Kadar Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Seng (Zn) Pada Tanah Disekitar Rumah Susun Pantai Losari Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

KADAR PENCEMARAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb),

MERKURI (Hg) DAN SENG (Zn) PADA TANAH

DI SEKITAR RUMAH SUSUN PANTAI

LOSARI KOTA MAKASSAR

  

Skripsi

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana sains Jurusan Biologi Fakultas Sain dan Teknologi

  UIN Alauddin Makassar

  Assalamu’alaikum Wr.Wb

  Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyususn dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kadar pencemaran logam berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Seng (Zn) pada tanah disekitar Rumah Susun Pantai Losari kota Makassar”. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Salam dan shalawat tidak lupa penulis hanturkan kepada baginda besar Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia sampai sekarang.

  Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Hj. Marhuma serta sodara/i selalu memberikan doa, semangat, dukungan, dan kasih sayang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi hingga ke jenjang perguruan tinggi. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, petunjuk, arahan, dan masukan yang berharga dari berbagi pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih kepada: Dr. Mashuri Masri, S.Si., M.Kes.,sebagai Dosen Pembimbing I dan Ulfa Triyani A Latief, S.Si., M.Pd selaku pembimbing II.

  6. Fatmawati Nur, S.Si., M.Si., Hafsan S.Pd., M.Si., dan Dr. Kasjim S.H, M.THi selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi penelitian dan penulisan Skripsi penulis.

  7. Seluruh staf jurusan, staf akademik, terkhusus dosen Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi yang telah banyak membimbing dan membantu penulis selama perkuliahan.

  8. Teman-teman seperjuangan dan adik-adik kusnadi, zulfiansyah, ahsan, faisal, anas, yusuf Supriadi, dan Artman terimah kasih atas bantuan doa dan semangat

  9. Buat seluruh keluarga besar Biologi tanpa terkecuali terimah kasih atas dukungan, doa dan semangat dan setia moment yang telah kalian berikan.

  10. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan, saran, dan pertisipasi dalam penyelesaian skripsi ini.

  Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah swt.

  Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik dari segi penulisan maupun ruang lingkup pembahasannya. Maka dengan kerendahan

  

DAFTAR ISI

  JUDUL ....................................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... ii PENGESAHAN ......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................... iv DAFTAR ISI .............................................................................................. vi DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix DAFTAR GRAFIK .................................................................................... x ABSTRAK ................................................................................................. xi ABSTRACT ............................................................................................... xii

  BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1-7 A.

  1 Latar Belakang .............................................................

  B.

  4 Rumusan Masalah ........................................................

  C.

  4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................

  D.

  5 Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu ...........................

  E.

  7 Tujuan Penelitian .........................................................

  F.

  7 Kegunaan Penelitian .....................................................

  BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................ 8-54 A.

  8 Tanah ............................................................................

  B.

  Logam Berat ................................................................. 29 C. Logam Berat Timbal (Pb) ............................................ 34 D.

  Logam Berat Seng (Zn) ................................................ 37

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 65-83 A. B. Pembahasan .................................................................. 67 BAB V PENUTUP ..................................................................................... 84 A. Kesimpulan ................................................................... 84 B. Saran ............................................................................. 84 KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  Grafik 4.1. Grafik Kadar Logam Timbal (Pb) ............................................... 65 Grafik 2.2. Grafik Kadar Logam Merkuri (Hg) ............................................. 66 Grafik 2.3. Grafik Kadar Logam Seng (Zn) ................................................... 66 Grafik 2.4. Grafik Kadar Rata-rata Logam Berat Pada Tanah ...................... 67

Gambar 2.1 Foto Maping Lokasi Penelitian ................................................. 48Gambar 2.2 Foto Maping Lokasi Objek Penelitian ..................................... 49Gambar 2.3 Foto Maping Lokasi Objek Penelitian ...................................... 49Tabel 2.1 Klasifikasi Ukuraan dan Jumlah Fraksi Tanah .............................. 10Tabel 2.2 Komposisi Gas Dalam Udara Tanah .............................................. 14Tabel 2.3 Penggolongan Biota Tanah Secara Umum ................................... 21Tabel 2.4 Penggolongan Biota Tanah Menurut Kriteria .............................. 22Tabel 2.5. Kategori Mikrobia Berdasar Sumber Energi dan Nutrisi ............. 23Tabel 2.6. Klasifikasi Sifat Tanah dan Tingkat Kepekaanya ........................ 27Tabel 2.7. Jumlah Pencemaran Logam oleh Erosi dan Pertambangan .......... 46

  Nama : A. Rahmat Al Ramarh Apdy NIM : 60300111001 Judul Skripsi : “Kadar Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Seng (Zn) Pada Tanah Disekitar Rumah Susun Pantai Losari Kota Makassar

  Penelitian dilakukan untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Seng (Zn) pada tanah disekitar rumah susun pantai Losari kota Makassar. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Random

  

sampling sehingga diperoleh 3 titik secara acak yaitu titik 1 pada area tanah kosong,

  2 pada area rumah susun dan yang ke 3 yaitu samping RS.Siloam. Hasil penelitian menunjukkan logam berat pada tanah disekitar rumah susun pantai losari kota Makassar diperoleh logam berat Timbal (Pb) pada titik A1 (Tanah kosong) 18,59 mg/kg, A2 (Pengulangan tanah kosong) 15,59 mg/kg, pada titik B1 (Rumah susun) 16,59 mg/kg, B2 (Pengulangan rumah susun) 17,59 mg/kg, dan titik C1 (Samping RS.Siloam) 21,39 mg/kg, C2 (pengulangan Samping RS.Siloam) 26,59 mg/kg. logam berat Merkuri (Hg) pada titik A1 (Tanah kosong) 36,95 mg/kg, A2 (Pengulangan tanah kosong) 35,25 mg/kg, pada titik B1 (Rumah susun) 38,04 mg/kg, B2 (Pengulangan rumah susun) 39,05 mg/kg, dan titik C1 (Samping RS.Siloam) 38,83 mg/kg, C2 (pengulangan Samping RS.Siloam) 37,49 mg/kg.

  

ABSTRACT

NAME : A. Rahmat Al Ramarh Apdy NIS : 60300111001 TITLE : “The pollution standard of Lead (Pb), Mercury (Hg) and Zinc (Zn) in land around flat at Losari beach in Makassar

  This research was Down to know Heavy metal standard of Lead (Pb), Mercury (Hg), and Zinc (Zn) in land around flats at Losari Beach in Makassar. The method that used in this research was random sampling. it gave result in 3 areas randomly that were first area in an empty land, second area in flat, and third area near to Siloam Hospital. The result of heavy metal in land around flats at losari beach in Makassar showed that lead (Pb) in A1 (empty land) was 18,59 mg/kg, in A2 (repetition of empty land) was 15,59 mg/kg, in B1 (Flat) was 16,59 mg/kg, in B2 (repetition of flat) was 17,59 mg/kg, in C1 (near to Siloam Hospital) was 21,39 mg/kg, and in C2 (repetition of near to Siloam Hospital) was 26,59. The content of Mercury (Hg) in A1 (empty land) was 36,95 mg/kg, in A2 (repetition of empty land) was 35,25 mg/kg, in B1 (Flat) was 38,04 mg/kg, in B2 (repetition of flat) was 39,05 mg/kg, in C1 (near to Siloam Hospital) was 38,83 mg/kg, and in C2

PENDAHULUAN A.

   Latar Belakang

  Kepadatan penduduk yang tinggi terutama akan terjadi di kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan karena derasnya arus perpindahan penduduk ke perkotaan, yang mengakibatkan timbulnya berbagai masalah, seperti penyediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja. Konsentrasi penduduk yang sangat padat membentuk permukiman kumuh dan miskin di pusat-pusat dan pinggiran kota.

  Akibat keterbatasan ekonomi dan keadaan sosial yang kurang mendukung, lapisan penduduk marjinal di Makassar dengan terpaksa atau sengaja bermukim di rumah kumuh. Dimana Masyarakat mendirikan bangunan-bangunan liar pada lokasi yang semestinya tidak diperuntukan sebagai permukiman. Di samping itu, industrialisasi dan proses urbanisasi yang berlangsung cepat akan menimbulkan masalah kesehatan dan masalah lingkungan di sekitar permukiman. Seperti

  2 Pembangunan yang tak memperhatikan dampak lingkungan akan menuimbulkan pencemaran pada lingkungan sehingga dapat merusak ekosistem, dan bangunan-bangunan yang dibangun akan menghasilkan limbah yang mengandung logam berat demikian halnya limbah dari pemukiman warga Rumah Susun Pantai Losari Kota Makassar dan reklamasi pantai atau penimbunan area pantai.

  Limbah yang masuk ke dalam perairan maupun limbah yang tertimbun ditanah dapat berupa bahan organik maupun anorganik yang dapat membusuk dan mudah di degradasi oleh mikroorganisme. Tetapi tidak demikian halnya dengan limbah anorganik. Bahan buangan anorganik yang berasal dari sisa produksi industri percetakan, pabrik kimia, tekstil, farmasi, dan elektronika berpotensi merusak lingkungan karena mengandung bahan berbahaya beracun (B3) yang diantaranya terdapat logam berat, seperti timbal (Pb), cadmium (Cd), merkuri (Hg), krom (Cr), nikel (Ni), kobalt (Co), mangan (Mn), tembaga (Cu) dan timah (Sn) .

  Logam berat merupakan bahan toksik yang mudah terakumulasi dalam organ

  3 dengan pertambahan industri tersebut, maka semakin banyak pula limbah (hasil sampingan yang diproduksi sebagai limbah). Beberapa logam yang dimaksud adalah timbal (Pb), kromium (Cr), kadmium (Cd) dan tembaga (Cu). Limbah ini akan menyebabkan pencemaran serius terhadap lingkungan, jika kandungan logam berat yang terdapat di dalamnya melebihi ambang batas serta mempunyai sifat racun yang sangat berbahaya dan akan menyebabkan penyakit serius bagi manusia apabila terakumulasi di dalam tubuh

  Allah swt. telah berfirman didalam Q.S Al- A’raf (7) ayat ; 56 tentang larangan untuk berbuat kerusakan dibumi.

  Terjemahnya :

  4 Logam Pb banyak digunakan sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat rumah tangga dan hiasan. Dalam bentuk oksida timbal digunakan sebagai pigmen atau zat warna dalam industri kosmetik dan glace serta industri keramik yang sebagian diantaranya diguanakan dalam peralatan rumah tangga, Sedangkan bentuk aerosol anorganik dapat masuk kedalam tubuh melalui udara yang dihirup atau makanan seperti sayuran dan buah-buahan yang tumbuh dari tanah yang tercemar oleh paparan logam Pb. Logam Pb tersebut dalam jangka waktu panjang dapat terakumulasi dalam tubuh karena proses eliminasinya yang lambat dan logam yang mendapat perhatian utama dalam segi kesehatan karena dampaknya pada sejumlah besar orang akibat keracunan makanan atau udara yang memiliki sifat toksik berbahaya

  Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil judul tingkat pencemaran logam berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Seng (Zn) pada tanah disekitar Rumah Susun Pantai Losari Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

  5 Makassar dengan rentang waktu penelitian dimulai dari bulan Juli hingga Agustus 2016.

D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu

  1. Pada penelitian Lestari dan Edward (2004) yang berjudul “Dampak Pencemaran Logam Berat Terhadap Kualitas Air Laut Dan Sumber daya Perikanan (Studi Kasus Kematian Massal Ikan-Ikan Di Teluk Jakarta) bahwa Pengamatan kadar logam berat dalam air laut di Teluk Jakarta. Logam berat yang diteliti adalah Hg, Pb, Cd, Cu, dan Ni. Pengamatan ini ada kaitannya dengan kematian massal ikan-ikan yang terjadi di Teluk Jakarta. Pengamatan ini dilakuan di pantai Ancol 1 (3 stasiun), muara Sungai Dadap (4 Stasiun), pantai Ancol 2 (4 stasiun) dan Cilincing (3 stasiun).

  Hasilnya menunjukkan kadar Hg, Cd dan Cu rerata di pantai Ancol 1 berturut-turut adalah <0.001 ppm, Pb 0.001 ppm, Zn 0.004 ppm, dan Ni 0.001 ppm. Di pantai Ancol 2 kadar Hg, Cd, dan Zn rerata berturut-turut adalah <0.001 ppm, Pb 0.002 ppm, dan Cu 0.001 ppm dan Ni 0.0017 ppm. Di Cilincing kadar

  6 Ni, sedangkan di pantai Ancol 3 kadar Hg, Pb, dan Cd lebih tinggi dibandingkan dengan NAB tersebut. Dengan demikian kadar Hg, Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni di perairan pantai Ancol 1, 2, Cilincing dan muara Sungai Dadap belum berbahaya bagi kehidupan ikan-ikan di Teluk Jakarta, sedangkan di perairan Ancol 3 kadar Hg, Pb, dan Cd sudah berbahaya bagi kehidupan biota laut. Namun demikian kematian massal ikan-ikan di perairan ini bukan disebabkan oleh logam berat tersebut, akan tetapi oleh faktor lain yang salah satunya adalah ledakan mendadak fitoplankton beracun yang mengeluarkan toksin dimana air laut menjadi berwarna merah dan kejadian ini dikenal dengan pasang merah (red tide).

  2. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mirdar dkk (2012) berjudul “ Status Logam Berat Merkuri (Hg) Dalam Tanah Pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas Di Kelurahan

  Poboya, Kota Palu” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan merkuri pada semua sampel tanah dan tailing sangat tinggi dari ambang batas yang di tentukan. Konsenterai normal merkuri dalam tanah 0,03 ppm dan konsentrasi kritis 0,3-0,5 ppm; sedang konsentrasi merkuri dalam tanah

  7 sampel lokasi penjemuran di pinggir jalan raya sebesar 0,0055 mg/kg sedangkan nilai kandungan terendah terdapat pada sampel lokasi penjemuran di dalam desa sebesar 0 mg/kg.

E. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb), Zinc (Zn) dan Merkuri (Hg) sebagai pencemar pada tanah di sekitar Rumah Susun Pantai Losari Kota Makassar

  F. Kegunaan Penelitian Kegunaan Ilmiah:

  1. Untuk memberikan tambahan pengetahuan sekaligus menjadi bahan informasi tentang efek negatif dari logam berat Timbal (Pb), Zinc (Zn) dan merkuri (Hg) terhadap kualitas tanah pada lingkungan.

  2. Untuk memberikan tambahan pengetahuan sekaligus menjadi bahan informasi tentang logam berat Timbal (Pb), Seng (Zn) dan Merkuri (Hg) yang dapat menurunkan kualitas tanah.

BAB II TINJAUAN TEORITIS Tanah A. Tanah adalah salah satu bagian dari sumber daya alam dan merupakan salah

  satu komponen kehidupan selain air dan udara, dimana bumi hampir seluruhnya bergantung kepada tanah, baik yang berada wilayah daratan maupun di perairan. Kualitas tanah menjadi sangat menentukan tingkat kehidupan ekosistem diwilayah tersebut. Kerusakan tanah akan mengganggu siklus atau perputaran kehidupan makhluk hidup. Oleh karena itu, keadaan tanah atau kualitas dari tanah sangat mempengaruhi kehidupan ekosistem, termasuk kelangsungan hidup dan kesejahtraan manusia (Balai Lingkungan Hidup, 2009).

  Tanah merupakan salah satu sumber daya alam, wilayah hidup, media lingkungan, dan faktor produksi biomassa yang sangat mendukung kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dipelihara dan dijaga kelestarian fungsinya. Peningkatan produksi biomassa yang memanfaatkan tanah maupun pemerintah menetapkan status kerusakan tanah berdasarkan sifat atau karakteristik tanah yang diatur dalam peraturan pemerintah tersebut. Status kerusakan tanah adalah kondisi tanah di tempat dan waktu tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa. Sedangkan kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah ukuran batas perubahan sifat dasar tanah yang dapat ditenggang, berkaitan dengan kegiatan produksi biomassa. Parameter yang digunakan dalam kriteria baku kerusakan tanah dapat ditetapkan oleh daerah atau mengikuti kriteria baku kerusakan tanah nasional yang telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah nomor 150 tahun 2000. Parameter-parameter tersebut Uji Kualitas Tanah meliputi sifat fisik kimia, fisika, dan biologi tanah. Namun yang paling dominan adalah sifat fisika tanah. Kriteria baku kerusakan tanah dibagi menjadi dua golongan, yaitu kriteria baku kerusakan untuk lahan basah dan kriteria baku kerusakan untuk lahan kering.Lahan basah berupa lahan yang selalu terendam, seperti halnya lahan gambut maupun lahan rawa adalah kedalaman solum, kebatuan permukaan,

a. Sifat fisik tanah Secara keseluruhan sifat fisik tanah dapat ditentukan oleh ukuran dan komposisi partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah, jenis dan proporsi komponen penyusun partikel, keseimbangan antara suplai air, energi dan bahan yang terkandung pada tanah, dan intensitas reaksi kimiawi dan biologi yang telah atau sedang berlangsung. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (2006) adapun sifat yang dapat ditinjau dari sifat fisik tanah itu sebagai berikut: 1) Tekstur

  Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Partikel seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah, tetapi harus diperhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah. Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut sistem

  • Pasir halus 0,25-0,10 46000

  91

  • Pasir sangat halus 0,10-0,05 722.000 227 Debu - 0,05-0,002 5.776.000 454
  • Debu 0,02-0.002 2.334.796 271 Liat*) <0,002 <0,002 90.250.853.000 8.000.000

  2) Struktur Struktur tanah merupakan gumpalan kecil yang alami dari tanah, akibat melekatnya butir primer tanah satu dengan yang lain. Kumpulan atau satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah mempunyai bentuk yang beda yaitu Lempeng (plety), Prismatik (prismatic), Tiang (columnar), Gumpal bersudut (angular blocky), Gumpal membulat (subangular blocky), Granular (granular), Remah (crumb) (Utami, 2009).

  Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan antar- ped atau agregat tanah akan dan kelenturan (plasticity), menjadi gembur (friable) dan lunak (soft), serta menjadi keras dan kaku (coherent) pada saat kering (Hanafiah, 2012).

  Menurut Ariyanto (2006), penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan pada tiga fase keadaan: a)

  Konsistensi basah (kandungan air di atas kapasitas lapangan) untuk menilai: kelekatan atau kekuatan melekat dengan benda lain yang dideskripsikan menjadi: tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat. Serta kelenturan atau kemampuan tanah membentuk gulungan terhadap perubahan bentuknya yang dideskripsikan menjadi : tidak plastis, agak plastis, plastis, dan sangat plastis.

  b) Konsistensi lembab (kandungan air mendekati kapasitas lapangan) untuk menilai: kegemburan dan keteguhan tanah yang dideskripsikan menjadi: lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan luar biasa teguh.

  c) Konsistensi kering (kadar air kondisi kering udara) untuk menilai: kekerasan tanah yang dideskripsikan menjadi: lepas, agak keras, sangat keras, lunak, keras,

  5) Porositas Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore) dan pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan udara. Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan diantara partikel pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah (Utami, 2009).

  Menurut Hanafiah (2012), tanah dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan diameter atau ukuran ruang pori tanah yaitu: a) Makropori (pori-pori makro) apabila memiliki diameter atau ruang ≥ 90 mm.

  b) Mesopori (pori-pori sedang) apabila memiliki diameter atau ruang (90-30 mm).

  c) Mikropori (pori-pori mikro) apabila memiliki diameter atau ruang < 30

  µm.Sedangkan tanah, dibagi menjadi lima bagian berdasarkan pengaruhnya udara dari dan ke dalam tanah terjadi tanpa hambatan, sedangkan aerasi buruk berarti sebaliknya (Hanafiah, 2012).

  Menurut Hanafiah (2012), pada tabel 2.2. bahwa komposisi gas-gas dalam

  2

  udara tanah dan atmosfer, pada kondisi aerasi baik kadar CO udara tanah lebih tinggi

  2

  6-7 kali sedangkan jika aerasi buruk dapat mencapai 10-100 kali, kadar O lebih

  2 rendah dan kadar N lebih tinggi ketimbang atmosfer.

Tabel 2.2. Komposisi gas-gas dalam udara tanah dan atmosfer (Hanafiah, 2012).

  Gas Komposisi (%) Udara Tanah Atmosfer

  N

  2 79,20 79,00

  O

  2 20,60 20,97

  CO

  2 0,20 0,03

  6) Temperatur tanah Temperatur (suhu) tanah merupakan suatu sifat tanah yang sangat penting, secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan juga terhadapa

  Warna adalah salah satu sifat fisik dari tanah yang lebih banyak digunakan untuk pengdeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembaban tanah. Warna tanah dapat meliputi putih, merah, cokelat, kelabu, kuning, dan hitam, dan dapat juga kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tak murni tetapi campuran kelabu, cokelat, dan bercak (rust), kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot, disebut karatan (mottling) (Hanafiah, 2012).

  Warna merupakan indikator kondisi iklim tempat tanah berkembang atau asal bahan induknya, tetapi pada kondisi tertentu warna sering pula digunakan sebagai indikator kesuburan atau kapasitas produktivitas lahan. Warna juga mempengaruhi kondisi tanah lainnya melalui efeknya terhadap energi radiant. Seperti benda yang berwarna hitam dan gelap cenderung menyerap lebih banyak energi matahari ketimbang benda yang berwarna terang atau putih, sehingga pada saat matahari Hanafiah (2012) secara garis besar ada delapan bagian dari sifat kimia tanah yang menjadi bagian yaitu: 1) Derajat kemasaman tanah (pH)

  Reaksi yang sangat penting yaitu masam, netral atau alkalin. Hal tersebut

  didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam kandungan pada tanah. Reaksi tanah yang menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah dapat dinilai berdasarkan

  • konsentrasi H dan dinyatakan dengan nilai pH. Bila didalam kandungan tanah lebih

  banyak ditemukan ion H dibandingkan dengan OH maka dapat disebut dengan

  masam < 7. Bila ion H sama dengan ion OH maka disebut dengan alkalin atau basa >7 Hakim (1986) dalam utami (2009)}. Pengukuran pH sendiri dapat memberikan keterangan tentang kebutuhan kapur, respon tanah terhadap pemupukan, yang dimana proses kimia yang mungkin berlangsung dalam proses pembentukan tanah yang telah diukur pHnya Hardjowigeno (2003) dalam Utami (2009).

  2) Kapasitas Tukar Kation (KTK)

  3) C-Organik Bahan organik merupakan bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal dari tanaman, hewan, dan manusia yang ditemukan dipermukaan atau di dalam tanah dengan tingkat pelapukan yang berbeda (Hasibuan, 2006). Bahan organik tanah juga sangat penting dalam menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah (Musthofa, 2007). Adapun secara umum karbon dari bahan organik tanah terdiri dari 10-20% karbohidrat, terutama berasal dari biomassa mikroorganisme, 20% senyawa mengandung nitrogen seperti asam amino dan gula aminom 10-20% asam alifatik, alkane, dan sisanya merupakan karbon aromatik.

  Karena fungsinya yang sangat penting, oleh karena itu dikatakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi produktifitas baik tanah dibudidayakan maupun tanah yang tidak dibudidayakan adalah jumlah kedalaman bahan organik tanah Paul and Clark (1989) dalam Utami (2009). 4) N-Total

  5) P-Bray (Fosfor) Posfor sama dengan nitrogen dan kalium, dimana digolongkan sebagai unsur utama walaupun diabsorpsi dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua unsur tersebut.

  • 2

  4 Tanaman biasanya mengabsorpsi P dalam bentuk H PO dan sebagian kecil dalam 2-

  4

  bentuk sekunder HPO . Absorpsi kedua ion itu oleh tanaman dipengaruhi oleh pH

  • 2

  4

  tanah sekitar akar. Pada pH tanah yang rendah, absorpsi bentuk H PO akan meningkat (Leiwakabessy, 2003). Sedangkan fosfat paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar netral (pH 6-7) (Utami, 2009).

  6)Kalsium (Ca) Kalsium tergolong dalam unsur mineral essensial sekunder seperti magnesium

  2+

  dan belerang. Ca dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan- endapan sekunder Leiwakabessy (1988) dalam Utami (2009).

  Adapun manfaat kalsium itu sendiri ialah mengaktifkan pembentukan bulu-

  7) Magnesium Magnesium dalam tanah berada dalam bentuk anorganik (unsur makro), namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan materi organik dalam humus Sutcliffe dan Baker (1975) dalam Utami (2009). Pemakaian N, P, dan K (pupuk) dan varietas unggul, mengakibatkan jumlah Ca dan Mg yang terangkat ke tanaman juga mengikat. Unsur Ca dan Mg biasa dihubungkan dengan masalah kemasaman tanah dan pengapuran. Magnesium merupakan unsur yang sangat banyak terlibat pada kebanyakan reaksi enzimatis. Mg terdapat mineral: amfibol, biotit, dolomit, hornblende, olivin, dan serpentin.

  Magnesium juga merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti dengan beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat kekurangan magnesium. Selain itu magnesium merupakan pembawa fosfat terutama dalam pembentukan biji berkadar minyak tinggi yang mengandung lesitin (Hanafiah, turgor tanaman yang sangat diperlukan agar proses fotosintesis dan proses metabolisme lainnya dapat berkurang dengan baik (Utami, 2009).

  c. Sifat biologis tanah Manusia diciptakan dari tanah, hidup di atas dan makan dari tanah, kemudian setelah mati masuk dan kembali jadi tanah, sehingga tidak mengherankan jika semua biota (jasad hidup) lainpun, baik berupa sel-sel mikroskopis, tumbuhan dan hewan penghuni liang tanah, secara langsung maupun tak langsung hidupnya tergantung pada tanah. Menurut Hanafiah (2012), secara garis besar sifat biologis tanah dibagi menjadi empat bagian yaitu: 1) Ekologi tanah

  Ekologi tanah merupakan ilmu yang membahas tentang hubungan biota tanah dengan lingkungannya, dimana seluruh kehidupan di alam raya bersama lingkungan secara keseluruhan menyusun ekosfer. Ekosfer yang dihuni oleh berbagai komunitas biota yang mandiri serta lingkungan abiotik (anorganik) dan sumber-sumbernya

  2) Jenis dan interaksi biota tanah Menurut Hanafiah (2012), jenis dan interaksi biota tanah dibedakan menjadi dua bagian yaitu: a)

  Klasifikasi dimana di dalam tanah, berdasarkan fungsinya dalam pertanian, secara umum terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang menguntungkan dan yang merugikan. Jasad hayati yang menguntungkan ini, meliputi keterlibatan dalam dekomposisi bahan organik dan pengikatan/penyediaan unsur hara, dimana keduanya bermuara ke penyediaan hara yang tersedia bagi tanaman, serta sebagai pemangsa parasit; sedangkan jasad yang merugikan adalah yang memanfaatkan tanaman hidup baik sebagai sumber pangan ataupun sebagai inangnya, disebut sebagai hama atau penyakit tanaman (Hanafiah, 2012).

Tabel 2.3 Penggolongan biota tanah secara umum (Hanafiah, 2012).

  Golongan/Sub Jenis Macam Flora a.

  Makro a.

  Herbivore (pemakan 1.

  Cacing (Annelida) 2. Bekicot (Mollusca) protozoa dan rotifer. Mikroflora a.

  Ganggang b.

  Cendawan c. Aktinomicetes d.

  Bakteri 1.

  Ganggang hijau, 2. Hijau biru, 3.

  Diatom 1. Jamur, 2. Ragi, 3. Kapang 1.

  Aerobik dan 2. Anaerobik 1. Ototrofik dan 2. Heterotrofik

  Tabel di atas menunjukkan bahwa biota tanah dibagi menjadi dua bagian yaitu fauna dan mikroflora dimana, fauna meliputi fauna makro yakni herbivora dan karnivora sedangkan fauna mikro yakni protozoa, rotifera dan nematoda. Adapun mikroflora meliputi ganggang, cendawan dan bakteri.

Tabel 2.4 Penggolongan biota tanah menurut beberapa kriteria (Hanafiah, 2012).

  Kriteria/Sumber Golongan Macam/keterangan Ukuran ; > 10mm 0,2-10 mm < 0,2 mm

  Makrobia Mesobia Mikrobia

  (Verstrack, 1980)

Tabel 2.5 Kategori mikrobia berdasar sumber energi dan nutrisinya (Hanafiah, 2012).

  Tipe Mikrobia Sumber Energi Sumber Karbon Jenis Utama Utama

  Fotolithotropik Cahaya CO

  2 Flora, algae, bakteri

  Fotoorganotropik Cahaya Seny, organik Algae, bakteri Khemolithotropik Seny, anorganik CO

  2 Bakteri

  Khemoorganotropik Seny, organik Seny, organik Fauna, fungi, protozoa, bakteri b)

  Apabila dikaitkan dengan pertumbuhan tanaman, biota tanah dikelompokkan menjadi: (1) yang menguntungkan, (2) yang merugikan, (3) tanpa pengaruh. Jika kelompok (1) lebih domain maka pertumbuhan tanaman menjadi baik, sedangkan jika kelompok (2) yang domain maka pertumbuhan tanaman akan jelek (Hanafiah, 2012). Interaksi biologis dalam tanah dimana dalam suatu ekosistem a) Cacing tanah merupakan penyumbang bahan organik tanah sebesar, yaitu kira- kira 100 kg/ha (0,005%) dengan populasi 7.000 ekor hingga 1.000 kg/ ha dengan populasi 1 juta ekor Foth (1984) dalam Hanafiah (2012). Cacing tanah merupakan pemakan tanah dan bahan organik segar di permukaan tanah, masuk (sambil menyeret sisa-sisa tanaman) ke liangnya, kemudian mengeluarkan kotorannya (bunga tanah) di permukaan tanah. aktivitas naik-turunnya cacing ini berperan penting dalam pendistribusian dan pencampuran bahan organik dalam solum tanah, yang kemudian berpengaruh positif terhadap kesuburan tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun biologis. Pada kondisi normal, bunga tanah hasil pencernaan cacing ini adalah sekitar 15 ton/tahun/hektar, oleh karena itu selama periode 75 tahun dapat dihasilkan bunga tanah setebal 20 cm (Hanafiah, 2012).

  b) Arthropoda merupakan fauna tanah yang macam dan jumlahnya cukup banyak, yang paling menonjol kutu. Kutu (Arachnida) dicirikan oleh bentuk seperti kantong dengan apendik yang menonjol. Sebagian besar memakan serat organik

  4) Mikrobia tanah Kehidupan di dunia dimulai dari mikrobia, baik yang ototrofik maupun heterotrofik. Pada kondisi ini siklus energi dan hara bersifat konstan, menjadi labil setelah munculnya makrobia (tanaman dan hewan (termasuk manusia). Oleh karena itu, perombak akhir dari sisa-sisa makrobia ini adalah mikrobia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menentukan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah. Menurut Verstraete (1980) dalam Hanafiah (2012), mengemukakan bahwa penentuan tersebut dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan mikroskop elektron atau mikroskop sinar, dan secara tidak langsung dengan metode agar cawan atau serial larutan MPN (most-probable-number). Perkembangan mikrobia tanah dapat dilihat melalui gejala yang meliputi antara lain: kekeruhan, pembentukan gas, dan perubahan substrat atau pembentukan agregat sel mikrobia Anas (1989) dalam Hanafiah (2012).

2. Kualitas Tanah

  Untuk menentukan apakah suatu indikator kualitas tanah dapat diterima atau tidak, dilakukan dengan pendekatan skoring. Masing-masing parameter diskor berdasar atas pengetahuan dan pengalaman pengguna. Jumlah dari skor masing- masing parameter merupakan gambaran singkat penerimaan yang kemudian dibandingkan dengan indikator lain (Purwanto, 2002).

  Penilaian kualitas tanah dapat melalui penggunaan sifat tanah kunci atau indikator yang menggambarkan proses penting tanah. Selain itu, penilaiannya juga dapat dilakukan dengan mengukur suatu perubahan fungsi tanah sebagai tanggapan atas pengelolaan, dalam konteks peruntukan tanah, sifat-sifat bawaan, dan pengaruh lingkungan misalnya hujan dan suhu (Andrews, 2004; Ditzler and Tugel, 2002).

  Kualitas tanah di tentukan dengan cara mengumpulkan data-data indikator yang telah terpilih atau Minimum Data Set (MDS). Setelah data-data indikator terkumpul maka informasi tersebut kemudian dipadukan untuk menentukan indeks kualitas tanah. Indeks kualitas tanah ini dapat digunakan untuk memantau dan

Tabel 2.6 Klasifikasi sifat-sifat tanah yang berkontribusi terhadap kualitas tanah didasarkan atas kepermanenanya dan tingkat kepekaanya terhadap pengelolaan (Islam

  dan Weil, 2000).

  Berubah dalam jangka harian atau rutin (ephemeral)

  Ditentukan oleh manajemen dari beberapa tahun (intermediate) Sifat bawaan (permanen)

  Kadar Air Respirasi tanah pH N mineral K mineral P tersedia Kerapatan isi

  Agregasi Biomassa mikrobia Respirasi Basal Respirasi Spesifik Karbon aktif Kandungan karbon organic

  Kedalaman Tanah Lereng Iklim Restrictive layer Tekstur Batuan Mineralogi

  Mudah berubah Sulit berubah Tidak berubah tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah yang alami. Dengan kata lain pencemaran tanah merupakan keadaan di mana materi fisik, kimia, dan biologis masuk merubah alami lingkungan tanah (Cordova, 2008).

  Pencemaran tanah tidak hanya terbatas pada negara-negara industri saja. Negara-negara berkembang memiliki proporsi yang relatif kecil dari produksi industri dunia logam berat tanah menjadi salah satu keprihatinan meningkat karena efek yang merugikan pada fisiologi manusia. Beberapa dari mereka yang terkait untuk menyebabkan kanker dan gagal ginjal di antara mereka yang terkena dosis tinggi jejak logam terutama di daerah industri. Sumber logam berat tanah bisa geogenic, tetapi terjadinya mereka dalam konsentrasi yang lebih tinggi di atas batas yang diperbolehkan dari standar menimbulkan curiga sumber kontaminasi industri. Konsentrasi tinggi dari kehadiran mereka di limbah industri merembes ke badan air sub-permukaan dan akan diserap dalam kursus sebagai akibat dari berbagai proses berbau busuk, kering, mengandung logam berat, mengandung sampah anorganik (Bachri, 1995).

  Di wilayah pesisir Banten seperti Teluk Banten, Bojonegara dan Muara Bama, Panimbang telah mengalami tekanan berat pencemaran lingkungan, yang berasal dari kegiatan antropogenik, seperti limbah batu bara bahan bakar PLTU yang dioperasikan sejak tahun 2009, kegiatan berbagai industry seperti pabrik plastik, industri perakitan kapal, dan industri lainnya. Oleh karena itu diperlukan studi tentang kemampuan

  

Anadara antiquata bertahan hidup di perairan tercemar logam berat, dalam rangka

  pemanfaatan potensinya untuk biomonitoring perairan tercemar logam berat. Sebagai bioindikator, beberapa peubah ekofisiologis dari hewan ini dapat merepresentasikan pencemaran, mulai dari ringan hingga berat, yang terjadi di daerah tersebut (Saeni, 2002).

B. Logam Berat

  Pencemaran tidak hanya dapat terjadi di air dan udara namun dapat pula biasanya bahan pencemar ini mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Berdasarkan pendekatan GLASOD (Global Assessment of Soil Degradation), ada 5 jenis penyebab degradasi tanah yaitu: (1) Deforestasi, (2) Overgrazing, (3) Aktivitas Pertanian, (4) Eksploitasi vegetasi secara berlebihan untuk penggunaan domestik, dan (5) Aktivitas Bio

  • – Industri dan Industri (Oldeman, 1994). Dengan demikian tanah yang telah menurun kemampuannya dalam mendukung kehidupan manusia dapat dikategorikan sebagai tanah rusak dan umumnya kerusakan tanah lebih banyak disebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan (Hanafiah, 2012).

  Kerusakan tanah akibat adanya kegiatan industri pada daerah sekitarnya memberikan peluang terjadinya penurunan kesuburan tanah dan bahkan dapat menjadi racun bagi tanaman. Adanya kerusakan tanah memerlukan upaya perbaikan dan pemulihan kembali sehingga kondisi tanah yang rusak dapat berfungsi kembali secara optimal sebagai unsur produksi, media pengatur air, dan sebagai unsur

  7 dalam susunan berkala serta mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S sehingga mendorong terjadinya ikatan logam berat dengan gugus S (Saeni, 2002).

  Logam berat dalam jumlah berlebih menyebabkan terjadinya pencemaran dalam tanah. Saeni (2002) menjelaskan bahwa unsur-unsur logam berat yang potensial menimbulkan pencemaran pada lingkungan adalah; Fe, As, Cd, Pb, Hg, Mn, Ni, Cr, Zn, dan Cu, karena unsur ini lebih ekstensif penggunaannya demikian pula dengan tingkat toksisitasnya yang tinggi. Sementara United States Environment

  

Protection Agency (US EPA) mendata logam berat yang merupakan pencemar utama

  berbahaya yaitu Sb, Ag, Be, Cd,Cr, Cu, Pb, Hg, Ni, Se, Sr, Ag dan Zn (Sukhendrayatna, 2001). Namun terdapat pula logam berat seperti Zn, Cu, Fe, Mn, Mo yang merupakan unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman, tetapi bila jumlahnya terlalu besar akan mengganggu tumbuhnya tanaman. Bahaya logam berat pada tanah terutama bila logam tersebut telah terakumulasi dan telah melebihi batas kritis dalam tanah. montmorilonit), zat-zat humin (asamhumus, asam fulfik, asam humin) dan oksida- oksida Fe dan Mn. Logam berat termasuk zat pencemar karena sifatnya yang stabil dan sulit untuk diuraikan. Logam berat dalam tanah yang membahayakan pada kehidupan organisme dan lingkungan adalah dalam bentuk terlarut. Di dalam tanah logam tersebut mampu membentuk kompleks dengan bahan organik dalam tanah sehingga menjadi logam yang tidak larut. Logam yang diikat menjadi kompleks organik ini sukar untuk dicuci serta relatif tidak tersedia bagi tanaman. Dengan demikian senyawa organik tanah mampu mengurangi bahaya potensial yang disebabkan oleh logam berat beracun (Slamet, 1996).

  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan logam berat antara lain: 1. lingkungan (pH tanah, suhu), 2. Persaingan antara spesies tanaman, 3. Ukuran partikel, 4. Sistem perakaran, 5. Ketersediaan logam dalam tanah, dan 6. Energi yang tersedia untuk memindahkan logam kejaringan tanaman. Penggunaan logam berat sangat luas dan hampir setiap industri menggunakannya, karena logam berat dapat

  3

  3

  cm , dengan sendirinya logam yang beratnya kurang dari 5 g setiap cm termasuk logam ringan (Darmono, 1995).

  Logam berat sejatinya unsur penting yang dibutuhkan setiap makhluk hidup, sebagai trace element, logam berat yang esensial seperti tembaga (Cu), selenium (Se), besi (Fe), dan zink (Zn) penting untuk menjaga metabolisme tubuh manusia dalam jumlah yang tidak berlebihan, jika berlebihan akan menimbulkan toksik pada tubuh. Logam yang termasuk elemen mikro merupakan kelompok logam berat yang nonesensial yang tidak mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan (toksik) pada manusia yaitu: timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), Cadmium (Cd). Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat dikulit bumi yang tidak dapat didegradasi ataupun dihancurkan dan merupakan zat berbahaya karena dapat terjadi bioakumulasi. Bioakumulasi adalah peningkatan konsentrasi zat kimia dalam tubuh mahluk hidup dalam waktu yang cukup lama, dibandingkan dengan konsentrasi zat

  Menurut Palar (1994), karakteristik dari logam berat adalah sebagai berikut: 1.

  Memiliki spesifikasi gravitasi yang sangat besar (>4).

  2. Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur lantanida dan aktanida.

  3. Mempunyai respon biokimia (spesifik) pada organisme hidup.

  Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi racun yang akan meracuni tubuh mahluk hidup. Namun demikian sebagian logam- logam berat tersebut tetap dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi apabila tidak terpenuhi akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari setiap mahluk hidup.

  Diketahui ada 18 logam berat sebagai bahan pencemar, tetapi ada beberapa yang bersifat esensial untuk kehidupan organisme, misalnya Cu dan Zn, tetapi dalam jumlah berlebih dapat bersifat racun bagi organisme Bryan (1976) dalam Sunoko (1994). Dalam kenyataanya logam berat Cd dan Pb juga sangat berbahaya bagi Kandungan timbal dalam tanah berkisar antara 2 sampai dengan 200 ppm,namun umumnya berkisar 16 ppm (Pendias dan Pendias, 2000). Timbal merupakan unsur yang tidak esensial bagi tanaman, kandungannya berkisar antara 0,1 sampai dengan 10 ppm (Soepardi, 1983). Untuk tanaman tertentu akumulasi terhadap timbal sangat tinggi dan hal ini mungkin tidak menunjukkan gejala keracunan dalam tanaman akan tetapi akan berbahaya bila dikonsumsi olehmakhluk hidup khususnya manusia.

  Selain di tanah, timbal terdapat pula di atmosfir yang berasal daripembakaran bahan -bahan aditif bensin dari kendaraan bermotor seperti timbal tetraetil dan timbal tetrametil, selain itu juga berasal dari asap-asap buangan pabrik seperti timbal oksida.Dalam kegiatan industri timbal banyak digunakan sebagai bahan pewarna cat, dan pencetakan tinta.Timbal juga digunakan sebagai penyusun patri dan solar dan sebagai formulasi penyambung pipa (Saeni, 2002).

  Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat beracun yang dapat masuk ke dalam tubuh terutama melalui saluran pencernaan, pernafasan dan kulit. mual, sakit disekitar perut, anemia dan rasa nyeri pada tulang serta gangguan syaraf. Bila timbal terakumulasi dalam tubuh manusia maka dapat meracuni atau merusak fungsi mental, perilaku, dan menyebabkan anemia. Selanjutnya bila tingkat keracunan lebih berat maka dapat menyebabkan muntah-muntah serta kerusakan pada sistem syaraf bahkan dapat menyebabkan gangguan dalam sistem otak. Soemarwoto (1985) menerangkan bahwa anemia terjadi karena timbal dalamdarah akan mempengaruhi aktivitas enzim asam delta amino levulenat dehidratase (ALAD) dalam membentuk haemoglobin (Hb) pada butir-butir darah merahdalam tubuh (Saeni, 1997).

  Penyerapan timbal dari makanan ke dalam tubuh dipengaruhi oleh umur.Umumnya orang dewasa menyerap 10 % sampai 15 % timbal dari makanan sedang anak-anak dapat mencapai 50 % timbal dari makanan yang diserap. Selain itu faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap logam timbal adalah rendahnya nutrisi (gizi). Kurangnya nutrisi dalam tubuh dapat meningkatkankadar daya racun terhadap anak-anak, 5) peminum alkohol cenderung lebih rentan terhadap timbal (Saeni, 2002).