Pemerintah.net Rancangan PP PPPK

FINAL HARMONISASI

 
RANCANGAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN …
MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

bahwa   untuk   melaksanakan   ketentuan   Pasal  107  Undang­
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Manajemen
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja;

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat   (2) Undang­Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang­Undang   Nomor   5   Tahun   2014   tentang  Aparatur

Sipil Negara  (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014   Nomor   6,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik
Indonesia Nomor 5494);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN   PEMERINTAH   TENTANG
 MANAJEMEN
PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1.
Aparatur   Sipil   Negara   yang   selanjutnya   disingkat
ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah   dengan   perjanjian   kerja   yang   bekerja   pada
instansi pemerintah.
2.

Pegawai   Aparatur   Sipil   Negara   yang   selanjutnya
disebut   Pegawai   ASN   adalah   pegawai   negeri   sipil   dan
pegawai   pemerintah   dengan   perjanjian   kerja   yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi
tugas   dalam   suatu   jabatan   pemerintahan   atau   diserahi
tugas   negara   lainnya   dan   digaji   berdasarkan   peraturan
perundang­undangan.
3.
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah   warga   negara   Indonesia   yang   memenuhi   syarat

­ 2 ­
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
4.
Pegawai  Pemerintah   dengan   Perjanjian   Kerja   yang
selanjutnya   disingkat   PPPK   adalah  warga   negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan   perjanjian   kerja   untuk   jangka   waktu

tertentu   dalam   rangka   melaksanakan   tugas
pemerintahan.
5.
Instansi   Pemerintah   adalah   instansi   Pusat   dan
Instansi Daerah.
6.
Instansi   Pusat   adalah   kementerian,   lembaga
pemerintah   nonkementerian,   kesekretariatan   lembaga
negara, dan kesekretariatan lembaga nonstruktural yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang­undangan.
7.
Instansi   Daerah   adalah   perangkat   daerah   provinsi
dan   perangkat   daerah   kabupaten/kota   yang   meliputi
sekretariat  daerah, sekretariat  dewan perwakilan rakyat
daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. 
8.
Menteri   adalah   menteri   yang   menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur
negara.
9.

Pejabat Pembina  Kepegawaian adalah  pejabat yang
mempunyai   kewenangan   menetapkan   pengangkatan,
pemindahan,   dan   pemberhentian   Pegawai   ASN   dan
pembinaan   Manajemen   ASN   di   instansi   pemerintah
sesuai   dengan   ketentuan   peraturan   perundang­
undangan.
10. Pejabat Yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan   melaksanakan   proses  pengangkatan,
pemindahan,   dan   pemberhentian  Pegawai   ASN   sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.

BAB II
STATUS DAN KEDUDUKAN PPPK
Pasal 2
(1)
PPPK   merupakan   Pegawai   ASN   yang   diangkat
sebagai   pegawai   dengan   perjanjian   kerja   oleh  Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi
Pemerintah   dan   peraturan   perundang­undangan   di
bidang aparatur sipil negara.

(2)
Perjanjian kerja sebagaimana dimasud pada ayat (1)
dilakukan  antara  Pejabat   Pembina   Kepegawaian  selaku
pemberi   kerja   dan   PPPK   selaku   penerima   kerja   yang

­ 3 ­
menimbulkan   hubungan   hukum   publik   antara   kedua
belah pihak.

Pasal 3
(1)
PPPK berkedudukan sebagai unsur aparatur negara.
(2)
Dalam   statusnya   sebagai   unsur   aparatur   Negara,
PPPK   dilarang   melakukan  tindakan  mogok   kerja   dan
demonstrasi kepada Pemerintah.
Pasal 4
(1)
PPPK melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan Instansi Pemerintah. 

(2)
PPPK   harus   bebas   dari   pengaruh   dan  intervensi
semua golongan dan partai politik. 

BAB III
MANAJEMEN PPPK
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
Manajemen   PPPK   merupakan   pengelolaan   PPPK   dengan
menerapkan   sistem   merit   untuk   menghasilkan   PPPK   yang
profesional,   melaksanakan   nilai   dasar   dan   etika   profesi,
bebas   dari   intervensi   politik,   bersih   dari   praktik   korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
Pasal 6
(1)
Manajemen   PPPK  sebagaimana   dimaksud   dalam
Pasal 5, meliputi:
a. penetapan kebutuhan;
b. pengadaan;

c. penilaian kinerja; 
d. penggajian dan tunjangan;
e. pengembangan kompetensi;
f. pemberian penghargaan;
g. disiplin;
h. pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
i. perlindungan.
(2)
Pembinaan
 Manajemen   PPPK   sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pada Instansi Pusat dan Instansi
Daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai   dengan   ketentuan   peraturan   perundang­
undangan. 

­ 4 ­
(3)

(1)


(2)

(3)

Pelaksanaan  Manajemen   PPPK   sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pada Instansi Pusat dan Instansi
Daerah   dilaksanakan   oleh  Pejabat   Yang   Bersangkutan
sesuai   dengan   ketentuan   peraturan   perundang­
undangan.

Pasal 7
Jabatan yang dapat diisi oleh PPPK yaitu: 
a. jabatan  yang  mensyaratkan   kompetensi   keahlian
dan keterampilan tertentu; atau
b. jabatan  yang  kompetensinya   tidak   tersedia   atau
terbatas   di   kalangan   PNS  dan   diperlukan   untuk
peningkatan kapasitas organisasi.
   Ketentuan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
dikecualikan   untuk   jabatan   yang   harus   diduduki   oleh
PNS.

Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   jenis   jabatan   yang
dapat diisi oleh PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Presiden.
Bagian Kedua 
Penetapan Kebutuhan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Pasal 8
Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK
dilakukan   secara   terintegrasi  dalam  penyusunan
kebutuhan Pegawai ASN di setiap Instansi Pemerintah.

Penyusunan  kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK
sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   dilakukan
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.
Penyusunan   kebutuhan   jumlah   PPPK   sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk jangka waktu
5   (lima)   tahun   yang   diperinci   per   1   (satu)   tahun
berdasarkan  prioritas  kebutuhan sesuai  dengan  siklus
anggaran. 
Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (1)   ditetapkan   dengan   Keputusan
Menteri.
Dalam menetapkan Keputusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), Menteri memperhatikan pendapat menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan dan pertimbangan teknis dari Kepala  Badan
Kepegawaian Negara. 
Bagian Ketiga 
Pengadaan

­ 5 ­


Paragraf 1
Umum
Pasal 9
Setiap warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan
kualifikasi,   kompetensi,   dan   persyaratan   lain   yang
ditetapkan   mempunyai   kesempatan   yang   sama   untuk
melamar menjadi PPPK.

(1)

(2)

(3)

Pasal 10
Pengadaan   merupakan   kegiatan  untuk  memenuhi
kebutuhan PPPK dalam rangka mengisi jabatan tertentu
yang   lowong  pada   Instansi   Pemerintah  pada   setiap
jenjang jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
Pengadaan   calon   PPPK   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat (1), dilakukan melalui tahapan:
a. perencanaan;
b. pengumuman lowongan;
c. pelamaran;
d. seleksi; 
e. pengumuman hasil seleksi; dan
f. pengangkatan menjadi PPPK.
Proses   pengadaan   calon   PPPK   dilakukan   pada   tahun
anggaran berjalan setelah ada penetapan kebutuhan.

Pasal 11
Penerimaan   calon   PPPK   dilaksanakan   oleh   Instansi
Pemerintah   melalui   penilaian   secara   obyektif   berdasarkan
kompetensi,   kualifikasi,   kebutuhan,   dan   persyaratan   lain
yang dibutuhkan dalam jabatan.
Paragraf 2
Perencanaan Pengadaan
Pasal 12
Perencanaan pengadaan PPPK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal   10   ayat   (2)   huruf   a   dilakukan   oleh  Pejabat   Pembina
Kepegawaian  setelah   kebutuhan   PPPK   ditetapkan   oleh
Menteri.
Pasal 13
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengangkat Pegawai
nonPNS sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan. 
Paragraf 3
Pengumuman Lowongan

­ 6 ­

Pasal 14
(1)  
Pengumuman   lowongan   sebagaimana   dimaksud
dalam Pasal  10 ayat (2) huruf b dilakukan oleh  Pejabat
Pembina   Kepegawaian  kepada   masyarakat   luas   melalui
media cetak dan elektronik
(2)
Pengumuman   lowongan   jabatan   dilakukan   paling
lambat   15   (lima   belas)   hari   kalender   sebelum   tanggal
penerimaan lamaran.
(3)
Dalam   pengumuman   lowongan   sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), paling sedikit memuat:
a. jumlah dan jenis jabatan yang lowong;
b. kualifikasi, kompetensi, dan deskripsi tugas setiap 
jabatan yang lowong;
c. syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar;
d. alamat dan tempat lamaran ditujukan; 
e. cara menyampaikan lamaran; dan
f. batas waktu pengajuan lamaran.
Paragraf 4
Pelamaran
Pasal 15
(1) Setiap   pelamar   PPPK   yang   mengajukan   pelamaran
sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   10   ayat   (2)   huruf   c
harus memenuhi persyaratan administrasi.
(2) Persyaratan   administrasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat
(1) meliputi:
a. warga negara Indonesia;
b. berusia  paling   rendah  19  (sembilan  belas)   tahun pada
saat melamar;
c.
tidak   pernah  dipidana   dengan   pidana  penjara   atau
pidana  kurungan   karena   melakukan   suatu   tindak
pidana   kejahatan  jabatan,   tindak   pidana   yang   ada
hubungannya dengan jabatan, dan/atau tindak pidana
umum;
d. tidak   pernah   diberhentikan   dengan   hormat   tidak   atas
permintaan   sendiri   atau   tidak   dengan   hormat   sebagai
PNS, atau diberhentikan   tidak dengan hormat sebagai
pegawai swasta;
e.
mempunyai  pendidikan   formal,   kecakapan,   keahlian,
dan keterampilan sesuai dengan jabatan yang dilamar;
f.
tidak menjadi anggota/pengurus partai politik dan/atau
terlibat politik praktis;
g.
sehat jasmani dan  rohani; dan
h. syarat lain yang diperlukan sesuai dengan jabatan.
Paragraf 5

­ 7 ­
Seleksi

(1)

(2)

(3)

Pasal 16
Pelamar PPPK yang memenuhi persyaratan administrasi
sebagaimana   dimaksud   dalam  Pasal   15  berhak
mengikuti   seleksi   sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal
10 ayat (2) huruf d.
Seleksi  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat  (1)
dilaksanakan   oleh   tim   seleksi   yang   dibentuk   oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian.
Seleksi  sebagaimana dimaksud pada ayat (2)  dilakukan
oleh Instansi Pemerintah berdasarkan prinsip merit.

Pasal 17
Calon  PPPK   untuk   mengisi   jabatan   pelaksana,   fungsional
keterampilan   pemula,   fungsional   ahli   pertama,   dan
fungsional   ahli   muda   harus   mengikuti   seleksi  yang  terdiri
atas:
a. tes   kompetensi   dasar   yang   terdiri   atas  tes   wawasan
kebangsaan, tes karakter pribadi, dan tes intelegensia;
b. tes kompetensi bidang; dan
c. wawancara.
Pasal 18
(1) Seleksi   calon   PPPK   untuk   mengisi   Jabatan  fungsional
jenjang ahli Madya dan ahli Utama, dilakukan melalui:
a. penilaian   atas   sertifikasi   kompetensi   yang   dimiliki;
atau 
b. penilaian keahlian calon;
yang dilakukan oleh tim penilai Instansi Pemerintah.
(2) Instansi  Pemerintah  pembina   jabatan   fungsional
menetapkan kriteria, syarat, prosedur,  dan pengawasan
penilaian keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan mengenai tata cara penetapan kriteria, syarat,
prosedur, dan pengawasan  sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
 
Pasal 19
Seleksi calon PPPK untuk mengisi Jabatan Pimpinan Tinggi
Utama   dan  Madya   dari  kalangan  bukan   PNS  dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.
Pasal 20

­ 8 ­
(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Materi tes kompetensi dasar sebagaimana dimaksud
dalam   Pasal   17   huruf   a  disusun   mengikuti  pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri.
Pengolahan hasil tes kompetensi dasar sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (1)   dilakukan   oleh   Instansi
Pemerintah   dengan   mengacu   pada   Peraturan   Menteri
yang mengatur mengenai pengadaan PPPK.
Materi  tes  kompetensi  bidang  sebagaimana
dimaksud   dalam   Pasal   17   huruf   b  ditetapkan   oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan materi yang
disusun oleh instansi pembina jabatan fungsional.
Dalam   hal   instansi   pembina   jabatan   fungsional
belum dapat menyusun materi  tes  kompetensi  bidang,
penyusunannya   dilakukan   oleh  Pejabat   Pembina
Kepegawaian.
Materi   tes   kompetensi   bidang   untuk   jabatan
pelaksana disusun oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.

Paragraf 6
Pengumuman Hasil Seleksi
Pasal 21
(1)
Pejabat   Pembina   Kepegawaian  menetapkan   dan
mengumumkan   pelamar  PPPK  yang   dinyatakan   lulus
seleksi.
(2)
Kelulusan seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditentukan berdasarkan nilai ambang batas kelulusan
yang ditetapkan oleh Menteri.
Paragraf 7
Pengangkatan PPPK
Pasal 22
(1)
Pelamar  PPPK  yang   dinyatakan   lulus  seleksi
sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   21  wajib
menyerahkan   kelengkapan   administrasi   kepada  Pejabat
Yang   Berwenang   untuk   ditetapkan   pengangkatannya
sebagai PPPK.
(2)
Pejabat   Yang   Berwenang
 menyampaikan
kelengkapan   administrasi   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat (1) kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk
dimasukkan dalam sistem informasi ASN.
(3)
Calon PPPK yang datanya sudah dimasukkan dalam
sistem   informasi   kepegawaian   ASN   sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diberikan nomor induk PPPK.

­ 9 ­
(4)

Calon PPPK yang sudah mendapatkan nomor induk
PPPK  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3),   diangkat
sebagai PPPK pada tingkat jabatan yang dilamar.
(5)
Pengangkatan   PPPK   pada   jabatan   sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (4),   ditetapkan   dengan   keputusan
Pejabat Pembina Kepegawaian.
(6)
Pejabat Pembina Kepegawaian wajib menyampaikan
tembusan Keputusan pengangkatan PPPK  kepada Kepala
Badan Kepegawaian Negara.
Pasal 23
(1)
PPPK   yang   telah   diangkat  sebagaimana   dimaksud
dalam   Pasal   22  wajib   menandatangani   perjanjian   kerja
dengan Pejabat Pembina Kepegawaian.
(2)
Perjanjian   kerja   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat
(1)   dilakukan   dalam   tahun   anggaran   berjalan   dan
penetapan berlakunya tidak berlaku surut.
(3)
Masa perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat   (2)   paling   singkat   1   (satu)   tahun   dan   dapat
diperpanjang   sesuai   kebutuhan   dan   berdasarkan
penilaian kinerja.
(4)
Dalam   hal   perjanjian   kerja   PPPK   diperpanjang
sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3),  Pejabat   Pembina
Kepegawaian  wajib   menyampaikan   tembusan   surat
keputusan  perpanjangan perjanjian kerja  kepada  Kepala
Badan   Kepegawaian   Negara  untuk   pemutakhiran   data
dalam sistem informasi ASN.

(1)
(2)

Pasal 24
PPPK   tidak   dapat   diangkat   secara   otomatis   menjadi
calon PNS.
Untuk   diangkat   menjadi  calon   PNS,   PPPK   harus
mengikuti semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi
calon  PNS  sesuai   dengan   ketentuan  peraturan
perundang­undangan.
Bagian Kelima
Penilaian Kinerja

Pasal 25
Penilaian   kinerja   PPPK   bertujuan   menjamin   objektivitas
prestasi kerja yang sudah disepakati berdasarkan perjanjian
kerja   antara   Pejabat   Pembina   Kepegawaian  dengan  PPPK
yang bersangkutan.
Pasal 26

­ 10 ­
(1) Penilaian   kinerja   PPPK   sebagaimana   dimaksud   dalam

Pasal 25  dilakukan berdasarkan perjanjian kerja  dengan
memperhatikan   target,   capaian,   hasil,   manfaat   yang
dicapai, dan perilaku PPPK.
(2) Penilaian   kinerja   PPPK   dilaksanakan   sesuai   dengan
ketentuan peraturan perundang­undangan.

Pasal 27
(1) Penilaian   kinerja   PPPK   sebagaimana   dimaksud   dalam
Pasal  26,   dilakukan   secara   obyektif,   terukur,   akuntabel,
partisipatif, dan transparan. 
(2) Penilaian   kinerja   PPPK  dilakukan   pada  akhir   tahun  dan
dievaluasi setiap 6 (enam) bulan.
Pasal 28
Penilaian kinerja PPPK berada di bawah kewenangan Pejabat
Yang Berwenang pada setiap Instansi Pemerintah.
Pasal 29
Penilaian   kinerja   PPPK   didelegasikan   secara   berjenjang
kepada atasan langsung dari PPPK.

Pasal 30
Hasil penilaian kinerja PPPK  sebagaimana dimaksud dalam
Pasal   26  digunakan   sebagai   bahan   pertimbangan   untuk
perpanjangan   perjanjian   kerja,   pemberian   tunjangan,   dan
pengembangan kompetensi yang obyektif.

Bagian Keenam
Hak dan Kewajiban
Pasal 31
PPPK berhak memperoleh:
a. gaji dan tunjangan;
b. cuti;
c. perlindungan; dan
d. pengembangan kompetensi.
Pasal 32
PPPK wajib:
a. setia   dan   taat   pada   Pancasila,   Undang­Undang   Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah; 

­ 11 ­
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; 
c. melaksanakan   kebijakan   yang   dirumuskan   pejabat
pemerintah yang berwenang; 
d. menaati ketentuan peraturan perundang­undangan; 
e. melaksanakan   tugas   kedinasan   dengan   penuh
pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; 
f. menunjukkan   integritas   dan   keteladanan   dalam   sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik
di dalam maupun di luar kedinasan; 
g. menyimpan   rahasia   jabatan   dan   hanya   dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang­undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. 
Bagian Ketujuh
Penggajian dan Tunjangan

(1)
(2)

(3)

(4)

(5)

(1)

(2)

Pasal 33
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak
kepada PPPK.
Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan
resiko pekerjaan.
Gaji   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
dibebankan   pada   anggaran   pendapatan   dan   belanja
negara   untuk   PPPK   di   Instansi   Pusat   dan   anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk PPPK di Instansi
Daerah. 
Selain   gaji   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1),
PPPK   dapat   menerima   tunjangan   sesuai   dengan
ketentuan peraturan perundang­undangan.
Gaji   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
dibayarkan   sesuai   dengan   ketentuan   peraturan
perundang­undangan 
Pasal 34
Gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dibayarkan
terhitung   mulai   tanggal   yang   bersangkutan   secara
nyata   melaksanakan   tugas   yang   dinyatakan   dengan
surat   pernyataan   oleh   Pejabat   Yang   Berwenang   atau
pejabat yang ditunjuk.
Dalam hal penempatan PPPK diluar domisilinya, PPPK
terhitung melaksanakan tugas sejak yang bersangkutan
berangkat   menuju   tempat   tugas   yang   dibuktikan
dengan   surat   perintah   perjalanan   dari   Pejabat   Yang
Berwenang menugaskan.

­ 12 ­

Bagian Kedelapan
Pengembangan Kompetensi
Pasal 35
(1) PPPK   diberikan   kesempatan   untuk  mengembangkan
kompetensi. 
(2) Kesempatan   untuk
 mengembangkan   kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direncanakan setiap
tahun oleh Instansi Pemerintah.
(3) Pengembangan   kompetensi   sebagaimana   dimaksud  pada
ayat   (1)   harus   dievaluasi   oleh   Pejabat   Yang   Berwenang
dan   dipergunakan   sebagai   salah   satu  dasar   untuk
perjanjian kerja selanjutnya. 

(1)

(2)

(3)

Pasal 36
Pengembangan   kompetensi   bagi   PPPK   dapat
dilakukan   melalui   pendidikan   dan   pelatihan,   seminar,
kursus, dan penataran.
Pelaksanaan
 
pengembangan
 
kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling
lama 5 (lima hari) dalam 1 (satu) tahun masa perjanjian
kerja.
Dalam   hal   perjanjian   kerja   diperpanjang,
pelaksanaan   pengembangan   kompetensi   sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan paling lama 10
(sepuluh) hari tiap tahun.
Bagian Kesembilan
Pemberian Penghargaan 

Pasal 37
(1)
PPPK   yang   telah   menunjukkan   kesetiaan,
pengabdian,   kecakapan,   kejujuran,   kedisiplinan,  dan
prestasi   kerja   dalam   melaksanakan   tugasnya  dapat
diberikan penghargaan. 
(2)
Penghargaan  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
dapat berupa pemberian: 
a. tanda kehormatan;
b. kesempatan   prioritas   untuk   pengembangan
kompetensi; dan/atau
c. kesempatan   menghadiri   acara   resmi   dan/atau   acara
kenegaraan.

­ 13 ­
(3)

Pemberian   penghargaan   sebagaimana   dimaksud
pada   ayat   (2)   diberikan   sesuai   dengan   ketentuan
peraturan perundang­undangan.
(4)
PPPK   yang   dijatuhi   sanksi   administratif   tingkat
berat berupa pemutusan hubungan perjanjian kerja tidak
dengan   hormat   dicabut   haknya   untuk   memakai   tanda
kehormatan   sesuai   dengan   ketentuan  peraturan
perundang­undangan. 

Bagian Kesepuluh
Disiplin
Pasal 38
(1) Untuk   menjamin   terpeliharanya   tata   tertib   dalam
kelancaran  pelaksanaan   tugas,   PPPK   wajib  mematuhi
disiplin PPPK. 
(2) Instansi   Pemerintah   wajib   melaksanakan   penegakan
disiplin   terhadap   PPPK   serta   melaksanakan   berbagai
upaya peningkatan disiplin.
(3) PPPK   yang   melakukan   pelanggaran   disiplin   dijatuhi
hukuman disiplin.
(4) Disiplin   PPPK   diatur   lebih   lanjut   oleh  Pejabat   Pembina
Kepegawaian setiap Instansi Pemerintah.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi disiplin
bagi PPPK diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kesebelas
Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja

(1)

Pasal 39
Pemutusan   hubungan   perjanjian   kerja   PPPK
dilakukan dengan hormat karena: 
a. jangka waktu perjanjian kerja berakhir;
b. meninggal dunia;
c. atas permintaan sendiri;
d. perampingan  organisasi  atau   kebijakan   pemerintah
yang mengakibatkan pengurangan PPPK; atau 
e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak
dapat   menjalankan   tugas   dan   kewajiban  sesuai
perjanjian kerja yang disepakati. 

­ 14 ­

(2)

(3)

Pemutusan   hubungan   perjanjian   kerja   PPPK
dilakukan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
karena: 
a. dihukum   penjara   berdasarkan   putusan  pengadilan
yang   telah  memperoleh   kekuatan  hukum   tetap
karena   melakukan   tindak   pidana  dengan   pidana
penjara   paling   singkat   2   (dua)  tahun   dan   tindak
pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana; 
b. melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat  berat;
atau
c. tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati
sesuai dengan perjanjian kerja. 
Pemutusan   hubungan   perjanjian   kerja   PPPK
dilakukan tidak dengan hormat karena: 
a. melakukan   penyelewengan   terhadap   Pancasila  dan
Undang­Undang   Dasar   Negara   Republik  Indonesia
Tahun 1945; 
b. dihukum   penjara   atau   kurungan   berdasarkan
putusan   pengadilan   yang   telah   memiliki  kekuatan
14okum   tetap   karena   melakukan   tindak  pidana
kejahatan   jabatan   atau   tindak   pidana  kejahatan
yang   ada   hubungannya   dengan  jabatan   dan/atau
pidana umum; 
c. menjadi   anggota   dan/atau   pengurus   partai  politik;
atau 
d. dihukum  penjara   berdasarkan   putusan  pengadilan
yang  telah memiliki  kekuatan hukum  tetap karena
melakukan   tindak   pidana   yang  diancam  dengan
pidana   penjara   paling   singkat  2   (dua)   tahun   atau
lebih dan tindak pidana  tersebut dilakukan dengan
berencana. 

Pasal 40
(1)
Pemutusan   hubungan   kerja   PPPK   sebagaimana
dimaksud   dalam   Pasal   39   ditetapkan  Pejabat   Pembina
Kepegawaian.
(2)
Pejabat Pembina Kepegawaian wajib menyampaikan
tembusan   surat   keputusan  pemutusan   hubungan   kerja
PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala
Badan   Kepegawaian   Negara  untuk   dihapuskan   datanya
dalam sistem informasi ASN.

(1)

Pasal 41
Pelanggaran   disiplin   berat   sebagaimana   dimaksud
dalam Pasal 39 ayat (2) huruf b sebagai berikut:

­ 15 ­

(2)

a. tidak   masuk   kerja   tanpa   alasan   yang   sah   selama
paling   sedikit   6   (enam)   hari   kerja   dalam   1   (satu)
tahun dihitung secara kumulatif.
b. tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah berturut­
turut selama 3 (tiga) hari kerja.
Tahapan   pemutusan   hubungan   perjanjian   kerja
karena   pelanggaran   disiplin   berat   sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa:
a. surat   Peringatan   Pertama   diberikan   apabila   tidak
masuk kerja selama 2 (dua) hari pertama;
b. surat   Peringatan   Kedua   diberikan   apabila   tidak
masuk kerja selama 2 (dua) hari kedua; dan
c. pemutusan hubungan kerja diberikan apabila tidak
masuk kerja selama 2 (dua) hari ketiga.

Bagian Kedua belas
Perlindungan

(1)

(2)

(3)

Pasal 42
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
a. jaminan hari tua;
b. jaminan kesehatan;
c. jaminan kecelakaan kerja;
d. jaminan kematian; dan
e. bantuan hukum.
Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf   a,   huruf   b,   huruf   c,   dan   huruf   d   dilaksanakan
sesuai dengan sistem jaminan sosial nasional.
Bantuan  hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)   huruf   e,   berupa  pemberian   bantuan  hukum   dalam
perkara   yang   dihadapi   di   pengadilan   terkait
pelaksanaan tugasnya.
BAB V
PENGAWASAN 

Pasal 43
(1)
Menteri   melakukan   pengawasan   terhadap
pelaksanaan Manajemen PPPK.
(2)
KASN   melakukan   penelusuran   data   dan   informasi
terhadap pelaksanaan sistem merit dalam kebijakan dan
Manajemen PPPK.
(3)
Hasil penelusuran data dan informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Menteri.

­ 16 ­

BAB VI
KETENTUAN LAIN LAIN
Pasal 44
Ketentuan   mengenai   teknis   pelaksanaan  Manajemen   PPPK
dalam Peraturan Pemerintah diatur dengan Peraturan Kepala
Badan Kepegawaian Negara.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 45
Pegawai nonPNS  yang telah diangkat  oleh  Pejabat Pembina
Kepegawaian  atau   pejabat   lainnya   sebelum   ditetapkannya
Peraturan Pemerintah ini harus diberhentikan paling lambat
3 (tiga) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 46
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, peraturan
perundang­undangan   yang   mengatur   mengenai  Pegawai
nonPNS   yang   bekerja   di   lingkungan   instansi   pemerintah
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 
Pasal 47
Pada   saat   Peraturan   Pemerintah   ini  mulai   berlaku,   sistem
manajemen   sumber   daya   manusia   yang   dibentuk   atas
perintah   Undang­Undang   di   luar   ketentuan   Undang­Undang
Nomor   5   Tahun   2014   tentang  Aparatur   Sipil   Negara  (Lembaran
Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2014   Nomor   6,   Tambahan
Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Nomor   5494),   dinyatakan
tetap berlaku.

Pasal 48
Peraturan   Pemerintah   ini   mulai  berlaku   pada   tanggal
diundangkan.
Agar   setiap   orang   mengetahuinya,   memerintahkan
pengundangan   Peraturan   Pemerintah   ini   dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

­ 17 ­
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA

  

    AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR …

RANCANGAN 
PENJELASAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN …
MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
I. UMUM
Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN.  Pegawai
ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan  publik,  tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik
dilakukan   dengan   memberikan   pelayanan   atas  barang,   jasa,   dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan Pegawai ASN.
Pegawai  ASN   terdiri   dari   PNS   dan   PPPK.   PPPK   adalah   warga   negara
indonesia   yang   memenuhi   syarat   tertentu   yang   diangkat   berdasarkan
perjanjian   kerja   dalam   jangka   waktu   tertentu   dalam   rangka
melaksanakan tugas pemerintah.
Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas  pemerintahan,
dan   tugas   pembangunan   tertentu,  PPPK  harus  memiliki   profesi   dan
Manajemen PPPK yang berdasarkan pada Sistem Merit atau perbandingan
antara kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dibutuhkan oleh jabatan
dengan   kualifikasi,   kompetensi,   dan  kinerja   yang   dimiliki   oleh   calon
dalam   rekrutmen,   pengangkatan,dan  penempatan  sejalan   dengan   tata
kelola pemerintahan yang baik.
Manajemen   PPPK   perlu   diatur   secara   menyeluruh   dengan   menerapkan
norma,   standar,   dan   prosedur.   Manajemen   PPPK   meliputi  penetapan
kebutuhan,   pengadaan,   penilaian   kinerja,  hak   dan   kewajiban,  gaji
dantunjangan,   pengembangan   kompetensi,   pemberian   penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.
Ruang   lingkup   peraturan   pemerintah   ini   meliputi   kriteria   dan   jabatan
PPPK,   penetapan   kebutuhan,  pengadaan,   penilaian   kinerja,  penggajian
dantunjangan,   pengembangan   kompetensi,   pemberian   penghargaan,
disiplin,  hak dan kewajiban,  pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan
perlindungan.
II.

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.

­ 19 ­

Ayat (2)
Yang   dimaksud  dengan  “hukum   publik”   adalah   hukum
administrasi negara.

Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1) 
Huruf a
Yang dimaksud dengan “keahlian dan keterampilan
tertentu”   adalah   keahlian   dan   keterampilan   yang
dibuktikan   dengan   sertifikasi   keahlian   dan
keterampilan. 
Jabatan   yang   dimaksud   ini   antara   lain   jabatan
fungsional   tertentu   dan   jabatan   pelaksana   yang
membutuhkan keahlian dan keterampilan tertentu. 
Huruf b
Peningkatan   kapasitas   organisasi   adalah
kemampuan   manajerial   yang   dibutuhkan   untuk
melakukan   perubahan   dan   pengembangan
organisasi   dalam   rangka     peningkatan   kinerja
pemerintahan  dan pembangunan.
Ayat (2) 
Jabatan yang harus diduduki oleh PNS antara lain jabatan
fungsional Agen, jabatan fungsional Sandiman, jaksa, dan
Pengelola Keuangan Negara.
Ayat (3) 
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9

­ 20 ­
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Yang   dimaksud   dengan   “pada   setiap   jenjang   jabatan”   adalah
pengisian   PPPK   yang   bersifat  multi   entry  dari   jenjang   jabatan
pertama, menengah, dan atas.
Ayat (2)
Yang   dimaksud   dengan  “calon   PPPK”  adalah   seseorang   yang
melamar PPPK.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 11
Yang dimaksud dengan “jabatan”  adalah jabatan yang ditetapkan
dalam Peraturan Presiden mengenai jenis jabatan yang dapat diisi
oleh PPPK.
Pasal 12
Yang   dimaksud   dengan  “kebutuhan   PPPK   yang   ditetapkan   oleh
Menteri”  adalah   jumlah   dan   jenis   jabatan   yang   dibutuhkan   oleh
masing­masing instansi.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20

­ 21 ­
Cukup jelas.

Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Nilai   ambang   batas   kelulusan   hanya   diberlakukan   pada   Tes
Kemampuan Dasar.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Penyampaian tembusan surat keputusan pengangkatan  kepada
Kepala   Badan   Kepegawaian   Negara   dimaksudkan   untuk
membangun data kepegawaian PPPK secara nasional.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Penyampaian   tembusan   surat   keputusan   perpanjangan
perjanjian kerja  kepada  Kepala  Badan Kepegawaian Negara

­ 22 ­
dimaksudkan   untuk   membangun   data   kepegawaian   PPPK
secara nasional.

Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Penilaian kinerja PPPK dilakukan di tingkat individu,  di  tingkat
unit, atau di tingkat organisasi. 
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penilaian   kinerja   PPPK   dilakukan   untuk   kinerja   PPPK   mulai
bulan Januari sampai dengan Desember.
Evaluasi   setiap   6   (enam)   bulan   dimaksudkan   untuk
meningkatkan kinerja. 
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.

­ 23 ­

Pasal 37
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penyampaian tembusan surat keputusan pemutusan hubungan
kerja  kepada  Kepala Badan Kepegawaian Negara dimaksudkan
untuk membangun data kepegawaian PPPK secara nasional.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...