SKRIPSI Hubungan Antara Asupan Triptofan Dan Selenium Dengan Status Depresi Pada Pasien Cedera Tulang Belakang Di RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN TRIPTOFAN DAN SELENIUM DENGAN
STATUS DEPRESI PADA PASIEN CEDERA TULANG BELAKANG
DI RSO. PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun oleh:
TRI WAHYUNI
J 310 110 100
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
NUTRITION STUDI PROGRAM
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
BACHELOR THESIS
ABSTRACT
TRI WAHYUNI J 310 110 100
RELATIONSHIP BETWEEN TRYPTOPHAN INTAKE AND SELENIUM STATUS
OF DEPRESSION ON PATIENTS WITH SPINAL INJURIES IN RSO. PROF. DR.
R. SOEHARSO OF SURAKARTA
Introduction: Spinal cord injury is an injury to the spine, either directly or
indirectly that can cause permanent disability or death. Spinal cord injury can
result in neurological reflex depression. Tryptophan intake can reduce depression
status because tryptophan is the raw material production of serotonin. Serotonin
in the brain can make the body become quieter and easier to sleep. Selenium
intake is sufficient to prevent the occurrence of neuroendocrine dysregulation in
depression.
Objective: The aim of study was to determine the relationship between the
intake of tryptophan and selenium with status of depression in patients with spinal
cord injuries in the RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
Methods: This study used observational analytic design with cross sectional
approach. Number of samples of 35 people according to the inclusion criteria.
Sampling by means of consecutive sampling. Data obtained through food intake
recall 24 hours over four days. While the status of data obtained through
questionnaires BDI depression (Beck Depression Inventory). Statistical test using
the Spearman Rank test.
Results: Subjects have less tryptophan intake as much as 91.4% and less
selenium intake as much as 97.1%. Subjects who have depression status largely
tryptophan and selenium intake is less. There is no relationship between the level
of intake of tryptophan with depression status (p = 0.281) and there was no
association between selenium intake level with depression status (indigo p =
0.446).
Conclusion: To sum up there was no correlation between the intake of
tryptophan with depression status indicated by the value of p = 0.281. There is no
relationship between selenium intake with depression status indicated by the
value of p = 0.446.
Keywords
Reference
: Tryptophan intake, intake of Selenium, Status Depression.
: 63 (1985-2013)
ii
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI
ABSTRAK
TRI WAHYUNI J 310 110 100
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN TRIPTOFAN DAN SELENIUM DENGAN
STATUS DEPRESI PADA PASIEN CEDERA TULANG BELAKANG DI RSO.
PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
Pendahuluan: Cedera tulang belakang adalah cedera pada tulang belakang baik
langsung maupun tidak langsung yang dapat menyebabkan kecacatan menetap
atau kematian. Cedera tulang belakang dapat mengakibatkan depresi reflek
neurologis. Asupan triptofan dapat mengurangi status depresi karena triptofan
merupakan bahan baku produksi serotonin. Serotonin dalam otak dapat
membuat tubuh menjadi tenang dan lebih mudah untuk tidur. Asupan selenium
yang cukup mencegah terjadinya disregulasi neuroendokrin pada depresi.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara asupan triptofan dan selenium dengan
status depresi pada pasien cedera tulang belakang di RSO. Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional
analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 35 orang
sesuai dengan kriteria inklusi. Pengambilan sampel dengan cara consecutive
sampling. Data asupan diperoleh melalui food recall 24 jam selama empat hari.
Sedangkan data status depresi diperoleh melalui kuesioner BDI (Beck
Depression Inventory). Uji statistik menggunakan uji Rank Spearman.
Hasil Penelitian: Subyek memiliki asupan triptofan kurang sebanyak 91,4% dan
asupan selenium kurang sebanyak 97,1%. Subyek yang memiliki status depresi
sebagian besar memiliki asupan triptofan dan selenium kurang. Tidak ada
hubungan antara tingkat asupan triptofan dengan status depresi (nilai p = 0,281)
dan tidak ada hubungan antara tingkat asupan selenium dengan status depresi
(nila p = 0,446).
Kesimpulan: Penelitian ini dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara asupan
triptofan dengan status depresi yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,281. Tidak
ada hubungan antara asupan selenium dengan status depresi yang ditunjukkan
dengan nilai p = 0,446.
Kata kunci
Daftar Pustaka
: Asupan Triptofan, Asupan Selenium, Status Depresi.
: 63 (1985-2013)
iii
HUBUNGAN ANT
NTARA ASUPAN TRIPTOFAN DAN SELENIU
IUM DENGAN
STATUS DEPR
PRESI PADA PASIEN CEDERA TULANG BE
ELAKANG
DI RSO
SO. PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
TA
Skripsi
si iini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syar
yarat
M
Memperoleh Ijazah Program Studi S1 Gizi
Disusun Oleh:
TRI WAHYUNI
J310110100
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVE
IVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TA
2015
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan
di
dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan
di
suatu perguruan tinggi dan lembaga
pendidikan lamanya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil peherbitan maupun
yang belum atau tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan
daftar pustaka.
Surakarta, 5 Oktober 2015
([-^ryq4-'
TriWahyuni
PENGESAHAN SKRIPSI
: Hubungan Antara Asupan Triptofan dan Selenium
Judul Penelitian
dengan Status Depresi pada Pasien Cedera Tulang
Belakang di RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
Nama Mahasiswa
:TriWahyuni
Nomor lnduk Mahasiswa
: J 310
1
'10 100
Telah dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Program StudiGizi Jenjang 51
Fakultas llmu Kesehatan pada tanggal g September 201S
dan dinyatakan telah memenuhisyarat untuk diterima
Penguji
(
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN TRIPTOFAN DAN SELENIUM DENGAN
STATUS DEPRESI PADA PASIEN CEDERA TULANG BELAKANG
DI RSO. PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun oleh:
TRI WAHYUNI
J 310 110 100
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
NUTRITION STUDI PROGRAM
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
BACHELOR THESIS
ABSTRACT
TRI WAHYUNI J 310 110 100
RELATIONSHIP BETWEEN TRYPTOPHAN INTAKE AND SELENIUM STATUS
OF DEPRESSION ON PATIENTS WITH SPINAL INJURIES IN RSO. PROF. DR.
R. SOEHARSO OF SURAKARTA
Introduction: Spinal cord injury is an injury to the spine, either directly or
indirectly that can cause permanent disability or death. Spinal cord injury can
result in neurological reflex depression. Tryptophan intake can reduce depression
status because tryptophan is the raw material production of serotonin. Serotonin
in the brain can make the body become quieter and easier to sleep. Selenium
intake is sufficient to prevent the occurrence of neuroendocrine dysregulation in
depression.
Objective: The aim of study was to determine the relationship between the
intake of tryptophan and selenium with status of depression in patients with spinal
cord injuries in the RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
Methods: This study used observational analytic design with cross sectional
approach. Number of samples of 35 people according to the inclusion criteria.
Sampling by means of consecutive sampling. Data obtained through food intake
recall 24 hours over four days. While the status of data obtained through
questionnaires BDI depression (Beck Depression Inventory). Statistical test using
the Spearman Rank test.
Results: Subjects have less tryptophan intake as much as 91.4% and less
selenium intake as much as 97.1%. Subjects who have depression status largely
tryptophan and selenium intake is less. There is no relationship between the level
of intake of tryptophan with depression status (p = 0.281) and there was no
association between selenium intake level with depression status (indigo p =
0.446).
Conclusion: To sum up there was no correlation between the intake of
tryptophan with depression status indicated by the value of p = 0.281. There is no
relationship between selenium intake with depression status indicated by the
value of p = 0.446.
Keywords
Reference
: Tryptophan intake, intake of Selenium, Status Depression.
: 63 (1985-2013)
ii
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI
ABSTRAK
TRI WAHYUNI J 310 110 100
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN TRIPTOFAN DAN SELENIUM DENGAN
STATUS DEPRESI PADA PASIEN CEDERA TULANG BELAKANG DI RSO.
PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
Pendahuluan: Cedera tulang belakang adalah cedera pada tulang belakang baik
langsung maupun tidak langsung yang dapat menyebabkan kecacatan menetap
atau kematian. Cedera tulang belakang dapat mengakibatkan depresi reflek
neurologis. Asupan triptofan dapat mengurangi status depresi karena triptofan
merupakan bahan baku produksi serotonin. Serotonin dalam otak dapat
membuat tubuh menjadi tenang dan lebih mudah untuk tidur. Asupan selenium
yang cukup mencegah terjadinya disregulasi neuroendokrin pada depresi.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara asupan triptofan dan selenium dengan
status depresi pada pasien cedera tulang belakang di RSO. Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional
analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 35 orang
sesuai dengan kriteria inklusi. Pengambilan sampel dengan cara consecutive
sampling. Data asupan diperoleh melalui food recall 24 jam selama empat hari.
Sedangkan data status depresi diperoleh melalui kuesioner BDI (Beck
Depression Inventory). Uji statistik menggunakan uji Rank Spearman.
Hasil Penelitian: Subyek memiliki asupan triptofan kurang sebanyak 91,4% dan
asupan selenium kurang sebanyak 97,1%. Subyek yang memiliki status depresi
sebagian besar memiliki asupan triptofan dan selenium kurang. Tidak ada
hubungan antara tingkat asupan triptofan dengan status depresi (nilai p = 0,281)
dan tidak ada hubungan antara tingkat asupan selenium dengan status depresi
(nila p = 0,446).
Kesimpulan: Penelitian ini dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara asupan
triptofan dengan status depresi yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,281. Tidak
ada hubungan antara asupan selenium dengan status depresi yang ditunjukkan
dengan nilai p = 0,446.
Kata kunci
Daftar Pustaka
: Asupan Triptofan, Asupan Selenium, Status Depresi.
: 63 (1985-2013)
iii
HUBUNGAN ANT
NTARA ASUPAN TRIPTOFAN DAN SELENIU
IUM DENGAN
STATUS DEPR
PRESI PADA PASIEN CEDERA TULANG BE
ELAKANG
DI RSO
SO. PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
TA
Skripsi
si iini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syar
yarat
M
Memperoleh Ijazah Program Studi S1 Gizi
Disusun Oleh:
TRI WAHYUNI
J310110100
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVE
IVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TA
2015
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan
di
dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan
di
suatu perguruan tinggi dan lembaga
pendidikan lamanya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil peherbitan maupun
yang belum atau tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan
daftar pustaka.
Surakarta, 5 Oktober 2015
([-^ryq4-'
TriWahyuni
PENGESAHAN SKRIPSI
: Hubungan Antara Asupan Triptofan dan Selenium
Judul Penelitian
dengan Status Depresi pada Pasien Cedera Tulang
Belakang di RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
Nama Mahasiswa
:TriWahyuni
Nomor lnduk Mahasiswa
: J 310
1
'10 100
Telah dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Program StudiGizi Jenjang 51
Fakultas llmu Kesehatan pada tanggal g September 201S
dan dinyatakan telah memenuhisyarat untuk diterima
Penguji
(