PERBEDAAN SIFAT FISIKA SEDIAAN TABLET SUBLINGUAL EKSTRAK DAUN TEMBAKAU DENGAN VARIASI AC-DI-SOL® SEBAGAI SUPERDISINTEGRANT DAN MAGNESIUM STEARAT SEBAGAI LUBRICANT

  PERBEDAAN SIFAT FISIKA SEDIAAN TABLET SUBLINGUAL EKSTRAK DAUN TEMBAKAU DENGAN VARIASI AC-DI-SOL® SEBAGAI SUPERDISINTEGRANT DAN MAGNESIUM STEARAT SEBAGAI LUBRICANT SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Silvia Natalia NIM : 088114099

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

  PERBEDAAN SIFAT FISIKA SEDIAAN TABLET SUBLINGUAL EKSTRAK DAUN TEMBAKAU DENGAN VARIASI AC-DI-SOL® SEBAGAI SUPERDISINTEGRANT DAN MAGNESIUM STEARAT SEBAGAI LUBRICANT SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Silvia Natalia NIM : 088114099

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

  Persetujuan Pembimbing

  PERBEDAAN SIFAT FISIKA SEDIAAN TABLET SUBLINGUAL EKSTRAK DAUN TEMBAKAU DENGAN VARIASI AC-DI-SOL® SEBAGAI SUPERDISINTEGRANT DAN MAGNESIUM STEARAT SEBAGAI LUBRICANT

  Skripsi yang diajukan oleh: Silvia Natalia

  NIM : 088114099 telah disetujui oleh

  

Halaman Persembahan

Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kauhendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan (Mazmur 20:5)

  I do the best and let God do the rest

  Karya ini kupersembahkan untuk: Jesus Christ, my Lord, my Father, my All in all; Mama dan Papa; Koko dan adikku; Sahabat-sahabatku; Teman-teman farmasi; dan Almamaterku.

  

Halaman Persembahan

Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kauhendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan (Mazmur 20:5)

  I do the best and let God do the rest

  Karya ini kupersembahkan untuk: Jesus Christ, my Lord, my Father, my All in all; Mama dan Papa; Koko dan adikku; Sahabat-sahabatku; Teman-teman farmasi; dan Almamaterku.

  

Halaman Persembahan

Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kauhendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan (Mazmur 20:5)

  I do the best and let God do the rest

  Karya ini kupersembahkan untuk: Jesus Christ, my Lord, my Father, my All in all; Mama dan Papa; Koko dan adikku; Sahabat-sahabatku; Teman-teman farmasi; dan Almamaterku.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 10 Januari 2012 Penulis Silvia Natalia

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan dibawaj ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Silvia Natalia Nomor mahasiswa : 088114099

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

PERBEDAAN SIFAT FISIKA SEDIAAN TABLET SUBLINGUAL

EKSTRAK DAUN TEMBAKAU DENGAN VARIASI AC-DI-SOL®

SEBAGAI SUPERDISINTEGRANT DAN MAGNESIUM STEARAT

SEBAGAI LUBRICANT

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 10 Januari 2012 Yang Menyatakan

  (Silvia Natalia)

  

PRAKATA

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaanNya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Perbedaan Sifat Fisika Sediaan Tablet Sublingual Ekstrak Daun Tembakau dengan Variasi Ac-Di-Sol® sebagai Superdisintegrant dan Magnesium Stearat sebagai Lubricant”.

  Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan doa, dukungan, semangat, saran, dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sehingga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.

  3. Bapak Prof. Dr.C.J.Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji atas semua masukan, motivasi, dan arahan kepada penulis.

  4. Ibu Agatha Budi Susiana L., M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji atas semua masukan, motivasi, dan arahan kepada penulis.

  5. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma atas segala bimbingan, dukungan, dan arahan kepada penuls dalam penyusunan skripsi.

  6. Bapak Musrifin, Mas Agung, Mas Otok, Bapak Iswandi, Mas Kunto atas

  7. Ibu Dewi Setyaningsih M.Sc., Apt., Bapak Drs. Mufrod S.Si., M.Sc., Apt., dan Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt., untuk bantuan, motivasi, dan arahan selama penelitian dan penyusunan skripsi.

  8. Eddie Hindrianto, rekan kerja selama penelitian dan penyusunan skripsi.

  Terima kasih untuk semangat, dukungan, dan kerja samanya.

  9. Curephoria Helena Angelina, yang bersedia bekerja sama dalam penelitian ini.

  10. Linardi, yang selalu mendukung penulis melalui doa, bantuan, dan semangat kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi.

  11. Novi Chairio dan Roy Syahputra, atas dukungan, bantuan, dan semangat yang diberikan kepada penulis

  12. Ko Wiliams Andrian, ko Arie Wongso, dan mas Andreas Amun Andropo, atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

  13. Teman-teman seperjuangan penelitian di Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Solid, terima kasih atas kebersamaannya.

  14. Witha Helvira, Lusiana Dwi Aryanti, Anindita Reningtyas, Kiki Veriani, dan Suriadi atas dukungan, semangat, dan arahan yang diberikan kepada penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi.

  15. Teman-teman FKK-A 2008, atas dukungan dan kebersamaan selama ini.

  16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, untuk dukungan dan bantuannya kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.

  Penulis menyadari terdapat berbagai kekurangan dalam naskah skripsi ini mengingat segala keterbatasan pengetahuan, wawasan, dan kemampuan penulis.

  Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perkembangan selanjutnya.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR GAMBAR

  

  

  

DAFTAR TABEL

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR LAMPIRAN

  

  

INTISARI

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau meliputi bobot rata-rata tablet, keseragaman bobot tablet, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu hancur tablet dan wetting time tablet dengan variasi Ac-Di-Sol® sebagai superdisintergrant dan magnesium stearat sebagai lubricant.

  Rancangan penelitian dibuat kedalam dua jenis formula dengan Ac-Di- Sol® dan magnesium stearat sebagai faktor dan terdapat dua level konsentrasi untuk masing-masing faktor yaitu level rendah dan level tinggi. Evaluasi formula dilakukan dengan uji T tidak berpasangan untuk data yang diasumsikan berdistribusi normal dan uji Wilcoxon untuk data yang diasumsikan berdistribusi tidak normal. Data dianalisis menggunakan software R 2.14.1.

  Hasil penelitian menunjukkan formula a (Ac-Di-Sol® level rendah dan magnesium stearat tinggi) dan formula b (Ac-Di-Sol® level ringgi dan magnesium stearat rendah) berbeda signifikan pada respon kekerasan tablet dan respon waktu hancur sedangkan untuk respon bobot rata-rata dan kerapuhan tablet tidak berbeda signifikan. Kata kunci: tablet sublingual, tablet ekstrak tembakau, lubricant,

  superdisintegrant

  

ABSTRACT

  This study aims to know the difference of physical properties of extracts of tobacco leaf of sublingual tablets, which includes the tablet weight average, the weight uniformity, hardness, friability, disintegration time and wetting time of tablets with variation of Ac-Di-Sol® as superdisintegrant and magnesium stearate as lubricant.

  The study was designed into two types of formulas with Ac-Di-Sol® and magnesium stearate as factors and there were two concentration levels for each factor which were low level and high level. Evalution of formula were performed with unpaired T-test for normal distribution assumed data and Wilcoxon test for normal distribution not assumed data. Data were analyzed using the R.2.14.1 software.

  The results showed that formula a (low level Ac-Di-Sol® and high level magnesium stearat) and formula b (high level Ac-Di-Sol® and low level magnesium stearat) significantly different for hardness response and disintegration time response while for the weight average response and friability response were not significantly different.

  Keywords: sublingual tablet, tobacco extract tablet, lubricant, superdisintegrant

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Tembakau tergolong dalam famili Solanaceae dengan nama ilmiah Nicotiana tabacum L. memiliki variasi kandungan kimia dengan zat terbanyak

  yang terkandung adalah nikotina dari golongan alkaloida. Efek farmakologis yang dihasilkan oleh tembakau berdasarkan dari data-data yang diperoleh yaitu sebagai diuretik, antispasmodik, emetik, ekspektoran, iritan, homeopati, sedatif dan pestisida. Menurut penelitian Hutchinson, Emley, Augusta, dan Mich (1988), nikotina dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi. Namun nikotina pada saat dimetabolisme oleh hati akan menghasilkan 80% zat kotinin sedangkan efek antihipertensi terdapat pada nikotina sehingga untuk menghindari first pass effect metabolism maka dapat dirancang dalam sediaan tablet sublingual.

  Formula sediaan tablet sublingual terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan berupa bahan pelicin, bahan penghancur, dan bahan pengisi. Bahan tambahan ini dalam suatu sediaan tablet berguna untuk meningkatkan stabilitas sifat fisika sediaan agar efek yang optimal dapat dicapai. Saat ini formulasi yang tepat untuk sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau masih belum diketahui apalagi adanya sifat higroskopis dari kandungan nikotina dalam ekstrak dapat memperburuk sifat alir campuran, maka perlu diketahui adanya pengaruh dari bahan tambahan yang digunakan sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau

  Bahan pelicin (lubricant) membantu mempertahankan nilai estetika sediaan tablet serta mengurangi gesekan antara tablet dengan dinding punch dan

  

die di mesin tablet sehingga mudah dikempa. Bahan penghancur (disintegrant dan

superdisintegrant) berguna untuk mempercepat hancurnya tablet sublingual saat

  diaplikasikan dibawah lidah sehingga efek yang diinginkan dapat berlangsung cepat. Penambahan bahan pelicin dapat meningkatkan waktu hancur karena sebagian besar bahan pelicin bersifat hidrofobik (Aulton, 2002).

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau dengan variasi Ac-Di-Sol® sebagai superdisintegrant dan magnesium stearat sebagai lubricant sehingga dapat menjadi acuan dalam pembuatan tablet sublingual ekstrak daun tembakau yang memenuhi sifat fisika yang baik meliputi keseragaman bobot, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu hancur dan waktu pembasahan.

  1. Permasalahan

  Berdasar dari latar belakang yang telah diuraikan, maka didapatkan permasalahan sebagai berikut: Adakah perbedaan yang signifikan antara Ac-Di- Sol® level rendah dan magnesium stearat level tinggi dengan Ac-Di-Sol® level tinggi dan magnesium stearat level rendah terhadap sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau?

  2. Keaslian penelitian

  Penelitian terdahulu oleh Hutchinson et al (1988) mengenai dosis nikotina sebagai antihipertensi pada manusia yang sudah dipatenkan di Amerika mahasiswa Sanata Dharma, yakni Angelina (2012) mengenai kadar nikotina di 1 gram dalam ekstrak yaitu 0,02 gram. Sejauh penelusuran peneliti, penelitian mengenai “Perbedaan Sifat Fisika Sediaan Tablet Sublingual Ekstrak Daun Tembakau dengan Variasi Ac-Di-Sol® sebagai Superdisintegrant dan Magnesium Stearat sebagai Lubricant” belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang perbedaan sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau dengan variasi Ac-Di-Sol® sebagai superdisintegrant dan magnesium stearat sebagai lubricant.

  b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan memberi gambaran sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau yang baik kepada masyarakat melalui parameter keseragaman bobot, kekerasan tablet sublingual, kerapuhan tablet sublingual, waktu hancur, dan waktu pembasahan tablet (wetting

  time).

B. Tujuan Penelitian

  Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara Ac-Di-Sol® level rendah dan magnesium stearat level tinggi dengan Ac-Di-Sol® level tinggi dan magnesium stearat level rendah terhadap sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Tembakau

  1. Susunan taksonomi tanaman tembakau Susunan taksonomi tanaman tembakau, yaitu sebagai berikut.

  Famili : Solanaceae Sub Famili : Nicotianae Genus : Nicotiana Spesies : Nicotiana tabacum L. (Direktorat Jenderal Perkebunan dan Departeman Kehutanan Republik Indonesia, 2010).

  

Gambar 1. Tanaman tembakau (Anonim, 2004)

  2. Deskripsi tanaman tembakau

  Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, batang, dan daun diliputi oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–rata mencapai 250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai tinggi sampai 4 m apabila syarat– syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata kurang dari

  1 tahun. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, dan kedudukan daun pada batang tegak (Abdullah dan Soedarmanto, 1982).

  Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan di Indonesia. Secara garis besar, tembakau yang diproduksi di Indonesia dibagi berdasarkan iklim, yaitu: a) Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat rokok putih dan rokok kretek; b) Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu, tembakau hisap, dan tembakau kunyah (Direktorat Jenderal Perkebunan dan Departeman Kehutanan Republik Indonesia, 2010).

3. Kandungan kimia tanaman tembakau

  Keseluruhan kandungan di dalam daun Nicotiana tabacum adalah alkaloida, flavonoida, dan polifenol (Abdullah dan Soedarmanto, 1982). Alkaloid merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan berupa sistem siklis. Sifat-sifat alkaloid, yaitu: a. Umumnya kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak larut air.

  Beberapa alkaloid berwujud cair dan larut air (misalnya nikotina).

  b. Bersifat basa (pahit, racun).

  c. Mempunyai efek fisiologis serta aktif optis (Tobing, 1989).

  Kandungan alkaloid terbanyak dalam tanaman tembakau adalah nikotina (Abdullah dan Soedarmanto, 1982). Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotina yang rendah (min n=0,6%) (Direktorat Jenderal Perkebunan dan Departeman Kehutanan Republik Indonesia, 2010).

4. Kegunaan tanaman tembakau

  Tembakau merupakan tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman perkebunan. Tembakau di Indonesia umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok. (Direktorat Jenderal Perkebunan dan Departeman Kehutanan Republik Indonesia, 2010). Nikotina dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah manusia dengan range dosis 0,00007-0,02 mg/kg BB per jam (Hutchinson, Emley, Augusta, dan Mich, 1988).

B. Tinjauan tentang Ekstrak

  1. Ekstrak

  Ekstrak merupakan sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya matahari langsung yang mengandung banyak unsur (Ansel, 1989).

  2. Ekstrak kering

  Ekstrak kering adalah ekstrak tumbuhan yang melalui penguapan cairan pengekstraksi kemudian pengeringan sisanya akan terbentuk suatu produk, yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%. Ekstrak kering memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1979).

  3. Proses ekstraksi

  Proses ekstraksi merupakan penarikan zat utama yang diinginkan dari bahan mentah obat menggunakan bahan pelarut yang dapat melarutkan zat yang diinginkan (Voigt, 1994).

  4. Metode ekstraksi

  Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan, yaitu maserasi, perkolasi, dan sokhletasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan berbagai macam metode ekstraksi untuk memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).

  a. Maserasi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada suhu ruangan saat perendaman sampel maka akan terjadi pemecahan dinding dan membrane sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan diluar sel sehingga membrane sel yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organic dan ekstraksi senyawa akan sempurna (Ansel, 1989)

  b. Perkolasi. Perkolasi merupakan proses saat obat yang sudah halus, diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai dengan cara dilewatkan secara perlahan pada suatu kolom. Obat dimampatkan dalam suatu alat ekstraksi khusus yang disebut percolator (Ansel, 1989).

  c. Penyarian dengan alat Soxhlet. Penyarian dengan alat Soxhlet dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Keuntungannya adalah cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986).

5. Ekstrak tembakau

  Ekstrak tembakau merupakan sediaan pekat yang diperoleh dari hasil ekstraksi daun kering tanaman tembakau. Proses ekstraksi zat aktif dari tanaman tembakau menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Massa yang tersisa yang didapatkan diperlakukan sedmikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan. Ekstrak pekat tembakau umumnya memiliki kadar air 5-30% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995).

  

C. Tablet Sublingual

  Tablet sublingual merupakan tablet dengan penggunaan per oral yang disisipkan di bawah lidah biasanya berbentuk datar yang dirancang untuk larut di bawah lidah dan diabsorpsi melalui mukosa oral sehingga berguna untuk penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit sekali diabsorbsi oleh saluran pencernaan (Ansel, 1989).

  Tablet sublingual dituntut memiliki absorpsi dan respon farmakologi cepat. Hal ini dapat dicapai dengan desain formulasi tablet agar mengalami disintegrasi cepat sehingga zat aktifnya cepat larut di saliva. Zat aktifnya ini dapat terdiri dari material selulosik, lubrikan, glidant, perasa dan zat penstabil. Efek farmakalogik yang negatif dihasilkan akibat dari selulosa yang tidak larut di dalam mulut. Metode evaluasi tablet kempa sublingual sama dengan metode tablet sublingual cetak (Lieberman, 1989)

D. Metode Kempa Langsung (Direct Compression)

  Metode kempa langsung (direct compression) dilakukan pada bahan- bahan yang memiliki sifat kohesifitas tinggi dan memiliki sifat yang mudah mengalir sehingga memungkinkan untuk langsung dicetak dalam mesin tablet tanpa memerlukan pembasahan (Ansel, 1989).

  Keuntungan utama dari metode kempa langsung yaitu dapat dijadikan tablet untuk bahan-bahan obat memiliki sifat yang peka lembab dan panas serta bahan obat yang stabilitasnya dapat terganggu akibat proses granulasi (Voigt, 1994). Kelebihan direct compression yang lain yaitu tahapan produksi yang singkat dimana hanya pencampuran dan pengempaan, peralatan yang digunakan tidak banyak, ruangan yang diperlukan kecil, dapat meningkatkan stabilitas produk dengan adanya proses singkat dalam pengempaan (Sulaiman, 2007).

E. Bahan Pelicin (Lubricant)

  Bahan pelicin (lubricant) memiliki sejumlah fungsi dalam pembuatan tablet. Lubrikan dapat mencegah adhesi dari bahan tablet terhadap permukaan

  

punch dan die, mengurangi friksi interpartikel dan memfasilitasi lepasnya tablet tablet (Rudnic dan Schwartz, 2006). Lubrikan juga berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik yang dapat menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet sehingga kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995).

  Secara umum, lubrikan yang digunakan yaitu talc, magnesium stearat, kalsium stearat, asam stearat, polietilen glisil (PEG). Jumlah lubrikan yang digunakan bervariasi, dapat juga digunakan sangat rendah, yaitu 0,1% dan beberapa kasus dapat digunakan dalam konsentrasi tinggi, yaitu 5%. Kebanyakan lubrikan, kecuali talk, digunakan pada konsentrasi dibawah 1%. Talk memerlukan konsentrasi 5% jika digunakan secara tunggal. Kebanyakan lubrikan merupakan bahan hidrofobik. Pemilihan yang kurang tepat atau jumlah yang berlebihan dapat menghasilkan tablet yang tahan terhadap air sehingga pecahnya tablet dapat menjadi lama dan/atau disolusi obat menjadi tertunda (Rudnic dan Schwartz, 2006).

F. Bahan Penghancur (Disintegrant dan Superdisintegrant)

  Bahan penghancur atau disintegrant merupakan bahan atau campuran bahan yang ditambahkan ke dalam tablet untuk membantu pecahnya atau disintegrasinya tablet setelah diadministrasikan. Zat aktif harus dilepaskan dari matriks tablet se-efisien mungkin untuk mendapatkan disolusi yang cepat. Bahan yang termasuk dalam disintegrant dapat dikelompokkan menjadi pati/amilum, selulosa, gum, dan polimer cross-linked (Rudnic dan Schwartz, 2006).

  Disintegrant yang paling lama dan masih banyak digunakan adalah

  amilum kentang dan jangung yang telah dikeringkan dan dibuat kedalam bentuk serbuk. Amilum memiliki afinitas yang bagus didalam air dan mengembang ketika terbasahi. Bagaimanapun juga, disarankan agar aksi disintegrasi dalam tablet terjadi aksi kapiler (capillary action) daripada pengembangan (swelling); bentuk bulat (sferis) dari amilum meningkatkan porositas tablet sehingga dapat meningkatkan terjadinya aksi kapiler. Penggunaan amilum disarankan 5%, jika diinginkan disintegrasi yang lebih cepat, jumlah ini dapat ditingkatkan menjadi 10% atau 15% (Rudnic dan Schwartz, 2006).

  Ada pula kelompok bahan yang dikenal sebagai superdisintegrant yang memiliki disintegrasi yang lebih baik karena waktu disintegrasi yang sangat cepat dibandingkan dengan kelompok disintegrant. Croscarmellose, crospovidone, dan

  

sodium starch glycolate mewakili contoh dari selulosa cross-linked, polimer

cross-linked, dan amilum (starch) cross-linked. Perkembangan dari disintegran ini

  memunculkan teori baru tentang berbagai mekanisme aksi disintegrasi oleh disintegrant (Rudnic dan Schwartz, 2006).

  Ada empat aksi superdisintegran dalam proses hancurnya tablet, yaitu:

  1. Pengembangan (Swelling) Meskipun tidak semua disintegran efektif mengembang saat kontak dengan air, swelling diyakini menjadi suatu mekanisme pada agen disintegrasi partikel menjadi terpisah. (Mohanachandran, Sindhumol, Kiran, 2011). Mekanisme ini dapat dipengaruhi oleh struktur pori-pori tablet dimana semakin kecil pori-pori yang ada didalam tablet maka semakin besar tenaga untuk menghancurkan tablet (Sulaiman, 2007).

  2. Porositas dan aksi kaplier (wicking) Disintegran yang efektif tidak mengembang diyakini memberikan aksi disintegrasi melalui porositas dan aksi kapiler. Porositas tablet menyediakan jalur untuk penetrasi cairan ke dalam tablet. Partikel disintegran (dengan kekompakan dan kompresibilitas rendah) bertindak untuk meningkatkan porositas dan menyediakan jalur ke tablet. Cairan akan masuk kedalam jalur ini melalui aksi kapiler dan memutuskan ikatan interpartikel sehingga tablet akan pecah (Mohanachandran, Sindhumol, dan Kiran, 2011).

  3. Perubahan bentuk (Deformation) Pada saat proses pengempaan, partikel yang ada didalam tablet akan berubah bentuknya sehingga bila tablet kontak dengan air maka partikel akan membantuk kembali ke bentuk asalnya. Dengan demikian, partikel tablet akan berdesakan sehingga tablet dapat hancur (Mohanachandran, Sindhumol, dan Kiran, 2011).

  4. Berkaitan dengan disintegrasi partikel atau gaya tolak partikel Mekanisme lain dari disintegrasi untuk menjelaskan pengembangan

  (swelling) dari tablet yang terbuat dari disintegran ‘nonswellable’ (yang tidak dapat mengembang). Guyot-Hermann mengajukan teori tolakan partikel

  nonswelling dapat menyebabkan pecahnya tablet. Gaya tolakan elektrik antara

  partikel merupakan mekanisme disintegrasi dan air diperlukan untuk terjadinya mekanisme ini. Para peneliti menemukan bahwa tolakan tersebut merupakan mekanisme sekunder dari wicking (Mohanachandran, Sindhumol, dan Kiran, 2011).

  Superdisintegrant bertujuan untuk memudahkan pecahnya atau

  hancurnya tablet saat kontak dengan air sehingga luas permukaan dari fragmen- fragmen tablet akan meningkat. Dengan demikian, zat aktif dari tablet akan mudah untuk lepas dan dihantarkan ke tempat aksi (Mohanachandran, Sindhumol, dan Kiran, 2011). Superdisintegrant memiliki daya mengembang yang sangat cepat dan sangat tinggi yang dapat mendesak isi tablet ke arah luar, akibatnya tablet cepat hancur. Penggunaan superdisintegrant hanya diperlukan dalam konsentrasi yang kecil. Namun superdisintegrant memiliki sifat sangat higroskopis sehingga tidak dapat digunakan untuk obat-obat yang sensitive terhadap kelembapan (Sulaiman, 2007).

G. Monografi

1. Magnesium stearat (Mg stearat)

  Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organic padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

  Magnesium stearat sangat halus, putih berkilau, berbau lemah asam stearat dan rasa khas, bubuk berminyak saat dipegang, mudah melekat pada kulit, digunakan sebagai lubrikan tablet dan kapsul (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006). Magnesium stearat tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter. Magnesium stearat mengandung setara dengan tidak kurang dari 6.8% dan tidak lebih ari 8.3% MgO, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

  CH (CH ) COO Mg

  3

  2

  

16

  2 Gambar 2. Struktur Magnesium stearat (Rowe, Sheskey, and Owen, 2006)

2. Croscarmellose Natrium (Croscarmellose Na)

  Croscarmellose Na merupakan polimer crosslinked dari natrium karboksimetilselulosa (CMC Na). Croscarmellose Na digunakan dalam formulasi bentuk sediaan oral sebagai disintegrant untuk kapsul, tablet, dan granul. Pada formulasi tablet, Croscarmellose Na dapat dilakukan proses kempa langsung dan proses granulasi basah. Croscarmellose Na dengan konsentrasi sampai 5%

  

w/w dapat digunakan sebagai disintegrant tablet, walaupun biasanya 2% w/w

  digunakan dalam tablet yang disiapkan oleh kompresi langsung dan 3% w/w dalam tablet yang dibuat dengan proses granulasi basah (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).

  

Gambar 3. Struktur dasar Croscamellose Na (Mohanachandran, Sindhumol, Kiran, 2011)

  3. Aerosil®

  Aerosil® adalah silium dioksida yang terdispersi tinggi, memiliki luas permukaan spesifik yang tinggi, dan sangat bagus digunakan sebagai bahan pengatur aliran. Aerosil® dapat mengurangi lengketnya partikel satu sama lain sehingga gesekan antar partikel sangat kurang. Adanya gugus silamol memampukan Aerosil® mengikat lembap (menyerap air 40% dari massanya). Selain itu, aerosil masih mampu mempertahankan daya alirnya yang baik dalam bentuk serbuk. Aerosil® biasa lazim digunakan dalam kadar 2% dari bobot tablet (Voigt, 1994).

  4. Amprotab®

  Amprotab® terbuat dari Manihot ultilissima Pohl atau biasanya disebut amilum manihot. Amprotab® merupakan amilum pro tablet yang dikhususkan untuk bahan tambahan pembuatan tablet dan sering digunakan sebagai alternative menggantikan amilum di negara-negara tropis. Amprotab® stabil dalam keadaan kering, tanpa pemanasan, dan terlindung dari kelembapan tinggi. Kekuatan amprotab® terjadi pada aksi kapiler (Yuliani, Fudholi, dan Wahyuono, 2003).

  5. Asam sitrat

  Asam sitrat adalah serbuk hablur bening, tidak berwarna, granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Kelarutan asam sitrat, yaitu satu gram asam sitrat larut didalam 0,5 mL air, 2 mL alcohol, atau sekitar 30 mL eter; larut bebas didalam metanol (Reilly, 2006).

  Asam sitrat dapat berfungsi sebagai antioksidan, agen bufer, agen

  o

  pengkelat. Asam sitrat monohidrat dapat melepaskan airnya pada suhu 40 C (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).

  6. Sorbitol

  Sorbitol merupakan D-glucitol yang adalah alcohol heksahidrik terkait dengan manosa dan isometric manitol. Sorbitol tidak berbau, putih atau hampir tidak berwarna, bubuk kristal, dan higroskopis. Sorbitol memiliki sensasi dingin, dan rasa manis 50-60% dari kemanisan sukrosa (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006). Satu gram sorbitol larut dalam 0,45 ml air, sedikit larut dalam alcohol, methanol, atau asam asetat (Reilly, 2006). Sorbitol sangat tidak larut dalam pelarut organic, bersifat inert, dan dapat bercampur dengan bahan tambahan lainnya (Barel, Paye, dan Maibach, 2001).

  

H. Uji Sifat Fisika Tablet Sublingual

1. Keseragaman bobot

  Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), keseragaman bobot dinyatakan sebagai tidak ada 2 tablet atau lebih yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata tablet sebesar 5% dan tidak ada satu tablet pun yang menyimpang dari bobot ratarata sebesar 10%.

2. Bobot rata-rata

  Penyimpangan massa menyatakan seberapa tepat takaran kandungan bahan aktif pada setiap tabletnya. Seluruh farmakope modern mengijinkan penyimpangan yang ditentukan oleh sejumlah tertentu tablet dari suatu kelompok, dimana besar penyimpangan yang diijinkan dalam kaitannya dengan berat masa rata-rata diperbolehkan sampai sebesar 5-15% (Voigt, 1994).

  3. Kekerasan tablet

  Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet melawan tekanan mekanik berupa kerusakan dan keretakan tablet yang mungkin terjadi selama proses pengemasan, penyimpanan, dan distribusi. Tablet sublingual memiliki kekerasan 4-8 KP (Ansel, 1989).

  4. Kerapuhan tablet

  Kerapuhan merupakan massa seluruh partikel yang dilepaskan dari tablet sebagai akibat adanya beban penguji mekanis. Kerapuhan dinyatakan sebagai persentase dari kehilangan berat setelah pengujian (Voigt, 1994). Secara umum, massa yang berkurang tidak kurang dari 1% selama uji kerapuhan. Sebagai tambahan, tablet yang sudah diuji tidak mengalami capping atau cracking (Aulton, 2002).

  5. Waktu hancur tablet

  Waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur dalam medium hingga tidak ada bagian tablet tersisa di kasa penguji. Faktor yang mempengaruhi waktu hancur tablet yaitu sifat kimia granul, kekerasan, dan porositas tablet (Parrot, 1971). Batas waktu hancur yang diperbolehkan pada tablet sublingual yaitu dua menit (Rawas-Qalaji, Simons, dan Simons, 2006).

  6. Waktu pembasahan (wetting time)

  Uji ini berguna sebagai kontrol kualitas dan mendukung evaluasi tablet sublingual. Uji ini menggunakan sedikit air yang mewakili kuantitas air yang tersedia dibawah lidah. Air yang digunakan dapat diganti dengan saliva buatan (Rawas-Qalaji, Simons, dan Simons, 2006).

I. Uji T Tidak Berpasangan

  Uji T tidak berpasangan mengevaluasi perbedaan antara rerata dari dua kelompok yang tidak saling berhubungan atau berkaitan. Uji T tidak berpasangan memeriksa adanya perbedaan yang signifikan pada satu faktor (variabel tergantung) diantara rerata dari dua kelompok bebas. Uji T tidak berpasangan dapat digunakan pada jenis penelitian deskriptif maupun eksperimental (Yount, 2006). Penggunaan uji T termasuk dalam uji parametric sehingga menganut pada asumsi-asumsi data berdistribusi normal, sebaran data homogen, dan sampel pengujian rancangan eksperimen dengan tujuan untuk membandingkan rerata dua perlakuan yang ada. Data yang digunakan dalam pengujian T adalah data interval atau data rasio (Riwidikdo, 2010).

  

J. Landasan Teori

  Kandungan ekstrak daun tembakau yaitu alkaloid, flavonoid dan polivenol. Alkaloid yang terkandung dalam ekstrak daun tembakau sebagian besar adalah nikotina. Menurut penelitian Hutchinson et al (1988), nikotina dapat menurun tekanan darah dan dosis terapi yang dapat digunakan sebagai antihipertensi, yaitu 0,00007-0,02 mg/kg/jam. Sekitar 80% nikotina diubah menjadi kotinin saat di metabolisme di hati sedangkan efek antihipertensi terdapat pada nikotina maka untuk menghindari first pass effect metabolism, ekstrak daun tembakau dibuat ke dalam bentuk sediaan tablet sublingual.

  Formulasi tablet sublingual dibutuhkan zat tambahan lubricant untuk mempertahankan nilai estetika tablet sublingual ekstrak daun tembakau yang dibuat sehingga tablet lebih stabil dan mempermudahkan pengempaan oleh alat pengempa dengan salah satu sifat lubricant yaitu dapat mengurangi gesekan antara tablet dengan stempel cetakan tablet sehingga memudahkan pengeluaran tablet dari mesin cetak. Lubricant yang digunakan dalam formulasi ini yaitu magnesium stearat.

  Disintegrant dan superdisintegrant ditambahkan sebagai agen swelling

  pada tablet sublingual sehingga pada saat diaplikasikan di bawah lidah dapat sublingual ekstrak daun tembakau dengan tujuan untuk mempercepat waktu hancurnya tablet sublingual pada saat diaplikasikan sehingga seluruh tablet akan cepat terdispersi. Disintegrant yang digunakan dalam formulasi ini adalah Amprotab® sedangkan superdisintegrant yang digunakan yaitu Ac-Di-Sol®.

  Selain itu, adanya sifat nikotina yang mudah teroksidasi dapat dicegah dengan penambahan asam sitrat pada formula yang berguna sebagai antioksidan.

  Evaluasi sifat fisika pada tablet sublingual terdiri dari uji keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, uji waktu hancur, dan uji pembasahan tablet (wetting time). Hasil evaluasi ini dilakukan uji beda menggunakan uji T tidak berpasangan sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok bebas terhadap respon evaluasi pada penelitian eksperimental.

  

K. Hipotesis

  Adanya perbedaan yang signifikan antara Ac-Di-Sol® level rendah dan magnesium stearat level tinggi dengan Ac-Di-Sol® level tinggi dan magnesium stearat level rendah terhadap sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni. B. Variabel dalam Penelitian

  1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi Ac-Di-Sol® sebagai

  superdisintegrant dan magnesium stearat sebagai lubricant dalam formula sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau.

  2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau yang meliputi keseragaman bobot, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu hancur dan wetting time.

  3. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah umur tanaman, asal tanaman, waktu panen tanaman, waktu pencampuran, dan kedalaman lubang die.

  4. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan.

C. Definisi Operasional

  1. Tablet sublingual merupakan sediaan tablet yang diaplikasikan dibawah lidah dan diabsorpsi melalui mukosa di bawah lidah.

  2. Superdisintegrant merupakan bahan tambahan pada tablet yang membantu pecahnya tablet secara sangat cepat saat kontak dengan air atau saliva.

  3. Lubricant merupakan bahan tambahan pada tablet sebagai pelicin saat proses pembuatan tablet.

  4. Keseragaman bobot yang diperbolehkan sesuai dengan acuan Farmakope Indonesia edisi III (1979) 5. Bobot rata-rata yang diperbolehkan penyimpangannya sebesar 5-15%.

  6. Kerapuhan tablet yang diperbolehkan untuk sediaan tablet, yaitu tidak lebih dari 1%.

  7. Waktu hancur yang diperbolehkan untuk sediaan tablet sublingual, yaitu tidak lebih dari 2 menit.

  8. Wetting time merupakan waktu pembasahan tablet yang digunakan sebagai parameter untuk evaluasi tablet sublingual.

  9. Waktu alir merupakan parameter sifat alir serbuk dimana tidak lebih dari 10 detik menunjukkan serbuk memiliki sifat alir yang baik.

  10. Pengetapan merupakan paramater sifat alir serbuk dimana serbuk memiliki sifat alir bagus bila indeks tapnya tidak lebih dari 20%.

11. Sudut diam merupakan paramater sifat alir serbuk dimana sudut diam antara 2842 menunjukkan sifat alir yang bagus.

  12. Waktu pencampuran yang optimum dalam penelitian ini adalah tiga menit.

D. Alat dan Bahan Penelitian

  1. Alat

  Beaker glass, kaca arloji, spatula, mortir, stemper, statif, kelem, corong pengukur kecepatan alir, silinder tetap dengan penyangga, alat pengukur sudut diam, attrition tester(ATMI Surakarta), volumenometer, hardness

  

tester(Pharmatest® PTB 302), disintegration tester(ATMI Surakarta), cawan petri

  (9 cm), kertas saring, hair dryer, timbangan analitik (Mettler AE 260 DeltaRange), heater (ALKMAAR Cenco Instrumen b.v., Netherlands), dan mesin kempa tablet (DELTA model VFD007521A, Shanghai).

  2. Bahan

  Ekstrak kental etanol daun tembakau dari Lembaga Pusat Penelitian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM), aquadest, Aerosil® (kualitas farmasetis), sorbitol (kualitas farmasetis), Ac-Di-Sol® (kualitas farmasetis), magnesium stearat (kualitas farmasetis), Amprotab® (kualitas farmasetis), asam sitrat (kualitas farmasetis).

E. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan tablet

  a. Formula acuan

  Tabel I. Formula Acuan (Abraham, Basavaraj, Bharath, Deveswaran, Furtado, dan Madhavan, 2010) b. Formula modifikasi

  Tabel II. Formula modifikasi Bahan Formula a (mg) Formula b (mg) Aerosil®

  3

  3 Ekstrak kental daun tembakau 1,75 1,75 Sorbitol 112,75 112,75 Ac-Di-Sol® 1,5 7,5 Magnesium stearat 7,5 1,5 Asam sitrat

  1

  1 Amilum 22,5 22,5 Bobot tablet (mg) 150 150

  c. Persiapan bahan-bahan. Semua bahan ditimbang untuk masing- masing formula. Campuran I, yaitu ¾ bagian Aerosil®, asam sitrat, dan ekstrak kental daun tembakau di campur hingga membentuk serbuk kering yang dapat di kempa. Campuran II, yaitu Ac-Di-Sol®, Amprotab®, dan sorbitol dicampur didalam mortir hingga homogen. Campuran III, yaitu ¼ bagian Aerosil® dicampur dengan magnesium stearat hingga homogen. Campuran I dan II dicampur terlebih dahulu. Setelah homogen, campuran III ditambahkan dan dicampur hingga homogen. Campuran dimasukkan tersebut ke dalam hopper dan kemudian di tablet dengan berat satu tablet ditimbang sebesar 150 mg dengan kedalaman die 0,59 cm.

2. Uji sifat alir campuran tablet

  a. Uji waktu alir. Seratus gram serbuk campuran ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam corong yang ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan serbuk dibiarkan mengalir sampai habis. Waktu alir serbuk dicatat.

  b. Uji pengetapan. Serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan volume 250 mL secara perlahan-lahan kemudian dicatat volumenya. Gelas ukur setelah pengetapan. Pengetapan diteruskan sampai permukaan serbuk konstan. Pengurangan volume campuran akibat pengetapan dinyatakan dengan harga tap (T%).

  T% =

  ( )

  × 100% ............... (1) dimana: Vo = volume sebelum pengetapan (mL) Vt = volume sesudah pengetapan (mL)

  c. Uji sudut diam. Seratus gram serbuk dimasukkan secara perlahan melalui lubang bagian atas sementara bagian bawah ditutup. Setelah semua serbuk masuk, penutup dibuka dan serbuk dibiarkan keluar, kemudian diukur tinggi kerucut yang terbentuk dan diameternya. Sudut diam yang terbentuk dihitung dengan menggunakan rumus:

  Tan ɵ = h / r…………. (2) dimana: h = tinggi kerucut (cm) r = radius permukaan (cm)