa arab dan agama islam, kata ibadat mau
12

Jhon W. C, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, (Jakarta: Pustaka Pelajar,
2010) 266-273.
13
Ibid., 266-273.
14
David R Ray, Gereja Yang Hidup : Ide-ide segar menjadikan ibadah lebih menarik, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia,2009), hal 9-10.
15
James F White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hal 7.

4

mengungkapkan tindakan atau perbuatan manusia yang menyatakan bakti kepada allah yang

didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bagi orang Islam,
misalnya ibadat itu tidak hanya dibatasi pada tindakan doa dan sembahyang saja, melainkan
segala perbuatan yang menyatakan bakti kepada Tuhan, seperti: berpuasa dalam bulan ramadhan,
zakat, bersedekah, naik hati. Dengan ibadat ditunjuk segala usaha lahir dan batin sesuai dengan
perintah tuhan, untuk mendapatkan kebahagian dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri,
keluarga, masyarakat, maupun alam semesta. Dengan demikiatn ditinjau dari konteks bahasanya,
kata ibadat mengandung makna pertama: tindakan manusia yang menyatakan bakti atau
pengabdian kepada Allah dan kedua: ibadat mencakup segala macam tindakan, yang tidak dapat
dibatasi pada tindakan sembahyang atau doa saja tetapi semua perbuatan yang dimaksudkan
untuk mengabdi pada Allah.16
Ibadah Bulan Purnama secara Historis
Secara historis tradisi ibadah bulan purnama berasal dari bangsa Babilonia. Peribadahan
tersebut dilakukan dengan menggelar festival atau acara perayaan bulanan yang dihitung
berdasarkan fase bulan dan identik dengan hari-hari yang di gemari dan tidak digemari.
Contohnya perhitungan Bulan Elul jatuh pada hari ke 7, 14, 9, 21 dan 28. Sedangkan Ibadah
bulan purnama dilakukan pada hari ke 5. Pada dasarnya ibadah atau ritual ini sering dilakukan
oleh bangsa-bangsa di timur tengah mengingat fungsi Bulan sebagai penerang pada saat malam
hari. Orang Harania memiliki empat hari pengorbanan dalam sebulan, sekurang-kurangnya dua
hari diantaranya ditentukan dari konjungsi dan posisi bulan. Dalam kebudayaan Hindu kuno
menganggap bahwa bulan baru dan bulan penuh sebagai hari untuk pengorbanan, bulan penuh

maupun bulan baru ternyata memeliki signifikansi religius diantara masyarakat ibrani kuno.
Saat-saat seperti ini yaitu perayaan agrikultur sudah di tetapkan, maka perayaan itu selalu
dirayakan ketika terjadi fase bulan penuh.17
Ibadah bulan purnama ini kemudian diadopsi oleh bangsa Israel semasa berada di
pembuangan, dan dikontekstualkan melalui upacara kurban, bahkan pada awal pemisahan antara
bulan penuh ini ada sebuah keputusan bahwa pada saat bulan penuh maka akan tidak boleh ada
16

Emanuel Martasudjita, Liturgi: Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius,
2011), hal 26-27.
17
Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914), 201-212.

5

yang melakukan aktivitas. Berbeda dengan Babilonia pada saat akan melakukan peribadahan ini
mereka membuat kalender sendiri dengan perhitungan yang berbeda. Seperti Hari ke 15 pada
bangsa Babilonia diganti dengan hari ke 7 sebagai hari peristirahatan dalam tradisi beragama
bangsa Israel karena hari ke 7 dianggap sakral dan nuansa kesempurnaan yang terkandung pada
angka itu. Pada waktu kemudian hari ketujuh ini dianggap sebagai hari untuk istirahat dan hari
berhenti bekerja ditambahkan kedalam tradisi Ibadah Bulan Purnama. 18
Pada tradisi bangsa Babilonia, perhitungan Bulan Purnama berdasarkan fase bulan yang
sudah ditentukan, dipahami bahwa festival yang dilakukan ketika bulan Purnama menjadi sebuah
upaya untuk menghindari kemarahan dewa, dan dijadikan sebagai hari yang tepat untuk
melakukan penebusan dosa dan menjadi hari tenang.19
Bulan purnama kemudian mengalami perubahan makna ketika di adopsi oleh bangsa
Ibrani dan terus berkembang seiring berjalannya waktu di Israel, bangsa Israel selaku bangsa
beragama terus memperkuat tradisi ini menjadi tradisi bagi bangsa Israel untuk menghadirkan
hari peristirahatan sekaligus hari yang sakral dan suci bagi bangsa Israel, bangsa Israel melalui
imam-imam dan para nabi menetapkan bahwa hari ketujuh merupakan hari untuk sembahyang
agar lebih diterima oleh masyarakat sekaligus menghindari adanya anggapan bahwa hal ini
menjadi praktek-praktek penyembahan berhala.20
Bulan berperan penting dalam kehidupan bangsa Israel karena secara khusus bulan
menjadi penuntun para leluhur nenek moyang pada saat malam hari. Penghargaan terhadap bulan
selanjutnya dibuat dalam bentuk ritual keagamaan atau secara sederhana mereka kemudian
beribadah kepada bulan sebagai wujud terimakasih. Bulan Purnnama memiliki sifat religius yang
sangat tinggi di tengah-tengah kehidupan orang Ibrani, khusunya untuk pergelaran perayaan
agrikultur maka akan ditentukan berdasarkan fase bulan. 21

18

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914), 201-212.
19
Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914) ), 201-212.
20
Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914) ), 201-212.
21
Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914) ), 201-212.

6

Secara akitabiah Ibadah Bulan Purnama dan bulan baru menjadi tradisi yang dipandang
buruk oleh para nabi karena kedua tradisi itu berhubungan dengan bulan. Nabi adalah
perpanjangan mulut Allah di dalam agama sehingga mereka tidak menyetujui segala bentuk
penyembahan kepada berhala. Hal ini berkaitan dengan Nabi yang merupakan reformator sosial
dan tidak tertarik dengan ritual-ritual seperti ibadah kepada bulan ini.22
Ibadah Bulan Purnama secara Teologis
Secara teologis ibadah di bulan Purnama di Alkitab dapat ditemukan dalam kitab Amos
8:4-5 yang mengindikasikan adanya wawasan dan pengenalan bulan baru dan juga Sabat yang
adalah bulan purnama,

Hosea 2:13 yang menggambarkan kehidupan gurun bangsa Israel

(dimana bulan menjadi penerang pada malam hari), Yesaya 1:13 yang mengisahkan adanya
perayaan khusus ketika bulan baru dan bulan purnama, serta II Raja-raja 4:23 yang juga
mengindikasikan bahwa bulan baru dan Sabat atau bulan purnama sudah menjadi tradisi yang
berakar dalam kehidupan bangsa Israel. Model beribadah yang dilakukan bangsa Israel lebih
kepada pengorbanan hewan kurban sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada Allah.
Simbolisasi ini mempunyai makna sebagai hari perhentian atau istirahat. Bulan di yakini
membawa pengaruh baik dan buruk bagi hewan tumbuhan dan manusia. 23
Di dalam kitab Yeremia 7:18; Anak-anak memungut kayu bakar, bapa-bapa menyalakan
api dan perempuan-perempuan meremas adonan untuk membuat penganan persembahan bagi
ratu sorga, dan orang mempersembahkan korban curahan kepada allah lain dengan maksud
menyakiti hati-Ku. 8:2; dan diserakkan di depan matahari, di depan bulan dan di depan segenap
tentara langit yang dahulunya dicintai, diabdi, diikuti, ditanyakan dan disembah oleh mereka.
Semuanya itu tidak akan dikumpulkan dan tidak akan dikuburkan; mereka akan menjadi pupuk
di ladang. 44:17; tetapi kami akan terus melakukan segala apa yang kami ucapkan, yakni
membakar korban kepada ratu sorga dan mempersembahkan korban curahan kepadanya seperti
telah kami lakukan, kami sendiri dan nenek moyang kami dan raja-raja kami dan pemukapemuka kami di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem. Pada waktu itu kami

22

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914) ), 201-212.
23
Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914) ), 201-212.

7

mempunyai cukup makanan; kami merasa bahagia dan tidak mengalami penderitaan.24
Terkandung referensi yang berkaitan dengan peribadatan kepada bulan dan bintangbintang yang dikecam oleh nabi Yeremia. Ibadah Bulan Purnama juga dilakukan sebaga bagian
dari perayaan religius bangsa ibrani dan merupakan satu hari penuh kegembiraan dan
kemeriahan (Hos 2:11, I Sam 20:4) menjelaskan bahwa dalam perayaan Ibadah Bulan Purnama
ini menjadi sebuah waktu dimana member kurban, hari dimana nabi dapat di kunjungi. Dalam
Perayaan Ibadah Bulan Purnama banyak orang terbiasa mengunjungi kuil pada hari dimana para
tentara diharuskan mengamankan keramaian yang ada.25
Pada kitab keluaran 31:12-17; (12) "Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati,
pastilah ia dihukum mati. (13) Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya
ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia
dapat lari. (14) Tetapi apabila seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya, hingga ia
membunuhnya dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil orang itu dari mezbah-Ku,
supaya ia mati dibunuh. (15) Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum
mati. (16) Siapa yang menculik seorang manusia, baik ia telah menjualnya, baik orang itu masih
terdapat padanya, ia pasti dihukum mati. (17) Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia
pasti dihukum mati.26
Menjelaskan bahwa nabi-nabi memberikan pembenaran tentang ibadah bulan purnama,
ibadah bulan purnama yang dalam tradisi Israel di ubah menjadi sabbat, dalam pemahaman awal
nabi-nabi berpendapat bahwa semua itu merupakan perjanjian abadi antara Tuhan orang Israel
dengan bangsa Israel kuno. 27
II raja-raja 23:5; Ia memberhentikan para imam dewa asing yang telah diangkat oleh
raja-raja Yehuda untuk membakar korban di bukit pengorbanan di kota-kota Yehuda dan di
sekitar Yerusalem, juga orang-orang yang membakar korban untuk Baal, untuk dewa matahari,
untuk dewa bulan, untuk rasi-rasi bintang dan untuk segenap tentara langit. Menjelaskan bahwa

24

Alkitab Elektronik 2.0.0
Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914) ), 201-212.
26
Alkitab Elektronik 2.0.0
27
Saul M. Olyan. Exodus 31:12–17: The Sabbath According to H, or The Sabbath According to P and H ?.
Journal of Biblical Literature (2005) 201–209.
25

8

nabi-nabi mengumumkan hal bagaimana saja yang termasuk dalam kategori agama yang
mempercayai bintang-bintang, yang sudah pasti dilarang oleh para imam dan Yosia melakukan
pemusnahan terhadap praktek-praktek seperti itu. Namun dalam perkembangannya ketika masa
pengasingan ritual-ritual ini mendapat tempat yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan iman-nabi
Yehezkiel dan murid-muridnya. Hal ini berkaitan dengan agama Yahweh yang mendapat
pengaruh besar dari tradisi agama bintang dan bulan. 28
Karenanya bulan sangat menunjang dalam aktivitas sehari-hari mereka. Pada umumnya,
bangsa Ibrani/ Israel menghargai malam hari karena dimaknai sebagai saat yang penuh
kebajikan. Alasannya karena malam selalu indentik dengan ketenangan. Berbeda dengan siang
hari, matahari yang panas dipandang sebagai sesuatu yang penuh dengan kedengkian. Selain itu,
sebagian besar perjalanan orang-orang Israel dilakukan pada malam hari dan hal ini menjadi
alasan yang sentral mengapa mereka kemudian berutang budi atas kebaik bulan yang sudah
menjadi sumber penerang bagi jalan mereka. 29
Ibadah Bulan Purnama di Telap
Pada bagian ini membahas tentang hasil penelitian yang mencakup sejarah desa Telap,
sejarah GMIM “Nafiri” Telap, sejarah dan makna sosio Teologis dari Ibadah Bulan Purnama.

Desa Telap
Desa Telap merupakan desa ke-tujuh di kecamatan Eris kabupaten Tondano, pada awal
mulanya desa Telap hanyalah suatu tempat yang belum ada penghuninya (hutan). Desa ini di
ketahui mempunyai tanah yang sangat subur, berbukit-bukit, dan tergeletak di pesisir danau
tondano, dengan pemandangan yang sangat indah, sehingga para tua-tua di desa-desa sekitar
sering datang untuk mencari dan menangkap ikan, melalui proses inilah maka terkumpulah di
desa ini beberapa keluarga, sehingga terbentuklah satu kelompok masyarakat, dan masayarakat

28

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914) ), 201-212.
29
Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914) ), 201-212.

9

tersebut memberikan nama Desa Telap yang artinya PATELAPAN NDANO (tempat pertemuan
air).30
Desa Telap mempunyai penduduk yang mayoritas Agama Kristen yang terbagi dalam
beberapa denominasi Gereja yaitu GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa), Gereja Advent di
hari Ketujuh, dan Gereja Pantekosta. Desa ini di pimpin oleh seorang Hukum Tua (kepala Desa),
dan desa ini terbagi dalam empat dusun yang masing –masing dusun dikepalai oleh seorang
kepala jaga dan seorang Mewenteng. Penduduk desa Telap berjumlah 1120 jiwa dan jumlah KK
sebanyak 331, hampir mayoritas penduduk di Telap bermata pencaharian sebagai nelayan dan
petani, hal ini di sebabkal oleh faktor pendidikan dan sudah menjadi tradisi sejak lama. Namun
dengan perkembangan yang dari pola pikir maka tingkat pendidikan mulai menanjak, dimana
sudah meningkatnya jumlah masyarakat yang merupakan lulusan Strata 1 maupun Diploma.31
GMIM “Nafiri” Telap
GMIM Nafiri Telap awalnya didirikan pada tahun 1850 dan bertempat di desa Telap
lama (Amian), tepatnya di kintal/halaman keluarga Sumual Gerungan dan bangunan gereja
tersebut sangat sederhana yang terbuat dari bahan bangunan berupa kayu, bambu, dan beratapkan
rumbia (dari daun rumbia/pohon sagu), gereja tersebut waktu itu bernama “BAITHEL”. Pada
Tahun 1900 gereja di pindahkan ke desa Telap baru (Timu) dan bangunan gereja di kerjakan
selama 10 tahun (1900-1910) dan gereja pada waktu itu sudah berganti nama menjadi “SION”,
kemudian pada tahun 1980 gereja berganti nama menjadi “EBEN HAESER” , gereja ini juga
sempat bernama “IMANUEL” ketika di pimpin oleh guru jemaat bernama A.Gerungan namun
tidak ada kepastian Tahun terjadinya. Pada tahun 1982 gereja ini mulai di renovasi untuk
menjadi bangunan beton dan di kerjakan selama sepuluh tahun (10),dan terhitung dari tahun
1982-1992, dan kemudian pada Tahun 1992 di resmikan oleh Mentri Koordinator Ekonomi dan
Keuangan Bpk, Radius Prawiro dan pada saat itu juga gereja ini di resmikan dengan nama

30

Hasil wawancara dengan Hukum Tua Desa Telap Bpk. Joppi Mailangkay yang dilakukan senin 10
November 2014 pukul 18.00.
31
Laporan hasil Orientasi yang ditulis Oleh Vicaris Pendeta Lora sakul, S.Th

10

GMIM “Nafiri” Telap, nama nafiri di ambil sesuai dengan relief yang ada di dinding tembok
bangunan gereja.32
Sejarah dan Pemaknaan terhadap Ibadah Bulan Purnama
Seperti pada umumnya Gereja GMIM yang ada di tanah Minahasa, GMIM Nafiri Telap
juga menjalankan peribadahan-peribadahn yang sudah di tentukan dari sinode, yaitu ibadah
Kolom (sektor), Ibadah BIPRA (bapak, ibu, pemuda, remaja, dan anak), ibadah Syukuran HUT,
Pernikahan, HUT pernikahan, dan Ibadah Duka.33 Namun ada sebuah ibadah yang berbeda di
Jemaat GMIM Nafiri Telap dan tidak di miliki di gereja GMIM mana pun, dan hanya di miliki
oleh GMIM Nafiri Telap, yaitu Ibadah Bulan Purnama. Ibadah ini sudah berlangsung sejak lama,
bahkan sebelum ada gereja sebagai tempat persekutuan.34
Ibadah bulan purnama di prakarsai oleh Tua-tua desa Telap. Ibadah ini sendiri bukan di
pahami sebagai sebuah ibadah yang bertujuan untuk menyembah Bulan, namun ibadah ini di
latar belakangi oleh situasi kehidupan dari orang-orang yang hidup pada zaman itu, yaitu
kehidupan yang penuh dengan kegelapan. Faktor pertama ialah pada waktu itu masyarakat di
desa Telap belum merasakan terang dari lampu karena belum ada aliran listrik. Faktor kedua
ialah karena masih banyaknya orang-orang tua dulu yang masih melakukan ritual-ritual di saat
bulan purnama berupa melakukan pertapaan untuk mendapatkan kekuatan-kekuatan di luar
manusia.35
Dua faktor inilah yang menjadi pendorong utama terjadinya ibadah di saat bulan
Purnama, sehingga Ibadah Bulan Purnama ini sendiri dipahami sebagai sebuah ibadah untuk
mensyukuri semua ciptaan Tuhan di dunia ini, termasuk sinar Bulan Purnama. Karena melalui
sinar bulan Purnama ini orang-orang di desa Telap bisa berjalan dan berkumpul untuk beribadah
kepada Tuhan Yesus Kristus. Bahkan ketika ada terjadi bulan purnama maka terangnya selain

32

Ibid.,
Hasil wawancara dengan Majelis kolom 9 Bpk Pnt. Ernest dan Ibu sym. Hartje. Pada hari Rabu 12
November 2014 pukul 20.00.
34
Ibid.,
35
Hasil wawancara dengan tokoh Jemaat Pak. Remby Tengker. Pada hari Kamis 13 November 2014 pukul
09.00
33

11

dimanfaatkan untuk beribadah, terang bulan ini dapat dimanfaatkan juga untuk mencangkul dan
berkebun di malam hari.36
Pada awal masa terjadinya Ibadah ini semua masyarakat di Telap dengan sukacita dan
senang mengikuti ibadah ini karena selain membentuk sebuah persekutuan jemaat, melalui
ibadah ini juga jemaat dapat berkumpul dan bertemu dengan orang lain sehingga menjadi suatu
motivasi untuk selalu melaksanakan Ibadah Bulan Purnama ini.37 Seiring dengan perkembangan
zaman dan kehadiran gereja sebagai sebuah persekutuan resmi bagi orang-orang kristen, dan
hadirnya perkembangan teknologi dalam bentuk listrik, maka ibadah ini di ambil ahli oleh
GMIM dan dijadikan sebagai salah satu Program Jemaat, Ibadah ini di masukan menjadi salah
satu program jemaat di karenakan ibadah ini di prakarsai oleh orang tua-tua masyarakat yang
kemudian menjadi warga jemaat GMIM.38
Sampai pada masa kini ibadah ini tetap dilakukan, ibadah ini dilihat sebagai sebuah
ibadah yang wajib dilakukan karena baik Pendeta maupun Badan Pekerja Majelis Jemaat
melihat bahwa ibadah ini merupakan sebuah ibadah yang baik dan sangat membantu dalam
meningkatkan iman Jemaat, hal ini dapat dilihat dari tingkat kehadiran jemaat ketika ibadah ini
dilaksanakan. Ketika ibadah ini dilaksanakan maka hampir semua warga jemaat antusias untuk
hadir untuk mengikuti ibadah ini mulai dari anak-anak-lansia, yang tidak hadir kecuali jemaat
yang sakit ataupun yang sudah lanjut usia dan sudah tidak tahan dengan udara dingin. Melihat
hal ini maka ibadah Bulan Purnama dijadikan salah satu program jemaat karena Badan Pekerja
Majelis Jemaat dan Pendeta melihat sangat baik kalau setiap sebulan sekali ada sebuah ibadah
yang menjadi jembatan bagi seluruh jemaat untuk dapat bersekutu dan berkumpul bersama dan
saling bertemu satu sama lainnya.39
Ibadah ini selalu dilakukan ketika terjadinya bulan purnama setiap bulan, ibadah ini dapat
ditentukan dengan perhitungan tanggal bulan purnama melalui kalender yang disediakan dari
GMIM, ada tanda-tanda khusus yang sudah diberi tanda oleh GMIM ketika terjadinya bulan
36

Hasil wawancara dengan Majelis kolom 9 Bpk Pnt. Ernest dan Ibu sym. Hartje. Pada hari Rabu 12
November 2014 pukul 20.00.
37
Hasil wawancara dengan Majelis Kolom 8 Bpk. Pnt Jhony. Sagay. Pada hari senin 10 November pukul
10.00
38
Hasil Wawancara dengan Pak. Lucky Tengker. Pada hari Sabtu 15 November 2014 pukul 10.00.
39
Hasil wawancara dengan majelis kolom 2 Ibu pnt. Adelin dan Pak Sym Jonly. Pada Hari Rabu 12
November 2014. Pukul 11.00

12

purnama, berbeda halnya dengan proses perhitungan yang terjadi pada masa dulu ketika
terjadinya ibadah ini orang-orang tua dulu menghitungnya mengikuti fase bulan, walaupun
nantinya ketika akan dilaksanakan ibadah bulan purnama bertepatan dengan musim hujan namun
tetap dilangsungkan karena selalu ada perhitungan tersendiri dari gereja.40
Ibadah Bulan Purnama pada zaman dulu selalu dilaksana di alam yang terbuka, di sebuah
lapangan atau halaman rumah yang luas sehingga mereka diterangi langsung oleh terang bulan
purnama, namun pada masa kini ibadah ini lebih sering dilaksanakan di gedung gereja atau
dibuat bangsal, semua itu tergantung majelis kolom yang bertugas, alasan utama tidak
dilaksanakan lagi di alam terbuka karena alasan hujan ataupun dinginnya malam hal ini menjaga
agar orang-orang tua yang sudah lanjut usia dan anak-anak terlindungi dari dinginnya malam di
desa Telap, namun ada perbedaan yang sangat nampak ketika ibadah ini dilaksanakan di bangsal
dan gereja, jika ibadah dilaksanakan di gereja maka jemaat yang hadir itu tidak banyak, namun
jika dilaksanakan di bangsal maka hampir semua jemaat hadir. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
jemaat membutuhkan suasana yang baru dalam beribadah.41
Ibadah ini seperti pada umumnya, dilaksanakan dengan menggunakan tata ibadah, ada
nyanyian-nyanyian, doa dan pembacaan alkitab. Seiring perkembangan jemaat maka ibadah ini
dilaksanakan dengan beberapa perubahan-perubahan, seperti liturgi atau tata ibadahnya sudah
mengikuti tata ibadah umum yang dipakai dalam setiap peribadahan di kolom, namun tata ibadah
atau liturgi ibadah ini sangat fleksibel dan dinamis, karena dapat disesuaikan dengan hari-hari
gereja, contohnya tata ibadah atau liturgi bisa memakai tata ibadah hari doa sedunia, liturgi KPI,
atau ibadah-ibadah kreatif lainnya, semuanya tergantung dari pelayan (majelis) yang di beri
tugas untuk melaksanakan ibadah. Ibadah Bulan Purnama ini di bawah pengawasan KPDP
(Komisi Pelayan Doa dan Penginjilan) sebagai penanggung jawab, namun yang menjadi
pelaksana adalah Pelayan Khusus kolom, jadi ada penjadwalan untuk pelakasana per kolom.42
Ibadah ini dipandang sangat baik oleh semua pejabat gereja, karena melalui ibadah ini
secara tidak langsung jemaat telah menjawab program sinode untuk melaksanakan ibadah KPI,
40

Hasil wawancara dengan Majelis Kolom 7 Ibu Pnt. Jenny. Pada hari senin 10 November 2014 pukul

14.00.
41

Hasil wawancara dengan Majelis Kolom 10 Ibu. Pnt Renny Soputan. Hari jumat 14 November 2014
pukul 09.00.
42
Hasil wawancara dengan Ketua Jemaat GMIM Nafiri Telap Pdt Jemmy Rompis, S.Th. Hari sabtu 15
November 2014 pukul 19.00.

13

jika dilihat dari kehidupan jemaat maka dapat dikatakan bahwa melalui ibadah ini menjadi
jembatan untuk meningkatkan kehidupan sosial jemaat di tengah-tengah masyarakat. Ibadah ini
merupakan batu loncatan yang sangat baik di tengah-tengah kehidupan jemaat, karena melalui
Ibadah ini maka kepercayaan-kepercayaan terhadap ilmu-ilmu kebatinan dapat di kikis bahkan
dapat dikatakan Ibadah ini mampu menghilangkan pemahaman jemaat terhadap kepercayaankepercayaan itu.43
Analisa Pemahaman Jemaat Tentang Ibadah Bulan Purnama
Secara Umum, Ibadah merupakan sesuatu yang baik dalam kehidupan orang Kristen.
Oleh sebab itu Ibadah selalu menjadi bagian dari kehidupan persekutuan orang Kristen. Ibadah
dipahami sebagai sebuah penyataan dan tanggapan antara Tuhan dan manusia. Ibadah selalu
memberikan sumbangan yang positif dalam kehidupan manusia baik secara pribadi maupun
bermasyarakat. Ibadah juga berperan sangat aktif dalam perkembangan iman jemaat, sehingga
ibadah ini sangat penting dalam kehidupan orang Kristen pada masa kini khususnya pada jemaat
Nafiri Telap.
Bulan berperan penting dalam kehidupan bangsa Israel karena menjadi penuntun para
leluhur nenek moyang pada saat malam hari. Bulan Purnama memiliki sifat religius yang sangat
tinggi di tengah-tengah kehidupan orang Ibrani, khususnya untuk pergelaran perayaan agrikultur
dan ditentukan berdasarkan fase bulan. 44 Hal yang hampir sama juga terjadi dalam kekehidupan
berjemaat di Jemaat GMIM “Nafiri” Telap yang melaksanakan peribadahan di saat terjadi bulan
purnama. Orang-orang zaman dulu di Telap memahami bahwa ketika terjadi bulan purnama
dengan sinarnya yang sangat terang, ini menjadi sebuah berkah yang sangat luar biasa bagi
orang-orang di Telap pada masa itu. Hal ini dikarenakan cahaya dari bulan purnama itu berperan
menjadi penerang bagi orang-orang di Telap untuk melakukan aktivitas baik itu dalam bentuk
peribadahan maupun untuk bekerja di kebun milik mereka.
Lebih lanjut ketika terjadi bulan purnama, orang-orang Kristen di Telap memanfaatkan
terang bulan untuk melaksanakan ibadah sebagai bentuk persekutuan antara orang-orang di
43

Hasil Wawancara dengan Majelis kolom 9 Bpk Pnt. Ernest dan Ibu sym. Hartje. Pada hari Rabu 12
November 2014 pukul 20.00.
44
Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914).

14

Telap dengan Tuhan Allah yang mereka sembah. Ibadah ini dilaksanakan sebagai bentuk ucapan
syukur dari mereka kepada Tuhan Allah atas ciptaan-Nya yang luar biasa yaitu benda-benda
penerang yang sudah diciptakan. Ucapan syukur ini dilakukan melalui peribadahan setiap kali
terjadinya bulan purnama. Alasan utamanya yaitu ketika adanya terang dari bulan purnama maka
orang-orang dapat berjalan ke sebuah tempat yang terbuka untuk berkumpul disana bersamasama melaksanakan peribadahan kepada Tuhan Allah.
Bulan Purnama dan bulan baru menjadi tradisi yang dipandang buruk oleh para nabi.
Karena kedua tradisi itu berhubungan dengan penyembahan terhadap bulan. Nabi adalah
perpanjangan mulut Allah oleh sebab itu nabi tentunya tidak menyetujui segala bentuk
penyembahan kepada berhala.45 Berdasarkan pandangan tersebut ternyata pertentang antara nabi
dan umat Israel, tidak terjadi pada konteks jemaat Nafiri Telap. Karena ibadah ini bukan untuk
menyembah bulan namun fokusnya adalah bagaimana umat dapat menyembah Allah semata.
Sebab dalam pandangan mereka ibadah yang dilaksanakan adalah untuk mensyukuri ciptaan
Tuhan bukan menyembah bulan.
Sebagaimana kehidupan bangsa Israel pada masa perjanjian lama dan persoalan letak
geografis yang mempengaruhi aktivitas mereka sehari hari,46 ternyata hal yang hampir sama juga
terjadi pada jemaat ini. Karena letak geografis dan motivasi beribadah dibentuk juga oleh
lingkungan dimana jemaat GMIM Nafiri Telap tinggal. Letak desa yang secara umum di
kelilingi oleh bukit-bukit dan danau Tondano. Menyebabkan aktivitas warga jemaat pada
umumnya hanya dapat dilakukan siang hari karena pada malam hari desa tersebut sangat gelap
dan belum ada penerang seperti listrik pada masa lalu. Bulan purnama akhirnya dapat membuat
mereka merasa senang karena adanya terang dari bulan. Ibadahpun dilaksanakan sebagai sebuah
bentuk persekutuan dan sarana untuk berkumpul bersama bertemu satu dengan yang lainnya.
Bulan purnama dihitung berdasarkan fase bulan.47 Jika dipahami dalam konteks
berjemaat di jemaat Nafiri Telap, perhitungan bulan purnama hadir dalam wujud yang sederhana.

45

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914), 201-212.
46
Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914), 201-212.
47
Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914), 201-212.

15

Bulan purnama di hitung melalui kalender yang disediakan oleh sinode GMIM karena ibadah ini
dilaksanakan tiap bulan ketika terjadi bulan purnama. Selain itu ibadah bulan purnama juga terus
berkembang mengikuti perkembangan jemaat dan sinode. Contoh kecilnya bentuk tata ibadah
yang terus berbeda setiap bulannya dan ibadah yang dijadwalkan pada saat bulan purnama di
selenggarakan secara rutin tiap bulan.
Secara sosio-teologis ibadah ini berfungsi dalam membantu perkembangan iman jemaat
dan memperkuat relasi antara sesama warga jemaat. Hal ini dikarenakan jemaat mempunyai
waktu yang setidaknya sebulan sekali untuk bertemu dalam ibadah Am di Bulan Purnama selain
pertemuan di ibadah minggu. Antusiasme jemaat dalam peribadahan ini sangatlah besar oleh
sebab itu terdapat pemaknaan yang beragam dari anak-anak(tempat untuk berkumpul) sampai
kepada lansia (dianggap sebagai warisan), karena ibadah ini di kemas dalam suasana dan tema
yang cenderung berbeda dari ibadah-ibadah minggu. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan
bahwa ibadah ini merupakan ibadah yang kreatif dan inovatif berdasarkan kebutuhan iman
jemaat.

Fungsi sosial dari ibadah bulan Purnama. Ibadah secara langsung dapat dipahami sebagai
sarana untuk mengumpulkan orang-orang yang ada dalam satu tempat atau daerah untuk dapat
berkumpul dan melakukan sesuatu aktivitas untuk mempererat hubungan kekeluargaan antara
satu orang dengan orang yang lainnya. Perkumpulan ini didalamnya terjalin relasi sosial yang
menguatkan komunitas warga desa Telap. Sebab agama secara sosiologis dapat dipandang
sebagai suatu jenis sistem, sosial tertentu yang dibuat oleh penganutnya.48 Sistem ini secara sadar
maupun tidak sadar dalam komunitas warga desa Telap telah membentuk solidaritas sosial yang
tinggi diantara sesama melalui komunikasi antar individu yang mana komunikasi ini
menghasilkan sikap saling peduli yang bersumber pada nilai-nilai agama yang utama seperti
kasih dalam persaudaran yang terjadi dalam persekutuan ibadah ini yang terus diselenggarakan
secara rutin tiap bulan.

48

D. Hendropuspito, Sosiologi Agama,(Yogyakarta: Kanisius, 1983) 111.

16

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan tinjauan tentang ibadah bulan purnama di GMIM Nafiri Telap
dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya Ibadah adalah sarana yang baik dalam perkembangan
iman jemaat, semakin banyak Ibadah dalam jemaat akan semakin baik bagi kehidupan sebuah
jemaat dan anggota jemaatnya. Secara khusus yang terjadi di jemaat GMIM Nafiri Telap, dimana
terdapat sebuah Ibadah yang sangat khas dari jemaat ini yaitu Ibadah Bulan Purnama (pada masa
lampau)/ ibadah AM di Bulan Purnama (masa kini), Ibadah ini merupakan ibadah yang hanya
dilaksanakan di GMIM “Nafiri” Telap wilayah Tandengan, dan tidak terdapat di gereja GMIM
lainnya bahkan di Gereja Protestan di bawah naungan PGI. Pada dasarnya Ibadah Bulan
Purnama ini merupakan sebuah Ibadah yang berangkat dari motivasi orang-orang tua dulu untuk
beribadah ketika adanya terang dari bulan purnama yang terjadi setiap bulannya, oleh sebab itu
diusulkan untuk dilaksankan sebuah ibadah untuk mensyukuri cahaya tersebut. Secara Teologis
Ibadah ini merupakan sebuah landasan iman yang sangat baik, karena Ibadah ini berangkat dari
kesadaran iman untuk mensyukuri anugerah dari Tuhan Allah kepada umat manusia. Secara
sosiologis ibadah ini sangat berperan dalam membuat jemaat untuk memiliki hubungan yang
penuh keakraban dan lebih mengenal satu dengan yang lainnya, karena melalui Ibadah ini jemaat
selalu bertemu untuk beribadah bersama. Ibadah ini menjadi sebuah contoh yang sangat baik dan
menjadi sebuah keputusan yang bijak dalam sebuah persekutuan jemaat untuk memelihara
motivasi dari para pendiri Ibadah ini untuk meningkatkan iman. Secara umum ibadah ini sangat
baik dan sangat berperan aktif dalam kehidupan jemaat, namun ada kecenderungan yang negatif
dari generasi masa kini dimana dapat dilihat dari tingkat kehadiran jemaat khususnya pemuda
remaja dan anak-anak yang menurun. Ini dapat menjadi kesimpulan bahwa proses regenerasi
yang gagal dalam memperkenalkan sebuah sejarah jemaat tentang Ibadah ini.

17

SARAN
Saran untuk Gereja
Perkembangan sebuah jemaat tergantung dari pemahaman jemaat tentang arti
sebuah persekutuan melalui peribadahan yang dilaksanakan. Ibadah Bulan Purnama
adalah salah satu ibadah kreatif yang patut dipertahankan dan patut dijelaskan kepada
generasi muda gereja tentang pentingnya sebuah ibadah.

Saran untuk Pemuda Remaja dan Anak-anak GMIM Nafiri Telap
Sebuah ibadah kreatif seperti ibadah Bulan purnama adalah ibadah yang akan
member warna baru dalam dunia kekristenan, ibadah ini harus dapat di pertahankan
karena memiliki banyak manfaat dalam perkembangan iman jemaat, terkhusus bagi
generasi muda yang sudah mulai jenuh dengan ibadah sektor dan ibadah minggu, maka
Ibadah kreatif seperti ibadah bulan Purnama ini menjadi sebuah motivasi untuk
membangkitkan kembali iman yang mengecil karena rasa jenuh.

18

DAFTAR PUSTAKA
Abineno J L Ch. Unsur-Unsur Liturgika Yang dipakai Gereja-Gereja Di Indonesia. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2012.
Carter, C. E. The Practice and Experience of the Sabbath among Seventh-day Adventist Pastors.
Jurnal Pastoral Psychol 62:13–26. 2013.
Coote, B. Robert. Pada Mulanya Penciptaan dan Sejarah Keimanan. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2011.
C Jhon W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Jakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.
Groenen C. Sakramentologi Ciri Sacramental Karya Penyelamatan Allah Sejarah, Wujud,
Struktur. Yogyakarta: Kanisius,1990.
Hendropuspito, D. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Meek, J. T. The Sabbath In The Old Testament.James Millikin University: Journal of Biblical
Literature,1914.
Netti Albinus Lodewyk. Ibadah dan Tata Ibadah dalam Permenungan. Salatiga: Satya wacana
University Press, 2014.
Olyan, M. S. Exodus 31:12–17: The Sabbath According to H, or The Sabbath According to P
and H?. Journal of Biblical Literature (2005) 201–209.
Osborne Kenan B. Komunitas, Ekaristi, dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Rachman Rasid. Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2011.
Rachman Rasid. Pembimbing Ke dalam Sejarah Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2012.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

19

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
White James F. Pengantar Ibadah Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Website :
http://www.effatha.org/index/content/id/1258

20