Ilmuwan Tak Terbiasa Menulis Populer.
[(OMPAS
.
o Se/asa
4
8
20
(!)
21
0
6
Mar OApr
0
Rabu
7
22
OMei
8
23
Kamis
9
OJun
24
Jumat
10
OJul
25
11
o Sabtu 0 Minggu
12
26
0 Ags
13
27
OSep
14
28
15
29
OOkt
ONov
16
30
31
ODes
Ilmuwan TakTerbiasa
Menulis Populer
Tulisan
diMediaMassaBisaMembantuMasyarakat
BANDUNG,KOMPAS - Mayoritasilmuwandanahli
belum terbiasa menulis bergaya populer di media massa.
Padahal, menulis di media massa menjadi sarana yang
tepat agar keilmuannya bisa dikenal dan dimanfaatkan
masyarakat.
"Ada beberapa lembaga yang
sudah menyadari pentingnya penulisan populer, tapi banyak juga
yang belum mengetahui arti penting penulisan di media massa. Padahal,idenya bisadiarnbil dari mana saja, seperti penelitian dan
pengalarnan pribadi," ujar aWi
geografiyangtuIisannya kerap hadir di berbagai media massa,
T Bachtiar,dalarn Pelatihan Penulisan Populer di Pusat Pendidikan
dan Latihan Geologi, Bandung,
Kamis (4/3).
Bachtiar menjelaskan, kendala
utama minat penulisan adalah minimnya pengetahuan tentang metode penulisan yang tepat. Biasanya tuIisan dibuat terlalu panjang,
penuh kata-kata ilmiah, atau te-
melakukannya.
"Tulislah apa yang disukai sesuai dengan keaWiannya. Akan
menjadi lebih baik bila tuIisan itu
memberikan solusi atau hal barn
yang sebelumnya tidak pernah diketahui orang lain,"kata Bachtiar.
Pakar lingkungan Universitas
Padjadjaran, Johan Iskandar,
mengakui, tidak mudah menulis
dengan bahasa populer yang mudah dimengerti masyarakat. Seorang ilmuwan biasanya hanya
terbiasa menulis jurnal atau hasil
laporan penelitian yang sering kali
dikonsumsi kalanganyang sarna.
Akan tetapi, ia yakin masalah
itu bisa diatasi bila penulis sering
membaca tuIisan yang telah dimuat sarnbil terus berlatih menulis. Dengan terbiasa dan terus belajar, penulis akan mahir menulis
populer.
manya tidak aktual. Akibatnya,
mereka enggan menulis karena
hasil tulisannya sering kaliditolak
media massa.
"Tidak bisa disalahkan karena
mereka terbiasa menulis jurnal
atau hasil penelitian,"tuturnya.
Hal itu sangat disayangkankarena sebenarnyabanyak keuntungan
yang hadir lewat sering menulis, di
antaranya kemudahan membagiilmu atau hasil penelitiannya tentangberbagaimacam masalahpada
masyarakat. Tingkat keilmuan penulis juga akan bertambah karena Tema aktual
ia dituntut memilikipenguasaanliteratur yang kuat ketika hendak
Johan mengatakan, tuIisan pomenulis. Selain itu, penulis juga pulerdi mediamassa sangat memmahir menulis denganbahasayang bantu masyarakat menghadapi
mudah dipahami
berbagai persoalan. Media massa
- - karena
- - terbiasa
..................----...
Kliping Humas Unpad 2010
biasanya memilih tema aktual dan
memberikan solusi ketika memuat tuIisan populer.
"Akantetapi, para penulis hams
selalu menjaga keseimbangan antara keaWian, pengalarnan, dan
masalah yang dialami masyarakat.
Semua harus diberi porsi berimbang untuk mendapatkan tuIisan
yang menarik dan dibaca banyak
orang,"ujarnya.
Peserta diklat, Heri Purnomo,
menyatakan sangat terbantu dengan pelatihan ini. Sebelumnya,ia
kesulitan ketika hendak menulis
populer di media massakarena belum terbiasa dengan tema dan bahasa penulisan yang mudah dipa7
hami masyarakat awam.
"Semoga dengan banyaknya
pelatihan semakin memudahkan
ilmuwan dan pakar, b3ik:swasta
maupun pemerintah, memperkenalkan hasil penelitian atau keilmuannya pada m$yarakat," kata
Kepala Bidang GeologiDinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo,Yogyakarta,
ini. (CRE)
.
o Se/asa
4
8
20
(!)
21
0
6
Mar OApr
0
Rabu
7
22
OMei
8
23
Kamis
9
OJun
24
Jumat
10
OJul
25
11
o Sabtu 0 Minggu
12
26
0 Ags
13
27
OSep
14
28
15
29
OOkt
ONov
16
30
31
ODes
Ilmuwan TakTerbiasa
Menulis Populer
Tulisan
diMediaMassaBisaMembantuMasyarakat
BANDUNG,KOMPAS - Mayoritasilmuwandanahli
belum terbiasa menulis bergaya populer di media massa.
Padahal, menulis di media massa menjadi sarana yang
tepat agar keilmuannya bisa dikenal dan dimanfaatkan
masyarakat.
"Ada beberapa lembaga yang
sudah menyadari pentingnya penulisan populer, tapi banyak juga
yang belum mengetahui arti penting penulisan di media massa. Padahal,idenya bisadiarnbil dari mana saja, seperti penelitian dan
pengalarnan pribadi," ujar aWi
geografiyangtuIisannya kerap hadir di berbagai media massa,
T Bachtiar,dalarn Pelatihan Penulisan Populer di Pusat Pendidikan
dan Latihan Geologi, Bandung,
Kamis (4/3).
Bachtiar menjelaskan, kendala
utama minat penulisan adalah minimnya pengetahuan tentang metode penulisan yang tepat. Biasanya tuIisan dibuat terlalu panjang,
penuh kata-kata ilmiah, atau te-
melakukannya.
"Tulislah apa yang disukai sesuai dengan keaWiannya. Akan
menjadi lebih baik bila tuIisan itu
memberikan solusi atau hal barn
yang sebelumnya tidak pernah diketahui orang lain,"kata Bachtiar.
Pakar lingkungan Universitas
Padjadjaran, Johan Iskandar,
mengakui, tidak mudah menulis
dengan bahasa populer yang mudah dimengerti masyarakat. Seorang ilmuwan biasanya hanya
terbiasa menulis jurnal atau hasil
laporan penelitian yang sering kali
dikonsumsi kalanganyang sarna.
Akan tetapi, ia yakin masalah
itu bisa diatasi bila penulis sering
membaca tuIisan yang telah dimuat sarnbil terus berlatih menulis. Dengan terbiasa dan terus belajar, penulis akan mahir menulis
populer.
manya tidak aktual. Akibatnya,
mereka enggan menulis karena
hasil tulisannya sering kaliditolak
media massa.
"Tidak bisa disalahkan karena
mereka terbiasa menulis jurnal
atau hasil penelitian,"tuturnya.
Hal itu sangat disayangkankarena sebenarnyabanyak keuntungan
yang hadir lewat sering menulis, di
antaranya kemudahan membagiilmu atau hasil penelitiannya tentangberbagaimacam masalahpada
masyarakat. Tingkat keilmuan penulis juga akan bertambah karena Tema aktual
ia dituntut memilikipenguasaanliteratur yang kuat ketika hendak
Johan mengatakan, tuIisan pomenulis. Selain itu, penulis juga pulerdi mediamassa sangat memmahir menulis denganbahasayang bantu masyarakat menghadapi
mudah dipahami
berbagai persoalan. Media massa
- - karena
- - terbiasa
..................----...
Kliping Humas Unpad 2010
biasanya memilih tema aktual dan
memberikan solusi ketika memuat tuIisan populer.
"Akantetapi, para penulis hams
selalu menjaga keseimbangan antara keaWian, pengalarnan, dan
masalah yang dialami masyarakat.
Semua harus diberi porsi berimbang untuk mendapatkan tuIisan
yang menarik dan dibaca banyak
orang,"ujarnya.
Peserta diklat, Heri Purnomo,
menyatakan sangat terbantu dengan pelatihan ini. Sebelumnya,ia
kesulitan ketika hendak menulis
populer di media massakarena belum terbiasa dengan tema dan bahasa penulisan yang mudah dipa7
hami masyarakat awam.
"Semoga dengan banyaknya
pelatihan semakin memudahkan
ilmuwan dan pakar, b3ik:swasta
maupun pemerintah, memperkenalkan hasil penelitian atau keilmuannya pada m$yarakat," kata
Kepala Bidang GeologiDinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo,Yogyakarta,
ini. (CRE)