PENGARUH PROFIL CALON KEPALA DAERAH TERHADAP PERSEPSI KEPEMIMPINAN (Survei Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten) - FISIP Untirta Repository

  

PENGARUH PROFIL CALON KEPALA

DAERAH TERHADAP PERSEPSI

KEPEMIMPINAN

(Survei Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi

Banten)

  

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik

  

Program Studi Ilmu Komunikasi

  Oleh : SITI NURFAIZAH NIM. 6662121091

  

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BANTEN

2016

PERNYATAAN ORISINALITAS

  Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : SITI NURFAIZAH NIM : 6662121091 Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Agustus 1994 Program Studi : Ilmu Komunikasi Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH PROFIL CALON KEPALA DAERAH TERHADAP PERSEPSI KEPEMIMPINAN (Survei Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten) adalah hasil karya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

  Serang, 1 Februari 2017 Siti Nurfaizah PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PERSETUJUAN

  NAMA : SITI NURFAIZAH NIM : 6662121091 JUDUL : PENGARUH PROFIL CALON KEPALA DAERAH TERHADAP

  PERSEPSI KEPEMIMPINAN (Survei Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten)

  Serang, 1 Februari 2017 Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Diujikan

  Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II

  

Ikhsan Ahmad, S. IP, M. Si Darwis Sagita, M.I.Kom

Nip. 197312222003121001 Nip. 1978305132008121002

  Mengetahui, Dekan FISIP Untirta

  

Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si Nip. 197108242005011002 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

  NAMA : SITI NURFAIZAH NIM : 6662121091 JUDUL : PENGARUH PROFIL CALON KEPALA DAERAH TERHADAP

  PERSEPSI KEPEMIMPINAN (Survei Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten)

  Telah diuji dihadapan dewan penguji sidang skripsi di serang, tanggal 20 bulan Februari tahun 2017 dan dinyatakan LULUS

  Serang, 20 Februari 2017 Ketua Penguji

  Puspita Asri Praceka, S.Sos, M.Ikom Nip. 198407132008122002 ANGGOTA : Ari Pandu Witantra, M.I.Kom Nip. 198204222006041002 Anggota : Darwis Sagita, M.I.Kom Nip. 198305162008121002

  Mengetahui, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi

  Dekan FISIP Untirta

  Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si Dr. Rahmi Winangsih, M.Si

Nip. 197108242005011002 Nip. 196810192005012001

  Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil, Ni’mal Maula

Wa Ni’man Nashir

“Cukuplah Allah menjadi Penolong bagi kami dan

  

Allah adalah sebaik-baik Pelindung”

Bismillah, Skripsi ini ku persembahkan dengan segalah hormat dan cinta kasih kepada keluarga ku, ayah, ibu serta adik-adik ku yang telah menjadi sumber motivasi dan inspirasi tehebat. thank’s for everything you gave and Love you as always *

  

ABSTRAK

Siti Nurfaizah. NIM. 6662121091. Skripsi. PENGARUH PROFIL CALON

KEPALA DAERAH TERHADAP PERSEPSI KEPEMIMPINAN (Survei

Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten) . Pembimbing I: Iksan Ahmad, S. Ip, M.Si dan Pembimbing II: Darwis Sagita, M.I.Kom

  Mekanisme demokratis yang lebih luas dalam konteks implementasi kedaulatan rakyat adalah pelaksanaan pemilihan umum, baik Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden maupun Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pemilikada). Partai politik merupakan salah satu jalur pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah Hal ini ditegaskan dalam UU No. 8 tahun 2015 pasal 1 ayat (4). Partai politik juga sebagai sarana komunikasi politik berperan sebagai penyalur aneka pendapat dan aspirasi masyarakat yang beragam kemudian mengaturnya sedemikian rupa serta menampung dan menggabungkan pendapat dan aspirasi tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh seleksi calon kepala daerah oleh partai politik terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat pemilih Provinsi Banten. Teori S-O-R (stimulus-organism-response. Model S-O-R ini menjelaskan bahwa proses komunikasi akan memunculkan persepsi dengan respon positif atau negatif. Organi.sme menghasilkan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Maka unsur-unsur dari teori ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organisme), efek (response). Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode yang digunakan adalah survei, dengan menggunakan teknik dimana peneliti mengambil sampel dari

  stratified proporsional random sampling jumlah masyarakat pemilih di Provinsai Banten dengan taraf kesalahan 10%.

  Peneliti menunjukan hipotesis bahwa terdapat pengaruh antara variable seleksi calon kepala daerah terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat pemilih Provinsi Banten sebesar 0.741 yang berarti bahwa hubungan antara kedua variable bernilai Kuat. Dengan hasil koefisien determinasi sebesar 54,9 % menandakan bahwa persepsi kepemimpinan dipengaruhi oleh seleksi calon kepala daerah oleh partai politik, sementara sisanya sebesar 45,1% dipengaruhi oleh faktor lain.

  Kata Kunci : Kepala Daerah, Kepemimpinan, Persepsi, Profil

  

ABSTRACT

Siti Nurfaizah. NIM. 6662121091. Research Paper. THE EFFECT OF

REGIONAL HEAD CANDIDATE PROFILE TO THE PERCEPTION OF

LEADERSHIP (Survey of Community Voters in Banten). Supervisor I: Iksan

Ahmad, S. IP, M.Si and Supervisor II: Darwis Sagita, M.I.kom.

  

Broader democratic mechanisms in the context of the implementation of the

people's sovereignty is scheduled for the election, both President and Vice

President as well as Direct Election of Regional Head. A political party is one of

the lines the nomination and the deputy regional head This is confirmed in the

Law No. 8 2015 article 1, paragraph (4). Political parties as well as a means of

political communication role as distributor of various opinions and aspirations of

diverse communities and then arrange it in such a way and to accommodate and

incorporate the opinions and aspirations. This study was conducted to determine

how much influence the selection of candidates for regional heads of political

parties on the perception of leadership in the community voter Banten Province.

Theory SOR (stimulus-organism-response. Model SOR explains that the

communication will bring the perception of the response is positive or negative.

The organism produces a specific behavior if there is some stimulus anyway. So

the elements of this theory is the message (stimulus), communicant ( organisms),

effects (response). the approach in this study is quantitative. the method used was

a survey, using stratified proportional random sampling where researchers took

samples of the number of voters in the province of Banten with a standard error of

10%. the researchers showed the hypothesis that there the influence of variable

selection of candidates for the regional head of the voting public perception of

leadership in Banten province by 0741, which means that the relationship

between the two variables is worth Powerful. With the results of the coefficient of

determination of 54.9% indicates that the perception of leadership is influenced

by the selection of candidates for regional heads of political parties, while the

balance of 45.1% is influenced by other factors.

  Keywords: Regional Head, Leadership, Perception, Profile

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia yang tidak terhingga sehingga skripsi berjudul “PENGARUH SELEKSI CALON KEPALA DAERAH OLEH PARTAI POLITIK TERHADAP PERSEPSI KEPEMIMPINAN (Survei Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten)

  ” bisa tertuntaskan dengan baik. Juga shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang menjadi insiprasi dan pembuka gerbang cahaya bagi umatnya hingga akhir zaman.

  Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. Dalam penyusunannya, peneliti banyak menemukan kendala dan kesulitan, namun berkat niat dan usaha yang sungguh- sungguh serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini akan jauh lebih sulit dari yang dijalankan. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang setulusnya kepada :

  1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Suryatin dan ibunda Siti Nurhasaniah. Terima kasih atas doa tulus yang tiada henti diberikan, perhatian dan cinta yang senantiasa menjadi kekuatan terbesar bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

  2. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  3. Bapak Dr. Agus Sjafari M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Bapak Darwis Sagita, M.Ikom. selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga Selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran menghadapi penulis, meluangkan waktu, memberi masukan, arahan, dan dukungan penuh kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini

  6. Bapak Iksan Ahmad, S. IP, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang juga dengan penuh kesabaran menghadapi penulis serta meluangkan waktu, masukan, dan nasehat kepada penulis selama proses penyusunan tugas akhir ini.

  7. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos, M.Pd. yang telah menguji skripsi peneliti dan memberi banyak masukan yang sangat berguna.

  8. Bapak Ari Pandu Witantra, M.I.Kom. yang telah menguji skripsi peneliti dan memberi banyak masukan yang sangat berguna.

  9. Bapak Darwis Sagita, M.I.Kom. yang telah menguji skripsi peneliti dan memberi banyak masukan yang sangat berguna.

  10. Ibu Neka Fitriyah S.Sos.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  11. Dosen-dosen pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan ilmunya.

  12. Seluruh staff Program Studi Ilmu Komunikasi dan staff Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik yang telah membantu penulis dalam hal kelancaran proses skripsi.

  13. Terima kasih pula untuk adik-adik penulis: Ahmad Mukhlisin dan Putri A’mulia yang telah memberikan perhatian, semangat dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

  14. Sahabat-sahabat tercinta, Terima kasih untuk Egi Winadya, Yesi Afrianti, Eri Husna Permata, Nefi Lidya Maita, Della Krestianti Putri, Roviq Vidi Royansyah, Rydma Afrian, Ali Al Afgani, M. Chafiz Auni dan Galih Pradana Putra yang Alhamdulillah selalu bersedia menemani dan memberi semangat. Semoga persahabatan kita selalu dijaga dan terjaga silaturahminya oleh Allah SWT yang telah menyatukan kita,dan semoga hingga akhir hayat.

  15. Terkhusus untuk mamah Fathia dan papah Endang sekaligus ortu dari sahabat tercinta Egi Winadya yang turut memberi semangat dan dorongannya. Terimakasih atas segala waktu dan ilmu yang telah diberikan dengan penuh cinta.

  16. Teruntuk keluarga KSR PMI UPT Untirta, khususnya kakak-kakak senior Teh Asti, Ka Akbar, Ka Jaga, Ka Ojan, Ka Tomo, dan Ka Angga, terimakasih telah menjadi rumah sekaligus keluarga di kampus dan atas segala ilmu yang telah diberikan.

  17. Excellent Communication Society angkatan 2012, trimakasih untuk semua suka dan duka yang telah dilewati bersama. You guys such an !

  awesome family, I love you all

  Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak atas segala kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

  Serang, 1 Februari 2017

  Peneliti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1.1 Indonesia adalah Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi,

  yaitu suatu bentuk kekuasaan pemerintahan berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Hal tersebut dapat dikatakan kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi berada ditangan rakyat, rakyat memiliki hak, kewajiban, kesempatan, bebas berbicara, bebas mengungkapkan pendapat serta bebas berekspresi dan bebas berkarya tanpa harus dibatasi maupun dihalangi dan berhak mengemukakan pendapat dalam mengatur kebijakan pemerintahan yang berlaku dalam Negara.

  Dalam konteks implementasi kedaulatan rakyat, mekanisme demokratis yang lebih luas adalah pelaksanaan pemilihan umum, baik Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden maupun Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pemilikada). Pada penyelenggaraan Pemilu kaitannya dengan demokrasi adalah masyarakat bebas beraspirasi dalam kegiatan politik menggunakan hak politiknya untuk memilih atau menentukan pemimpinnya.

  Waktu pelaksanaan dan tujuan pemilihan diatur di dalam Pasal 22E ayat 1 dan

  2 UUD 1945, yang berbunyi:

  “(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. ***) 2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. ***).”

  Pemilu secara demokratis oleh rakyat Indonesia baru dapat terlaksana pada tahun 1999 atau tepatnya pemilu pertama setelah runtuhnya orde baru. Dibawah pemerintahan Presiden BJ Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik. Sedangkan pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni tahun 2005 yang langsung diikuti oleh 226 daerah meliputi 11 provinsi serta 215 kabupaten. Melalui pilkada, masyarakat sebagai pemilih berhak untuk memilih kepala daerah tempat tinggal secara langsung tanpa perantara sesuai dengan hati nurani.

  Melalui pemilihan kepala daerah secara langsung maka mayarakat bersikap aktif dalam pelaksanaan partisipasi politik. Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan-keputusan oleh pemerintah. Dalam pelaksanaan partisipasi politik masyarakat memerlukan adanya sarana politik yaitu partai politik.

  Partai Politik (Parpol) pasca reformasi 1998 memiliki kedudukan yang semakin penting dalam sistem politik Indonesia. Dari sisi rekrutmen jabatan-jabatan politik misalnya, hasil perubahan UUD 1945 tahun 1999-2002 mengamanatkan, setiap rekrutmen yang dilakukan untuk mengisi jabatan-jabatan politik dalam Pemerintahan (eksekutif), Perwakilan (legislatif), dan Peradilan (yudikatif), baik ditingkat Pusat maupun Daerah mekanismenya harus melalui partai politik.

  Partai politik merupakan salah satu jalur pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah Hal ini ditegaskan dalam UU No. 8 tahun 2015 pasal 1 ayat (4) bahwa “Pasangan calon diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten / Kota.” Amanat konstitusi ini menunjukan bahwa fungsi dan keberadaan partai politik menjadi sangat penting dalam relasi pengisian pos-pos kenegaraan melalui mekanisme politik yang demokratis.

  Pasal 6A Ayat 2 Perubahan Ketiga UUD 1945 menyatakan:

  “Pasangan calon

Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai

politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.“ Sedangkan

  Pasal 18 Ayat 4 Perubahan Kedua UUD 1945 menegaskan:

  “Gubernur, Bupati, dan

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan

kota dipilih secara demokratis.” Dalam konsiderans huruf d Undang-Undang Nomor

  2 Tahun 2008 tentang Partai Politik disebutkan bahwa

  “partai politik merupakan

  

sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi

  1 untuk menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggungjawab.”

  Mencermati ketentuan di atas dapat diketahui bahwa partai politik mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting dalam sistem demokrasi. Partai politik memainkan peran sebagai penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga Negara. Banyak kalangan berpendapat bahwa partai politiklah yang sebenarnya menentukan demokrasi. Artinya, semakin tinggi peran dan fingsi partai politik, akan semakin berkualitaslah demokrasi.

  Menurut Sigmund (dalam Miriam Budiardjo. 2001: 78) Partai Politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang akif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pada pemerintah dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan dari rakyat dengan

  2 kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

  Beberapa fungsi partai politik yang dirumuskan oleh Miriam Budiardjo yaitu rekrutmen politik, sosialisasi politik, komunikasi politik dan pengendalian konflik.

  Salah satu fungsi rekrutmen pada partai politik merupakan wadah seleksi kepemimpinan nasional dan daerah. Partai politik berperan dalam mempersiapkan calon-calon pemimpin dalam sistem politik dalam hal ini yaitu calon kepala daerah

1 Rully Chairul Azwar. Pengembangan SDM Partai Politik: Rekrutmen dan Kaderisasi di Partai

  

Golkar. Pokok-pokok pikiran disampaikan pada seminar nasional Pembaharuan Partai Politik" yang

diselenggarakan oleh PUSKAPOL FISIP UI, Jakarta, 18 September 2008. http://parlemen.net. Update pukul 08.00 tanggal 18 Mei 2011. Hal: 1 update: pukul 08.00 tanggal 18 Mei 2011 yang memiliki kapabilitas dan integritas yang bagus. Menurut Suharno “Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan-jabatan pada lembaga-lembaga politik termasuk partai politik dan administrasi atau birokrasi oleh orang-orang yang akan

  3 menjalankan kekuasaan politik”.

  Mekanisme rekrutmen politik yang dilakukan partai politik terdiri dari dua sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Pada rekrutmen sistem terbuka, partai politik berfungsi sebagai alat elit politik yang berkualitas untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Sehingga memberi kesempatan bagi masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit politiknya. Semua warga negara yang memenuhi syarat tertentu (seperti kemampuan, kecakapan, umur, keadaan fisik, dsb) mempunyai kesempatan yang sama untuk menduduki posisi-posisi yang ada dalam lembaga negara/pemerintah. Suasana kompetisi untuk mengisi jabatan biasanya cukup tinggi, sehingga orang-orang yang benar-benar sudah teruji saja yang akan berhasil keluar.

  Namun sebaliknya pada sistem rekrutmen tertutup, partai berkedudukan sebagai promotor elit politik yang ditampilkan. Cara ini kurang kompetitif karena menutup kemungkinan masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit politik yang sebagai pemenangnya biasanya menyangkut visinya tentang keadaan masyarakat atau yang di kenal sebagai platform politiknya serta nilai moral yang melekat dalam didirinya termasuk integritasnya.

  Kesempatan semua warga negara untuk menduduki posisi-posisi yang ada dalam lembaga negara/pemerintah hanya dinikmati oleh sekelompok kecil orang.

  Ujian oleh masyarakat terhadap kualitas serta integritas tokoh masyarakat biasanya

  4 sangat jarang dilakukan, kecuali oleh sekelompok kecil elit itu sendiri.

  Selain melalui proses seleksi partai politik, masyarakat harus bisa bersikap cerdas dalam memilih pemimpin. Bersikap cerdas artinya masyarakat menggunakan akal sehat dan nurani sehingga penilaiannya objektif tanpa dipengaruhi oleh faktor uang, hubungan kekerabatan, suku, daerah, agama, dll.

  Sebelum menentukan pilihan, sebaiknya pemilih mengenal dan mengetahui riwayat hidup calon dan partai politik yang mengusungnya. Pengenalan riwayat hidup calon tersebut dapat berhubungan dengan latar belakang pendidikan, pekerjaan, aktifitas dalam masyarakat, dan juga pribadi yang bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari bersama-sama dengan masyarakat.

  Media massa berperan sebagai pemberi informasi politik, publik bisa mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan mengenai isu atau berita yang menjadi kepentingan umum dan dibutuhkan oleh publik mengenai pilkada. Dalam hal ini masyarakat dapat mengenal para calon pemimpin melalui kampanye politik secara langsung dan terbuka atau melalui media massa baik cetak (koran, majalah, dll) maupun elektronik (televisi, radio, dll).

  Proses seleksi oleh parpol sejak pasca reformasi diharapkan sangat berpengaruh dalam menentukan pemimpin yang memiliki kapasitas, integritas, legitimasi dan popular (dikenal) di mata masyarakat. Partai politik juga sebagai sarana komunikasi politik berperan sebagai penyalur aneka pendapat dan aspirasi masyarakat yang beragam kemudian mengaturnya sedemikian rupa serta menampung dan menggabungkan pendapat dan aspirasi tersebut. Kaitannya dengan proses seleksi oleh partai politik adalah kebijakan partai politik menentukan calon kepala daerah yang diusung berdasarkan idealisme kepemimpinan dari masyarakat.

  Namun pada kenyataannya dalam beberapa kali pelaksanaan pilkada, proses pencalonan yang didominasi oleh partai politik dianggap sangat rawan karena berlangsung secara oligarkis sehingga diusung berdasarkan kedekatan dengan petinggi parpol dan menghadirkan kembali skenario politik uang antara sang calon dengan partai yang mencalonkan. Sehingga terdapat sejumlah masyarakat yang tidak mengenal dan tidak puas terhadap sosok calon kepala daerah yang diusung oleh partai politik.

  Lembaga survei Indo Barometer merilis tingkat kepuasan masyarakat terhadap setiap calon yang ada di Pilkada Banten. Survei dilakukan pada kurun waktu 7 sampai 10 Desember 2016 pada 800 orang sampel menggunakan metode multistage

  5 random sampling dengan margin of error sebesar 3,6 persen.

  Sementara yang lainnya mengusung calon berdasarkan popularitas sang calon. Persoalan lainnya, bila calon yang dimunculkan parpol adalah orang-orang yang tidak memiliki kepastian dan karakter yang dibutuhkan masyarakat, bisa menimbulkan pemerintahan yang tidak kalah buruknya dengan masa lalu.

  Survey Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) yang melibatkan 396 responden (tersebar di 99 kecamatan, 10 kota/kabupaten dan 7 provinsi) pada 23 Agustus sampai 18 September 2010 dapat dipakai sebagai cermin rekrutmen politik oleh parpol selama ini. Survey tersebut menunjukan 73% pemilih tidak mengetahui mekanisme parpol dalam menentukan calonnya, termasuk dalam kasus pencalonan

6 Pilkada.

  Dari hasil survey tersebut dapat dibaca, bahwa realita politik satu dekade terakhir menunjukan pejaringan bakal calon (rekrutmen politik) yang dilakukan oleh parpol dalam arena Pilkada lebih beraroma kontestasi elit parpol ketimbang benar-

  

5 https://news.detik.com/berita/d-3379298/indo-barometer-rilis-hasil-survei-pilgub-banten-2017-ini- hasilnya diakses 3 Maret 2017 pukul 10.58 WIB 6 www.rumahpemilu.org benar mencari calon berkualitas lewat kaderisasi dan rekrutmen yang profesional sambil menyerap aspirasi konsitituen.

  Komisi Pemilihan Umum (KPU) menegaskan larangan partai politik menerima imbalan dalam bentuk apa saja dari calon kandidat kepala daerah. Dalam Peraturan KPU, tindakan ini masuk dalam kejahatan.

  "Parpol dilarang menerima imbalan dalam bentuk apa pun," kata Komisioner KPU, Hadar Nafis Gumay pada sosialisasi Peraturan KPU terkait pemilihan kepala

  7

  daerah di gedung KPU, Jakarta, Jumat (29/5). Hal tersebut juga lebih tegas dijelaskan dalam UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perppu Nomor 1 Tahun 2104 tentang Pemilihan Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota membuat aturan tegas. Tidak boleh ada transaksi rupiah dari calon kepala daerah kepada partai

  8 politik.

  Pada pelaksanaan Pilkada serentak 2015 lalu hendaknya menjadi perhatian Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mencatat selama tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2015 terdapat 1.090 laporan dugaan tindak pidana pemilu.

  Pilkada serentak Desember 2015 lalu meninggalkan beberapa pelanggaran dan catatan untuk dievaluasi. Di antaranya, adanya calon kepala daerah dengan status

  7 https://www.merdeka.com/politik/kpu-ingatkan-calon-kepala-daerah-main-politik-uang-dapat- dipenjara.html diakses 3 November 2016 pukul 13.35 WIB terpidana; pembakaran dan pengrusakan kantor KPU; kisruh daftar pemilih; ketidaknetralan PNS dan penyelenggara pilkada tingkat kecamatan dan desa; praktik

  9 politik uang, serta adanya calon tunggal di beberapa daerah.

  Kekurangpahaman etika berdemokrasi, mengakibatkan terjadinya persaingan di antara elit politik yang tidak sehat yang sering diakhiri dengan konflik antar kelompok dan kebebasan individu yang tanpa batas. Hal ini mengarah kepada anarkis, lemahnya wawasan kebangsaan sehingga mengakibatkan menonjolnya kepentingan pribadi daripada kelompok, lemahnya sumberdaya manusia, sehingga

  10 lemahnya kualitas kepemimpinan politik.

  Mewabahnya korupsi, menjamurnya politik uang, maraknya penjualan aset- aset negara, korupnya birokrasi pemerintahan, dan lain-lain membuat masyarakat semakin kritis dan mendambakan para pemimpin yang ideal.

  Melihat uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji topik ini lebih mendalam dalam suatu penelitian ilmiah. Pada aspek psikologi sosial, kajian ini digunakan untuk memahami aspek komunikasi pada individu, seperti perubahan

  11

  sikap, efek pesan politik lewat media, dan persepsi politik. Penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profil Calon Kepala Daerah Terhadap

  

9 http://m.suarakarya.id/2016/04/12/format-baru-pilkada-2017.html diakses 4 November pukul 20.00

WIB

  10 Nanat: 2010:78

  

11 Henry Subaktio. 2014. Komunikasi politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia

  

Presepsi Kepemimpinan ” dan dilakukan survey terhadap masyarakat pemilih di

Provinsi Banten.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

  Seberapa besar pengaruh profil calon kepala daerah terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat?

  

Identifikasi Masalah

  1.3 Melihat luasnya cakupan masalah yang menyangkut persoalan pengaruh profil

  para calon kepala daerah terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

  1. Seberapa besar pengaruh profil calon kepala daerah terhadap persepsi masyarakat?

  2. Seberapa besar pengaruh profil calon kepala daerah terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat?

  3. Seberapa besar korelasi profil calon kepala daerah terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat?

   Tujuan Penelitian

1.4 Tujuan penelitian ini adalah untuk:

  1. Mengetahui seberapa besar pengaruh profil calon kepala daerah terhadap persepsi masyarakat?

  2. Mengetahui seberapa besar pengaruh profil kepala daerah terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat?

  3. Mengetahui seberapa besar korelasi profil calon kepala daerah terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat?

   Manfaat Penelitian

  1.5

1. Manfaat Teoritis

  Penelitian ini diperuntukkan untuk dapat dijadikan studi literatur sebagai pengembangan ilmu komunikasi politik tentang pengukuran persepsi dan generalisasi hasil penelitian. Dan juga menjadi studi politik bagi masyarakat Negara Indonesia dan masyarakat pemilih Provinsi Banten khususnya dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan kedaulatan masyarakat yang utuh. Penulis juga berharap penelitian ini menjadi pertimbangan bagi DPR RI, DPD, DPRD, Mahkamah Konstitusi, bersama Presiden untuk mengamandemen Undang-Undang pelaksanaan pemilu yang lebih demokratis dan menunjang tinggi demokrasi normatif yang kompetitif.

2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini akan berkontribusi bagi masyarakat pemilih dalam partisipasi politik mereka. Masyarakat dapat menyalurkan saran dan pendapat mngenai calon pemimpin yang disusung serta mengenal calon kepala daerah yang diusung partai politik. Selain itu menjadi perhatian bagi KPU untuk meminimalkan praktek politik uang. Dan juga untuk mewujudkan kesadaran politik masyarakat serta meningkatkan partisipasi politik reaktif dan selektif mereka.

BAB II LANDASAN TEORI Profil

  2.1 Profil dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki empat pengertian yaitu

  pandangan dr samping (tt wajah orang); lukisan (gambar) orang dr samping; sketsa biografis; penampang (tanah, gunung, dsb); grafik atau ikhtisar yg memberikan fakta tentang hal-hal khusus dalam hal ini yang sesuai adalah pengetian terakhir yaitu grafik atau ikhtisar yg memberikan fakta tentang hal-hal khusus.

  2.2 Rekrutmen politik

  Rekrutmen Politik merupakan suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota- anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik. Dari partai politiklah diharapkan ada proses kaderisasi pemimpin- pemimpin ataupun individu-individu yang mempunyai kemampuan untuk menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan jabatan yang mereka pegang.

  Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur-prosedur rekrutmen yang berbeda. Anggota kelompok yang direkrut atau diseleksi adalah yang memiliki suatu kemampuan atau bakat yang sangat dibutuhkan untuk suatu jabatan atau fungsi politik. Setiap partai politik memiliki pola rekrutmen yang berbeda.Pola perekrutan anggota partai disesuaikan dengan sistem politik yang dianutnya.

  Menurut Suharno “Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan-jabatan pada lembaga-lembaga politik termasuk partai politik dan administrasi atau birokrasi

  12

  oleh orang- orang yang akan menjalankan kekuasaan politik”. Di Indonesia, perekrutan politik berlangsung melalui pemilu setelah setiap calon peserta yang diusulkan oleh partainya diseleksi secara ketat oleh suatu badan resmi. Seleksi ini dimulai dari seleksi administratif, penelitian khusus yaitu menyangkut kesetiaaan pada ideologi Negara.

  Michael Rush dan Phillip Althoff menjabarkan sifat mekanisme rekrutmen

  13

  politik antara lain: 1) Rekrutmen terbuka, dimana syarat dan prosedur untuk menampilkan seseorang tokoh dapat diketahui secara luas. Dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai alat bagi elit politik yang berkualitas untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Cara ini memberikan kesempatan bagi rakyat untuk melihat dan menilai kemampuan elit politiknya.

  Dengan demikian cara ini sangat kompetitif. Jika dihubungkan dengan paham demokrasi, maka cara ini juga berfungsi sebagai sarana rakyat mengontrol legitimasi politik para elit. Adapun manfaat yang diharapkan dari rekrutmen terbuka adalah:

  12 Suharno (2004: 117)

  

13 Michael Rush, Phillip Althoff, 2007,Pengantar Sosiologi Politik, Alih Bahasa oleh Kartini Kartono,

   Mekanismenya demokratis  Tingkat kompetisi politiknya sangat tinggi dan masyarakat akan mampu memilih pemimpin yang benar-benar mereka kehendaki  Tingkat akuntabilitas pemimpin tinggi  Melahirkan sejumlah pemimpin yang demokratis dan mempunyai nilai integritas pribadi yang tinggi.

  2) Rekrutmen tertutup, berlawanan dengan cara rekrutmen terbuka. Dalam rekrutmen tertutup, syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara bebas diketahui umum. Partai berkedudukan sebagai promotor elit yang berasal dari dalam tubuh partai itu sendiri. Cara ini menutup kemungkinan bagi anggota masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit yang ditampilkan. Dengan demikian cara ini kurang kompetitif. Hal ini menyebabkan demokrasi berfungsi sebagai sarana elit memperbaharui legitimasinya.

  Berdasarkan beberapa penjabaran tentang mekanisme rekrutmen politik di atas, maka sistem terbuka mencerminkan partai tersebut betul-betul demokratis dalam menentukan syarat-syarat dan proses yang ditempuh dalam menjaring calon elit politik. Melalui mekanisme rekrutmen terbuka, komunikasi politik terbentuk yakni parpol sebagai penyalur aneka pendapat dan aspirasi masyarakat kemudian dapat mengusung calon kepala daerah berdasarkan pendapat dan saran masyarakat. Proses penyampaian pesan mengenai sosok calon kepala daerah kepada masyarakat dapat diterapkan baik melalui kampanye secara langsung ataupun media massa.

  Sistem yang demokratis akan dapat mencerminkan elit politik yang demokratis pula. Sedangkan mekanisme rekrutmen politik yang tertutup akan dapat meminimalkan kompetisi di dalam tubuh partai politik yang bersangkutan, karena proses yang ditempuh serba tertutup. Sehingga masyarakat kurang mengetahui latar belakang elit politik yang dicalonkan partai tersebut.

  • Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam Pelaksanaan Rekrutmen Politik

  1. Persoalan di sekitar politik berarti setiap calon-calon pemimpin yang akan dipilih harus mampu mengoptimalisasikan segala tenaga dan upayanya untuk menyeimbangkan segala polemik-polemik yang sedang terjadi di negara ini untuk dipersempit dampaknya. Sehingga iming- iming tersebut menjadi daya tarik bagi masyarakat luas untuk memilihnya sebagai calon pemimpin kedepannya.

  2. Kekuasaan rill berarti seorang calon pemimpin harus memiliki teknik yang tersimpan di dalam konsep pikiranya untuk dikembangkan ketika telah menjadi pemimpin. Konsep tersebut berisi suatu cara bagimana mempengaruhi masyarakat luas sehingga mampu dipercaya untuk memimpin dalam periode yang lama dan abadi.

2.2 Pengertian Kepala Daerah

  Kepala daerah adalah seorang yang diberikan amanah atau tugas oleh seorang pemerintah pusat untuk menjalankan suatu pemerintahan di daerah. Contoh kepala daerah provinsi adalah gubernur, untuk konteks kota tersebut kepala daerahnya disebut walikota dan untuk kabupaten kepala daerahnya disebut bupati.

  Didalam sebuah daerah terdapat satu pemimpin atau kepala daerah dan dibantu oleh satu orang wakilnya.Kepala daerah dan wakil kepala daerah merupakan satu pasangan yang dipilih langsung oleh penduduk atau rakyat yang berada di wilayah daerah bersangkutan. Dalam penelitian ini, kepala daerah dibahas secara umum sehingga persepsi yang dibentuk berasal dari keseluruhan masyarakat di provinsi Banten.

  Tugas utama seorang kepala daerah tersebut adalah memimpin dan bertanggung jawab secara penuh dalam penyelenggaraan segala sesuatu hal yang berjalan di daerah.

2.2.1 Pilkada

  Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.

  Pilkada langsung diharapkan mampu membangun serta mewujudkan akuntabilitas pemerintah lokal. Dan juga melalui pilkada peningkatan kualitas kesadaran politik masyarakat sebagai kebertampakan kualitas partisipasi rakyat muncul. Penguatan sistem pilkada ini juga terdapat dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, bahwa kepala daerah harus dipilih secara langsung yang koheren dengan penyelenggaran pemilihan presiden dan wakil presiden.

  14

2.3 Partai Politik

  Negara Indonesia sebagai Negara demokrasi membutuhkan lembaga politik sebagai instrument demokrasi. Organisasi tersebut biasa disebut Partai Politik.

  Menurut Sigmund, Partai Politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku- pelaku politik yang akif dalam masyarakat, yaitu meraka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pada pemerintah dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan dari rakyat dengan kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

  15

14 Leo Agustino, 2009. Pilkada dan dinamikan politik lokal, Yogyakarta : pustaka pelajar, halaman 2

  Artikulasi pendapat dan sikap dari berbagai kelompok yang sedikit banyak menyangkut hal yang sama digabungkan menjadi sebuah “penggabungan kepentingan” yang dalam suatu system politik merupakan input bagi pemerintah yang berkuasa. Sebaliknya jika artikulasi pendapat dan sikap tersebut tidak terakumulasi dengan baik maka yang akan timbul adalah kompetisi kepentingan yang tak terkendalikan dan akhirnya akan menimbulkan anarki. Dengan kata lain, parpol bertugas mengatur kehendak umum yang kacau. Partai-partai menyusun dari kekacauan para pemberi suara yang banyak jumlahnya itu.

  Dalam sebuah tatanan Negara demokrasi keberaan partai Politik memang tidak bisa diabaikan begitu saja, karena untuk menjalankan pemerintahan partai politiklah yang berperan dalam menempatkan orang-orang yang mereka anggap layak untuk duduk di Pemerintahan, untuk menempatkan orang-orang tersebut tentu Partai Politik tidak bisa sembarang, untuk itu fungsi rekruitmen harus dijalankan dengan benar.

  Selanjutnya Sartori dalam Miriam Budiarjo mengatakan bahwa “partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum, dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki

  16

  jabatan- Jadi pemilihan umum merupakan jalan bagi partai-partai jabatan publik”. politik untuk menempatkan calonnya menduduki jabatan-jabatan publik. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah partai politik dalam rangka merebut dan mempertahankan kekuasaan dan pelaksanaan pengawasan terhadap pemerintah.

2.4 Komunikasi politik

  Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari

  17

  pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Definisi Komunikasi Politik secara definitif, ada beberapa pendapat sarjana politik, diantaranya Nimmo, mengartikan politik sebagai kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Dalam berbagai hal orang berbeda satu sama lain: jasmani, bakat, emosi, kebutuhan, cita-cita, inisiatif, perilaku, dan sebagainya. Lebih lanjut Nimmo menjelaskan, kadang-kadang perbedaan ini merangsang argumen, perselisihan, dan percekcokan. Jika mereka menganggap perselisihan itu serius, perhatian mereka dengan memperkenalkan

  18 masalah yang bertentangan itu, dan selesaikan; inilah kegiatan politik.

  Seperti halnya mengenai profil calon gubernur dan calon wakil gubernur pada pilkada Provinsi Banten 2017 terhadap persepsi kepemimpinan terdapat komunikasi politik, dimana para aktor politik sebagai komunikator menyampaikan pesan mengenai siapa saja bakal calon gubernur dan calon wakil gubernur yang diusung oleh partai politik baik melalui kampanye atau media massa. Masyarakat pemilih

17 Ramlan Surbakti, 2010: 152

  sebagai komunikan, menerima pesan dan selanjutnya akan menimbulkan respon dan mempengaruhi persepsi dari komunikan tersebut.

2.4.1 Kepemimpinan

  Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias. Menurut Veitzhal Rivai, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

  Pengaruh Kekuasaan Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam satu kelompok atau organisasi. Dengan perkataan lain, orang atauorang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu, kedudukan, kepribadian, politik.

  Menurut Davis yang dikutip oleh Reksoharjo dan Handoko (2003, p.290-291), ciri-ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:

  1. Kecerdasan (Intelligence)

  Penelitian-penelitan pada umumnya menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya tetapi tidak sangat berbeda.

  2. Kedewasaan, Sosial dan Hubungan social yang luas (Social maturity and Breadht) pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang serta mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.

  3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi Pemimpin secara relati$ mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik.

  4. Sikap-sikap hubungan manusiawi Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi pada bwahannya.

  Persoalan kepemimpinan penting dibicarakan di tengah atmosfer politik pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) tahun 2014 yang sudah mulai terasa. Dalam sejarah praktik penyelenggaraan negara, seringkali terjadi benturan kepentingan pemimpin publik. Pejabat publik dari tingkat pusat hingga di daerah tidak dapat membedakan posisinya sebagai pemimpin yang harus mengayomi rakyat dengan kedudukan mereka sebagai pemimpin partai politik (parpol). Apalagi sepak terjang para pemimpin publik yang dihadirkan lewat pemberitaan media akhir-akhir ini sungguh membuat masyarakat prihatin.

  Beberapa pihak mensinyalir bahwa telah terjadi krisis kepemimpinan di negeri ini. Salah satu fungsi parpol adalah melakukan rekrutmen politik.

  Sehingga parpol seharusnya dapat memainkan peran penting bagi kaderisasi calon pemimpin untuk seluruh tingkatan sampai dengan jabatan presiden.