T1 232010801 Full text

(1)

1

I. PENDAHULUAN

Persoalan lingkungan merupakan isu yang semakin menarik untuk dibahas seiring dengan berkembangnya bisnis usaha. Pentingnya kelestarian lingkungan hidup (alam) telah menjadi agenda utama bagi semua pelaku bisnis di berbagai sektor. Dewasa ini dunia perekonomian mulai merambat ke arah ramah lingkungan seperti yang dikenal dengan ekonomi hijau (green economy) pada umumnya dan akuntansi lingkungan atau akuntansi hijau (green accounting) pada khususnya.

Di Indonesia sendiri perekonomian telah diarahkan kepada ekonomi hijau sejak Juni 2012. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Konferensi Tingkat Tinggi Rio+20 menyatakan akan membawa perubahan dalam perilaku ekonomi yang serakah menuju ekonomi hijau. Indonesia juga akan berperan aktif untuk mewujudkan tata akuntansi hijau dalam pembangunan berkelanjutan dan juga untuk menghapus tingkat kemiskinan (Lako, 2012[a]). Keseriusan ini kemudian ditandai salah satunya dengan hadirnya Peraturan Presiden No. 16, Tahun 2012 mengenai Rencana Umum Penanaman Modal yang di dalam pendahuluannya pada paragraf ke 7 diungkapkan “Dalam RUPM juga ditetapkan bahwa arah kebijakan pengembangan penanaman modal harus menuju program pengembangan ekonomi hijau (green economy), dalam hal ini target pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan isu dan tujuan-tujuan pembangunan lingkungan hidup, yang meliputi perubahan iklim, pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati dan pencemaran lingkungan serta penggunaan energi baru dan terbarukan”.


(2)

2

Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi hijau, usaha pemerintah ditunjukkan dengan adanya program khusus yang diadakan oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup untuk mendorong perusahaan dalam menata pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Program ini dikenal sebagai PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang kriterianya disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan (Lampiran, Tabel 1), di mana penghargaan yang diberikan dapat mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (http://www.menlh.go.id).

Sebagai dampak dari perubahan menuju ekonomi hijau ini, maka akuntansi pun perlu diperbaharui menjadi akuntanasi hijau. Selama ini sejumlah pihak menuding bahwa akuntansi dan para akuntan merupakan sebab terjadinya krisis sosial dan lingkungan. Laporan akuntansi hanya menyajikan informasi finansial yang terkait dengan pembentukan modal serta keuntungan, sementara informasi yang menyangkut sosial (people) dan lingkungan (planet) dikesampingkan. Hal inilah yang kemudian dianggap menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan dan juga bagi pengambil keputusan (Lako, 2012[a]).

Saat ini belum banyak terdapat perusahaan yang menyajikan tanggung jawabnya terhadap lingkungan hidup di dalam laporan keuangan. Hal ini mungkin disebabkan karena perusahaan masih kurang paham akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup, atau terlalu mempertimbangkan unsur biaya dan manfaat (cost and benefit) yang diperoleh apabila menyajikan aspek lingkungan hidup dalam laporan keuangan. Perusahaan yang mencantumkan unsur lingkungan hidup


(3)

3

dalam laporan keuangannya masih bersifat sukarela (http://repository.unhas.ac.id). Belum adanya kerangka konseptual maupun standar akuntansi yang berbau akuntasi lingkungan juga menjadi salah satu penyebab mengapa perusahaan masih belum berpartisipasi penuh dalam mengungkapkan aspek lingkungan hidup dalam laporan keuangnnya (Lako, 2012[a]).

Perekonomian di Indonesia salah satunya ditunjang oleh adanya sektor pariwisata. Kepariwisataan menjadi sektor yang memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Sub-Direktorat (Kasubdit) Satistik Pariwisata BPS, Eko Marsono dalam

http://www.suarapembaruan.com, 2012, “saat ini sektor yang paling besar

mendapatkan nilai tambah PDB dari pariwisata adalah hotel yang mencapai 95,13%”. Menurut Siaran Pers Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam

http://www.parekraf.go.id, 18 Maret 2014, dalam beberapa tahun terakhir sektor

pariwisata memberikan kontribusi yang semakin besar terhadap perekonomian nasional. Hal ini terbukti pada saat perekonomian nasional mengalami krisis global di tahun 2013 ketika penerimaan ekspor mengalami penurunan yang tajam, namun sektor pariwisata mengalami peningkatan kontribusi dari 10% menjadi 17% dari total ekspor barang dan jasa Indonesia. Hal ini menjadikan sektor pariwisata menjadi penyumbang terbesar devisa yaitu dari peringkat 5 menjadi peringkat 4 dengan penghasilan devisa sebesar 10 milyar USD. Kontribusinya secara langsung terhadap PDB mencapai 3,8% dan apabila memperhitungkan efek penggandaanya, kontribusi pariwisata pada PDB mencapai sekitar 9%. Penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata mencapai 10,18 juta orang atau


(4)

4

8,9% dari total jumlah pekerja, menjadikannya sektor pencipta tenaga kerja terbesar keempat.

Bali merupakan salah satu tujuan wisata favorit tidak hanya di Indonesia saja namun juga di seluruh dunia. Bali konsisten untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor andalan diantaranya adalah industri perhotelan (http://bali.bps.go.id). Menurut Manajer Skyscanner, Ira Noviani dalam http://www.lensaindonesia.com, Bali merupakan salah satu kota (selain Jakarta dan Surabaya) yang tercatat sebagai tujuan wisata yang banyak dicari wisatawan. Skyscanner sendiri merupakan sebuah situs pencarian perjalanan terkemuka yang dapat mencatat temuan-temuan penting dari dunia pariwisata. Sebagai contoh, Skyscanner dapat mengetahui wilayah mana saja yang sedang menjadi tujuan wisata favorit pada kurun waktu tertentu, yang diketahui melalui pencarian tiket murah melalui penggunaan aplikasi Skyscanner. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Putri Indonesia, Nabilla Shabrina dalam http://www.beritasatu.com bahwa Bali merupakan salah satu sektor pariwisata Indonesia yang dikenal dunia yang menjadi salah satu sektor penyumbang devisa terbesar Indonesia.

Untuk menanggapi perubahan menuju ekonomi hijau yang pada akhirnya menerapkan akuntansi hijau dalam laporan keuangan, penelitian ini terlebih dahulu ingin melihat apakah industri perhotelan di Propinsi Bali sebagai salah satu sektor yang menunjang perekonomian Indonesia, siap dalam menghadapi perubahan menuju akuntansi hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan industri perhotelan terhadap lingkungan hidup untuk selanjutnya dapat


(5)

5

melangkah menuju akuntansi hijau. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat kepada industri perhotelan mengenai pentingnya tindakan berdasarkan inisiatif terhadap lingkungan hidup untuk mendukung berlangsungnya usaha yang berkelanjutan dalam era akuntansi hijau. Bagi para akademisi, diharapkan dapat memberikan referensi untuk melakukan penelitian yang sama selanjutnya. Bagi peneliti sendiri, diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai akuntansi hijau dan juga mengenai pengelolaan lingkungan hidup pada industri perhotelan. Bagi para pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai akuntansi hijau.

II. KAJIAN PUSTAKA

Akuntansi Hijau

Indonesia saat ini sedang melakukan perubahan tatanan perekonomian yaitu menuju ekonomi hijau. Ekonomi hijau sendiri merupakan suatu pandangan baru sistem ekonomi yang mengarahkan design dan implementasi struktur dan proses perekonomian suatu negara ke arah yang lebih ramah lingkungan dengan mengintegrasikan tujuan dan aspek-aspek ekonomi dengan aspek lingkungan secara terpadu dan berkelanjutan. Tujuan dari ekonomi hijau adalah untuk mencegah eksploitasi ekonomi terhadap aspek-aspek lingkungan yang menjadi pilar keberlanjutan ekonomi dan bisnis, serta mempunyai sasaran agar kerusakan lingkungan dapat dicegah, eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan tidak terjadi secara serakah dan daya dukung alam terhadap


(6)

6

aktivitas perekonomian dan bisnis tetap kuat dan berkelanjutan. Di dalam perekonomian, hal ini tentu saja memberikan dampak bagi perlakuan akuntansi, sehingga seiring dengan berkembangnya perubahan menuju ekonomi hijau, maka dikenallah akuntansi hijau (Lako,2012[b]).

Akuntansi Hijau adalah suatu paradigma baru dalam bidang akuntansi yang menganjurkan bahwa fokus dari proses akuntansi tidak hanya tertuju pada transaksi keuangan untuk menghasilkan laporan laba atau rugi suatu entitas korporasi, melainkan juga pada transaksi-transaksi atau peristiwa sosial (people) dan lingkungan (planet). Tujuan umum pelaporan dari akuntansi hijau adalah agar para pemangku kepentingan dapat mengetahui secara utuh informasi tentang kualitas manajemen dan perusahaan dalam pengelolaan bisnis dan ramah lingkungan. Serta tujuan khususnya adalah agar para stakeholder mengetahui dan menilai kinerja, resiko dan prospek suatu korporasi sebelum mengambil keputusan (Lako, 2012[a]).

Kesiapan Industri Perhotelan di Bali Dalam Memasuki Era Akuntansi

Hijau

Menurut Dalem dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Sistem Manajemen Lingkungan, Tri Hita Karana dan Implementasinya pada Hotel”, (http://ojs.unud.ac.id), salah satu strategi pencapaian tujuan mengenai pengelolaan lingkungan hidup adalah dengan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) atau Environmental Management System (EMS) yang didasarkan pada filosofi dimensi kehidupan masyarakat Bali


(7)

7

yaitu Tri Hita Karana. Tri Hita Karana mengandung 3 unsur utama yaitu Parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan sesama manusia), serta Pelemahan (hubungan manusia dengan lingkungan alam). SML menurut ISO 14001 (butir 3.5) didefinisikan sebagai bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang termasuk didalamnya struktur organisasi, aktivitas perencanaan, pertanggung jawaban, pelaksanaan (practices), prosedur, proses dan sumber daya untuk pengembangan, implementasi, pencapaian, reviewing, serta menetapkan/penetapan kebijakan lingkungan. Untuk memudahkan pelaksanaan SML maka perlu dibentuk Team. Manajemen puncak haruslah membuak Kebijakan Lingkungan (Environmental Policy). Jika bukan manajemen puncak yang bertanggung jawab atas kebijakan lingkungan maka bisa saja hanya sebagian kecil dari operasional perusahaan yang tersentuh oleh kebijakan berwawasan lingkungan ini. Diharapkan kebijakan lingkungan ini memiliki dampak yang menyeluruh apabila manajemen puncak yang bertanggung jawab. Kebijakan ini haruslah (1) cocok dengan skala dan jenis kegiatan, (2) berisi komitmen terhadap perbaikan yang berkelanjutan serta pencegahan polusi, (3) mempunyai komitmen menaati peraturan perundangan yang berlaku, (4) mempunyai kerangka kerja (frame work) untuk menetapkan (setting) serta reviewing tujuan (objective) serta target lingkungan yang ingin dicapai, (5) didokumentasikan, diimplementasikan dan dipertahankan/ditetapkan serta dikomunikasikan terhadap semua tenaga kerja, (6) terbuka untuk umum


(8)

8

(available to the public-ISO 14001), (7) kebijakan lingkungan harus mencerminkan keseimbangan antara ketiga unsur Tri Hita Karana. Dalam perencanaannya, organisasi haruslah membuat dan menetapkan prosedur-prosedur dalam mengidentifikasi lingkungan dari aktivitasnya. Produk dan jasa apa saja yang dapat memberikan dampak penting bagi lingkungan, menjamin bahwa aspek-aspek yang mempunyai dampak lingkungan ini dimasukkan dalam pertimbangan dalam penetapan tujuan/sasaran lingkungan (environmental objective). Perlu adanya tanggung jawab serta otoritas masing-masing pihak yang terdefinisi secara jelas dalam pengimplementasian rencana kerja. Sehingga dapat didokumentasikan serta dikomunikasikan agar mampu memfasilitasi manajemen lingkungan yang efektif. Pihak manajemen harus mampu menyediakan sumber daya manusia yan mempunyai keterampilan khusus di bidang teknologi dan finansial.

Sikap atau langkah yang diambil ditandai sebagai dorongan internal; mengefisiensikan sumber daya, fokus terhadap produktivitas termasuk didalamnya memotivasi karyawan, mendeteksi dan meminimalisasikan faktor resiko lingkungan sehingga dapat pula meminimalisasikan kewajiban/tanggung jawab dari dampak lingkungan (Morrow & Rondinelli, 2002 dalam Bonilla-Priego et al, 2011).

Secara umum dari semua langkah tersebut adalah untuk membuat internal perusahaan kuat, dengan harapan mendapatkan reputasi dan citra perusahaan yang baik. Pentingnya penempatan tanggung jawab kepada


(9)

9

lingkungan oleh pemilik saham, telah memindahkan komunikasi lingkungan dari sistem sukarela dan tidak teratur ke suatu bagian yang diharapkan dapat mengambil tindakan yang tepat dan di saat yang bersamaan juga mampu membuat laporan yang dapat menjunjung tinggi kredibilitas dan transparan (Bonilla-Priego et al, 2011).

III. METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah orang-orang yang bekerja/berada dalam manajemen perhotelan yang ada di Propinsi Bali, khususnya perhotelan yang berada di wilayah Kuta, Kabupaten Badung dan wilayah Ubud, Kabupaten Gianyar. Populasi diambil di daerah tersebut karena pada kedua kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki jumlah hotel terbanyak dibandingkan 8 kabupaten lainnya yang berada di Pulau Bali (Lampiran, Tabel 2). Adapun pertimbangan lain adalah kriteria hotel yang akan dijadikan penelitian yaitu hotel dengan kategori golongan bintang 3, bintang 4 dan bintang 5. Dalam penelitian ini tidak dimasukkannya hotel bintang 1 dan bintang 2 dengan pertimbangan jumlah hotel bintang 1 dan bintang 2 di wilayah Kuta dan Ubud tidak terlalu banyak (Lampiran, Tabel 2). Khususnya di Kabupaten Badung, jumlah hotel bintang 1 yaitu sebesar 13 hotel dan jumlah hotel bintang 2 yaitu sebesar 12 hotel, tidak mencapai 50% dari jumlah hotel bintang 3 yaitu sebesar 32 hotel (jumlah hotel bintang 3 merupakan yang paling sedikit dibandingkan dengan jumlah hotel bintang 4 dan bintang 5).


(10)

10

Alasan lain yaitu untuk mengurangi populasi dan sampel karena terdapat keterbatasan akses dalam melakukan penelitian..

Metode sampling adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel yang diambil secara sengaja sesuai dengan karakteristik tertentu (Mardalis, 2003). Karakteristik sampel dalam penelitian ini merupakan orang yang bekerja/berada dalam manajemen perhotelan dan mempunyai kedudukan dalam manajemen hotel serta mempunyai wewenang dalam mengambil keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut lingkungan khususnya lingkungan hidup. Teknik sampling ini bertujuan untuk melihat adanya kesiapan dari manajemen hotel dalam memasukiera akuntansi hijau.

Penelitian ini menggunakan sumber data primer dengan cara pengisian kuesioner dan wawancara. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan. Sedangkan wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti (Mardalis, 2003).

Indikator kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bonilla-Priego et al, 2011, di Uni Eropa untuk melihat kemampuan hotel dalam keterlibatannya


(11)

11

didalam pengelolaan lingkungan hidup secara terstruktur untuk memungkinkan perbaikan kinerja. Dalam penelitiannya tersebut terdapat 3 indikator yaitu ; (1) indikator yang digunakan untuk mengukur orientasi lingkungan internal, (2) indikator yang digunakan untuk mengukur orientasi lingkungan eksternal, (3) indikator untuk mengukur strategi dan manajemen organisasi. Untuk indikator yang ke 3 akan disertakan juga beberapa variabel pertanyaan secara terpisah mengenai proses manajemen lingkungan untuk membantu mengukur indikator ini.

Metode pengumpulan dan analisis data yang dilakukan dalam analisis ini adalah :

1. Langkah awal berupa tahap konseptual, yaitu menentukan indikator (diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Bonilla-Priego et al, 2011, di Uni Eropa yang bertujuan untuk melihat kemampuan hotel dalam keterlibatannya di dalam pengelolaan lingkungan hidup secara terstruktur untuk memungkinkan perbaikan kinerja) yang terdiri dari variabel-variabel pertanyaan untuk mengukur orientasi lingkungan internal dan ekternal serta strategi dan manajemen organisasi (menjadi 3 indikator).

2. Indikator yang terdiri dari variabel-variabel pertanyaan kemudian disajikan kedalam suatu kuesioner dan diisi oleh responden yang kriterianya telah ditentukan sebelumnya, yaitu orang yang mempunyai kedudukan dalam manajemen hotel serta mempunyai wewenang dalam


(12)

12

pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut lingkungan hidup.

3. Tiap-tiap variabel pertanyaan yang membentuk indikator kemudian dinilai sesuai dengan alokasi bobot pertimbangan dari responden (dengan memberikan nilai antara 1-10, dan apabila dikumulatifkan jumlahnya = 10).

4. Dari hasil alokasi bobot pertimbangan, kemudian dilakukan perhitungan rata-rata dari tiap-tiap variabel pertanyaan dan kemudian dibuat menjadi bentuk prosentase.

5. Dari hasil yang didapatkan dari poin 4, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif untuk memaknai data yang didapat dari hasil penelitian.

6. Untuk mengukur kesiapan dari tiap indikator ;

a. Indikator orientasi internal : apabila prosentase rata-rata memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 17%.

∑ total prosentase indikator 100%

∑ variabel pertanyaan = 3 = 17%

2 2

b. Indikator orientasi eksternal : apabila prosentase rata-rata memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 8%.

∑ total prosentase indikator 100%

∑ variabel pertanyaan = 6 = 8%

2 2

c. Indikator strategi dan manajemen organisasi : apabila orientasi rata-rata memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 7%.


(13)

13

∑ total prosentase indikator 100%

∑ variabel pertanyaan = 7 = 7%

2 2

7. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, dilakukan juga wawancara untuk lebih mendukung data kuantitatif yang telah didapatkan melalui kuesioner.

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Kuta dan Ubud adalah daerah tempat pengambilan sampel dalam penelitian ini. Kuta dikenal sebagai kawasan yang tidak pernah tidur. Segala bentuk hiburan ditawarkan seperti bar dan venue dengan live music di sepanjang Jalan Legian, ditambah lagi dengan keindahan alam yang tersajikan di Pantai Kuta. Berbeda dengan Ubud yang lebih menampilkan suasana pedesaan dan berhawa sejuk, membuat Ubud menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin merasakan kentalnya kebudayaan Bali dan spiritualnya (Amorita et al, 2013).

Deskriptif Hotel dan Responden

Dalam penelitian ini, terdapat 28 responden yang telah melakukan pengisian kuesioner dan termasuk di dalamnya, sebanyak 12 responden telah bersedia untuk diwawancara.


(14)

14 TABEL 1

KLASIFIKASI HOTEL MENURUT GOLONGAN BINTANG

BINTANG JUMLAH

(Hotel)

PROSENTASE

3 (Tiga) 1 4%

4 (Empat) 24 86%

5 (Lima) 3 11%

TOTAL 28 100%

SAMPLE PENELITIAN DESKRIPTIF JUMLAH

(Orang)

PROSENTASE JENIS

KELAMIN

Pria 19 68%

Wanita 9 32%

TOTAL 28 100%

UMUR (Tahun)

20-29 6 21%

30-39 11 39%

40-49 8 29%

≥50 3 11%

TOTAL 28 100%

Sumber : hasil olahan data Maret, 2014

Sebagian besar (lebih dari 50%) pengambilan data kuesioner diperoleh dari hotel bintang 4 (86%). Sebesar 11% berasal dari hotel bintang 5 dan 4% sisanya berasal dari bintang 3. Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, dari 28 responden, prosentase yang paling tinggi adalah pria, yaitu sebesar 68% dibandingkan dengan yang berjenis kelamin wanita yang hanya mempunyai prosentase sebesar 32%. Jika dilihat berdasarkan umur, responden yang berumur antara 20-29 tahun mempunyai prosentase sebesar 21%, umur 30-39 tahun sebesar 39% (tertinggi), umur 40-49 tahun sebesar 29% dan yang berumur sama dengan atau lebih dari 50 tahun mempunyai prosentase sebesar 11%.


(15)

15

Orientasi Lingkungan Internal

Secara umum, industri perhotelan telah melakukan pengelolaan lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan (Lampiran, Tabel 1). Namun seiring dengan berubahnya praktek ekonomi menjadi ekonomi hijau, apakah orientasi perusahaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan karena didorong oleh tuntutan hukum yang berlaku, atau semata-mata untuk penghematan biaya, ataukah memang karena telah berubah ke arah peduli terhadap lingkungan?

TABEL 2

ORIENTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP HOTEL SECARA INTERNAL

INDIKATOR PROSENTASE

Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan didefinisikan dengan mempertimbangkan kepatuhan hukum.

36%

Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan didefinisikan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan hidup yang signifikan.

32%

Motivasi utama penerapan sistem pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk penghematan biaya.

33%

TOLAK UKUR KESIAPAN 17%

Sumber : hasil olahan data Maret, 2014

Orientasi pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh manajemen hotel apabila dilihat secara internal, pada umumnya dilakukan hanya untuk mematuhi hukum mengenai lingkungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah (prosentase tertinggi sebesar 36%). Hal ini dilakukan untuk menghindari baik sanksi hukum ataupun sanksi denda, sehingga mempunyai kaitan erat dengan besarnya prosentase tertinggi kedua (sebesar 33%) yaitu pengelolaan lingkungan dilakukan dengan


(16)

16

mempertimbangkan penghematan biaya. Selain itu, sesuai dengan hasil wawancara, dikatakan bahwa manajemen hotel juga melakukan penghematan biaya dengan cara melakukan daur ulang, seperti contoh sampah dedaunan dikumpulkan yang kemudian oleh pihak ketiga diolah kembali menjadi kertas buram yang kemudian digunakan kembali oleh pihak hotel. Begitu pula dengan pengelolaan limbah cair, dilakukan daur ulang untuk kembali digunakan pihak hotel untuk menyiram tanaman. Tidak jauh berbeda dengan hasil prosentase dengan tujuan pengelolaan lingkungan yang dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan yang signifikan (32%), hal ini dikarenakan pihak manajemen hotel juga harus memperhatikan kebersihan dan kelestarian lingkungan yang berada di area sekitar hotel, untuk kenyamanan dan kesehatan penduduk yang bermukim didekat hotel berada. Ketiga indikator mempunyai kapasitas prosentase yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena ketiga indikator saling berkaitan erat. Manajemen hotel melakukan pengelolaan lingkungan yang didasarkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga mendorong mereka untuk melakukan pengelolaan lingkungan dengan baik dan akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang berujung kepada keselarasan terhadap kehidupan penduduk di sekitar hotel.


(17)

17

Orientasi Lingkungan Eksternal

Pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh manajemen hotel tidak hanya dipertimbangkan oleh faktor internal saja, melainkan juga faktor eksternal. Pengaruh dari pertimbangan faktor eksternal tidak kalah pentingnya karena bersangkutan dengan pihak lain/pihak ketiga, baik yang berhubungan langsung (seperti para pemegang saham, pemberi pinjaman dan pemasok) maupun yang tidak berhubungan langsung (seperti masyarakat, organisasi dan pemerintah). Selain strategi manajemen hotel, pandangan/penilaian pihak ketiga terhadap hotel juga berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha hotel itu sendiri.

TABEL 3

ORIENTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP HOTEL SECARA EKSTERNAL

INDIKATOR PROSENTASE

Motivasi utama dalam menerapkan sistem manajemen lingkungan hidup adalah untuk menanggapi tekanan pasar/pelanggan

21%

Motivasi utama dalam menerapkan sistem manajemen lingkungan hidup adalah untuk mendapatkan keuntungan pasar yang kompetitif

18%

Secara teratur mensponsori/berkolaborasi dengan organisasi-organisasi yang bergerak di bidang konservasi lingkungan hidup

18%

Menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan hidup sebagai suatu strategi komersial (label kualitas lingkungan dan sertifikasi)

14%

Pemasok mempunyai akses kepada kebijakan lingkungan hidup perusahaan

16%

Tujuan lingkungan hidup diatur dengan mempertimbangkan pendapat dari pemangku kepentingan (klien, pemasok, dll)

14%

TOLAK UKUR KESIAPAN 8%

Sumber : hasil olahan data Maret, 2014

Prosentase tertinggi yaitu sebesar 21%, mengatakan bahwa motivasi utama manajemen hotel dalam menerapkan sistem pengelolaan


(18)

18

lingkungan adalah untuk menanggapi tuntutan dari pelanggan/pasar. Sebagian besar turis/wisatawan asing memilih berkunjung ke Indonesia untuk berlibur karena mempunyai ketertarikan terhadap kekayaan ethnik budaya yang ada. Sebagai contoh, hasil dari salah satu wawancara, terdapat hotel yang dalam menyajikan makanan kepada pelanggan, menggunakan piring yang terbuat dari anyaman rotan, dan sebagai alas makanan diatas piring anyaman rotan tersebut, digunakan potongan daun pisang yang telah dibersihkan. Hal ini cukup menarik perhatian para wisatawan. Cara ini dapat membantu manajemen hotel dalam menghemat bahan kimia seperti sabun untuk mencuci piring, yang akhirnya berujung kepada penghematan biaya dan dapat mengurangi kadar limbah cair. Cara lain yang dilakukan oleh manajemen hotel yaitu dengan memperluas taman yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang rindang serta tanaman-tanaman hias lainnya. Menyediakan fasilitas-fasilitas outdoor yang dapat memanjakan para pengunjung seperti restoran dan tempat spa. Hal ini disebabkan karena kebanyakan wisatawan asing menginginkan nuansa alam, dan mayoritas pengunjung hotel di Provinsi Bali adalah wisatawan asing.

Prosentase terbesar kedua terdiri dari dua indikator (yaitu sebesar 18%). Motivasi lain mengapa manajemen hotel melakukan pengelolaan lingkungan adalah untuk mendapatkan keuntungan/keunggulan yang kompetitif. Bersamaan dengan dilakukannya aktivitas ramah lingkungan bersama pihak ketiga (mensponsori/berkolaborasi).


(19)

19

Segala bentuk bisnis usaha pasti mempunyai tantangan baik dari dalam maupun luar, yang memaksa suatu bisnis ini membentuk strategi agar dapat bertahan dan bersaing. Begitu pula dengan bisnis perhotelan. Tantangan terbesar adalah bagaimana mereka dapat mempertahankan dan bersaing dalam menyediakan pelayanan jasa kepada para pengunjung/pelanggan. Berkaitan dengan indikator yang mempunyai prosentase tertinggi pertama yaitu menanggapi tekanan pasar/pelanggan, maka manajemen perhotelan perlu melakukan strategi, dalam hal ini adalah bidang pengelolaan lingkungan, secara internal maupun eksternal. Secara internal seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan indikator prosentase tertinggi pertama yaitu dengan meningkatkan mutu dan kualitas baik dalam pelayanan maupun fasilitas, dan secara eksternal yaitu dengan melakukan kolaborasi/kerjasama dengan pihak ketiga yang bergerak di bidang lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara, manajemen hotel juga bekerjasama dengan masyarakat setempat, bersama-sama menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan sekitar hotel dan daerah tempat masyarakat bermukim. Pihak hotel sendiri sering melakukan kegiatan-kegiatan seperti penanaman pohon dan juga pembersihan sampah sekitar pantai yang dilakukan baik bersama organisasi yang bergerak di bidang kepedulian lingkungan hidup dan juga masyarakat. Hal ini rutin dilakukan biasanya dua kali dalam setahun.

Prosentase terbesar ketiga (16%) yaitu pemasok mempunyai akses terhadap kebijakan perusahaan dalam hal pengelolaan lingkungan.


(20)

20

Pemasok merupakan penyedia baik barang maupun jasa. Penyedia barang seperti bahan-bahan makanan tentu saja harus memperhatikan standarisasi dari pihak hotel. Penyedia berupa jasa, seperti outsourcing tenaga kerja keamanan (security) atau kebersihan (cleaning service) dianggap penting untuk dapat mengetahui kebijakan pengelolaan lingkungan yang diatur oleh manajemen hotel, terutama cleaning service. Namun demikian, pihak outsourcing sendiri telah mempunyai kriteria atau standar tertentu atau bahkan sama dengan pihak manajemen hotel, sehingga tidak sulit untuk menyesuaikan dengan kriteria atau standar dari pihak hotel, apabila terdapat perbedaan. Inilah sebabnya indikator ini tidak mempunyai prosentase yang terlalu tinggi.

Indikator yang mempunyai prosentase paling sedikit, yaitu sebesar 14% terdiri dari 2 indikator, yaitu menggunakan kebijakan dan tindakan pengelolaan lingkungan sebagai suatu strategi komersial (untuk mendapatkan penghargaan, label kualitas ataupun sertifikasi), dan tujuan lingkungan diatur dengan mempertimbangkan pendapat dari pemangku kepentingan (seperti klien dan pemasok). Kebanyakan manajemen hotel memberi penilaian paling sedikit atas kedua indikator ini. Mereka menganggap bahwa pengelolaan lingkungan yang dilakukan tidak bertujuan untuk hal yang bersifat komersial. Begitu juga dengan pertimbangan pendapat dari pemangku kepentingan. Pihak manajemen hotel menganggap bahwa pengelolaan lingkungan merupakan kesadaran yang memang mutlak dilakukan dalam menjalankan usahanya. Namun


(21)

21

demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa tiap-tiap hotel tetap berkeinginan untuk mengikuti program-program, khususnya program lingkungan, yang kemudian menghasilkan sebuah pengakuan baik berupa penghargaan maupun sertifikasi. Hal ini secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai penunjang daya jual hotel itu sendiri. Demikian halnya dengan pendapat dari pemangku kepentingan. Dari segi pengelolaan lingkungan sendiri mungkin mempunyai kapasitas yang lebih sedikit untuk dijadikan pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan bagi pihak manajemen hotel untuk dimasukkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan, namun walau bagaimanapun, pihak manajemen sendiri harus tetap memperhitungkan pendapat dari pemangku kepentingan untuk keberlangsungan usaha.

Strategi dan Manajemen Organisasi

Item ini untuk mengukur bagaimana manajemen hotel berkomunikasi secara internal dalam melakukan pengelolaan lingkungan, sebagai suatu proses dan strategi dalam melakukan pengelolaan lingkungan. Tabel 4 merupakan pengukuran mengenai “Proses Manajemen Lingkungan” yang terdapat dalam manajemen hotel. Hal ini untuk menilai apakah telah terdapat manajemen/divisi tersendiri untuk menangani persoalan lingkungan. Dan dari ke 6 komponen pertanyaan ini selanjutnya akan digunakan (digabung dan dibuat menjadi satu indikator, yaitu indikator Proses Manajemen Lingkungan) untuk mengukur Strategi dan Manajemen Organisai pada Tabel 5.


(22)

22 TABEL 4

PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP

INDIKATOR JAWABAN +1 +0 Total JAWABAN

Apakah ada orang yang bertanggung jawab terhadap manajemen lingkungan hidup?

+1 apabila Ya +0 apabila Tidak

24 4 28 0,86

Ada berapa tingkat manajemen diantara manajer lingkungan hidup dengan manajer umum hotel?

4 - jumlah tingkat manajemen Max. 3 point

Min. 0 point

6* 0* 0* 0,21

Apakah manajer lingkungan hidup merupakan bagian dari tim manajemen hotel?

+1 apabila Ya +0 apabila Tidak

26 2 28 0,93

Apakah ada komite lingkungan hidup di hotel?

+1 apabila Ya +0 apabila Tidak

15 13 28 0,54

Siapa yang memutuskan tujuan pengelolaan lingkungan hidup?

+1 jika dilakukan oleh komite manajemen lingkungan hidup atau tim manajemen hotel

+0 jika diputuskan oleh manajer lingkungan hidup sendiri

26 2 28 0,93

Apakah yang diputuskan pertama kali? Tujuan pengelolaan lingkungan hidup atau anggaran?

+1 apabila tujuan pengelolaan lingkungan hidup

+0 apabila anggaran

12 16 28 0,39

TOTAL Max. 8, Min. 0 3,86

*3x2

Sumber : hasil olahan data Maret, 2014

Kebanyakan manajemen hotel mempunyai bagian (sub divisi) tersendiri di dalam manajemennya yang memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan (sekalipun tidak berdiri secara khusus sebagai suatu divisi/departemen yang bertanggung jawab terhadap manajemen lingkungan). Sehingga pengambilan keputusan didasarkan atas pertimbangan bersama divisi yang membawahi bagian (sub divisi) ini. Hal ini ditunjukkan oleh tiga komponen pertanyaan yang mempunyai prosentase terbesar yaitu 9%.

Dari sub divisi ini, ada yang merupakan komite. Seperti yang diungkapkan dalam wawancara, bahwa terdapat beberapa hotel yang telah mempunyai komite khusus untuk bagian pengelolaan/pemeliharan


(23)

23

lingkungan hidup, namun komite ini tetap berada dibawah sebuah divisi, seperti Human Resources Departemen atau yang lainnya seperti Hotel Engineering (Insinyur Hotel), sehingga pengambilan keputusan diambil berdasarkan pertimbangan bersama komite lingkungan dan divisi yang membawahinya (HRD atapun Insinyur Hotel). Adapun yang bukan merupakan komite, yaitu langsung ditangani oleh divisi, seperti HRD atau Insinyur itu sendiri (melakukan pekerjaan ganda atau multitasking). Dapat dilihat pada komponen pertanyaan yang mempunyai prosentase sebesar 5%, manajemen hotel baik yang mempunyai komite maupun yang tidak, hampir mempunyai jumlah jawaban yang sama.

Komponen pertanyaan yang mempunyai prosentase pertama dan kedua tertinggi diatas, mempunyai hubungan terhadap prosentase ketiga tertinggi yaitu sebesar 4%, mengenai keputusan yang dibuat pertama kali oleh manajemen hotel. Sebagian besar mengatakan bahwa yang diputuskan pertama kali adalah anggaran. Itulah sebabnya kebanyakan hotel tidak mempunyai manajemen sendiri untuk mengurusi pengelolaan lingkungan. Alasan paling mendasar adalah munculnya biaya. Apabila terdapat manajemen sendiri untuk lingkungan, itu berarti pihak hotel harus menambah karyawan/tenaga kerja yang nantinya akan menambah pengeluaran yaitu beban gaji.

Untuk komponen pertanyaan yang mempunyai prosentase paling sedikit, mempunyai perhitungan tersendiri. Dari hasil kuesioner dan wawancara, hanya terdapat 2 hotel yang mempunyai manajemen/divisi


(24)

24

tersendiri untuk mengatur/mengelola masalah lingkungan. Ada yang berada di bawah GM (General Manager) dan ada yang berada dibawah RM (Resort Manager). Dengan demikian, keputusan yang diambil mengenai pengelolaan lingkungan dilakukan oleh divisi pengelolaan lingkungan itu sendiri.

TABEL 5

PENGUKURAN STRATEGI DAN MANAJEMEN ORGANISASI

INDIKATOR PROSENTASE

Proses manajemen lingkungan hidup 39%

Pelatihan karyawan mengenai lingkungan hidup merupakan prioritas

14%

Seluruh karyawan mengetahui tujuan pengelolaan lingkungan hidup

13%

Seluruh karyawan mengetahui dan memiliki akses kepada kebijakan lingkungan hidup

6%

Ada saluran bagi karyawan untuk menyampaikan saran mengenai pengelolaan lingkungan hidup

11%

Memiliki sistem kontrol yang memungkinkan untuk mendapatkan informasi mengenai tujuan lingkungan hidup

7%

Mampu memperkirakan biaya dan investasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan lingkungan hidup

11%

TOLAK UKUR KESIAPAN 7%

Sumber : hasil olahan data Maret, 2014

Dari Tabel 5 diatas, prosentase tertinggi kedua setelah proses manajemen lingkungan (sebesar 39%), adalah prioritas pelatihan karyawan mengenai lingkungan (sebesar 14%). Dari hasil wawancara, sejumlah hotel rutin mengadakan training atau pelatihan khususnya bagi karyawan baru, untuk dilatih kesadarannya (awareness) pada hal-hal yang sangat mendasar contohnya seperti penggunaan listrik (lampu), air, kertas dan bagaimana cara memisahkan 3 jenis sampah (sampah kertas, organik dan plastik) mengingat daur ulang dari 3 jenis sampah ini mempunyai cara


(25)

25

yang berbeda. Pelatihan terus dilanjutkan dengan selalu menyisipkan wacana mengenai pengelolaan lingkungan disaat safety and security talk.

Tindakan ini kemudian menghasilkan pemahaman karyawan terhadap tujuan lingkungan. Hal ini ditunjukkan oleh prosentase terbesar ketiga (sebesar 13%), yaitu karyawan mengetahui tujuan pengelolaan lingkungan hidup. Dari pemahaman ini kemudian berujung kepada tindakan nyata para karyawan untuk melakukan hal-hal yang bersifat ramah lingkungan. Contoh sederhanya pada saat menggunakan kertas, untuk hal-hal yang tidak terlalu formal, para karyawan menggunakan kertas bekas.

Prosentase tertinggi berikutnya, yaitu 11% terdiri dari 2 indikator. Pertama, manajemen hotel memberikan/menyediakan saluran bagi karyawan untuk menyampaikan saran mengenai pengelolaan lingkungan. Kedua, mampu memperkirakan biaya untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup.

Hanya sedikit responden yang mengatakan bahwa dalam manajemen hotel terdapat sebuah sistem kontrol yang memungkinkan untuk mendapatkan informasi mengenai tujuan lingkungan hidup (prosentase sebesar 7%). Masalah lingkungan yang terjadi dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu. Sehingga sangat diperlukannya sebuah sistem yang memfasilitasi pemberian informasi mengenai lingkungan. Hal ini berhubungan dengan kebijakan dan prosedur lingkungan hidup yaitu bagaimana cara


(26)

26

manajemen hotel dalam menerapkan strategi dan implementasinya mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Dengan demikian, kekurangan dari ketiadaan sistem ini membuat para karyawan tidak mempunyai akses kedalam kebijakan lingkungan itu sendiri (prosentase terkecil sebesar 6%).

Pembahasan

Kesiapan industri perhotelan dapat dilihat melalui nilai prosentase rata-rata dari tiap-tiap variabel pertanyaan pada ketiga indikator yang kemudian dibandingkan dengan nilai tolak ukur kesiapan masing-masing. Untuk orientasi eksternal, semua prosentase rata-rata tiap variabel pertanyaan mempunyai nilai yang jauh diatas nilai tolak ukur kesiapannya yaitu sebesar 17% (Tabel 2). Sama halnya dengan orisentasi internal, nilai prosentase rata-rata yang dihasilkan dari tiap variabel pertanyaan menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tolak ukur kesiapan yaitu sebesar 8% (Tabel 3). Untuk pengukuran strategi dan manajemen organisasi juga dapat dikatakan siap, karena hampir semua nilai prosentase indikatornya mempunyai nilai lebih besar dan sama dengan nilai tolak ukur kesiapannya yaitu sebesar 7%.

Berdasarkan data yang telah dianalisis, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya industri perhotelan telah siap dalam memasuki masa akuntansi hijau. Pengelolaan lingkungan hidup telah dilakukan dengan baik, walaupun didasarkan oleh faktor-faktor tertentu dan bukan karena inisiatif yang dilakukan sendiri oleh manajemen hotel.


(27)

27

V. PENUTUP

Kesimpulan

Dari analisis data serta pembahasan, dapat disimpulkan bahwa industri perhotelan telah siap dalam memasuki perlakuan akuntansi hijau, walaupun pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan tidak didasarkan pada inisiatif sendiri dari pihak manajemen perhotelan sebagai wujud dari kesungguhan/keseriusan dalam menanggapi isu lingkungan alam kini. Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan karena didorong oleh faktor-faktor tertentu diantaranya yaitu menaati regulasi yang ada, dan juga mengikuti tuntutan pasar agar dapat bertahan dalam bersaing. Namun berangkat dari faktor-faktor tersebut, menyebabkan industri perhotelan melakukan pengelolaan lingkungan yang cukup baik, sehingga telah siap dalam memasuki masa akuntansi hijau.

Implikasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa sesungguhnya industri perhotelan telah siap dalam memasuki masa akuntansi hijau. Apabila telah terdapat standar dan peraturan baku untuk diberlakukannya akutansi hijau di dalam laporan keuangan, maka tidak sulit bagi manajemen hotel untuk mengaplikasikannya. Selain itu bagi orang-orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan khususnya mengenai pengelolaan lingkungan hidup perlu memiliki inisiasi ataupun kesadaran yang dibangun dari dalam diri sendiri agar dapat memberikan pengaruh bagi semua aras manajemen hotel untuk bersama-sama melakukan


(28)

28

pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan inisiatif sendiri, dan bukan dikarenakan faktor-faktor tertentu. Untuk lebih menunjukkan kesiapan ini, perlu dibentuknya sebuah divisi atau manajemen yang khusus untuk menangani pengelolaan lingkungan hidup.

Keterbatasan

Adapun keterbatasan dalam melakukan penelitian ini adalah akses dalam pengambilan sampel. Keterbatasan artikel yang mengulas mengenai akuntansi hijau pada perhotelan juga menjadi salah satu kendala.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti mengenai penyebab mengapa pengelolaan lingkungan hidup didalam industri perhotelan hanya disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Apa yang seharusnya dilakukan agar tercipta kesadaran dari lingkup internal dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup yang berujung kepada keberlangsungan usaha.


(29)

29

DAFTAR PUSTAKA

Amorita Agni,Darmawan Ardi, Purnawansari Ardi, 2013, “Inspirasi Bali”, Jakarta : TEMPO.

Bonilla-Priego Maria Jesus, Najera Juan Jose, Font Xavier, 2011, “Environmental Management Decision-Making In Certified Hotels”, Journal of Sustainable Tourism, Vol. 19, No. 3.

Dalem, A. A. G. Raka, “Sistem Manajemen Lingkungan, Tri Hita Karana dan Implementasinya Pada Hotel,

http://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/viewFile/2438/1666.

Lako Andreas, 2012, “Akuntansi Hijau”, Kontan, edisi 10-22 Juni, [a].

Lako Andreas, 2012, “Ekonomi Hijau Untuk Bumi”, Kontan, edisi 18-24 Juni, [b].

Mardalis, 2003, “Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal)”, Jakarta : Bumi Aksara.

Spence Laura J., Agyemang Gloria, Rinaldi Leonardo, 2012, “Environmental Aspect of Sustainability : SMEs and the Role of the Accountant”, The Association of Chartered Certified Accountants, Research Report 128.

Sulastiyono Agus, 2011, “Manajemen Penyelenggaraan Hotel”, Bandung : Penerbit Alfabeta.

Wiyasha IBM, 2010, “Akuntansi Perhotelan-Penerapan Uniform System Of Accounts for the Lodging Industry”, Yogyakarta : Penerbit Andi.

http://bali.bps.go.id/index.php?reg=par_full, (Badan Pusat Statistik).

http://proper.menlh.go.id/proper%20baru/html/menu%202/regulation%20scope-ind2.htm, (PROPER - Menteri Lingkungan Hidup).

http://www.menlh.go.id/hasil-penilaian-proper-klh-2013/, (Hasil Penilaian PROPER - Menteri Lingkungan Hidup).

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2418/Bab%201.pdf?seq uence=2.


(30)

30

http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/sektor-pariwisata-turut-dongkrak-perekonomian/19621.

http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?id=2555.

http://www.lensaindonesia.com/2012/12/22/skyscanner-ungkap-wisatawan-indonesia-di-tahun-2012.html.

http://www.beritasatu.com/destinasi/171444-pariwisata-indonesia-butuh-800-hotel-untuk-8-tahun-ke-depan.html.


(31)

31

LAMPIRAN-LAMPIRAN

TABEL 1

DASAR HUKUM KRITERIA PENILAIAN PROPER

MEDIA PENATAAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PERATURAN

PEMERINTAH

PERATURAN PERUNDANGAN LAINNYA

DUMPING

KE LAUT PP No. 19, Tahun 1999 KepMen No.12, Tahun 2006

PENERAPAN

AMDAL PP No.27, Tahun 1999 KepMen No.86, Tahun 2002

PENGELOLAAN LIMBAH

B3

PP No. 18, Tahun 1999 Juncto

PP No. 85, Tahun 1999

KepDal No. 68, Tahun 1994 KepDal No. 01, Tahun 1995 KepDal No. 02, Tahun 1995 KepDal No. 03, Tahun 1995 KepDal No. 04, Tahun 1995 KepDal No. 05, Tahun 1995

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN LAUT

PP No.82, Tahun 2001

KepMenLH No. 51, Tahun 1995 KepMenLH No. 58, Tahun 1995 KepMenLH No. 42, Tahun 1996 KepMenLH No. 09, Tahun 1997 KepMenLH No. 52, Tahun 1995 KepMenLH No. 28, Tahun 2003 KepMenLH No. 29, Tahun 2003 KepMenLH No. 112, Tahun 2003 KepMenLH No. 113, Tahun 2003 KepMenLH No. 202, Tahun 2005 PENGENDALIAN

PENCEMARAN UDARA

PP No. 41, Tahun 1999

KepMen No. 13, Tahun 1995 KepDal No. 205, Tahun 1996 KepMen No. 129, Tahun 2003 KepMEn No.133, Tahun 2004 (Sumber : http://proper.menlh.go.id)


(32)

32 TABEL 2

Banyaknya Hotel Berbintang di Bali Menurut Lokasi dan Kelas Hotel Tahun 2012

Number of Classified Hotel in Bali by Regency/City and Hotel Class, 2012

Kabupaten/Kota Regency/City

Kelas Hotel / Hotel Class

Jumlah Total Bintang 5

5 Star

Bintang 4 4 Star

Bintang 3 3 Star

Bintang 2 2 Star

Bintang 1 1 Star

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jembrana 0 0 2 0 0 2 2. Tabanan 2 0 1 0 0 3 3. Badung 39 44 32 13 12 140 4. Gianyar 6 7 2 1 2 18 5. Klungkung 0 0 2 1 1 4

6. Bangli 0 0 0 0 0 0

7. Karangasem 1 2 3 1 1 8 8. Buleleng 1 2 6 3 2 14 9. Denpasar 3 4 11 6 5 29

Jumlah / Total : 52 59 59 25 23 218

2011 51 53 52 23 19 198 2010 37 48 35 26 9 155 2009 37 41 35 27 9 149 2008 37 28 39 35 11 150 2007 36 28 38 34 9 145 2006 38 30 38 30 11 147

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali


(33)

33

HASIL OLAHAN DATA

TABEL 1

ORIENTASI INTERNAL PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Orientasi Internal

(1) (2) (3)

1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 6 2 2 10

2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 3 2 5 10

3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 3 2 5 10

4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 3 3 4 10

5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 3 4 3 10

6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 4 3 3 10

7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 5 2 3 10

8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 3 4 3 10

9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 3 5 2 10

10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 5 3 2 10

11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 5 4 1 10

12 Padma Resort 45 Laki-Laki 3 3 4 10

13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 2 2 6 10

14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 2 3 5 10

15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 5 3 2 10

16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 2 5 3 10

17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 3 5 2 10

18 The Vira Bali 33 Wanita 6 2 2 10

19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 4 3 3 10

20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 3 3 4 10

21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 2 4 4 10

22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 3 3 4 10

23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 3 4 3 10

24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 4 2 4 10

25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 4 3 3 10

26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 4 4 2 10

27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 4 3 3 10

28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 3 3 4 10

3,57 3,18 3,25

36% 32% 33%


(34)

34 TABEL 2

ORIENTASI EKSTERNAL PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Orientasi Eksternal

(4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 2 2 2 1 2 1 10

2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 1 2 1 2 3 1 10

3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2 10

4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 4 1 1 2 1 1 10

5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 1 2 2 1 3 1 10

6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 2 2 3 1 1 1 10

7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 2 2 1 1 3 1 10

8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 2 2 2 2 1 1 10

9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 0 1 4 3 2 0 10

10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 2 2 1 2 2 1 10

11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 3 1 1 2 1 2 10

12 Padma Resort 45 Laki-Laki 1 1 1 1 2 4 10

13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2 10

14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 2 2 1 2 2 1 10

15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 2 1 3 1 1 2 10

16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 1 4 1 1 1 2 10

17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 2 2 2 1 1 2 10

18 The Vira Bali 33 Wanita 3 1 1 1 2 2 10

19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 3 2 1 1 1 2 10

20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 4 2 1 1 1 1 10

21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 3 1 2 1 1 2 10

22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 3 1 2 1 2 1 10

23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 3 2 2 1 1 1 10

24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 2 3 2 1 1 1 10

25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 2 1 1 2 2 2 10

26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 1 1 3 1 3 1 10

27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 3 2 2 1 1 1 10

28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 2 2 2 2 1 1 10

2,14 1,75 1,75 1,36 1,57 1,43

21% 18% 18% 14% 16% 14%


(35)

35 TABEL 3

PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Proses Manajemen Lingkungan (10)*

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5

2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 1 3 0 0 1 0 5

3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 1 0 1 1 1 0 4

4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3

5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 1 0 1 1 1 1 5

6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 1 0 1 1 1 0 4

7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5

8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 1 0 1 1 1 0 4

9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 1 3 0 1 1 0 6

10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3

11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 1 0 1 0 1 0 3

12 Padma Resort 45 Laki-Laki 0 0 1 1 1 0 3

13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5

14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 0 0 1 0 1 1 3

15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3

16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 0 0 1 0 1 0 2

17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 1 0 1 1 0 1 4

18 The Vira Bali 33 Wanita 1 0 1 1 0 0 3

19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 0 0 1 0 1 0 2

20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5

21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3

22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3

23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 4

24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 1 0 1 1 1 0 4

25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 1 0 1 1 1 0 4

26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 4

27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 4

28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 1 0 1 1 1 1 5

0,86 0,21 0,93 0,54 0,93 0,39


(36)

36 TABEL 4

STRATEGI DAN MANAJEMEN ORGANISASI

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Mengukur Strategi dan Manajemen Organisasi

∑ ∑(10)* (11) (12) (13) (14) (15) (16)

1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 5 2 1 0 1 0 1 10

2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 5 1 1 0 1 1 1 10

3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 4 1 1 1 1 0 2 10

4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 3 0 2 2 1 1 1 10

5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 5 1 1 0 1 1 1 10

6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 4 1 1 1 2 0 1 10

7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 5 1 1 0 1 0 2 10

8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 4 2 1 0 1 1 1 10

9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 6 1 1 1 0 0 1 10

10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 3 2 1 1 1 1 1 10

11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 3 1 1 1 1 1 2 10

12 Padma Resort 45 Laki-Laki 3 1 3 0 2 1 0 10

13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 5 1 1 1 1 0 1 10

14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 3 2 2 1 1 0 1 10

15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 3 2 2 0 1 1 1 10

16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 2 2 2 1 1 1 1 10

17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 4 1 0 1 2 1 1 10

18 The Vira Bali 33 Wanita 3 1 2 0 2 1 1 10

19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 2 2 1 2 1 1 1 10

20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 5 1 1 0 1 1 1 10

21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 3 1 2 1 1 1 1 10

22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 3 2 1 1 1 1 1 10

23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 4 2 1 0 1 1 1 10

24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 4 1 0 2 1 1 1 10

25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 4 2 1 0 1 1 1 10

26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 4 2 2 0 1 0 1 10

27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 4 1 1 1 1 1 1 10

28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 5 1 2 0 1 0 1 10

*3,86 1,36 1,29 0,64 1,11 0,68 1,07

39% 14% 13% 6% 11% 7% 11%

∑ 100%


(37)

37

KUESIONER PENELITIAN

NAMA :

USIA :

JENIS KELAMIN :

NAMA HOTEL :

ALAMAT :

I. Digunakan untuk mengukur orientasi internal lingkungan

(Penilaian diisi dengan angka 1-10, akumulasi dari 3 pertanyaan = 10)

No PERNYATAAN Nilai

1 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan didefinisikan dengan

mempertimbangkan kepatuhan hokum

2 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan didefinisikan dengan

mempertimbangkan aspek lingkungan yang signifikan

3 Motivasi utama penerapan sistem pengelolaan lingkungan hidup

adalah untuk penghematan biaya

Total = 10

II. Digunakan untuk mengukur orientasi internal lingkungan

(Penilaian diisi dengan angka 1-10, akumulasi dari 6 pertanyaan = 10)

No PERNYATAAN Nilai

1 Motivasi utama untuk dalam menerapkan sistem manajemen

lingkungan hidup adalah untuk menanggapi tekanan pasar/pelanggan

2 Motivasi utama dalam menerapkan sistem manajemen

lingkungan hidup adalah untuk mendapatkan keuntungan pasar yang kompetitif

3 Secara teratur mensponsori/berkolaborasi dengan

organisasi-organisasi yang bergerak di bidang konservasi lingkungan hidup

4 Menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan hidup sebagai

suatu strategi komersial (label kualitas lingkungan dan sertifikasi)

5 Pemasok mempunyai akses kepada kebijakan lingkungan hidup

perusahaan

6 Tujuan lingkungan hidup yang diatur dengan mempertimbangkan

pendapat dari pemangku kepentingan (klien, pemasok, dll)


(38)

38

III. Proses Manajemen Lingkungan Hidup

No PERNYATAAN Jawab

1 Apakah ada orang yang bertanggung jawab untuk

pengelolaan lingkungan hidup?

2 Berapa banyak tingkat manajemen yang ada? Apakah

ada manajemen untuk lingkungan hidup?

3 Apakah manajemen lingkungan hidup merupakan

bagian dalam manajemen hotel?

4 Apakah pada hotel terdapat pengurus khusus lingkungan

hidup?

5 Siapa yang memutuskan tujuan pengelolaan lingkungan

hidup?

6 Hal apa yang diputuskan pertama kali? Pengelolaan

lingkungan hidup atau anggaran?

IV. Item untuk mengukur strategi dan manajemen organisasi

(Penilaian diisi dengan angka 1-10, akumulasi dari 7 pertanyaan = 10)

No PERNYATAAN Nilai

1 Proses manajemen lingkungan hidup

2 Pelatihan staff untuk lingkungan hidup merupakan prioritas

3 Semua karyawan mengerti akan tujuan lingkungan hidup

4 Semua karyawan mengerti dan juga mempunyai akses terhadap

kebijakan lingkungan hidup

5 Ada saluran untuk karyawan untuk menyampaikan saran untuk

pengelolaan lingkungan hidup

6 Memiliki sistem kontrol yang memungkinkan untuk

mendapatkan semua informasi lingkungan hidup yang diperlukan

7 Mampu memperkirakan biaya dan investasi yang dilakukan

dalam pengelolaan lingkungan hidup


(1)

33

HASIL OLAHAN DATA

TABEL 1

ORIENTASI INTERNAL PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Orientasi Internal ∑ (1) (2) (3) 1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 6 2 2 10 2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 3 2 5 10 3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 3 2 5 10 4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 3 3 4 10 5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 3 4 3 10 6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 4 3 3 10 7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 5 2 3 10 8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 3 4 3 10 9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 3 5 2 10 10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 5 3 2 10 11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 5 4 1 10 12 Padma Resort 45 Laki-Laki 3 3 4 10 13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 2 2 6 10 14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 2 3 5 10 15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 5 3 2 10 16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 2 5 3 10 17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 3 5 2 10 18 The Vira Bali 33 Wanita 6 2 2 10 19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 4 3 3 10 20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 3 3 4 10 21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 2 4 4 10 22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 3 3 4 10 23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 3 4 3 10 24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 4 2 4 10 25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 4 3 3 10 26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 4 4 2 10 27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 4 3 3 10 28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 3 3 4 10

3,57 3,18 3,25 36% 32% 33%


(2)

34

TABEL 2

ORIENTASI EKSTERNAL PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Orientasi Eksternal

∑ (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 2 2 2 1 2 1 10 2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 1 2 1 2 3 1 10 3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2 10 4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 4 1 1 2 1 1 10 5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 1 2 2 1 3 1 10 6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 2 2 3 1 1 1 10 7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 2 2 1 1 3 1 10 8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 2 2 2 2 1 1 10 9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 0 1 4 3 2 0 10 10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 2 2 1 2 2 1 10 11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 3 1 1 2 1 2 10 12 Padma Resort 45 Laki-Laki 1 1 1 1 2 4 10 13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2 10 14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 2 2 1 2 2 1 10 15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 2 1 3 1 1 2 10 16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 1 4 1 1 1 2 10 17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 2 2 2 1 1 2 10 18 The Vira Bali 33 Wanita 3 1 1 1 2 2 10 19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 3 2 1 1 1 2 10 20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 4 2 1 1 1 1 10 21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 3 1 2 1 1 2 10 22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 3 1 2 1 2 1 10 23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 3 2 2 1 1 1 10 24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 2 3 2 1 1 1 10 25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 2 1 1 2 2 2 10 26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 1 1 3 1 3 1 10 27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 3 2 2 1 1 1 10 28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 2 2 2 2 1 1 10

2,14 1,75 1,75 1,36 1,57 1,43 21% 18% 18% 14% 16% 14%


(3)

35

TABEL 3

PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Proses Manajemen Lingkungan (10)*

∑ (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5 2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 1 3 0 0 1 0 5 3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 1 0 1 1 1 0 4 4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3 5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 1 0 1 1 1 1 5 6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 1 0 1 1 1 0 4 7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5 8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 1 0 1 1 1 0 4 9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 1 3 0 1 1 0 6 10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3 11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 1 0 1 0 1 0 3 12 Padma Resort 45 Laki-Laki 0 0 1 1 1 0 3 13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5 14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 0 0 1 0 1 1 3 15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3 16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 0 0 1 0 1 0 2 17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 1 0 1 1 0 1 4 18 The Vira Bali 33 Wanita 1 0 1 1 0 0 3 19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 0 0 1 0 1 0 2 20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5 21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3 22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3 23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 4 24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 1 0 1 1 1 0 4 25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 1 0 1 1 1 0 4 26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 4 27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 4 28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 1 0 1 1 1 1 5

0,86 0,21 0,93 0,54 0,93 0,39 3,86


(4)

36

TABEL 4

STRATEGI DAN MANAJEMEN ORGANISASI

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Mengukur Strategi dan Manajemen Organisasi

∑ ∑(10)* (11) (12) (13) (14) (15) (16) 1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 5 2 1 0 1 0 1 10 2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 5 1 1 0 1 1 1 10 3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 4 1 1 1 1 0 2 10 4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 3 0 2 2 1 1 1 10 5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 5 1 1 0 1 1 1 10 6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 4 1 1 1 2 0 1 10 7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 5 1 1 0 1 0 2 10 8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 4 2 1 0 1 1 1 10 9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 6 1 1 1 0 0 1 10 10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 3 2 1 1 1 1 1 10 11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 3 1 1 1 1 1 2 10 12 Padma Resort 45 Laki-Laki 3 1 3 0 2 1 0 10 13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 5 1 1 1 1 0 1 10 14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 3 2 2 1 1 0 1 10 15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 3 2 2 0 1 1 1 10 16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 2 2 2 1 1 1 1 10 17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 4 1 0 1 2 1 1 10 18 The Vira Bali 33 Wanita 3 1 2 0 2 1 1 10 19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 2 2 1 2 1 1 1 10 20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 5 1 1 0 1 1 1 10 21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 3 1 2 1 1 1 1 10 22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 3 2 1 1 1 1 1 10 23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 4 2 1 0 1 1 1 10 24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 4 1 0 2 1 1 1 10 25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 4 2 1 0 1 1 1 10 26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 4 2 2 0 1 0 1 10 27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 4 1 1 1 1 1 1 10 28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 5 1 2 0 1 0 1 10

*3,86 1,36 1,29 0,64 1,11 0,68 1,07 39% 14% 13% 6% 11% 7% 11%

∑ 100% *Hasil dari Tabel 3 (Proses Manajemen Lingkungan Hidup)


(5)

37

KUESIONER PENELITIAN

NAMA

:

USIA

:

JENIS KELAMIN

:

NAMA HOTEL

:

ALAMAT

:

I.

Digunakan untuk mengukur orientasi internal lingkungan

(Penilaian diisi dengan angka 1-10, akumulasi dari 3 pertanyaan = 10)

No

PERNYATAAN

Nilai

1

Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan didefinisikan dengan

mempertimbangkan kepatuhan hokum

2

Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan didefinisikan dengan

mempertimbangkan aspek lingkungan yang signifikan

3

Motivasi utama penerapan sistem pengelolaan lingkungan hidup

adalah untuk penghematan biaya

Total = 10

II.

Digunakan untuk mengukur orientasi internal lingkungan

(Penilaian diisi dengan angka 1-10, akumulasi dari 6 pertanyaan = 10)

No

PERNYATAAN

Nilai

1

Motivasi utama untuk dalam menerapkan sistem manajemen

lingkungan hidup adalah untuk menanggapi tekanan

pasar/pelanggan

2

Motivasi utama dalam menerapkan sistem manajemen

lingkungan hidup adalah untuk mendapatkan keuntungan pasar

yang kompetitif

3

Secara teratur mensponsori/berkolaborasi dengan

organisasi-organisasi yang bergerak di bidang konservasi lingkungan hidup

4

Menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan hidup sebagai

suatu strategi komersial (label kualitas lingkungan dan sertifikasi)

5

Pemasok mempunyai akses kepada kebijakan lingkungan hidup

perusahaan

6

Tujuan lingkungan hidup yang diatur dengan mempertimbangkan

pendapat dari pemangku kepentingan (klien, pemasok, dll)


(6)

38

III.

Proses Manajemen Lingkungan Hidup

No

PERNYATAAN

Jawab

1

Apakah ada orang yang bertanggung jawab untuk

pengelolaan lingkungan hidup?

2

Berapa banyak tingkat manajemen yang ada? Apakah

ada manajemen untuk lingkungan hidup?

3

Apakah manajemen lingkungan hidup merupakan

bagian dalam manajemen hotel?

4

Apakah pada hotel terdapat pengurus khusus lingkungan

hidup?

5

Siapa yang memutuskan tujuan pengelolaan lingkungan

hidup?

6

Hal apa yang diputuskan pertama kali? Pengelolaan

lingkungan hidup atau anggaran?

IV.

Item untuk mengukur strategi dan manajemen organisasi

(Penilaian diisi dengan angka 1-10, akumulasi dari 7 pertanyaan = 10)

No

PERNYATAAN

Nilai

1

Proses manajemen lingkungan hidup

2

Pelatihan staff untuk lingkungan hidup merupakan prioritas

3

Semua karyawan mengerti akan tujuan lingkungan hidup

4

Semua karyawan mengerti dan juga mempunyai akses terhadap

kebijakan lingkungan hidup

5

Ada saluran untuk karyawan untuk menyampaikan saran untuk

pengelolaan lingkungan hidup

6

Memiliki sistem kontrol yang memungkinkan untuk

mendapatkan semua informasi lingkungan hidup yang diperlukan

7

Mampu memperkirakan biaya dan investasi yang dilakukan

dalam pengelolaan lingkungan hidup