PEDOMAN PENYUSUNAN PROSEDING TUGAS AKHIR

(1)

SISTEMATIKA PENULISAN

2.1 Format Penulisan Naskah Jurnal

Judul

(Contoh Dalam Lampiran)

Abstrak

1. Pendahuluan

2. Metode Penelitian

3. Hasil dan Pembahasan

4. Kesimpulan

5. Daftar Pustaka

2.2 Penjelasan Format Penulisan Naskah Jurnal

2.2.1 Judul

Judul maksimal 20 kata. Judul harus mencerminkan inti dari isi tulisan, spesifik,

dan efektif yang diukur dari kelugasan penulisannya dan keinformatifannya. Judul

dituliskan dengan huruf kapital, ukuran 12pt font Times New Roman, di-bold dan

diletakkan center.

2.2.2 Penamaan Penulis dan Lembaga Penulis

Nama penulis dituliskan tanpa gelar akademis atau indikasi jabatan dan

kepangkatan. Alamat lembaga terdiri dari(nama lembaga, alamat, telepon) danalamat

e-mail penulis sebagai pemegang hak kepemilikan

(ownership)

dituliskan secara jelas.

Pencantuman nama penulis dan lembaga penulis harus lengkap dan konsisten.

Dituliskan menggunakanfont Times New Roman 10pt, cetak tebal dan namatidak boleh

disingkat.

2.2.3 Abstrak

Penulisan abstrak maksimal 200 kata yang mencakup atau terdiri dari masalah,

tujuan,metode, dan hasil yang dituliskan dalam satu paragaraf, dituliskan menggunakan

font Times New Roman 10pt spasi 1. Penulisan kata Abstrak dituliskan menggunakan

font time New Roman 10pt bold.


(2)

2.2.4 Kata Kunci

Kata Kuncidipilih secara cermat sehingga mampu mencerminkan konsep yang

dikandung artikel terkait dan merupakan kelengkapan untuk membantu peningkatan

kemudahan akses dari artikel yang bersangkutan dalam mesin pencari.Penulisan Kata

Kunci dituliskan dengan font 10 pt bold, kata kunci maksimal 4 kata dituliskan dengan

font Times New Roman ukuran 10pt italic.

2.2.5 Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang, tinjauan pustaka secara singkat dan relevan serta

tujuan penelitian dituliskan dengan font time new Roman 11pt satu spasi.

2.2.6 Metode Penelitian

Metode meliputi desain, populasi, sampel, sumber data, teknik/instrumen

pengumpul data, dan prosedur analisis data.

2.2.7 Hasil dan Pembahasan

Hasil danPembahasan menguraikan secara tepat dan argumentatif hasilpenelitian

dengan teori dan temuan terdahulu yang relevan.Jika ada tabel atau gambar dalam hasil

dan pembahasan, diketik dengan1 spasi ukuran front 10pt dicetak tebal

(bold)

seperti

pada contoh dan diberi nomor urut sesuai dengan penampilan dalam teks. Jumlah

maksimal tabel atau gambardengan judul singkat adalah masing-masing atau keduanya

berjumlah 6.

2.2.8 Kesimpulan

Kesimpulan menjawab masalah penelitian tidak melampaui kapasitas temuan.

Kesimpulan berbentuk narasi, logis, dan tepat guna.

2.2.9 Daftar Pustaka

Rujukan sesuai aturan

Vancouver

, urut sesuai dengan pemunculandalam

keseluruhan teks, dibatasi maksimal 20 rujukan dan minimal 5 rujukan serta diutamakan


(3)

rujukan jurnal terkini. Cantumkan nama belakang penulis dannama depan. Maksimal 6

orang, selebihnya diikuti “dkk”. Pengambilan rujukan dari website dituliskan jika ada

penulis sebagai berikut:

a. Contoh penulisan sumber pustaka jurnal:

[1] Anderson, S.D., 1992, Project Quality and Project Managers,

International Journal

of Project Management 10 (3)

, PP138–144.

[2] Benner, M.J., dan Tushman, M.L., 2003, Exploitation, Exploration, and Process

Management: The Productivity Dilemma Revisited,

Academy of Management

Review 28 (2),

PP238–256.

[3] Choo, A.S., Linderman, K.W., dan Schroeder, R.G., 2007a, Method and Context

perspectives on Learning and Knowledge Creation in Quality Management,

Journal of Operations Management 25 (4),

PP918–931.

[4] Choo, A.S., Linderman, K.W., dan Schroeder, R.G., 2007b, Method and

Psychological Effects on Learning Behaviors and Knowledge Creation in Quality

Improvement Projects,

Management Science 53 (3),

PP437–442

[5] Hargo, Utomo, 2001, Studi Eksplorasi Tentang Penyebaran TI Untuk Usaha Kecil

dan Menengah .

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol. 16 No 2 PP 153-163.

b. Contoh penulisan sumber pustaka prosiding :

[1] Clare, L., Pottie, G., dan Agre, J., 1999, Self-organizing Distributed Sensor

Networks,

Proceedings SPIE Conference Unattended Ground Sensor

Technologies

and Applications

, vol. 3713, Orlando, April 8, PP229–237.

[2] Alfian, Mohammad, 2014, Analisis Faktor Pendukung Implementasi SIMDA dan

Pengaruhnya Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada SKPD (penelitian Pada

SKPD Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo), Prosiding

3

rd

Economics & Business Research Festival FEB UKSW, Salatiga, November

13,PP 1698-1712.

c. Contoh penulisan sumber pustaka buku :

[1] Christensen, C.M., 1998,

The Innovator’s Dilemma: When New Technologies

Cause Great Firms to Fail

, Harvard Business School Press, Boston, MA.

[2] Deming, W.E., 1986,

Out of Crisis, MIT Center for Advanced Engineering Study,

Cambridge, MA.

[3] Hartono, Jogiyanto., 2013, Metodologi penelitian Bisnis Salah Kaprah dan

Pengalaman – Pengalaman, Edisi Kelima, BPFE, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UGM, Yogyakarta.

d. Contoh penulisan sumber pustaka buku kompilasi

(edited book):

[1] Duncan, R.B., 1976,

The Ambidextrous Organization: Designing Dual structures

for Innovation. In: Kilmann, R.H., Pondy, L.R., Slevin, D. (Eds.), The

Management of Organization, vol. 1.

North-Holland, New York, NY, PP167–188.

e. Contoh penulisan sumber pustaka dari Skripsi/tesis/disertasi:


(4)

[1]

Heinzelman

, W., 2000,

Application-specific Protocol Architectures for Wireless

Networks

, Ph.D. dissertation, Massachusetts Institute of Technology, Cambridge.

[2]

Mustofa, Trima., 2014, Disain User Iterface dan Servlet pada Remot Android

Mobile, Skripsi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

f. Contoh penulisan sumber pustaka dari Internet

[1]

Honeycutt

, H., 2011, The Essential of Communication and Design Course methode,

Website: http://dcr.rpi.edu/commdesign/class1.html, diakses tanggal : 3 Maret 2013,

Pukul 16:09.

ATURAN UMUM

Secara keseluruhan aturanpenulisan naskah jurnal sebagai berikut :

a. Jumlah halaman dalam penulisan jurnal Maksimal 8 halaman. Dituliskan dengan

dengan 2 Kolom.

b. Margin kanan3 cm, kiri 3 cm, bawah3 cm, atas 3 cm.

c. Setiap sub judul ditulis dengan huruf Times New Roman font 11 dan dicetak tebal

(bold).


(5)

d. Jarak antara kalimat akhir di setiap sub judul dengan penulisan sub judul baru

adalah 2 spasi.

e. Alinea baru ditulis menjorok dengan indent-first line 0,75 cm, antar alinea tidak

diberi spasi.

f. Isi teks ditulis dengan huruf Times News Roman ukuran 11pt spasi satu.

g. Kata asing ditulis dengan huruf miring.

h. Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan bilangan bulat

yang kurang dari sepuluh harus dieja.

Lampiran 1.Format Jurnal

(1) JUDUL – TIMES NEW ROMAN(12pt) KAPITAL, BOLD (MAKS 20 KATA)

2 spasi

Penulis1,Penulis2,Penulis3Times New Roman(10pt)-Bold email: penulis @xxx.xxx Times New Roman(10pt) DIII/ IV XXXXPoliteknik Harapan BersamaTimes New Roman(10pt) Jln. Mataram No.09 Tegal Times New Roman(10pt)

Telp/Fax (0283)352000 Times New Roman(10pt) Abstrak-Times New Roman(10pt)-Bold

Penulisan abstrak maksimal 200 kata yang mencakup atau terdiri dari masalah, tujuan, metode, dan hasil yang dituliskan dalam satu paragaraf, dituliskan dengan font Times New Roman ukuran 10pt spasi 1..


(6)

Kata kunci: Maksimal 4 kata kunci – Times New Roman(10pt), italic 1. Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang, tinjauan pustaka secara singkat dan relevan serta tujuan penelitian di tuliskan dengan font time new Roman ukuran 11pt spasi satu[1].

2. Metode Penelitian

Isi metode penelitian berisi tentang kerangka penelitian dan prosedur penelitian tanpa menggunakan sub bab.Semua tulisan dalam jurnal menggunakan Times New Roman (11pt) spasi 1.

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil adalah temuan penelitian yang disajikan tanpa pendapat. Analisa menguraikan secara tepat dan argumentatif hasil penelitian dengan teori dan temuan terdahulu yang relevan. Jika ada tabel atau gambar dalam hasil dan pembahasan, diketik dengan spasi 1 ukuran front 10 pt dan diberi nomor urut sesuai dengan penampilan dalam teks. Jumlah maksimal tabel atau gambar dengan judul singkat adalah 6 gambar atau tabel.[2].

4. Kesimpulan

Kesimpulan menjawab masalah penelitian tidak melampaui kapasitas temuan. Kesimpulan berbentuk narasi, logis, dan tepat guna

.

Kesimpulan tidak berupa poin-poin. Ukuran 11pt font Times New Roman.

5. Daftar Pustaka

Rujukan sesuai aturan Vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, dibatasi maksimal 20 rujukan dan diutamakan rujukan jurnal terkini. Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang, selebihnya diikuti “dkk (et al).

Daftar pustaka dituliskan dengan menggunakan huruf Times New Roman berukuran 11 pts spasi 1.

[1] Munir, Rinaldi, Pengolahan Citra

Digital dengan Pendekatan Algoritmik,

Bandung: Informatika, 2004.

[2] Chandraratne, Comparison of Three Statistical Texture Measures for Lamb Grading, First International Conference on Industrial and Information System, ICIIS 2006, Sri Lanka, Agustus 2006. .


(7)

Lampiran 2. Contoh Jurnal

GAMBARAN PENDISTRIBUSIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS

DI BANTUL TIMUR

Ratih Sakti Prastiwi

1

, Ima Kharimaturrohmah

2 email: ratih.sakti@ymail.com

1

Politeknik Harapan Bersama, Jalan Mataram No 9 Kota Tegal 52142, Indonesia

Telp (0283) 352000

2

Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta, Jl. Munir No.204 Serangan Yogyakarta 55262,

Indonesia Telp (0274) 374427

Abstrak

Kekurangan Vitamin A (KVA) dapat mengakibatkan kematian pada anak maupun ibu.Data WHO menunjukkan 9% kasus kematian anak akibat KVA dan 13% pada ibu.KVA yang ditemukan pada ibu nifas dapat meningkatkan resiko kejadian infeksi yang dapat mengakibatkan kematian.Dalam menurunkan resiko KVA, Pemerintah mencanangkan program vitamin A dosis tinggi yang diberikan kepada bayi, balita dan ibu nifas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi vitamin A pada ibu nifas Di Bantul Timur. Penelitian ini dilakukan menggunakan survey dskriptif kepada 21 responden bidan praktek mandiri di Bantul dengan membagikan kuesioner serta wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi di wilayah Bantul Timur adalah tinggi (90.48%) namun masih ditemukan 9.52% tidak memberi kapsul vitamin A ibu nifas. Pemberian kapsul pertama diberikan pada ibu 24 pasca melahirkan sebanyak 100% sedangkan pemberian kapsul kedua tergolong kecil yaitu 52.63%.Faktor tidak meratanya pemberian kapsul kedua diantaranya adalah kurangnya ketersediaan kapsul yang dimiliki tenaga kesehatan.

Kata kunci: Vitamin A, Nifas, Bidan

1. Pendahuluan

Kekurangan vitamin A merupakan kondisi berat yang sering ditemukan pada anak dan ibu malnutrisi terutama di Negara berkembang. Estimasi kejadian KVA adalah 250.000-500.000 anak mlnutrisi mengalami kebutaan yang disebab KVA1

Resiko KVA bagi ibu antara lain perdarahan selama persalinan, BBLR, rentan terkena penyakit infeksi serta kompilkasi lain yang memungkinkan berakhir kematian. Pada anak dengan KVA beresiko mengalami bitot spot. Anak umur

6-72 bulan sangat rentan kekurangan vitamin A yang kemudian akan beresiko mengalami xeropthalmia pada anak yang lebih tua.

WHO mencanangkan strategi penanggulangan KVA dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi yang diberikan pada bayi (6-11 bulan), balita (1-5 tahun) dan ibu nifas. Program pemberian vitamin A ibu nifas bertujuan mempertahankan kadar retinol dalam serum darah dan ASI. ASI merupakan sumber utama vitamin A untuk melindungi anak dari penyakit xerophthalmia. Pedoman


(8)

nasional merekomendasikan 100% ibu nifas menerima dua kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI paling lambat 30 hari pasca melahirkan. Strategi yang dicanangkan pemerintah menghadapi pendistribusian vitamin A bagi ibu yang bersalin di rumah, maka pemerintah menerapkan distribusi tidak hanya melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) melainkan melalui kader dan bidan desa.2,3,4 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi vitamin A pada ibu nifas Di Bantul Timur.

2. Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode survei deskriptif dengan melihat gambaran pendistribusian kapsul Vitamin A 200.000 SI pada ibu nifas di Bidan Praktek Mandiri wilayah IBI Ranting Timur Cabang Bantul. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah bidan yang memiliki BPS dan memberikan layanan persalinan dan ibu nifas, Kriteria eksklusi sampel antara lain bidan bekerja di Puskesmas/Rumah Sakit, Pendidikan Bidan minimal Diploma 1 dan didapatkan sampel sebanyak 21 responden.

Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner dan wawancara mendalam yang kemudian data dilakukan analisis menggunakan analisis deskriptif. 3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian dilakukan pada 21 responden yang memiliki profesi bidan dan melakukan praktek mandiri di wilayah tersebut. Hasil survey menunjukkan bidan praktek mandiri rata-rata telah memiliki pendidikan diploma III Kebidanan, dengan rentang usia 40-50 tahun dan telah memiliki pengalaman kerja selama 20-30 tahun. Karaketristik responden sangat mendukung suksesnya program vitamin A ibu nifas.

Tabel 1. Karakteristik Responden

KarakteristikResponde jumlah %

n Umur

< 30 tahun 3 14

30-40 tahun 0 0

40-50 tahun 12 57

50 tahun 6 29

Pendidikan

Diploma I 1 5

Diploma III 16 76

Diploma IV 4 19

Lama Kerja

< 20 tahun 6 29

20-30 tahun 12 57

> 30 tahun 3 14

Status Kepegawaian Kerja

PNS 18 86

Non PNS 3 14

Pemberian suplemen vitamin A merupakan salah satu strategi yang efektif dan banyak dipraktikan untuk mengatasi KVA di negara berkembang.Pemberian suplemen vitamin A dapat menurunkan kejadian 23% kematian pada bayi. Pemberian vitamin A pada bayi dibawah 6 bulan (berat badan kurang dari 8 kg) disarankan mendapatkan dosis 100.000 IU dan atau melalui ASI dengan cara ibu nifas mengonsumsi suplemen vitamin A 200.000 IU.5Pangaribuan et aldalam penelitiannya, vitamin A mempengaruhi kadar heamogloblin dalam tubuh, KVA dapat meningkatkan resiko 2/3 lebih tinggi mengalami anemia pada ibu hamil dan nifas.6

Penelitian yang dilakukan oleh Gogia dan Sachdev, vitamin A yang diberikan kepada ibu nifas tidak memiliki hubungan yang signifikan dalam mencegah terjadinya mortalitas pada bayi, dan hanya satu study yang menunjukkan kurangnya kadar retinol pada bayi dapat menyebabkan diare dan ISPA pada bayi hingga umur 6 bulan. Gogia dan Sachdev dalam penelitiannya menyebutkan program vitamin A pada ibu nifas tidak ada pengaruh dalam penurunan mortalitas dan morbiditas bayi namun dapat meningkatkan kadar retinol pada bayi sehingga dapat menurunkan resiko


(9)

terjadinya kekurangan vitamin A yang dapat berakibat pada kejadian blind spot

dan xeropthalmia pada anak.7

Hasil penelitian menunjukkan cakupan pemberian Vitamin A ibu nifas di wilayah Bantul Timur tergolong tinggi, sebanyak 90.48% memberikan kapsul vitamin A ibu nifas baik pada 24 jam pertama maupun kapsul kedua dimana diberikan sekurang-kurangnya 30 hari pasca bersalin. Namun masih ditemukan 9.52% yang tidak memberikan kapsul vitamin A, tidak diberikannya kapsul vitamin A pada ibu nifas dikarenakan responden telah pensiun dan tidak bekerjasama dengan instansi kesehatan pemerintah setempat dalam pengadaan vitamin A untuk BPS-nya. Ditemukan juga kendala yaitu vitamin A yang telah kadaluarsa sehingga responden tidak dapat memberikannya kepada ibu nifas.

Memberikan Vit A Bufas; 90.48%; 90.48% Tidak memberi Vit A Bufas; 9.52%; 9.52%

Gambar 1. Diagram Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A 200.000 SI Pemerataan pemberian kapsul vitamin A dilakukan melalui instansi kesehatan, tenaga kesehatan, kader serta dukun.Responden umumnya memberikan Pelayanan ibu nifas hanya di BPS saja, namun terdapat responden yang turut bergerak aktif dengan mengikuti kegiatan di Posyandu dengan bekerjasama dengan kader maupun dengan home visit.8

Tabel 2. Pelayanan Kapsul Vitamin A Ibu nifas

Pelayanan Ibu Nifas

n %

Tempat Layanan

BPS 17 8

BPS dan

Posyandu

2 10

BPS, Posyandu dan Home visit

1 5

BPS, Homevisit 1 5

Waktu Pemberian Kapsul kedua Tidak memberikan 9 47 Kunjungan neonatal pertama (0-3 hari) 7 37 Kunjungan neonatal kedua (3-6 hari)

3 16

Tempat Pemberian Kapsul Kedua

BPS 7 70

Posyandu 2 20

Home visit 1 10

Ibu nifas umumnya selalu mendapatkan kapsul vitamin A pertama, namun saat pemberian kapsul vitamin A kedua sulit untuk diketahui apakah sudah mendapatkan atau belum, hal ini disebabkan karena tidak terdokumentasi dengan baik sehingga sulit untuk mendapatkan angka cakupan ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A kedua. Hal tersebut merupakan acuan tenaga kesehatan untuk membagikan kapsul vitamin A kedua secara merata hal ini ditunjukkan dengan adanya usaha yang dilakukan responden dengan memberikan kapsul kedua saat kunjungan di posyandu (20%) serta home visit (10%).

Upaya mempercepat pencapaian cakupan distribusi kapsul vitamin A uuntuk sasaran ibu nifas oleh pemerintah yaitu menyediakan kapsul vitamin A di tingkat Posyandu. Ditingkat Posyandu, vitamin A didapatkan dari Puskesmas dimana Bidan dan kader memiliki kewajiban dalam mendistribusikannya.9

Kecilnya angka pendistribusi kapsul vitamin A bagi ibu nifas di Posyandu dikarenakan tidak adanya ibu nifas yang berkunjung ke Posyandu dan sedikitnya bidan yang hadir.Terdapat 1 responden yang melakukan home visit, dengan dilakukannya home visit bidan dapat


(10)

memastikan pendistribusian kapsul vitamin A ibu nifas tepat sasaran.Penelitian terbaru di Nepal menunjukkan konsumsi vitamin A setelah bersalin mampu meningkatkan konsentrasi serum retinol ibu serta menurunkan penyakit rabun senja.4

Pemberian kapsul kedua dilakukan 52.63% (10 responden) saat kunjungan neonatal.Saat ibu nifas melakukan kunjungan neonatal beberapa responden memanfaatkan hal tersebut untuk melakukan pelayanan nifas pada ibu salah satunya dengan pemberian kapsul kedua.Sebanyak 36.84% diberikan saat kunjungan neonatal kedua dan sebanyak 1.58% melakukan pada saat kunjungan neonatal kedua.

4. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi di wilayah Bantul Timur adalah tinggi (90.48%) namun masih ditemukan 9.52% tidak memberi kapsul vitamin A ibu nifas. Pemberian kapsul pertama diberikan pada ibu 24 pasca melahirkan sebanyak 100% sedangkan pemberian kapsul kedua tergolong kecil yaitu 52.63%.Faktor tidak meratanya pemberian kapsul kedua diantaranya adalah kurangnya ketersediaan kapsul yang dimiliki tenaga kesehatan.

Bidan memiliki peran penting dalam pencapaian cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi bagi ibu nifas.Kerjasama yang telah dilakukan oleh responden membantu ketersediaan vitamin A sehingga pendistribusian tepat sasaran. Namun dalam pendistribusiannya masih banyak yang difokuskan di BPS saja sedangkan di posyandu maupun home visit

masih rendah sehingga terdapat kemungkinan ibu nifas hanya mendapatkan kapsul pertama.

6. Daftar Pustaka

[1] Sinha A. 2011. Vitamin A Deficiency in Schoolchildren in Urban Central India:

The Central India Children Eye Study.

Archieves of Ophthalmology 129(8),

pp.1095

[2] World Health Organization. 2007.

Country Profile of Woman’s Health and

Development in Indonesia. Jakarta:

Bakti Husada

[3] Gibney, Michael J, et al. 2009. Gizi

Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

[4] Helen Keller Indonesia. 2004. Program Pemberian kapsul Vitamin A Perlu Ditingkatkan Agar Bermanfaat untuk Ibu dan Anak. [online] Availabel at http://hki-indo.org.id

[5] Akhtar, S., Ahmed, A., Randhawa, M., Atukorala, S., Arlappa, N., Ismail, T. and Ali, Z. 2014. Prevalence of Vitamin A Deficiency in South Asia: Causes, Outcomes, and Possible Remedies. J

Health Popul Nutr, 31(4).

[6] Pangaribuan, R., Erhardt J., Scherbaum, V. and Bielsalski, H. 2003. Vitamin A Capsule Distribution to Control Vitamin A Deficiency in Indonesia: Effect of Supplementation in Pre-school Children and Compliance with The Programme.

Public Health Nutrition, 6(02).

[7] Goiga, S dan Sachdev H. 2010. Maternal Postpartum Vitamin A Supplementation for the Prevention of Mortality and Morbidity in Infancy: a Systematic Review of Randomized Controlled Trials. International Journal of

Epidmiology, 39(5), pp. 1217-1226

[8] Prastiwi, R dan Kharimaturrohmah, I. 2011. Program Pemberian Vitamin A

Pada Ibu Nifas di Bidan Delima Ranting Timur Cabang Bantul 2010. Karya Tulis

Ilmiah. Yogyakarta: Stikes ‘Aisyiyah

Yogyakarta

[9]

Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat.2000. Laporan Penyusunan Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A


(11)

(1)

Kata kunci: Maksimal 4 kata kunci – Times New Roman(10pt), italic

1. Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang, tinjauan pustaka secara singkat dan relevan serta tujuan penelitian di tuliskan dengan font time new Roman ukuran 11pt spasi satu[1].

2. Metode Penelitian

Isi metode penelitian berisi tentang kerangka penelitian dan prosedur penelitian tanpa menggunakan sub bab.Semua tulisan dalam jurnal menggunakan Times New Roman (11pt) spasi 1.

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil adalah temuan penelitian yang disajikan tanpa pendapat. Analisa menguraikan secara tepat dan argumentatif hasil penelitian dengan teori dan temuan terdahulu yang relevan. Jika ada tabel atau gambar dalam hasil dan pembahasan, diketik dengan spasi 1 ukuran front 10 pt dan diberi nomor urut sesuai dengan penampilan dalam teks. Jumlah maksimal tabel atau gambar dengan judul singkat adalah 6 gambar atau tabel.[2].

4. Kesimpulan

Kesimpulan menjawab masalah penelitian tidak melampaui kapasitas temuan. Kesimpulan berbentuk narasi, logis, dan tepat guna

.

Kesimpulan tidak berupa poin-poin. Ukuran 11pt font Times New Roman.

5. Daftar Pustaka

Rujukan sesuai aturan Vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, dibatasi maksimal 20 rujukan dan diutamakan rujukan jurnal terkini. Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang, selebihnya diikuti “dkk (et al).

Daftar pustaka dituliskan dengan menggunakan huruf Times New Roman berukuran 11 pts spasi 1.

[1] Munir, Rinaldi, Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik, Bandung: Informatika, 2004.

[2] Chandraratne, Comparison of Three Statistical Texture Measures for Lamb Grading, First International Conference on Industrial and Information System, ICIIS 2006, Sri Lanka, Agustus 2006. .


(2)

Lampiran 2. Contoh Jurnal

GAMBARAN PENDISTRIBUSIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS

DI BANTUL TIMUR

Ratih Sakti Prastiwi

1

, Ima Kharimaturrohmah

2 email: ratih.sakti@ymail.com

1

Politeknik Harapan Bersama, Jalan Mataram No 9 Kota Tegal 52142, Indonesia

Telp (0283) 352000

2

Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta, Jl. Munir No.204 Serangan Yogyakarta 55262,

Indonesia Telp (0274) 374427

Abstrak

Kekurangan Vitamin A (KVA) dapat mengakibatkan kematian pada anak maupun ibu.Data WHO menunjukkan 9% kasus kematian anak akibat KVA dan 13% pada ibu.KVA yang ditemukan pada ibu nifas dapat meningkatkan resiko kejadian infeksi yang dapat mengakibatkan kematian.Dalam menurunkan resiko KVA, Pemerintah mencanangkan program vitamin A dosis tinggi yang diberikan kepada bayi, balita dan ibu nifas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi vitamin A pada ibu nifas Di Bantul Timur. Penelitian ini dilakukan menggunakan survey dskriptif kepada 21 responden bidan praktek mandiri di Bantul dengan membagikan kuesioner serta wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi di wilayah Bantul Timur adalah tinggi (90.48%) namun masih ditemukan 9.52% tidak memberi kapsul vitamin A ibu nifas. Pemberian kapsul pertama diberikan pada ibu 24 pasca melahirkan sebanyak 100% sedangkan pemberian kapsul kedua tergolong kecil yaitu 52.63%.Faktor tidak meratanya pemberian kapsul kedua diantaranya adalah kurangnya ketersediaan kapsul yang dimiliki tenaga kesehatan.

Kata kunci: Vitamin A, Nifas, Bidan

1. Pendahuluan

Kekurangan vitamin A merupakan kondisi berat yang sering ditemukan pada anak dan ibu malnutrisi terutama di Negara berkembang. Estimasi kejadian KVA adalah 250.000-500.000 anak mlnutrisi mengalami kebutaan yang disebab KVA1

Resiko KVA bagi ibu antara lain perdarahan selama persalinan, BBLR, rentan terkena penyakit infeksi serta kompilkasi lain yang memungkinkan berakhir kematian. Pada anak dengan KVA beresiko mengalami bitot spot. Anak umur

6-72 bulan sangat rentan kekurangan vitamin A yang kemudian akan beresiko mengalami xeropthalmia pada anak yang lebih tua.

WHO mencanangkan strategi penanggulangan KVA dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi yang diberikan pada bayi (6-11 bulan), balita (1-5 tahun) dan ibu nifas. Program pemberian vitamin A ibu nifas bertujuan mempertahankan kadar retinol dalam serum darah dan ASI. ASI merupakan sumber utama vitamin A untuk melindungi anak dari penyakit xerophthalmia. Pedoman


(3)

nasional merekomendasikan 100% ibu nifas menerima dua kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI paling lambat 30 hari pasca melahirkan. Strategi yang dicanangkan pemerintah menghadapi pendistribusian vitamin A bagi ibu yang bersalin di rumah, maka pemerintah menerapkan distribusi tidak hanya melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) melainkan melalui kader dan bidan desa.2,3,4 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi vitamin A pada ibu nifas Di Bantul Timur.

2. Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode survei deskriptif dengan melihat gambaran pendistribusian kapsul Vitamin A 200.000 SI pada ibu nifas di Bidan Praktek Mandiri wilayah IBI Ranting Timur Cabang Bantul. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah bidan yang memiliki BPS dan memberikan layanan persalinan dan ibu nifas, Kriteria eksklusi sampel antara lain bidan bekerja di Puskesmas/Rumah Sakit, Pendidikan Bidan minimal Diploma 1 dan didapatkan sampel sebanyak 21 responden.

Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner dan wawancara mendalam yang kemudian data dilakukan analisis menggunakan analisis deskriptif. 3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian dilakukan pada 21 responden yang memiliki profesi bidan dan melakukan praktek mandiri di wilayah tersebut. Hasil survey menunjukkan bidan praktek mandiri rata-rata telah memiliki pendidikan diploma III Kebidanan, dengan rentang usia 40-50 tahun dan telah memiliki pengalaman kerja selama 20-30 tahun. Karaketristik responden sangat mendukung suksesnya program vitamin A ibu nifas.

Tabel 1. Karakteristik Responden

KarakteristikResponde jumlah %

n Umur

< 30 tahun 3 14

30-40 tahun 0 0

40-50 tahun 12 57

50 tahun 6 29

Pendidikan

Diploma I 1 5

Diploma III 16 76

Diploma IV 4 19

Lama Kerja

< 20 tahun 6 29

20-30 tahun 12 57

> 30 tahun 3 14

Status Kepegawaian Kerja

PNS 18 86

Non PNS 3 14

Pemberian suplemen vitamin A merupakan salah satu strategi yang efektif dan banyak dipraktikan untuk mengatasi KVA di negara berkembang.Pemberian suplemen vitamin A dapat menurunkan kejadian 23% kematian pada bayi. Pemberian vitamin A pada bayi dibawah 6 bulan (berat badan kurang dari 8 kg) disarankan mendapatkan dosis 100.000 IU dan atau melalui ASI dengan cara ibu nifas mengonsumsi suplemen vitamin A 200.000 IU.5Pangaribuan et aldalam penelitiannya, vitamin A mempengaruhi kadar heamogloblin dalam tubuh, KVA dapat meningkatkan resiko 2/3 lebih tinggi mengalami anemia pada ibu hamil dan nifas.6

Penelitian yang dilakukan oleh Gogia dan Sachdev, vitamin A yang diberikan kepada ibu nifas tidak memiliki hubungan yang signifikan dalam mencegah terjadinya mortalitas pada bayi, dan hanya satu study yang menunjukkan kurangnya kadar retinol pada bayi dapat menyebabkan diare dan ISPA pada bayi hingga umur 6 bulan. Gogia dan Sachdev dalam penelitiannya menyebutkan program vitamin A pada ibu nifas tidak ada pengaruh dalam penurunan mortalitas dan morbiditas bayi namun dapat meningkatkan kadar retinol pada bayi sehingga dapat menurunkan resiko


(4)

terjadinya kekurangan vitamin A yang dapat berakibat pada kejadian blind spot dan xeropthalmia pada anak.7

Hasil penelitian menunjukkan cakupan pemberian Vitamin A ibu nifas di wilayah Bantul Timur tergolong tinggi, sebanyak 90.48% memberikan kapsul vitamin A ibu nifas baik pada 24 jam pertama maupun kapsul kedua dimana diberikan sekurang-kurangnya 30 hari pasca bersalin. Namun masih ditemukan 9.52% yang tidak memberikan kapsul vitamin A, tidak diberikannya kapsul vitamin A pada ibu nifas dikarenakan responden telah pensiun dan tidak bekerjasama dengan instansi kesehatan pemerintah setempat dalam pengadaan vitamin A untuk BPS-nya. Ditemukan juga kendala yaitu vitamin A yang telah kadaluarsa sehingga responden tidak dapat memberikannya kepada ibu nifas.

Memberikan Vit A Bufas; 90.48%; 90.48% Tidak memberi Vit A Bufas; 9.52%; 9.52%

Gambar 1. Diagram Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A 200.000 SI Pemerataan pemberian kapsul vitamin A dilakukan melalui instansi kesehatan, tenaga kesehatan, kader serta dukun.Responden umumnya memberikan Pelayanan ibu nifas hanya di BPS saja, namun terdapat responden yang turut bergerak aktif dengan mengikuti kegiatan di Posyandu dengan bekerjasama dengan kader maupun dengan home visit.8

Tabel 2. Pelayanan Kapsul Vitamin A Ibu nifas

Pelayanan Ibu Nifas

n %

Tempat Layanan

BPS 17 8

BPS dan

Posyandu

2 10

BPS, Posyandu dan Home visit

1 5

BPS, Homevisit 1 5

Waktu Pemberian Kapsul kedua Tidak memberikan 9 47 Kunjungan neonatal pertama (0-3 hari) 7 37 Kunjungan neonatal kedua (3-6 hari)

3 16

Tempat Pemberian Kapsul Kedua

BPS 7 70

Posyandu 2 20

Home visit 1 10

Ibu nifas umumnya selalu mendapatkan kapsul vitamin A pertama, namun saat pemberian kapsul vitamin A kedua sulit untuk diketahui apakah sudah mendapatkan atau belum, hal ini disebabkan karena tidak terdokumentasi dengan baik sehingga sulit untuk mendapatkan angka cakupan ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A kedua. Hal tersebut merupakan acuan tenaga kesehatan untuk membagikan kapsul vitamin A kedua secara merata hal ini ditunjukkan dengan adanya usaha yang dilakukan responden dengan memberikan kapsul kedua saat kunjungan di posyandu (20%) serta home visit (10%).

Upaya mempercepat pencapaian cakupan distribusi kapsul vitamin A uuntuk sasaran ibu nifas oleh pemerintah yaitu menyediakan kapsul vitamin A di tingkat Posyandu. Ditingkat Posyandu, vitamin A didapatkan dari Puskesmas dimana Bidan dan kader memiliki kewajiban dalam mendistribusikannya.9

Kecilnya angka pendistribusi kapsul vitamin A bagi ibu nifas di Posyandu dikarenakan tidak adanya ibu nifas yang berkunjung ke Posyandu dan sedikitnya bidan yang hadir.Terdapat 1 responden yang melakukan home visit, dengan dilakukannya home visit bidan dapat


(5)

memastikan pendistribusian kapsul vitamin A ibu nifas tepat sasaran.Penelitian terbaru di Nepal menunjukkan konsumsi vitamin A setelah bersalin mampu meningkatkan konsentrasi serum retinol ibu serta menurunkan penyakit rabun senja.4

Pemberian kapsul kedua dilakukan 52.63% (10 responden) saat kunjungan neonatal.Saat ibu nifas melakukan kunjungan neonatal beberapa responden memanfaatkan hal tersebut untuk melakukan pelayanan nifas pada ibu salah satunya dengan pemberian kapsul kedua.Sebanyak 36.84% diberikan saat kunjungan neonatal kedua dan sebanyak 1.58% melakukan pada saat kunjungan neonatal kedua.

4. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi di wilayah Bantul Timur adalah tinggi (90.48%) namun masih ditemukan 9.52% tidak memberi kapsul vitamin A ibu nifas. Pemberian kapsul pertama diberikan pada ibu 24 pasca melahirkan sebanyak 100% sedangkan pemberian kapsul kedua tergolong kecil yaitu 52.63%.Faktor tidak meratanya pemberian kapsul kedua diantaranya adalah kurangnya ketersediaan kapsul yang dimiliki tenaga kesehatan.

Bidan memiliki peran penting dalam pencapaian cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi bagi ibu nifas.Kerjasama yang telah dilakukan oleh responden membantu ketersediaan vitamin A sehingga pendistribusian tepat sasaran. Namun dalam pendistribusiannya masih banyak yang difokuskan di BPS saja sedangkan di posyandu maupun home visit masih rendah sehingga terdapat kemungkinan ibu nifas hanya mendapatkan kapsul pertama.

6. Daftar Pustaka

[1] Sinha A. 2011. Vitamin A Deficiency in Schoolchildren in Urban Central India:

The Central India Children Eye Study. Archieves of Ophthalmology 129(8), pp.1095

[2] World Health Organization. 2007. Country Profile of Woman’s Health and Development in Indonesia. Jakarta: Bakti Husada

[3] Gibney, Michael J, et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC [4] Helen Keller Indonesia. 2004. Program

Pemberian kapsul Vitamin A Perlu Ditingkatkan Agar Bermanfaat untuk Ibu dan Anak. [online] Availabel at http://hki-indo.org.id

[5] Akhtar, S., Ahmed, A., Randhawa, M., Atukorala, S., Arlappa, N., Ismail, T. and Ali, Z. 2014. Prevalence of Vitamin A Deficiency in South Asia: Causes, Outcomes, and Possible Remedies. J Health Popul Nutr, 31(4).

[6] Pangaribuan, R., Erhardt J., Scherbaum, V. and Bielsalski, H. 2003. Vitamin A Capsule Distribution to Control Vitamin A Deficiency in Indonesia: Effect of Supplementation in Pre-school Children and Compliance with The Programme. Public Health Nutrition, 6(02).

[7] Goiga, S dan Sachdev H. 2010. Maternal Postpartum Vitamin A Supplementation for the Prevention of Mortality and Morbidity in Infancy: a Systematic Review of Randomized Controlled Trials. International Journal of Epidmiology, 39(5), pp. 1217-1226 [8] Prastiwi, R dan Kharimaturrohmah, I.

2011. Program Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di Bidan Delima Ranting Timur Cabang Bantul 2010. Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta

[9]

Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat.2000. Laporan Penyusunan Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi, Jakarta: Bakti Husada,


(6)