Pekerjaan Rumah Menteri Kominfo.

---

--

-

Pikiran
o Senin o Se/asa

,1

123
17
OJan

4
18

19
OPeb


5
20

0

Rabu

6
21

o Mar OApr

7

@

8

.


23

---

Rakyat
0

Kamis
9

Jumat

10
24

25

OMei OJun OJul

.


o Sabtu
12

11
26

0

13
27

0 Ags OSep

Mlnggu
14

28
.Olrt


15
29
ONov

16
30

31

ODes

Pekerjaan
Kominfo
. ----- Rumah Menteri
- =
-- -

-

~


Oleh M.Z. AL-FAQIH
USlLO
Bambang Yudhoyono
(SBY) dan Boediono sebagai presiden
dan wakil presiden terpilib, menyeleksi para caIon menterinya. Rakyat
berharap, mereka yang
dipilih oleh SBYdan Hoediono adalah orang yang
kompeten dan menguasai masalah di bidangnya. Bukan semata-mata
didasarkan pada pertimbangan politik. Menyerahkan satu jabatan publik pada seseorang yang
tidak menguasai masalah, akan menyebabkan kebangkrutan
negara. Demikian kata Socrates.
Penulis ingin menyampaikan beberapa hal, yang berkaitan dengan permasalahan penyiaran. Banyak masalah yang
belum diselesaikan secara tuntas oleh
Menteri Komunikasi dan Informatika
periode sebelumnya.
.
Permasalahan pertama adalah pelaksanaan sistem 1V jaringan. Hingga saat
ini, pelaksanaan sistem stasiunjaringan
tidakjelas. Isu ini menyedot begitu banyak energi stakeholder penyiaran. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran menyatakan bahwa di

masa depan tidak dikenallagi istilah 1V
nasional. Yang dikenal hanyalah 1Vlokal atau 1Vlokal beIjaringan. Perdebatan tentang bentuk ideal sistem stasiun
jaringan
terus berlangsung.
UU
32/2002 menyatakan dengan tegas, pada 2007 adalah batas akhir pelaksanaan
sistem ini. Namun, sistem ini belurn bisa diselenggarakan, karena harns menunggu terbitnya PP Penyiaran. Pada
2005, PP ini terbit, menguatkan apa
yang termaktub di UU Penyiaran. Bahkan, PP ini membuat model dan bentuk
sistemnya. Yaitu dalam sistem 1V jaringan, akan dikenal stasiun induk jaringan dan stasiun anggota jaringan.
Stasiun induk berkedudukan di salah satu provinsi dan punya hak menyebarluaskan isi siarannya hingga sembilan pulub persen, sedangkan stasiun anggota
punya hak menyiarkan isi siarannya sepuluh persen. Jadi, sebenarnya tidak
perlu perdebatan yang panjang dalam
hal pelaksanaan sistem ini.
Namun, pada 2007 Menkominfo menerbitkan keputusan penundaan pelaksanaan sistem televisijaringan. Alasannya, industri televisi belum siap melaksanakan sistem tersebut. Hal itu, diatur
dalam keputusan Menkominfo No.
32/Per/M.KOMINFO/12~Q..07 tentang

S


Kllplng

Humas

Penyesuaian Penerapan Sistem Stasiun
Jaringan
Lembaga
Penyiaran Jasa Penyiaran Televisiyang terbit pada 19 Desember
2007. Namun, pada
permen tersebut tidak
dijelaskan dengan rinci alasan di balik ketidaksiapan industri televisi itu.
Permen itu menyatakan, pelaksanaan
sistem stasiun jaringan ditunda hingga 28
Desember 2009. Nah,
Desember 2009 tinggal dua bulan lagi. Akan tetapi, hingga
kini belum terlibat rencana pemerintah
dan persiapan pemerintah dalam pelaksanaan sistem stasiunjaringan ini. Televisi-televisiJakarta juga belurn ada yang
memproses pembentukan anggota jaringannya di daerah. Bila sistem ini tidak dilaksanakan, berarti teIjadi pengkhianatan terhadap UU 32/2002. Penerapan sistem ini kewenangan pengaturannya bukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia. Kewenangannya pada pemerintah berdasarkan PP 50/2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga
Penyiaran Swasta.

Permasalahan kedua adalah penyelesaian masalah izin frekuensi radio dan
1V yang pernah diterbitkan pemerintah
provinsi. Sebelum pemerintah pusat
menarik kewenangan pemberian izin
alokasi frekuensi pemerintah provinsi
melalui PP 38/2007tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintab, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Di berbagai daerah banyak bermunculan industri radio dan 1V yang izinnya
diterbitkan pemerintah provinsi. Setelah
kewenangan tersebut ditarik dan menjadi kewenangan pemerintah pusat, banyak radio dan 1V di berbagai daerah di
Indonesia nasibnya menjadi tidakjelas.
Di Jawa Barat sajajumlah radio dan 1V
yang tidak jelas seperti ini ratusan. Sebagian besar telah beroperasi dengan bail