APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING PADA GAMBAR TES DAP Skripsi

  APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING PADA GAMBAR TES DAP Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Oleh: Valentina Widyawati Ubasisa NIM: 07 9114 044 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

  

Setiap sakit akan meninggalkan luka, meninggalkan jejak

yang kadang dengan senang tetap bercokol di sudut ruang

bernama hati

Hidup memang tidak melulu mengurusi masalah hati, tapi

hidup tak akan tenang bila hati dirundung resah

Dan mengobati luka bukan melulu mencari obat hingga ke

ujung dunia, tapi juga tentang penerimaan diri akan luka

yang ada

  • -ina-
Karya ini kupersembahkan kepada

  

th

  Mami & Papi as a present for your 25 wedding anniversary And for you who stole a part of my heart

  

APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING

PADA GAMBAR TES DAP

Valentina Widyawati Ubasisa

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyak dimensi dan deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP. Variabel dalam penelitian ini adalah data kemiripan (similarity data) terhadap gambar DAP. Subjek dalam penelitian ini adalah 20 orang mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes DAP dan subyek diminta untuk memberikan penilaian kemiripan terhadap pasangan – pasangan gambar dari hasil tes DAP. Penilaian kemiripan dicatat secara manual dalam tabel skor. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multidimensional scaling yang dibantu dengan Software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 15,0 for Windows Evaluation Version. Hasil analisis menunjukkan terdapat 4 dimensi, yaitu posisi kaki yang rapat hingga terbuka, bentuk sepatu yang sederhana hingga detil, kualitas garis yang tebal hingga sedang, dan telinga yang ditekankan hingga tidak ditekankan. Kata kunci: multidimensional scaling, tes DAP, data kemiripan (similarity data)

  APLICATION OF MULTIDIMENSIONAL SCALING ON HUMAN FIGURE DRAWING OF DRAW A PERSON TEST

Valentina Widyawati Ubasisa

ABSTRACT

  This study aims to determine how many dimensions and the description of every dimension which can be found from a Draw – a – Person Test. The variable in this study is the similarity data from Draw

  • – a – Person Test. The subjects of this study are twenty university student. The collecting data in this study done by gave Draw – a – Person Test to the subjects and asked them to gave a similarities judgment to each pairs of human drawing. The evaluation of similarity data written manually on the score table. Method of data analysis used in this study is multidimensional scaling analysis aided by Software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 15.0 for Windows Evaluation Version. The analysis showed four dimensions which are position of feet which are close to open, shape of shoes which are simple to detail, quality of line which are thick to moderate, and ears which are emphasize to not emphasized. Keywords: multidimensional scaling, Draw – A – Person Test, similarity data

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat dan rahmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan judul “Aplikasi Multidimensional Scaling pada Gambar T es DAP”. Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  • – Terselesaikannya penulis ini tentu tak lepas dari segala dukungan orang orang disekitar penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1.

  Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi.

  2. Bapak Agung Santoso, S.Psi., M. A., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk membimbing penulis sejak awal mempelajari topik yang penulis pilih hingga skripsi ini terselesaikan.

  3. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Bapak Victorius Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik terhadap skripsi ini.

  4. Bapak Victorius Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si. dan Ibu MM Nimas Eki S., S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik di Fakultas

6. Karyawan Fakultas Psikologi Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Mbak

  Nanik, dan Pak Giek, terimakasih atas segala bantuan dan sambutan yang hangat selama proses perkuliahan.

  7. Mami & Papi yang tiada henti mengirimiku doa, kepercayaan, semangat dan dukungan untuk menyemangatiku menyelesaikan satu tahap perkembangan pendidikanku :* 8. Untuk mbah putri, bulek dwi, dan encin yang setia mendengarkan keluh kesahku dan tiada hentinya menyemangatiku.

  9. Untuk dua saudaraku, Bapung dan Gendon yang telah lulus dan memperoleh hasil yang luar biasa sehingga membuatku tak ingin kalah dari kalian.

  10. Untuk sahabat kecilku, Yusti, yang selalu menyediakan telinga untuk mendengarku, menyediakan pundak untukku menangis. Terima kasih telah setia menjadi sahabatku selama bertahun

  • – tahun. Ayo, jangan jadikan

  skripsi sebagai hobi! I know you can make it,dear  11.

  Untuk para sahabat yang setia, wini, ika, reni, ayu, putu, adel, emak, oi, ulin, nindya, damar, devi, david, gesti, terimakasih atas persahabatan yang indah. U

  ’re totally awesome!!! \^_^/ 12. Untuk pulgoso, terimakasih mau mendampingiku, menyemangatiku, memarahiku, dan tiada henti mengingatkanku pada tujuanku. Entah berapa

  13. Untuk raksasaku, yang datang tiba - tiba, yang jarang sekali ada namun selalu ingin dianggap ada. Terimakasih mengingatkanku pada kewajiban utamaku. Semoga Tuhan selalu mendampingimu dimana pun kau berada.

  Basmi para penjahat itu,raksasaku! Jadikan negeri ini aman kembali ^_^ 14.

  Untuk bang Indra Dwiyatmoko dan bang Nova, yang dengan sabar mendengarkan keluh kesahku. Thank you so much,bang

  15. Untuk bang Theo yang selalu mengingatkanku untuk berdoa, dan teman menggila.

  U’re so silly, brotha! Semoga proyek “Joje dan Rena” dapat segera kukerjakan setelah ini, and what about our secret project? Let me think about it, first, brotha ^_^ 16.

  Untuk Pak Arta, Bu Arta, Ranjip, Andin, mbak Dewi, mbak Erna, mbak Arga, mbak Ratna, mbak Fifi, mbak Catur terimakasih atas dukungan selama ini.

  17. Untuk rekan – rekan ikastarans dan ngerumpi.com terimakasih atas pertemanan yang indah

  18. Untuk ia dan dia yang pernah menawarkan persahabatan yang indah namun kemudian menjadikannya sangat complicated. Terimakasih, telah memberiku pelajaran yang sungguh sangat luar biasa dan tak kan pernah terlupa. Terimakasih atas tawa serta duka yang pernah kalian hadirkan.

  19. Tak lupa penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan senang hati, penulis akan menerima setiap saran dan kritik terhadap skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................... vii

  

ABSTRACT .................................................................................................... viii

  PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......... ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................ xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii

  BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 5 C. Tujuan ...................................................................................... 5 D. Manfaat .................................................................................... 5

  A. DAP .......................................................................................... 7 1.

  Sejarah Tes DAP .............................................................. 7 2. Prosedur Administrasi Tes DAP ....................................... 9 3. Cara Interpretasi ............................................................... 10 B. MDS ......................................................................................... 21 1.

  Pengertian MDS ............................................................... 21 2. Tahap – Tahap yang Digunakan dalam MDS .................. 22 C. KERANGKA PENELITIAN ................................................... 29 D. PERTANYAAN PENELITIAN .............................................. 30

  BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 31 A. Jenis Penelitian ....................................................................... 31 B. Identifikasi Variabel ................................................................ 31 C. Definisi Operasional ................................................................ 31 D. Subyek Penelitian .................................................................... 32 E. Metode Pengambilan Data ....................................................... 32 F. Metode Analisis Data .............................................................. 34 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 35 A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 35 B. Hasil Penelitian ........................................................................ 36 C. Pembahasan ............................................................................ 44

  B.

  Saran ....................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 49 LAMPIRAN ................................................................................................. 51

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Stress and Fit Measures dari dimensi 2

  • – 8 .............................................. 38

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Scree Plot Dimensi 2 sampai 19 ............................................................ 37

Gambar 2 Perceptual Map Dimensi 1 dan 2 ........................................................... 38

Gambar 3 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Posisi Kaki ........................... 39

Gambar 4 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Bentuk Sepatu ...................... 40

Gambar 5 Perceptual Map Dimensi 3 dan 4 ........................................................... 41

Gambar 6 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Kualitas Garis ...................... 42

Gambar 7 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Penekanan Telinga ............... 43

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes grafis merupakan salah satu tes yang masih digunakan, baik di Indonesia maupun di negara

  • – negara lain (Lubin, Larsen, & Matarazzo dalam Gregory, 1996; Watkins, Campbell, Neiberding, & Halmark; Piotrowski & Zalewski dalam Lilienfeld, Wood, & Garb, 2000), meskipun secara global, penggunaan tes grafis masih dipertanyakan. Keraguan penggunaan tes grafis muncul karena adanya ketidakjelasan validitas alat tes tersebut. Namun demikian, alasan yang mendasari tetap digunakannya alat tes grafis adalah kemampuannya mengungkap hal
  • – hal yang tidak dapat dingkap alat tes lain (Lindzey dalam Lilienfeld et al., 2000). Contohnya, tes grafis dapat mengungkap secara global gangguan emosi pada anak (Thomas & Jolley, 1998).

  Ada tiga jenis tes yang termasuk dalam tes grafis, yaitu BAUM (Tree Drawing Test), Draw

  • – a – Person (DAP), dan House Tree Person (HTP). Tes grafis ini menggunakan teknik proyeksi yang memiliki asumsi bahwa seseorang akan memproyeksikan kebutuhan
  • – kebutuhan dan tekanan – tekanan yang dihadapinya sebagai respon akan stimulus yang diberikan dalam
menggambarkan impuls

  • – impuls, kecemasan – kecemasan, konflik – konflik, dan ciri
  • – ciri kompensatoris individu (“Proyeksi Kepribadian Tes Grafis:

  Suatu Metode Analisa Kepribadian ”).

  DAP lebih banyak memberikan gambaran individual seseorang dibandingkan dengan dua tes grafis lainnya. Gambaran individual seseorang yang dapat diperoleh dari Baum adalah gambaran sikap individu saat melakukan kontak dengan dunia luar, gambaran dari HTP adalah gambaran hubungan keluarga, sedangkan DAP mampu memberikan gambaran tentang konsep diri, sikap individu terhadap lingkungan, gambaran diri ideal, gambaran pengamatan individu terhadap lingkungan, gambaran kebiasaan dalam hidup individu, gambaran keadaan emosi individu, gambaran sikap individu terhadap tester dan situasi tes, gambaran sikap individu terhadap kehidupan atau masyarakat pada umumnya, serta ekspresi sadar dan ketidaksadaran individu ( “Tes Grafis”,1996).

  Tes DAP pertama kali dipopulerkan oleh Goodenough pada tahun 1926 dalam cabang kognitif karena menemukan adanya relasi antara perubahan gambar anak

  • – anak dengan kemampuan kognitif mereka (Goodenough, dalam Kubierske, 2008). Pada tahun 1963, dilakukan revisi terhadap DAP
  • – oleh Harris, sehingga nama tes tersebut berubah menjadi Goodenough Harris Drawing Test (GHDT) (Harris, dalam Kubierske,2008). Pada
diantara peneliti

  • – peneliti lainnya yang mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008).

  Selama ini, penelitian

  • – penelitian yang dilakukan terhadap tes DAP menghasilkan kriteria penilaian dan interpretasi yang bersifat kualitatif (Anastasi, 1988; Kubierske, 2008; Lilienfeld et al., 2000;

  “Projective methods”, 1968 ). Hal tersebut menjadikan kriteria penilaian bersifat subjektif (“Projective methods”, 1968).

  Dengan adanya hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mencoba melakukan penelitian kuantitatif guna mencari kriteria penilaian DAP yang objektif

  (“Projective methods”, 1968). Kriteria penilaian yang objektif diharapkan dapat meningkatkan nilai validitas DAP, sehingga penilaian tes DAP dapat memberikan prediksi psikologis yang lebih terpercaya. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara peneliti mencari dimensi

  • – dimensi yang mempengaruhi seseorang dalam menggambar manusia yang akan diidentifikasi menggunakan teknik Multidimensional Scaling (MDS).

  Multidimensional Scaling (MDS) adalah sebuah teknik untuk

  mengidentifikasi dimensi

  • – dimensi dibalik respon – respon terhadap sekelompok objek. Respon yang diberikan berupa penilaian kedekatan suatu objek dengan objek lainnya. Hasil dari respon
  • – respon tersebut selanjutnya dimasukkan perceptual map. Perceptual map adalah gambaran visual dari
muncul, serta hubungan antar dimensi (Hair, Anderson, Tatham & Black, 1998).

   Teknik MDS tidak mengharuskan peneliti terlebih dahulu mencari atribut

  • – atribut yang digunakan subjek untuk memberikan penilaian. Teknik lain yang mungkin digunakan adalah teknik analisis faktor (factor analysis) dan analisis kelompok (cluster analysis), namun teknik ini mengharuskan peneliti mencari atribut
  • – atribut yang kiranya dipakai subjek untuk memberikan penilaian, sehingga pengaruh peneliti sangatlah besar. Selain itu, teknik MDS memandang individu sebagai sebuah unit analisis, sehingga penyelesaian masalah dapat diberikan pada level individu. Hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam teknik analisis faktor (factor analysis) dan analisis kelompok (cluster analysis) (Hair, dkk. 1998).

  Penelitian ini merupakan bagian dari sebuah payung penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan dimensi

  • – dimensi yang digunakan subjek untuk membedakan satu gambar dengan gambar lainnya pada gambar DAP. Payung penelitian tersebut terdiri dari tiga penelitian kecil. Penelitian pertama, mencari dimensi dari bagian kepala, lalu penelitian kedua mencari dimensi dari bagian torso, sedangkan penelitian ini mencari dimensi dari seluruh bagian tubuh. Pembagian dilakukan karena sedikitnya jumlah gambar yang akan dievaluasi. Hal ini dikarenakan evaluasi gambar
  • – gambar DAP
akan menimbulkan kelelahan subjek yang dapat mengacaukan penilaian. Ini akan mengakibatkan data yang diperoleh menjadi kurang akurat. Dengan memilah penilaian menjadi 3 bagian, peneliti dapat melihat variasi

  • – variasi yang ada pada tiap bagian. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini merupakan langkah awal untuk mendapatkan kriteria tes DAP yang lebih objektif.

  B. Rumusan Masalah 1.

  Berapa banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP?

  2. Bagaimana deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP?

  C. Tujuan 1.

  Untuk mengetahui banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP

  2. Untuk mengetahui deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP

D. Manfaat

2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu proses pencarian kriteria tes DAP yang lebih objektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAP 1. Sejarah tes DAP Teknik menggambar manusia mulai dikenal pada sekitar tahun

  1800. Cooker dan Ricci adalah peneliti yang mengembangkan teknik menggambar manusia karena mereka melihat gambar anak

  • – anak berubah seiring dengan perkembangan mereka (Naglieri, dalam Kubierske, 2008). Goodenough mempopulerkan DAP pada tahun 1926 karena menemukan adanya relasi antara perubahan gambar anak
  • – anak dengan kemampuan kognitif mereka (Goodenough, dalam Kubierske, 2008). Pada tahun 1963, dilakukan revisi terhadap DAP oleh Harris, sehingga nama tes tersebut berubah menjadi Goodenough – Harris Drawing Test (GHDT) (Harris, dalam Kubierske,2008). Pada perkembangannya, DAP tidak hanya berkembang dalam cabang kognitif, tetapi juga dalam cabang proyektif. Machover dan Koppitz adalah dua diantara pene
  • – peneliti lainnya yang mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008).

  Dasar asumsi gambar manusia dijadikan alat untuk mengukur kemampuan kognitif anak adalah perubahan yang terjadi pada gambar anak

  • – anak, baik perempuan maupun laki – laki, menggambarkan

  (Harris dalam Kniel & Kniel, 2008). Penelitian yang dilakukan Cox (1993) terhadap gambar anak

  • – anak di budaya barat mengkonfirmasi kebenaran asumsi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan dari gambar manusia yang sederhana (hanya terdiri dari kepala dan dua tangan) menjadi gambar yang lebih kompleks (proporsi dan bagian
  • – bagian tubuh digambar secara lebih realistis) (Cox dalam Kniel & Kniel, 2008). Dalam Goodenough – Harris Drawing Test (GHDT), Harris mengkategorikan perkembangan kognitif tersebut menjadi tiga, yaitu kemampuan untuk menyadari, kemampuan abtraksi, serta kemampuan untuk menggeneralisasi (Harris dalam Kniel & Kniel, 2008).

  Pada perkembangannya, Machover mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008). Machover juga meyakini dalam proses menggambar manusia, individu dibimbing oleh persepsi bayangan tubuh yang berkembang melalui pengalaman individu tersebut (Machover, 1965/1987), sehingga gambar manusia menjadi alat untuk memproyeksikan segala macam impuls, kekhawatiran, konflik, serta kompensasi yang menjadi karakteristik dari individu yang menggambar (Machover dalam Cohen & Swerdlik, 2005).

2. Prosedur Administrasi Tes DAP

  Teknik administrasi yang digunakan Tes DAP yaitu dengan cara meminta subjek untuk menggambar orang . Subjek diberi kertas, yang diutamakan Machover, dengan ukuran

  8,5” X 11”, pensil HB, dan penghapus karet. Instruksi yang diberikan adalah “Gambarlah orang”.

  Selama proses menggambar tersebut tester melakukan observasi pada subjek tanpa mengganggu proses berlangsungnya tes. Hasil observasi kemudian dicatat tester pada sehelai kertas. Hal yang perlu

  • – dicatat tester mencakup data pribadi subjek serta pertanyaan pertanyaan subjek sebelum menggambar, urutan bagian-bagian tubuh yang digambar, komentar
  • – komentar yang secara spontan dilontarkan oleh subjek selama menggambar, dan figur jenis kelamin yang digambar terlebih dahulu oleh subjek.

  Ketika subjek masih memiliki waktu tes untuk menghasilkan dua buah gambar, maka tester bertugas memberikan instruksi berikut “Sekarang gambarlah pria” atau “sekarang gambarlah wanita”. Hal ini berbeda apabila subjek hanya ada satu waktu untuk membuat satu gambar, maka alangkah baiknya subjek menggambar figur yang sesuai dengan jenis kelaminnya sendiri.

  Pengalaman tester dalam memberikan instruksi akan tidak ada hubungannya dengan keahlian menggambar. Hal ini dapat juga disampaikan tester pada subjek dengan menggunakan kalimat :”Tugas ini tidak ada hubungan dengan kemampuan menggambar. Saya tertarik pada cara anda berusaha menggambar orang”. Jika subjek menghilangkan suatu bagian penting dari tubuh gambarannya, maka subjek dapat didorong untuk mencoba menggambar bagian tersebut setelah tester mencatat bagian-bagian yang tidak digambar tersebut. Hal ini bertujuan untuk melihat mengapa subjek tidak mau menggambar bagian tersebut (Machover, 1965/1987).

3. Cara interpretasi

  Figur manusia yang digambar dianggap sebagai gambaran akan diri subjek, sedangkan kertas yang digunakan dianggap sebagai lingkungan.

  Interpretasi tes DAP didasari oleh metode

  • – metode proyektif dari analisis kepribadian dan teori psikoanalisis dalam konteks klinis. Asumsi dasar di tes DAP adalah figur manusia yang digambar berhubungan erat dengan impuls
  • – impuls, kecemasan – kecemasan, konflik – konflik, dan
  • – ciri kompensatoris individu yang bersangkutan. Asumsi dasar tersebut telah terbukti berulang kali dalam pengalaman klinis.

  Hal ini terjadi karena, disadari atau tidak, ketika menggambar figur itu, sebenarnya bukan menjadi masalah untuk melakukan interpretasi secara bebas terhadap aspek

  • – aspek yang seringkali mencerminkan masalah – masalah riil dan tingkah laku dari individu yang menggambar.

  Misalnya, tangan dikepalkan maka secara harfiah diartikan bahwa subjek menyatakan pertertentangan.

  Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan interpretasi. Pertama, aspek

  • – aspek yang langsung berhubungan dengan penampilan diri subjek. Aspek – aspek tersebut adalah ukuran figur, penempatan di kertas, kecepatan gerakan grafis, tekanan, kepadatan dan variasi garis yang digunakan, keurutan bagian
  • – bagian yang digambar, sikap mental (pendirian), penggunaan latar belakang, perluasan lengan ke arah tubuh atau menjauhi tubuh, spontanitas ataupun kekakuan, penggambaran figur secara profil atau pandangan menghadap ke muka. Kedua, isi, yang mencakup de>– detail tubuh dan perlakuan pakaian, diinterpretasi sesuai dengan arti fungsionalnya. Selanjutnya hal
  • – hal yang juga perlu diperhatikan adalah proporsi tiap bagian tubuh, kecenderu>– kecenderungan ketidaklengkapan, jumlah detail dan daerah konsentrasi detail, jumlah dan fokus penguatan, hapusan
  • – hapusan dan perubahan – perubahan grafis, taraf simetri, cara membuat garis tengah dan suasana yang diekspresikan dalam wajah atau sikap figur (Machover, 1965/1987).
a.

  Aspek – aspek yang langsung berhubungan dengan penampilan diri subjek, meliputi : 1)

  Kesan Umum Kategori

  • – kategori penilaian pada bagian kesan umum adalah gambar merupakan figur orangtua atau muda, aktif atau pasif, kaku atau rigid, gambar lengkap atau tidak, sederhana atau tidak, tampan atau tidak, sedih atau gembira, kuat atau loyo, formal atau acak
  • – acakan , agresif atau pasif, gambar orang sedang duduk atau tiduran, serta gambar orang seperti benda mati (“Tes Grafis”, 1996).

  2) Lokasi Gambar

  Kriteria

  • – kriteria penilaian pada lokasi gambar figur adalah di atas, di atas garis tengah bagi orang dewasa dan di atas garis tengah bagi anak kecil, di tengah, di bawah atau di dasar atau di bawah garis tengah, di kanan atau kecenderungan ke kanan, di kanan atas, di kiri atau cenderung ke kiri, serta di kiri bawah (“Tes Grafis”, 1996).

  3) Garis keriting patah berulang disertai tekanan ringan, garis seperti gergaji, garis terdiri dari garis

  • – garis dasar, koordinasi yang jelek, garis yang tebal kotor shading berlebihan, sketsa, dan gambar tidak lengkap (“Tes Grafis”, 1996).

  4) Ukuran Gambar

  Penilaian ukuran gambar meliputi gambar kecil, gambar besar, gambar terdiri dari garis

  • – garis dasar, dan gambar tidak lengkap (Eriany, 1998).

  b.

  Aspek isi 1)

  Kepala Kriteria

  • – kriteria penilaian pada bagian kepala adalah kepala yang digambar tidak lengkap, kepala agak besar, kepala terlalu besar, kepala yang digambar terakhir (berdasarkan observasi), kepala yang digambar kabur, gambar kepala besar pada jenis kelamin lain, bentuk yang kurang tepat, serta kepala yang digambar aneh atau ganjil (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  (gambar rambut terlalu ditonjolkan atau diberi perhatian berlebihan), rambut yang ditekankan dengan shading, rambut menyolok atau kacau (acak

  • – acakan), rambut pada bagian tengah (jambul), rambut yang diulang
  • – ulang, rambut putih pada pria, rambut pada wanita yang tidak ada pada pria (rambut suri), penempatan rambut yang tepat, rambut gondrong, rambut tipis atau tanpa tekanan, jambang; kumis dan ra
  • – rambut lainnya, rambut pada rahang, jenggot secara khusus meliputi jenggot yang seperti janggut kambing, jenggot dengan tekanan shading, serta jenggot atau jambang yang ditekankan

  (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  3) Alis

  Pada bagian alis, kriteria penilaian pada tes DAP adalah alis tebal, alis teratur, alis terangkat keatas, dan alis dengan garis hiasan (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  4) Mata

  Kriteria penilaian pada mata meliputi mata berbentuk dan diberi tekanan, mata yang tajam; besar; disertai kepala besar (pada wanita biasa), mata yang setengah tertutup,

  • – mata digambar tanpa ada variasi (pada orang dewasa laki laki), mata yang diberi kacamata, mata yang sipit, mata juling, mata yang kecil dengan lingkaran bola mata yang besar, mata yang tidak digambar, mata membelalak, dan mata kecil tidak sebanding

  (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  5) Hidung

  Pada bagian hidung, penilaian diberikan pada hidung yang tidak digambar (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  6) Mulut

  Kriteria penilaian pada bagian mulut adalah mulut besar (ditonjolkan), mulut ditekankan, mulut tebal dan lurus, mulut tebal dan melengkung pada gambar wanita (pria yang menggambar), mulut bulat, mulut terbuka, mulut terkatub (tertutup), mulut mencibir, mulut yang cekung lekuk, mulut yang cupid ban, slash of mouth, mulut yang mengarah ke

  (dihilangkan), mulut yang melengkung seperti busur (“Tes

  Gra fis”, 1996; Eriany, 1998).

  7) Telinga

  Kriteria penilaian pada bagian telinga meliputi gambar telinga yang diberi penekanan (pembesaran), telinga besar; mulut lurus dan tebal, telinga lebar, telinga kabur atau tidak jelas, telinga digambar akhir, dan telingan yang kurang ditekankan (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  8) Dagu

  Kriteria penilaian pada bagian dagu meliputi gambar dagu yang ditekankan, melebih

  • – lebihkan dagu, perluasan dagu, tekanan pada dagu (pada gambar seks lain), dan jakun (Eriany, 1998).

  9) Leher

  Kriteria penilaian pada leher meliputi leher yang panjang dan tipis (kurus), besar dan gemuk, satu dimensi, menghilangkan pangkal leher, dan leher yang ditutupi

  10) Pundak

  Kriteria penilaian pada pundak meliputi pundak yang lebar dan besar, pundak yang sempit (kecil), pundak yang persegi, pundak satu sisi tak seimbang dengan bagian lain, pundak sering dihapus dan diulang, serta pundak dengan proporsi dan bentuk yang bagus

  (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  11) Lengan

  Kriteria penilaian pada lengan meliputi lengan dan tangan yang dihilangkan (terpotong / tertutup), lengan tidak digambar sama sekali, lengan digambar tidak sesuai dengan tangan, lengan dilipat (dimuka/sedakep), lengan dilipat dibelakang, lengan pendek sekali, lengan yang kecil dan tipis, lengan seperti sayap, lengan di belakang, lengan dengan garis tebal, lengan yang luas atau tebal, lengan yang panjang, lengan yang sangat panjang, lengan yang Nampak meraih, garis lengan yang lansung dan lancar, dan lengan yang nampak terulur

  (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998). jari yang digambar akhir, tangan yang masuk saku atau di belakang, tangan yang bergaris tebal, tangan yang dekat genital (digambar dekat genitalnya), tangan yang disertai dengan jari

  • – jari yang jelas (nampak garis – garis lengkungnya), tangan disertai dengan senjata (pisau,dan lain
  • – lain), serta jari yang disertai dengan kuku (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  13) Tubuh atau Torso

  Pada bagian tubuh atau torso, kriteria penilaian meliputi tubuh yang dihilangkan, tubuh yang panjang dan kecil,

  failure to close (tidak sambung), tubuh yang sangat kecil,

  tubuh yang sangat besar (lebar), serta tubuh yang digambar dengan shading tebal pada jenis kelamin lain (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  14) Pakaian dan Dasi

  Pada pakaian dan dasi, kriteria penilaian meliputi pakaian yang digambar, pakaian yang terlalu lengkap, pakaian minim sekali, gambar tidak jelas antara berpakaian atau

  15) Perhiasan

  Kriteria penilaian pada bagian perhiasan adalah perhiasan ada secara mencolok (“Tes Grafis”, 1996).

  16) Saku

  Kriteria penilaian pada saku adalah bila saku ditekankan (“Tes Grafis”, 1996).

  17) Kancing baju

  Kriteria penilaian pada bagian kancing saku meliputi kancing saku di bawah garis tengah, kancing baju sangat jelas atau menonjol atau ditekankan, serta kancing baju dalam manset

  (“Tes Grafis”, 1996).

  18) Ikat pinggang

  Kriteria penilaian pada ikat pinggang adalah ikat pinggang yang ditekankan dengan shading kuat, dan tanpa ikat pinggang (“Tes Grafis”, 1996). garis pinggang yang tidak jelas atau tidak tegas, serta pinggang yang terputus (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  20) Leg atau Paha

  Kriteria penilaian pada bagian leg atau paha adalah leg tanpa kaki, leg panjang dan besar, leg pendek, leg terpentang, leg yang dicorat

  • – coret, leg yang loyo, leg dengan bayangan atau arsiran tebal, dan leg dan feet yang digambar pertama (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  21) Lutut

  Pada bagian lutut, kriteria penilaian meliputi lutut yang ditekankan dan lutut yang digambar sangat teliti (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

  22) Kaki atau Feet

  Kriteria penilaian pada bagian kaki atau feet adalah gambar kaki secara simbol, kaki yang dihilangkan, kaki digambar sangat kecil, kaki digambar sangat besar, kaki sangat panjang, kaki sangat dipentingkan, kaki yang digambar telapak kaki yang kecil, kaki digambar terlalu pendek, kaki ditonjolkan dengan memakai sepatu, kaki digambar memakai sepatu yang terlalu besar, kaki yang digambar belum selesai (misal, telapak kaki belum digambar), dan ruas kaki digambar jelas (seperti gambar wayang)

  (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).

B. MDS (Multidimensional Scaling) 1. Pengertian MDS

  Multidimensional scaling adalah teknik yang dapat

  memvisualisasikan data kedekatan (proximity) yang dihasilkan melalui penilaian kemiripan terhadap pasangan

  • – pasangan objek (Buja, Swayne, Littman, Dean & Hofmann, 2004). Sebagai contoh, MDS sering digunakan dalam kasus marketing untuk mengidentifikasi dimensi - dimensi pokok yang mendasari penilaian konsumen terhadap suatu produk, pelayanan, atau perusahaan. Teknik MDS dapat menduga apa sebenarnya dimensi-dimensi dasar dari penilaian subjek terhadap kemiripan atau pilihan dari objek-objek (Hair, dkk. 1998)

  MDS dapat membantu menentukan (1) apa saja dimensi yang pentingnya hubungan dari masing-masing dimensi, dan (4) bagaimana objek-objek tersebut berhubungan secara perseptual (Hair, dkk. 1998) Tujuan dari MDS adalah untuk mengubah penilaian subjek terhadap kemiripan atau pilihan ke dalam beberapa jarak yang digambarkan dalam ruang multidimensional. MDS menghasilkan

  perceptual map yang juga dikenal dengan spatial map dan digunakan

  untuk menunjukkan posisi hubungan dari semua objek. MDS adalah teknik yang didasarkan pada perbandingan dari objek-objek. Subjek mungkin melihat perbandingan karakteristik fisik dari berbagai objek. Selain itu subjek juga bisa membandingkan objek-objek dengan melihat perbedaan atau merasakan perbedaan kualitas dari berbagai objek (Hair, dkk. 1998).

2. Tahap-tahap yang digunakan dalam MDS

  MDS dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap

  • – tahap di bawah ini adalah tahap – tahap yang dirumuskan oleh Hair, dkk. (1998).

a. Penetapan tujuan MDS

  MDS adalah cara yang paling tepat digunakan untuk mencapai 2 tujuan yaitu: 1)

  Mengidentifikasi dimensi-dimensi yang tidak dikenal yang Penetapan tujuan MDS tersebut bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan jika 3 hal utama di bawah ini dilakukan yaitu:

1) Memilih objek-objek yang akan dievaluasi

  Peneliti harus menggunakan objek-objek yang bisa dibandingkan dan memiliki hubungan. Jika objek-objek yang dievaluasi tidak bisa dibandingkan (noncomparable), peneliti berarti bukan hanya memaksakan untuk menduga dimensi perseptual yang membedakan objek-objek yang dapat dibandingkan, tetapi juga menduga dimensi-dimensi yang membedakan objek-objek yang tidak dapat dibandingkan. Dengan demikian, pertanyaan penelitian tidak akan terjawab.

2) Memilih menggunakan data kemiripan atau pilihan

  Selanjutnya peneliti harus memilih dasar dari penilaian yang akan dilakukan yaitu berdasarkan kemiripan atau pilihan. Dalam data kemiripan, subjek tidak menggunakan aspek baik-buruk dalam menilai objek-objek sedangkan data pilihan menggunakan aspek baik-buruk dalam membandingkan objek-objek. Data kemiripan mewakili apa yang lebih dipilih individu dari objek-objek yang dinilai.

3) Memilih menggunakan analisis agregat atau disagregat

  Dalam mempertimbangkan apakah akan menggunakan kemiripan atau pilihan, ada 2 cara analisis yang dapat dilakukan yaitu analisis agregat dan disagregat. Dalam analisis disagregat, peneliti menggunakan persepsi subjek terhadap stimulus dan membuat output dari representasi kedekatan stimulus dalam ruang multidimensional sedangkan dalam analisis agregat, peneliti menghitung rata- rata penilaian dari seluruh subjek dan mendapat satu penyelesaian untuk satu kelompok yang terdiri dari subjek – subjek secara keseluruhan.

  Pilihan peneliti dalam menggunakan analisis disagregat atau agregat didasarkan pada studi objektif. Jika fokus penelitian adalah untuk mencari tahu keseluruhan penilaian terhadap objek-objek dan dimensi-dimensi yang mendasari penilaian tersebut, maka analisis agregat adalah metode yang paling cocok. Tetapi jika fokus penelitian adalah untuk mengetahui variasi diantara subjek

  • – subjek,

b. Membuat desain penelitian MDS

  Hal-hal yang harus dilakukan untuk membuat desain penelitian MDS yaitu:

  1) akan menggunakan pendekatan Memilih

dekomposisional atau komposisional

  Dalam pendekatan dekomposisional, pengukuran dilakukan meliputi semua kesan dan penilaian subjek terhadap objek- objek kemudian mencoba untuk mendapatkan posisi-posisi berjarak dalam ruang multidimensional yang merefleksikan persepsi-persepsi subjek tersebut. Pendekatan komposisional adalah pendekatan alternatif dengan menentukan atribut terlebih dahulu kemudian meminta subjek melakukan penilaian berdasarkan atribut yang telah ditentukan tersebut.

  2) Menggunakan metode metrik atau non metrik

  Pada metode metrik, input data yang digunakan adalah data yang bersifat interval dan ratio sedangkan pada metode non metrik, input data yang digunakan adalah data yang bersifat nominal dan ordinal.

  3) Menentukan akan menggunakan data kemiripan atau yang paling mirip dan tidak mirip dengan objek-objek lainnya. Ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan persepsi subjek dalam data kemiripan, diantaranya yaitu: a.

  Perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan objek yang sudah ditentukan peneliti b.

  Perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan objek yang ditentukan sendiri oleh subjek (subjek bebas membuat pasangan-pasangan) c. Menggunakan atribut tertentu untuk digunakan sebagai dasar dalam subjek melakukan penilaian

  Pada data pilihan, subjek melakukan penilaian terhadap kesukaan terhadap pasangan-pasangan objek-objek. Ada 2 cara yang bisa dilakukan, diantaranya yaitu: 1.

  Subjek membuat tingkatan objek-objek dari objek yang paling dipilih sampai objek yang paling tidak dipilih.

2. Subjek diminta menunjukkan kemungkinan pasangan dan menentukan pasangan mana yang lebih dipilih.

  c. Menentukan posisi objek di dalam peta perceptual (perceptual map)

  Setelah penilaian terhadap kemiripan-kemiripan dari objek- objek tersebut didapatkan, kemudian data-data tersebut dimasukkan dalam suatu ruang yang disebut peta perceptual (perceptual map). Peta perceptual (perceptual map) juga dikenal dengan peta spasial (spatial map) dan digunakan untuk menunjukkan posisi hubungan dari semua objek.

  d. Menentukan dimensi-dimensi dari peta perceptual (perceptual map)

  Berdasarkan kemiripan-kemiripan objek yang ada dalam peta perceptual (perceptual map), kemudian hal yang dilakukan selanjutnya adalah menentukan apa saja kira-kira dimensi yang mendasari seseorang dalam melakukan penilaian terhadap kemiripan – kemiripan objek – objek tersebut.

  Cara menentukan banyaknya dimensi adalah dengan melihat titik yang dekat dengan titik

  • – titik yang memiliki perubahan nilai stress yang tidak banyak (monotonically

  ) sehingga grafik yang terbentuk hampir

  increasing line

  d. Menginterpretasi hasil dari MDS

  Setelah menentukan dimensi-dimensi dari peta perceptual (perceptual map), hal selanjutnya yang dilakukan adalah memberikan label / nama terhadap dimensi-dimensi yang sudah ditemukan tadi. Ada 2 cara yang digunakan dalam memberikan nama terhadap dimensi-dimensi yaitu dengan prosedur subjektif atau prosedur objektif.

  f. Validasi hasil MDS

  Validasi dalam MDS merupakan suatu tahapan yang penting layaknya teknik multivariat yang lain. Uji validasi MDS dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah dengan menggunakan split or multisample comparison, yaitu dengan membagi dua data yang telah ada, atau mencari data baru, kemudian mencari rerata dari perbandingan tersebut. Cara kedua yang dapat dilakukan adalah dengan mengaplikasikan dua metode MDS, yaitu pendekatan dekomposisional dan komposisional. Pendekatan dekomposisional dilakukan terlebih dahulu, selanjutnya hasil yang didapat dengan menggunakan pendekatan ini dicek dengan menggunakan pendekatan

C. KERANGKA PENELITIAN

  DAP (Draw-A-Person) memiliki beberapa dimensi yang digunakan untuk menginterpretasi gambar. Dimensi yang sudah ada antara lain lokasi gambar, lokasi gambar meliputi penempatan posisi gambar tersebut pada kertas apakah berada di atas, di tengah, di bawah, di kanan, di kiri atau kombinasi beberapa posisi tersebut. Dimensi yang kedua adalah kualitas garis yang meliputi tebal

  • – tipis goresan garis pada kertas. Dimensi bagian selanjutnya adalah dimensi yang berada pada bagian-bagian tubuh manusia yaitu kepala, rambut, wajah, alis, mata, hidung, mulut, telinga, dagu, jakun, badan atau tubuh, dan leher. Dimensi yang berikutnya adalah dimensi yang berada pada alat gerak yatu lengan, tangan, jari tangan, pinggang, paha, lutut, dan kaki ( “Tes Grafis”, 1996).

  Pembuatan kriteria penilaian untuk menginterpretasi gambar dari tes DAP tersebut bersifat subjektif. Hal ini disebabkan kriteria penilaian dari tes DAP dibuat berdasarkan penilaian intuitif dan observasi klinis saja (Gregory, 1996). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuat kriteria tes DAP yang lebih objektif. Usaha tersebut dilakukan dengan mencari dimensi-dimensi persepsi yang mendasari seseorang dalam melakukan penilaian terhadap gambar pada tes DAP. Peneliti akan mengidentifikasi dimensi-dimensi tersebut langsung dari penilaian subjek atributnya terlebih dulu ini adalah teknik Multidimensional Scaling (MDS) .

  Teknik Multidimensional Scaling (MDS) merupakan teknik untuk menemukan atribut