T1 802012029 Full text

PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA
LABORATORIUM SALATIGA DITINJAU
DARI JENIS KELAMIN

OLEH
KARINA DYAH CHRISTIANASARI
80 2012 029

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

i


PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama
: Karina Dyah Christianasari
Nim
: 802012029
Program Studi
: Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya
: Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal
bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:
PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA LABORATORIUM
SALATIGA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalih

media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap tercantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Salatiga
Pada Tanggal : 18 Agustus 2016
Yang menyatakan,

Karina Dyah Christianasari

Mengetahui ,
Pembimbing

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

: Karina Dyah Christinasari

Nim

: 802012029

Program Studi

: Psikologi

Fakultas

: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA LABORATORIUM
SALATIGA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN


Yang dibimbing oleh :
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian
kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa
memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber asli.

Salatiga, 18 Agustus 2016
Yang memberi pernyataan

Karina Dyah Christianasari

iii

LEMBAR PENGESAHAN
PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA LABORATORIUM
SALATIGA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN


Oleh
Karina Dyah Christianasari
802012029

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal 29 Agustus 2016
Oleh:
Pembimbing

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Diketahui oleh,

Disahkan oleh,

Kaprogdi

Dekan


Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

iv

PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA
LABORATORIUM SALATIGA DITINJAU
DARI JENIS KELAMIN

Karina Dyah Christianasari
Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

v

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prokrastinasi akademik pada
siswa SMA Laboratorium Salatiga ditinjau dari jenis kelamin. Ada sejumlah 68 siswa SMA,
30 siswa laki-laki dan 38 siswa perempuan sebagai sampel yang dilakukan dengan
menggunakan teknik sampel purposive sampling. Metode penelitian yang digunakan dalam
pengumpulan data dengan metode skala, yaitu skala prokrastinasi yang disusun oleh
Tuckman (1990), yang terdiri dari 35 pernyataan. Dari hasil analisa data menggunakan uji t
diperoleh 0,079 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam melakukan prokrastinasi akademik. Rerata prokrastinasi akademik
berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebesar 54,13 dan perempuan sebesar 50,89


Kata kunci : Prokrastinasi, jenis kelamin.

vi

Abstract

The purpose of this study is to find the difference academic procrastination in high school
students Laboratorium Salatiga in terms of sex. There are a amount of 68 students, 30 male
student and 38 female students sample done by using purposive sampling technique. The
research method which is used in data collection methods was scale method ; it was the scale
of procrastinastion that complied by Tuckman (1990), which consists of 35 statements. From
the data analysis t-test a result of 0,079 (p>0,05) which means there is no difference between
men and women in doing academic procrastination. Mean academic procrastination on the
type of male 54,13 and female 50.89.

Keyworsd : Academic procrastination, Sex.

vii

1

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperoleh
pembelajaran dari berbagai disiplin ilmu. Pendidikan dapat diperoleh baik secara formal
maupun non formal. Pendidikan secara formal seperti jenjang pendidikan sekolah yang
terdapat di Indonesia antara lain sekolah dasar dengan menempuh pendidikan 6 tahun,
sekolah menengah pertama (SMP) ditempuh 3 tahun dan sekolah menengah atas atau sekolah
menengah kejuruan (SMA/SMK) ditempuh 3 tahun. Di Indonesia ada kebijakan mengenai
wajib belajar 9 tahun yang diatur dalam UU No 20 tahun 2003, yang berarti pendidikan
hanya ditempuh hingga tingkat SMP. Pemerintah membuat kebijakan wajib belajar 12 tahun,
namun kebijakan tersebut mengalami pro dan kontra.
Secara tidak langsung lingkungan di pendidikan SD, SMP sangat berbeda dengan
lingkungan di pendidikan SMA sebab pendidikan di SMA lebih memiliki penjurusan
berdasarkan minat dan keinginan seseorang. Siswa SMA juga dituntut untuk belajar secara
mandiri karena tantangan untuk menyelesaikan tugas cukup sulit.
Kebebasan untuk memilih dan menentukan sendiri jurusan yang diminati sesuai
dengan kemampuannya, sehingga membuat siswa menjadi termotivasi, memiliki tanggung
jawab. Kenyataannya tanggung jawab memiliki usaha yang berat untuk melakukannya.
Dalam bersekolah siswa dituntut untuk lebih bertanggung jawab terhadap keputusan dan
tugas yang diberikan. Sering kali dalam mengerjakan tugas siswa mengalami penundaan
akademik. Penundaan yang dilakukan oleh siswa antara lain menunda-nunda tugas, menunda

dalam melakukan pembayaran administrasi, menunda kehadiran dalam bersekolah, menunda
dalam keaktifan dalam kelas. Perilaku menunda-nunda mengerjakan dan menyelesaikan
sesuatu disebut degan prokrastinasi sedangkan orang yang melakukan prokrastinasi disebut
prokrastinator (Rumiani, 2006).

2
Menurut Ghufron prokrastinasi merupakan kecenderungan untuk melakukan menunda
dalam memulai melaksanakan dan mengakhiri suatu aktivitas. Gejala perilaku prokratinasi
dalam dunia pendidikan sering disebut dengan prokrastinasi akademik.
Prokrastinasi juga dapat menyebabkan banyak akibat seperti kebiasaan belajar buruk,
suka membolos, motivasi belajar menurun nilai menjadi tidak baik. Prokrastinasi juga dapat
berakibat secara afeksi seperti depresi dan mengalami kecemasan yang tinggi (Semb, Glick
dan Spencer dalam Khusniatun 2014). Selain itu, juga dapat berdampak terhadap kesehatan
psikologis (Alwisol, 2006).
Hasil wawancara, penulis menyimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan penundaan
dalam mengerjakan tugas meliputi faktor, yang pertama faktor internal dan yang kedua faktor
eksternal. Faktor internal meliputi, karena malas mengerjakan hal tersebut disebabkan karena
tugas yang susah lalu guru yang tidak menyenangkan, kelelahan karena banyak melakukan
kegiatan, melakukan hal yang lebih menyenangkan untuk dirinya, kebiasaanya menunda
tugas. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan yang tidak mendukung dan ajakan dari

teman untuk bermain.
Siswa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam mengerjakan tugas yang
diberikan. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari motivasi belajar, siswa perempuan cenderung
memiliki motivasi belajar yang baik, lebih mematuhi aturan yang ada. Mengerjakan tugas
jauh-jauh hari sebelum mendekati deadline. Siswa laki-laki cenderung mengerjakan tugas
pada detik-detik terakhir pengumpulan tugas, lebih bersikap santai daripada perempuan.
Siswa laki-laki dan perempuan terkadang merasa kelelahan dalam beraktivitas juga dapat
memengaruhi siswa untuk melakukan penundaan.
YF (Inisial) adalah orang yang melakukan prokrastinasi akademik, ia mengakui
bahwa jika batas pengumpulan tugas sudah dekat, ia mengerjakan tugasnya dengan

3
mencontek atau meminjam hasil dari temanya. Ia tidak merasa takut ketika mencontek
pekerjaan dari temannya dan tidak merasa cemas dengan tugas yang belum dikerjakan.
Dari pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang merasa
kelelahan, mata pelajaran yang susah seperti matematika, ajakan bermain teman hal tersebut
akan menjadikan seseorang cenderung mengabaikan tugas-tugas yang seharusnya harus
segera diselesaikan. Selain itu, lingkungan sekitar juga dapat memengaruhi perilaku
prokrastinasi akademik. Misalnya lingkungan yang selalu dipenuhi dengan canda tawa tanpa
memberi motivasi sedikitpun untuk segera menyelesaikan tugasnya sebagai seorang siswa,
sehingga orang yang hidup di lingkungan tersebut juga ikut-ikutan malas dalam
menyelesaikan tugasnya.
Ada beberapa penelitian yang menunjukan adanya perbedaan tingkat prokrastinasi
ditinjau dari jenis kelamin. Penelitian yang dilakukan oleh Akmal (2003) dalam jurnalnya
yang berjudul “ perbedaan prokrastinasi akademik berdasarkan jenis kelamin dengan
mengontrol manajemen waktu pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di Yogyakarta”
dengan subjek 56 mahasiswa dan menunjukan perbedaan yang signifikan yaitu mahasiswa
perempuan memiliki tingkat prokrastinasi lebih rendah dari pada laki-laki yaitu sebesar
45,590 sedangkan mahasiswa laki-laki sebesar 51, 683. Hasil dari penelitian Raharjo (2011)
menunjukkan adanya perbedaan prokrastinasi secara umum yang signifikan berdasarkan jenis
kelamin bahwa karyawan pria memiliki skor rerata prokrastinasi secara keseluruhan
dibandingkan karyawan wanita. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Caturnada (2008), hasil penelitiannya memberikan kesimpulan yang menyatakan bahwa
mahasiswa perempuan memiliki kecenderungan prokrastinasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki. Tamiru (2008) yang melakukan penelitian di Ethiopia yang juga
mengungkapkan bahwa pelajar laki-laki memiliki tingkat prokrastinasi yang lebih tinggi
dibandingkan pelajar perempuan.

4
Dari uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan dari hasilhasil penelitian sebelumnya dan subjek penelitiannya bukan pada siswa SMA. Padahal pada
siswa SMA juga ada kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik, sehingga penulis
tertarik untuk meneliti. Apakah ada perbedaan prokrastinasi ditinjau dari jenis kelamin pada
siswa SMA.
A. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan prokrastinasi akademik antara siswa perempuan dan laki-laki pada
siswa SMA Lab Salatiga.
B. Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah terdapat perbedaan prokrastinasi akademik pada siswa SMA
Laboratorium Salatiga yang ditinjau dari jenis kelamin.
C. Manfaat Penelitian
1. Agar dapat memberikan sumbangan teori tentang prokrastinasi dalam bidang
psikologi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah dan
memberikan pembinaan pada siswa untuk mengatasi prokrastinasi akademik.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Prokrastinasi Akademik
Tuckman dan Sexton (1989, dalam Tuckman, 1990) menjelaskan bahwa prokrastinasi
termasuk dalam permasalahan regulasi diri yaitu merupakan kecenderungan untuk
menangguhkan atau menghindari aktivitas atau tugas yang harus diselesaikan.
B. Aspek-aspek prokrastinasi akademik
Menurut Tuckman (1990) terdapat 3 aspek prokrastinasi yaitu:

5
1. Tendency to delay or put off doing things/pembuang waktu. Kecenderungan untuk
membuang waktu secara sia-sia dalam menyelesaikan tugas yang perlu
diprioritaskan demi melakukan hal-hal lain yang kurang penting.
2. Tendency to have difficulty doing unpleasant things and when possible to avoid or
circumvent the unpleasantness/kesulitan dan penghindaran dalam melakukan
sesuatu yang tidak disukai. Kecenderungan untuk merasa berkeberatan mengerjakan
hal-hal yang tidak disukai dalam tugas yang harus dikerjakannya tersebut atau jika
memungkinkan akan menghindari hal-hal yang dianggap mendatangkan perasaan
tidak menyenangkan.
3. Tendency to blame others for one’s own plight/menyalahkan orang lain. Merupakan
kecenderungan untuk menyalahkan pihak lain atas penderitaan yang dialami diri
sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang ditundanya.
C. Faktor-faktor yang memengaruhi prokrastinasi
Prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Ferrari ( Nugrasanti,
2006), menyebutkan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh keyakinan yang
tidak rasional dan perfeksionisme. Menurut Solomon dan Rothblum (Nugrasanti, 2006),
prokrastinasi dilakukan siswa karena memiliki kecemasan kemampuannya dievaluasi,
takut gagal, dan susah mengambil keputusan. Prokrastinasi juga dilakukan karena
membutuhkan bantuan orang lain untuk mengerjakan tugasnya, malas, kesulitan
mengatur waktu, dan tidak menyukai tugasnya. Menurut Ferrari (Ghufron, 2003)
menyatakan, prokrastinasi mengganggu dalam dua hal:
1. Faktor internal
Faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk melakukan prokrastinasi, meliputi:


Kondisi kodrati, terdiri dari jenis kelamin anak, umur, dan urutan kelahiran.
Anak sulung cenderung lebih diperhatikan, dilindungi, dibantu, apalagi orang

6
tua belum berpengalaman. Anak bungsu cenderung dimanja, apalagi bila
selisih usianya cukup jauh dari kakaknya.


Kondisi fisik dan kondisi kesehatan, mempengaruhi munculnya prokrastinasi
akademik. Menurut Ferrari (Ghufron, 2003) tingkat intelegensi tidak
mempengaruhi prokrastinasi walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh
adanya keyakinan-keyakinan.



Kondisi

psikologis,

trait

kepribadian

yang

dimiliki

individu

mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi, misalnya

turut

hubungan

kemampuan sosial dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial,
Millgram (Ghufron, 2003). Sikap perfeksionis yang dimiliki seseorang
biasanya mempengaruhi perilaku prokrastinasi lebih tinggi. Besarnya motivasi
seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif. Semakin
tinggi motivasi yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin
rendah kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi akademik, Briordy
(Ghufron, 2003).
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang ikut menyebabkan kecenderungan munculnya prokrastinasi
akademik dalam diri seseorang yaitu faktor pola asuh orang tua, lingkungan
keluarga, masyarakat dan sekolah. Menurut Ferrari dan Ollivete (Ghufron, 2003)
tingkat pengasuhan otoriter ayah akan menyebabkan munculnya kecenderungan
prokrastinasi yang kronik pada subyek peneliti anak wanita, sedangkan tingkat
otoritatif ayah menghasilkan perilaku anak wanita yang tidak melakukan
prokrastinasi. Menurut Millgram (Ghufron, 2003) kondisi lingkungan yang linent,
yaitu lingkungan yang toleran terhadap prokrastinasi mempengaruhi tinggi

7
rendahnya prokrastinasi seseorang daripada lingkungan yang penuh dengan
pengawasan.
D. Pengertian Jenis Kelamin
Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan
dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh
laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara
perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi,
hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan
tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan
perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.
E. Perbedaan prokrastinasi akademik dengan jenis kelamin
Prokrastinasi merupakan perilaku penundaan dalam menyelesaikan kegiatan atau
tugas. Penundaan yang dilakukan dalam bentuk tidak segera memulai pengerjaan
tugas ataupun tidak melakukan tugas hingga tuntas. Perbedaan prokrastinasi akademik
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain jenis kelamin, lingkungan sekitar
dan pola asuh. Dalam penelitian ini lebih membahas tentang jenis kelamin, banyak
perbedaan prokrastinasi antara laki-laki dan perempuan terutama pada siswa SMA.
Menurut Clack perkembangan perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan,
perempuan lebih cepat daripada laki-laki.
Raharjo (2011) juga menunjukkan adanya perbedaan prokrastinasi secara umum yang
signifikan berdasarkan jenis kelamin. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
karyawan pria memiliki skor rerata prokrastinasi secara keseluruhan lebih tinggi
dibandingkan karyawan wanita. Karyawan wanita dianggap lebih serius dan lebih
tekun dalam menyelesaikan masalah atau pun pekerjaan sampai tuntas. Karyawan pria
cenderung sering menganggap gampang tugas yang diberikan, sehingga tingkat

8
penundaan lebih sering dilakukan oleh karyawan pria. Penelitian yang dilakukan oleh
Washington (2004) adanya perbedaan prokrastinasi berdasarkan jenis kelamin dan
hasil menunjukan bahwa mahasiswa tahun pertama berjenis kelamin perempuan lebih
sering melakukan penundaan. Balkis dan Duru (2009) pada sampel yang terdiri dari
580 mahasiswa berbagai fakultas yang berada di Universitas Pamukkale (329
perempuan,251 laki-laki) menunjukan bahwa laki-laki lebih melakukan penundaan
daripada perempuan. Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan prokrastinasi ditinjau dari
jenis kelamin bahwa belum diketahui mana yang lebih tinggi yang melakukan
prokrastinasi akademik.
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan signifikan prokrastinasi akademik
ditinjau dari jenis kelamin pada siswa SMA.

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk tipe penelitian kuantitatif dimana penelitian bertujuan untuk
mencari perbedaan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel adalah
segala sesuatu yang menjadi sasaran penyelidikan dan sesuatu yang menunjukan
sesuatu variasi baik maupun tingkatannya ( Hadi , 1994).
B. Identifikasi Prokrastinasi Akademik
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif dimana variabel dalam penelitian ini
terdapat dua jenis variabel yaitu sebagai berikut :
1. Variabel terikat (Y)

: Prokrastinasi Akademik

2. Variabel bebas (X)

: Jenis kelamin ( Pria dan Wanita )

9
C. Definisi Operasional
Prokrastinasi Akademik sebagai suatu penundaan yang dilakukan secara sengaja dan
berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam
pengerjaan tugas yang penting.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Menurut Sugiono (2003) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 29 Juli 2016. Partisipan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa SMA Laboratorium kelas XII tahun
2016/2017 program studi IPS dan Bahasa yang berjumlah 85 siswa. Pada saat
melakukan pengambilan data hanya 68 siswa yang dapat mengisi angket dengan 30
laki-laki dan 38 perempuan. Teknik dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling yaitu teknik sampling berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
(Sugiyono, 2003).
E. Alat Ukur
Alat ukur pengumpulan data menggunakan angket/ kuesioner skala prokrastinasi dari
Tuckman Procrastination Scale (TPS). Diterjemahkan oleh Tolewo (2016) dan
dimodifikasi oleh peneliti. Jumlah item dalam skala ini berjumlah 35 dengan
menggunakan skala likert dengan 4 alternatif jawaban yaitu nilai 4 untuk (SS) dan 1
(STS).
F. Teknik Analisis Data
Teknik statistik yang diterapkan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah
uji Independent Sample t-test (uji t). Metode ini digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian yaitu dengan cara membandingkan dua kelompok subjek dengan mencari
perbedaan mean antara sifat keadaan atau tingkah laku dalam dua kelompok tersebut

10
(Hadi,1997). Program yang dipakai untuk menganalisis adalah program SPSS 16,0 for
windows.
G. Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis perbedaan prokrastinasi akademik siswa SMA ditinjau dari
jenis kelamin, maka dilakukan uji perbedaan terhadap normalitas dan homogenitas
korelasi. Dan selanjutnya metode analisis data menggunkan uji t (Independent sample
t- test).

HASIL PENELITIAN
A. Analisis Item
Jumlah item gugur adalah 12, yaitu pada item 5, 6, 11, 16, 19, 20, 24, 26, 27, 30, 31,
33. Penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar menyatakan bahwa item
pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila > 0,25. Item total bergerak antara
0,273-0,694.
B. Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas dari dua kali pengujian menggunakan Alfa Cronbach menunjukan
hasil yang memuaskan dengan 23 item didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,859.
Berdasarkan hasil uji yang diperoleh maka alat ukur ini dapat dikatakan alat ukur yang
reliabel.
Tabel 1. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.859

23

11
C. Statisitif Deskriptif
Kategorisasi digunakan untuk menggolongkan prokrastinasi akademik pada siswa lakilaki dan perempuan. Berdasarkan penggolongan tersebut didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 2. KATEGORI SKOR PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA SMA
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Interval
74,75 < X ≤ 92

Kategori

57,5 < X ≤ 74,75

Sangat
tinggi
Tinggi

40,25 < X ≤ 57,5
23 < X ≤ 40,25
Total

Frekuensi
%
Laki-laki
N
0
0%
13

43,3%

Rendah

16

53,3%

Sangat
rendah

1

3,4%

30

Mean

54,13

100%

Frekuensi
%
Perempuan
N
0
0%
4

10,5%

32

84,2%

2

5,3%

38

Mean

50,89

100%

D. Uji Asumsi
Pada hal ini selanjutnya melakukan tahap uji normalitas yang bertujuan mengetahui
normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada masing-masing variabel. Data dari
variabel penelitian diuji normalitasnya menggunakan metode Kolmogrov – Smirnov
Test dan untuk perhitungannya dibantu dengan program SPSS Statistic 16.0 for
windows. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p>0,05. Pada sample
laki-laki memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,757 dengan signifikan 0,615 (p>0,05), maka
berdistribusi normal sedangkan perempuan memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,692 dengan
nilai signifikan 0,725, maka berdistribusi normal.

12
Tabel 3. Hasil Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
laki_laki
N

perempuan

30

38

Mean

54.13

50.89

Std. Deviation

8.870

6.066

Absolute

.138

.112

Positive

.088

.095

Negative

-.138

-.112

Kolmogorov-Smirnov Z

.757

.692

Asymp. Sig. (2-tailed)

.615

.725

Normal Parameters

a

Most Extreme Differences

a. Test distribution is Normal.

Selanjutnya adalah uji homogenitas yang bertujuan untuk melihat apakah sample dalam
penelitian berasal dari populasi yang sama. Data dapat dikatakan homogen apabila nilai
probabilitas p>0,05. Uji homogenitas dengan metode Levene’s Test. Nilai Levene
ditunjukan dengan p value (sig) sebesar 0,078 apabila > 0,05 memiliki arti terdapat
kesamaan varians antar kelompok atau yang berarti homogen.

Tabel 4. Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances
prokrastinasi
Levene Statistic

df1

3.206

df2
1

Sig.
66

.078

E. Uji t
Independent Sample t-Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
rata-rata antara dua kelompok sample yang tidak berhubungan, hasil perhitungan Uji-t
dapat diketahui t

hitung

= 1,785 dengan nilai signifikansinya adalah sebesar 0,079

13
(p>0,05). Maka hal ini memiliki arti tidak adanya perbedaan prokrastinasi akademik
pada siswa SMA Laboratorium yang ditinjau dari jenis kelamin.
Tabel 3.Hasil Uji- t
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2-

F

Sig.

T

Df

Mean

tailed) Difference

Std. Error
Difference

Difference
Lower

Upper

prokrastinasi Equal
variances

3.206

.078 1.785

66

.079

3.239

1.815

-.384

6.861

1.709 49.123

.094

3.239

1.895

-.569

7.046

assumed
Equal
variances not
assumed

PEMBAHASAN
Dari hasil yang telah ada diatas menunjukan bahwa penelitian pada perhitungan Uji-t
t

hitung

= 1,724 dengan nilai signifikansinya adalah sebesar 0,079 (p>0,05). Jika p>0,05 maka

Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prokrastinasi
akademik pada siswa SMA laboratorium yang ditinjau dari jenis kelamin. Tingkat
prokrastinasi akademik antara laki-laki dan perempuan sama- sama memiliki tingkat yang
rendah. Perbandingan diperoleh dari rata-rata tingkat prokrastinasi akademik siswa laki-laki
sebesar 54,13 dan siswa perempuan sebesar 50,89. Hal ini berarti rata-rata yang diperoleh
sama dalam batas kategori rendah sehingga tidak ada terdapat perbedaan yang signifikan
antara siswa laki-laki dan perempuan.
Dari penelitian ini diperoleh hasil pada kedua kelompok sama-sama memiliki skor
item tertinggi pada item nomor 26. Pada item nomor 26 yang ditulis demikian “saya berharap

14
bisa menemukan cara yang mudah agar saya dapat memulai mengerjakan tugas dari guru”.
Hasil tersebut dapat diindikasikan bahwa siswa laki-laki dan perempuan sama-sama berusaha
mencari cara agar dapat mengerjakan tugas yang diberikan sehingga tugas tersebut dapat
selesai tepat waktu. Terutama pada pelajaran matematika yang memiliki tingkat kesulitan,
sehingga siswa berusaha mencari cara seperti bertanya dengan teman, belajar kelompok dan
mengikuti les tambahan.
Sedangkan skor item terendah pada nomor item 13 yang ditulis demikian “saya
percaya pada pepatah”tetap bekerja keras terus menerus pasti akan menghasilkan sesuatu”.
Hasil tersebut berarti bahwa siswa laki-laki dan perempuan memiliki sifat pekerjakeras dalam
bersekolah dan belajar.
Selain itu, siswa laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki keinginan untuk
selalu berprestasi disekolah. Untuk mendapatkan sebuah prestasi, mereka berusaha belajar
giat dan tidak menuda-nunda dalam mengerjakan tugas, sehingga memperkecil melakukan
prokrastinasi.
Musslifah (2012) menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan
dalam banyak hal. Membantah pandangan masyarakat bahwa laki-laki dan perempuan sangat
berbeda. Beberapa perbedaan yang ditemukan berasal dari hasil proses belajar sosial dan
selebihnya perbedaan dipengaruhi faktor biologis (Akmal, 2013). Laki-laki maupun
perempuan sama-sama dituntut untuk dapat belajar secara mandiri selama proses belajar.
Menurut pandangan Monks (2006) ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku jenis kelamin
tertentu. Pertama, faktor-faktor biologis merupakan dasar bagi perkembangan tingkah laku
spesifik jenis kelamin. Kedua, adanya proses belajar sosial memengaruhi jenis kelamin
tertentu untuk melakukan penilaian norma-norma sosial apa yang baik atau yang tidak baik
bagi laki-laki atau perempuan.

15
Menurut Knaus (dalam Rizki, 2009) kecendrungan untuk tidak segera memulai ketika
menghadapi suatu tugas yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan indikasi dari
prokrastinasi. Pelaku prokrastinasi akademik mengerjakan tugas pada menit-menit terakhir
batas pengumpulan dan keadaan yang terdesak mengakibatkan munculnya pikiran untuk
melakukan kecurangan akademik.
Dari hasil keseluruhan dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan prokrastinasi
akademik pada siswa SMA yang ditinjau dari jenis kelamin.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan prokrastinasi akademik siswa SMA Laboratorium
Salatiga yang ditinjau dari jenis kelamin.
2. Laki-laki dan perempuan tidak cenderung melakukan prokrastinasi akademik.
SARAN
1. Bagi sekolah :
a. Sekolah dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan dalam
pengelolaan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2. Bagi penelitian selanjutnyaa
a.

Penelitian ini masih memerlukan banyak masukan untuk penelitian selanjutnya,
sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat memperkuat fenomena yang
berkaitan dengan prokrastinasi akademik.

b.

Dapat menyempurnakan dan mengembangkan atau menambah variabel–variabel
prokrastinasi akademik

disamping variabel jenis kelamin seperti kepribadian,

kondisi fisik dan kesehatan.

16
Daftar Pustaka

Akmal,V.E. (2013). Perbedaan prokrastinasi akademik berdasarkan jenis kelamin dengan
mengontrol manajemen waktu pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di
Yogyakarta. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Amini, Z (2010). Kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik ditinjau dari locus of
control pada siswa SMA Bina Taruna Surabaya. Undergraduate thesis, UIN
Sunan Ampel Surabaya.
Arif Hafsa, dkk (2014). Academic Procrastination among Male and Female University and
College Students. Government College University Lahore: FWU Journal of
Social Sciences, Winter 2014, 8(2), 65-70.
Catrunada, L., & Puspitawati, I. (2008). Perbedaan kecenderungan prokrastinasi tugas
skripsi berdasarkan tipe kepribadian introvert dan ekstrovert. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Ferrari, J.R., Jhonson, J.L., & McCown, W.G. 1995. Procrastination And Task Avoidance :
Theory, Research and Treatment. New York : Plenum Press.
Ghufron, M. N. (2003). Hubungan antara Kontrol Diri dan Persepsi Remaja Terhadap
Penerapan disiplin orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Hadi, S. (1994). Analisis butir untuk instrument. Yogyakarta : Andi Offset.
Huda, MJN. (2015). Perbandingan prokrastinasi akademik menurut pilahan jenis kelamin di
Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta. Fakultas ilmu Sosial dan humaniora UIN
Sunan Kalijaga: Yogyakarta
Janssen, J (2015). Academic procrastination: prevalence among high school and
undergraduate student and relationship to academic achievement. Georgia State
University.
Khusniatun (2014). Hubungan antara resiliensi dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa
program studi psikologi fakultas ilmu sosial dan humaniora Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi. UINSK : Yogyakarta.
Monks, F.J. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nilakantie, R. & Mastuti, E. (2014). Perbedaan tingkat prokrastinasi akademik ditinjau dari
jenis kelamin dan locus of control pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Jurnal psikologi
kepribadian dan sosial, 3(1).
Ozer, B. & Ferrari, B. U. (2011). A Cross Sectional Study on Procrastination: Who
Procrastinate More? International Conference on Education, Research and

17
Innovation. Diakses pada 30 Agustus 2016 dari http://www.ipedr.com/vol18/8ICERI2011- R00015.pdf
Raharjo, W. & Lee, Y. (2011). Prokrastinasi Keterbangkitan dan Menghindar : Kaitanya
dengan Efikasi Diri Pada Karyawan.
Rizki, S., A. 2009. Hubungan prokrastinasi akademis dan kecurangan pada mahasiswa
fakultas psikologi universitas sumatera utara. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan
: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Sepehrian, F & Lotf, J.J (2011). The Effects of Coping Styles and Gender on Academic
Procrastination among University Students. Journal of Basic and Applied
Scientific Research: Urmia University, Iran
Sugiyono. (2003). Statistika untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta
Suryabrata,S. (1990). Metode penelitian. Jakarta : Rineke cipta.
Sutriyono, dkk (2012). Perbedaan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Uksw berdasarkan tipe kepribadian A dan B :
Satya Widya, 28(2), 127-135.
Tamiru, Tiruwork. 2008. Academic Procrastination and Causal Perception of Tabor Senior
Secondary Students Ethiopia. African Research Review (AFRREV) Journals,
2(2).
Tolewo, S.P. 2016. Hubungan antara Asertivitas dengan Prokrastinasi Akademik pada
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana.
Skripsi. Salatiga : Fakultas Psikologi UKSW.
Tuckman, B. W. (1990). Measuring procrastination atitudinally and behaviorally. Paper
Presented at the Annual Meeting of The American Educational Research
Association.
Verdiawati, E (2013). Hubungan asertivitas dengan prokrastinasi akademik pada siswa kelas
VIII Di SMP Negeri 1 Kota Mungkid Magelang. Skripsi. UNY: Yogyakarta.
Wijaya, M.S & Widodo, P.B (2013). Studi perbedaan prokrastinasi akademik ditinjau dari
jenis pendidikan pada siswa setingkat SMA di Kayen Pati. Semarang. Fakultas
Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.