Kedudukan Perjanjian Internasional dalam Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia: Studi Kasus Judicial Review UU Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of the ASEAN.

KEDUDUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL DALAM SISTEM
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA: STUDI KASUS JUDICIAL REVIEW UNDANG-UNDANG
NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE
ASEAN
Rakhmat Wirawan
110110080297

Selama 55 tahun sejak merdeka pada tahun 1945, praktik perjanjian
internasional di Indonesia hanya bergerak berdasarkan konvensi
ketatanegaraan saja. Baru sejak kemunculan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, Indonesia memiliki landasan
hukum yang pasti tentang praktik perjanjian internasional di Indonesia.
Namun sampai saat ini, aturan-aturan tersebut belum memberikan warna
yang terang mengenai kedudukan perjanjian internasional di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan perjanjian
internasional di Indonesia sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
33/PUU-IX/2011 keluar serta mengetahui dampak Putusan MK tersebut
terhadap kedudukan perjanjian internasional di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat yuridisnormatif yaitu usaha untuk menemukan dan memahami fakta-fakta yang
ada (das sollen) dan dikaitkan dengan sumber-sumber hukum yang

mengatur fenomena tersebut(das sein), dengan menggunakan data-data
sekunder sebagai bahan penelitian yang terdiri dari bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder serta bahan hukum tersier.
Setelah Penulis melakukan penelitian terhadap kedudukan perjanjian
internasional di Indonesia, Penulis menemukan fakta bahwa sebelum
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 33/PUU-IX/2011 keluar, perjanjian
internasional terletak diluar tatanan ketentuan perundang-undangan
Indonesia. Status monisme terlekat pada perjanjian internasional.
Keputusan Mahkamah Konstitusi yang menerima permohonan judcial
review para Pemohon telah menggeser letak perjanjian internasional
menjadi bagian dari tatanan peraturan perundang-undangan Indonesia
sehingga telah mengubah status perjanjian internasional di Indonesia
menjadi dualisme.

iv

THE POSITION OF TREATY UNDER INDONESIAN LEGAL SYSTEM:
CASE STUDY THE JUDICIAL REVIEW OVER LAW NUMBER 38 YEAR
2008 OF THE RATIFICATION OF THE CHARTER OF THE ASEAN
Rakhmat Wirawan

110110080297

Along 55 years since the independence day at 1945, the practice of
treaty in Indonesia was just based on constitutional practice. Only untill the
establishment of Law Number 24 of 2000 concerning treaty, Indonesia had
a legal basis about how treaty being placed in Indonesia, however untill
now, those rules had not given a clear perspective about the position of
treaty in Indonesia. This research has a purpose to know the position of
treaty before Constitutional Court’s Judgement Number 33/PUU-IX/2011
and also to know the impact of that judgement to the position of treaty in
Indonesia.
This research used a juridicial-normative method, an effort to find and
understand the facts and compare it with the law source that regulate it,
using the secondary data, which are based on legal primary material, legal
secondary material and also legal tertiary material.
After Author finished the research about the position of treaty in
Indonesia, Author discover that before The Constitutional Court
Judgement Number 33/PUU-IX/2011, the position of treaty was outside
the Indonesian legal system. A monism status was adhered to treaty.
Constitutional Court’s decision to accept this judicial review case had

shifted the position of treaty to become a part of Indonesian legal system.
A dualism status had now been the status of treaty in Indonesia.

v