Selamat Datang Produk Cina.

__0---

~ilmll Jabal1

.
0

o Se/asa
4

5
20

OPeb
'."--'

OMar
. -..---

7
22


21

OApr

,,-..

.--........._

o Kamis o Jumat o Sabtu o Mlnggu

Rabu

3
23

OMei

'!


OJun

9

10
24

11
25

OJul

12
26

13
27

14
28


15
29

o Ags' 0 Sep OOkt

ONov

31

ODes

Datang

SelaIllat

Produl~ Cina

PERGANTIAN tahun merupakan kebahagiaan bagi
sebagian orang tetapi juga

bisa menjadi "ketakutan"
bagi yang lain. Sudah menjadi tradisi, banyak orang
yang menyambut
tahun
baru dengan sukacita. Di
jalan-jalan, pusat perbelanjaan, alun-alun kota ataupun di rumah. Masyarakat
rela tidak tidur semalaman
untuk menanti detik-detik
pergantian tahun. Namun,
sadarkah kita bahwa ternyata banyak yang menanti
detik-detik pergantian tahun dengan rasa khawatir.
Perdagangan Bebas
yang Merugikan
Rasa khawatir itu cukup
beralasan karena di 2010
kita akan dibanjiri produkproduk dari negeri Cina.
Mulai dari makanan, minuman, pakaian, alat elektronik hingga bahan bangunan akan mudah dijumpai di.pasaran dalam negeri.
Kenapa ini menjadi kekhawatiran?
Membanjirnya
produk

Cina menjadi semacam serangan "rudal" bagi masyarakat karena kita sulit untuk
menepisnya. Bahan-bahan
kebutuhan dasar yang seyogianya diproduksi
di
dalam negeri, nanti akan
senantiasa bergantung pada
produk impor.
Baju, celana dan sepatu
yang kita pakai bisa jadi
bukan dari Cibaduyut atau
Rancaekek tetapi sudah
berlabelkan Made in China.
Konsumen memang tidak
terlalu dirugikan,
tetapi
tengoklah para pengusaha
yang biasa menyuplai kebutuhan kita?
Pengusaha yang dimaksud bukan hanya pengusaha dengan omset jutaan
bahkan miliaran rupiah
tetapi juga berimbas pada

kemandekan atau kern unduran usaha kecil. Sebagai
contoh,
produsen
kulit
lokal yang biasa membuat
prod uk pakaian berbahan

16
30

L
podium
MUHAMMAD
YUSUF ANSORI
Mahasiswa Fakultas
Peternakan Universitas
PadjadjaranBandung

kulit akan mengalami kekalahan persaingan di negerinya sendiri akibat membanjirnya prod uk berbahan kulit dari Cina yang
ditaksir berharga murah.

Logikanya, konsumen akan
cenderung memilih produk
murah dan melupakan produk berbahan kulit yang
cukup mahal.
Jika pengusaha kulit mengalami penurunan penjualan maka secara otomatis akan terjadi penurunan produksi bahkan
berhenti sarna sekali. Efeknya akan merambat pada
jumlah kulit mentah yang
biasa dibeli dari peternak.
Petprnak pun mengalami
kerugian. Lebih parah lagi,
ketika suatu perusahaan
gulung tikar akan ada berapa orang karyawan yang
terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Kualitas dan harga yang
ditawarkan
oleh prod uk
Cina memang sulit diimbangi
prod uk
dalam
negeri. Fasilitas produksi

yang efektif dan efisien di
Cina membuat
prod uk
negeritiraibambuitulebih
murah dibandingkan apa
yang biasa kita beli dari
pengusaha lokal. Kondisi
ini bisa mengubah
tren
konsumen yang setia pada
produk pribumi menjadi
berpaling muka dan me- --

lirik produk Cina.
.
Awal dari kemelut ini
adalah berlakunya perjanjian perdagangan
bebas
an tara negara-negara anggota ASEAN dengan Cina
dalam Free Trade Agreement ASEAN-China (FTAAC) yang akan berlaku

pada 1 Januari 2010 setelah
disepakati pada 2004.
Perjanjian perdagangan
ini jelas merugikan Indonesia karena nilai ekspor Indonesia ke Cina tidak sebanding dengan nilai ekspor
CiQa ke Indonesia, begitupun sebaliknya. Nilai ekspor
kita hanya naik 2,29 persen
menjadi 8,20 persen. Tapi,
sebaliknya impor kita dari
Cina bakal naik 2,81 persen
,menjadi 11,37 persen.
Kenyataannya, pihak Indonesia belum siap menghadapi serbuan prod uk
. Cina sehingga dikhawatirkan rawan terjadi PHK.
Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh
perusahaan yang kolaps
dapat
meningkatkan
jumlah pengangguran.
Ledakan penganggur«
an ini berkibat fatal
pada daya beli masyarakat sehingga ada kemungkinan masyarakat

cenderung memilih produk murah dari Cina
karena keci.1nya pendapatan yang mereka miliki.
Belilah Pangan
Produk Negeri Sendiri
Perjanjian sudah ditanda tang ani, sekarang
kita hanya bisa menyambut produk Cina dengan
hati sedih. Untuk barang elektronik dan
kendaraan bermotor, kita bisa
maklumi karena bel urn
sepenuhnya
mampu untuk memproduksi. Namun,
apakah
kita
masih
bertoleransi
de-

--------K lip i n ~ Hum QsUn

p Qd 2 0 '0


~;

~

ngan produk pangan impor
yang nanti kita makan?
Konsumen adalah pihak
terakhir yang menjadi labuhan produk-produk tersebut. Kita diuji, sejauh
mana kesetiaan kita pada
produk lokal yang selama
ini diqengung-dengungkan
banyak pihak. Konsumen
adalah raja yang menentukan suatu produk diiual
atau tidak. Meskipun dengan harga murah, jika
konsumen tidak suka kenapa harus dijual. Logika
seperti inilah yang harus
ada pada diri kita.
Proteksi perdagangan
oleh pemerintah
adalah
sesuatu yang tidak mungkin karena negara ini akan
dianggap
II1rg

khianati perjanjian. Meskip un sertifikasi produk
halal akan dilakukan Majelis Ulama Indonesia
(MUI), belum tentu bisa
membendung prod uk pangan yang akan membanjiri "rumah kita".
Bisa saja, Cina mengekspor prod uk halal ke
Indonesia, karena mereka
pun tahu sebagian besar
konsumen Indonesia adalah muslim. Strategi inj
sudah dilakukan Australi"
ketika mengekspor
da+
ging sa pi ke Indonesia,
Daging dari Australia te.
tap laku karena sudah
ada sertifikat
halalnya;
Imbasnya,
peternakal1
lokal menjadi sulit ber~
kembang.
Sudah saatnya kita
mengubah gaya
hid up
kita
yang serba
ins tan.
MembeIi makanan
k e -

mas-

an supaya
cepat
disajik a n
adalah
sikap
yang sudah haI11$
dijauhi.
Alangkah Iebih baik kita memakan pangan hasil
bumi oegeri sendiri. Dengan .begitu, akan ada banyak orang yang tertolong
oleh kita seperti petani, peternak, nelayan, pedagang pasar tradisional dan masih banyak lagi orang merasakan
manfaat atas apa yang kita
lakukan.
Konsumen adalah penentu perdagangan dunia,
bukan produsen.
Keputusan ada di tangan kita.
Masalahnya, siapkah kita
melawan "serangan" ini?(*)