MAKNA LAFADZ AL ASHNAM DALAM AL QUR'AN MENURUT M.QURAISH SHIHAB.

MAKNA LAFADZ AL-ASHNA>M DALAM AL-QUR’A>N
MENURUT M.QURAISH SHIHAB

Skripsi:
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:
ALFU ROCHMATIN
E33212076

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017

6

KEMENTERIANAGAMA

I,INTYERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

PERPUSTAKAAN

Jl. Jend. A.

Ydi I l7 Surabaya

6023 7 Telp. 03 1-843 1972 Fax.O3 I -841 33OO

E"Mait perpus@uiasby.ac.id

t,EI{B_\R Pl iRNyATt.\N 1't iRSl iI LTJUAN pUUI.iKASI
I!\RY,\ II,N{I/UI I-IN'I'LJK KIII'ENT]NG,\N,{KAI)I,]]\1IS
Scbagai

cirirrs aliadcmihe UIN Suneo r\mpcl

Surabar-e, r'ang bertanrla


Nama

:

,{llrr Rochmatin

MM

|

8332120 t-6

Fakultas/Jumsan

: tlshuluddin ctrn I rils.,rfat /Tafsir Hadis

E-mail addcess

:


rarran ,:li barreh ini. savr:

nurinaredgirt(zt)1'm 1.corr

I)cmi pcngembangal ilmu ptlgctahuan, mcnlctujul uflruk membcriken kcpadx Pe{ushli?rn
LIIN Sunan ,\mpcl Surabar.:r, llak llL:bes Roralti Non liksklusif atas kana ilmiah :
d skripsi E Tesis E l)cscrtrsi E Lainl.in (. . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . ....)
,,

eng bcrjudul

:

\l.rlr., l,r rl,. r-,shr,,.n l',1.,n..u-,.'rr,., \lcnr.,,,r \l.,lurJr.h:h,hrl,

bcscta perangkat yang dipcrlLrku (bila adal. Deng;rn tJak llcLas Ror.nlrr Non Ftkslusif nri
Pcrpusrahaal tllN Sunirn -,lmlel Su.abala bc'rhak rncrrvimpm, neflgalih
'nedia,/forrrrxt-kan.
rnenge|rlanlr d.rl-arn benrul . pangki1nn dara (detabase), mendistribusikann,ra,
dan

rncrernpillani mcmpubliliasikaniye di tnremer atau mcdia lam secera fu,/Jrexarntul kcpenflngan
aliadcmis tanpa ferlu mcminta iju dar srla sci"ma tetap mcncjnrumkin nama sa\:a scbejai
pcnulis,i pmcipte dan atau pcllerbit larte bcrsrngkurm.

SaIa bersedia untuk menanggLrng sr:cera pribadi, 1,r,1pi ,nclibatkarl pihek l)c{,ustikn:m UIN
Surefi ,\n1pcl Surabari. segil,l brntuk tuflrut^n hukunr ra11!i tirnbul atis pclanlgir,lr IIik (-iJrtn
rlehm liar,a ilmiah ser-a ili.

l)cmiliian petl'ataan ini lerg

sr).a buel dcngan scbenam,ra.

Strl}ay4 21 Februari 2017
Penulis

/.-"*
(+l(AItu Rochmatin)

ABSTRAK
Alfu Rochmatin. Nim E33212076. Makna Lafadz al-ashna>m dalam alQur’a>n menurut M.Quraish Shihab.

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Apa makna lafadz alashnam dalam al-Qur’a>n,? 2) Bagaima Quraish shihab memaknai kata lafadz alashna>m dalam al-Qur’aan?
Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan makna lafadz al-ashna>m
yang mana di dalamnya terdapat ayat al-Qur’a>n yang mana arti dari al-ashna>m
sendiri mempunyai kesamaan arti. Padahal konteks ayat al-Qur’a>n sangat berbedabeda. Dan mengetahui teori yang digunakan mufassir dalam memahami makna
lafadz al-ashna>m.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif metode penelitian library
research (penelitian perpustakaan). Kajian kepustakaan ini berupa data primer
berasal dari satu penafsir saja. Dan data sekunder yang berasal dari literature tentang
ayat al-Qur’a>n serta munasabah yang relafan dengan penelitian ini. Adapun teknik
dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode dokumentasi. Sementara analisis dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif dan content analisis. Yaitu menggambarkan dan
menguraikan secara menyeluruh mengenai obyek yang diteliti. Sedangkan analisis isi
adalah metedologi dengan memanfaatkan sejumlah perangkat untuk menarik
kesimpulan dari sebuah dokumen atau bahan pustaka.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa lafadz al-ashna>m adalah segala
sesuatu yang terbuat dari kayu, batu, perak, emas, tembaga dan semua jenis bahan
yang berasal dari bumi yang memiliki bentuk yang menyerupai makhluk hidup
seperti manusia, tumbuhan, bintatang serta memiliki tubuh yang besar. Selain itu,
lafadz al-ashna>m mengalami banyak perluasan makna yang digunakan untuk

menunjukkan makna dari berhala.
M.Quraish shihab mengatakan lafadz al-ashna>man yang menggunakan
tanwin(bunyi nun) pada ahir kata, yang mengisyaratkan kebesaran dan
keagungan.pengulangan kata ashna>m(penyembah) telah ditemui mereka sepanjang
hari atau terus-menerus yang mengisyaratkan tentang penghormatan mereka kepada
berhala-berhala.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ..........................................................................................

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................................

ii


PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ......................................................

iii

PERNYATAAN KEASLIAN ..........................................................................

iv

MOTTO............................................................................................................

v

PERSEMBAHAN ............................................................................................

vi

ABSTRAK .......................................................................................................

vii


KATA PENGANTAR .....................................................................................

viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................

1

B. Batasan Masalah...................................................................................


6

C. Rumusan Masalah ................................................................................

6

D. Tujuan Penelitian .................................................................................

7

E. Penegasan Judul ...................................................................................

7

F. Manfaat Penelitian ...............................................................................

8

G. Telaah Pustaka .....................................................................................


8

H. Metodelogi penelitian…………………………………………… .......

9

I. Sistematika Pembahasan ......................................................................

12

BAB II TAFSIR DAN PEMAKNAAN DALAM AL-QUR’A>N
A. Pengertian tafsir ...................................................................................

14

B. Makna dalam al-Qur’a>n .......................................................................

17

C. Makna al-ashna>m ……………………………………………………


21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Sejarah Masuknya dan Membesarnya Berhala di Jazirah Arab ...........

26

BAB III BIOGRAFI M.QURAISH SHIHAB SERTA AYAT-AYAT ALQUR’A>N DAN TAFSIRAN TENTANG MAKNA LAFADZ ALASHNA>M
A Biografi M.Quraish Shihab……………………………………………

31

B Ayat-ayat al-Qur’aan Tentang Makna Lafadz al-ashnaam
a.

b.

Surah al-syua’ara>
1. Mufrodad Ayat…………………...........................................

34

2. Munasabah ……………………………................................

35

3. Penafsiran surah al-syua’ara………………………………..

36

Surah al-a’ra>f
1. Mufrodad Ayat………………………………………………. 39
2. Munasabah…………………………………………………… 40
3. Penafsiran surah al-a’ra>f…………………………………….. 40

c.

Surah Ibrahim
1. Mufrodad Ayat……………………………………………….. 43
2.

Munasabah………………………………………………….… 44

3. Penafsiran Surah Ibrahim…………………………………….. 44
d.

Surah al-ambiya
1. Mufrodad Ayat………………………………………………. 48
2. Munasabah…………………………………………………..

48

3. Penafsiran Surah al-ambiya…………………………………. 48
e.

Surah al-an’am
1. Mufrodad Ayat………………………………………………. 50
2. Munasabah…………………………………………………… 50
3. Penafsiran Surah al-an’am…………………………………... 51

C. Ibrahim Menghancurkan Berhala-Berhala………………………………. 55

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV ANALISIS LAFADZ AL-ASHNA>M DALAM AL-QU’A>N
a. Analisis lafadz al-ashna>m………………………………….

63

BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan…………………………………………………. 66
b. Saran-saran…………………………………………………. 67
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’a>n yang mulia merupakan kitab akidah dan petunjuk. Mukjizat
ilmiah yang dikandungnya bukan terletak pada teori-teori ilmiah yang selalu
diperbaharui dan berubah-berubah, akan tetapi terdapat pada berbagai anjurannya
kepada manusia untuk berpikir dan meneliti kerajaan langit dan bumi. Tidak ada
satupun dari kitab-kitab suci terdahulu yang mencakup seperti yang dicakup alQur’a>n. Masalah ilmiah atau kaidah ilmiah apapun yang telah dipastikan
kebenarannya adalah merupakan penjelmaan dari perintah al-Qur’a>n, untuk
berpikir secara benar dan tidak akan bertentangan dengannya. Sains modern telah
berkembang dan banyak sekali pembahasan-pembahasannya, tidak ada yang
bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur’a>n dari perkara yang telah mereka tetapkan
kebenarannya melalui sains modern tersebut. Aspek ini saja sudah merupakan
bagian dalam mukjizat.1
Al-Quran juga sebuah bukti keagungan Allah, dengan mukjizat yang
diturunkan, sehingga di zaman beliau Muslim tidak banyak menemukan kesulitan
dalam memahami pesan Alquran, karena bisa langsung bertanya kepada Rasullah
sebagai penyampai risalah-Nya.2
Untuk itu pada peroode Nabi sallalahualaihi wasallam dan para sahabatsahabatnya dijadikan satu dalam berbentuk kajian tafsir.Karena metode
1

Said Abdul Azhim, Keagungan Kemukjizatan Nabi SAW (Jakarta: QultumMedia, 2006),
16.

2

Abdul Mustaqim, Epistimologi Tafsir kontemporer.(Jogjakarta :LKiS 2012) CET ii.5

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

penafsiranya yang di berikan oleh sahabat tidak ada perbedaan dari penafsiran
yang diberikan Nabi SAW. Jika ditinjau dari segi penafsiran atau segi
kuantitasnya maka jelas tafsir dari Nabi SAW yang paling atas, sebab Nabi SAW
langsung menerima dari Allah SWT.3
Namun masalah justru muncul sepeninggal beliau, termasuk didalam
memahami kisah-kisah dalam Alquran yang oleh sebagian mufassir dijelaskan
berdasarkan periwayatan-periwayatan yang kadang tidak jelas sumbernya. Hal ini
tentu saja menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam, karena memang tidak
semua kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an secara terperinci atau detail dan
kronologis kejadian di masa lampau, termasuk kisah-kisah umat dari para Nabi
terdahulu, karena Al-Qur’an bukan buku sejarah meskipun juga berbicara tentang
sejarah.Yang pada gilirannya muncul tafsir sebagai salah satu cara untuk
melanggengkan akan makna Al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat,. Ada yang
menggunakan metode tahlili, ijmali dan muqarin sesuai dengan pola dan
pemikiran penafsir tersebut.4
Mengingat Al-Qur’an bagaikan lautan yang keajaiban-keajaibannya tidak
pernah habis dan kecintaan kepadanya tidak pernah lapuk dari zaman, adalah
sesuatu yang dapat dipahami jika terdapat ragam metode untuk menafsirkannya.
Kitab-kitab

tafsir

yang

ada

sekarang

merupakan

indikasi

kuat

yang

memperlihatkan perhatian para ulama untuk menjelaskan Studi atas hasil karya
penafsiran para ulama sekarang ini, secara umum, menunjukkan bahwa mereka
menggunakan metode-metode penafsiran yang diantaranya adalah metode tahlili,
3
4

Mustaqim, epistimologi.45
Ibid….67

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

ijmali, muqaran, dan metode maudhu’i atas seizin Allah SWT, penulis akan
menjelaskan metode tafsir maudhu’i mengingat pentingnya metode ini untuk
diketahui oleh siapa saja yang hendak menafsirkan Al-Qur’an.5
Al qur’an adalah mukjiat terbesar yang diturunkan dengan menggunakan
susunan bahasa yang sangat tinggi nilai kesusastraannya, bahasa yang dapat
mengungguli segala bentuk sususnan bahasa kesustraan apapun. Al- qur’an bukan
merupakan suatu kumpulan puisi, prosa,sajak, maupun lainya. Al- qur’an tidak
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan dari berbagai macam karya sastra, tetapi
nilai seni dan kualitas kesustraanya tidak dapat ditandingi oleh berbagai literature
kesusatraan arab, apalagi bangsa-bangsa lain yang masih terbelakang pada masa
itu.6
Dalam hal keagamaan pembangunan ka’bah berlangsung sepuluh generasi.
Pembangunan pertama dilakukan oleh Malaikat, 2000 tahun sebelum Nabi Adam
diciptakan, pembangunan pertama sebagai tempat thawafnya para malaikat di
bumi. Selanjutnya dengan dibantu malaikat, Nabi Adam as membangun kembali
ka’bah, dan melakukan thawaf . setelah Nabi Adam wafat dibangun oleh salah
seorang putranya yaitu syist,dengan menggunakan tanah dan batu. Ka’bah yang
dibuat syist itu berdiri terus sampai zaman Nabi Nuh as. Pada zaman Nabi nuh
inilah ka’bah runtuh akibat terpaan dan banjir yang dasyat 7.
Sejarah pembangunan ka’bah sampai generasi ke tiga itu tidak baik dalam
Al-Qur’an maupun dalam hadis. Pembangunan ka’bah selanjutnya dilakukan oelh
5

http:// muaddibi.com.blogspot/METODE TAFSIR TAHLILI./2011/12.htm
Moch. Chadiq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan al-qur’an.cet I(Surabaya:PT.Bina
Ilmu,1991),hlm. 16.
7
Blogbachtiar.blogspot.co.id/2001/12/sejarah-singkat-ka’bah.html?m=1(kamis, 29 desember
2016)

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Nabi Ibrahim as dan putranya Nabi Ibrahim as. Diawal pembangunan ka’bah
tersebutlah yang pertama kali dibangun oelh Nabi Adam as ketika membangun
ka’bah dan menyebarkan tauhid di makkah dan membangun ka’bah sebagi tempat
beribadah bagi umat Islam. Al-Qur’an menjelaskan dalam surah al-baqorah ayat
125 yang berbunyi:
              

(521 ‫ ) البقره‬        
Arrtinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah)
tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah
sebahagian maqam Ibrahim[89] tempat shalat. dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang
yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud" 8.

Ajaran Tahuhid yang dibawah dan diajarkan oleh Nabi Ibrahim as beserta
keluarganya ahirnya diganti dengan syirik. Tidak ada informasi yang pasti berapa
lama ajaran tauhid tersbut bertahan di Makkah sepeninggal Isma’il as, dan
bagaimana proses pergantian kepercayaan tersebut.9
Keberadaan peganisme (berhala) Arab sering dijadikan rujukan oleh alqur’an untuk menunjuk mereka yang tidak mengakui Allah swt. Namun
melakukan penyembahan selain Allah swt. Padahal yang disembah itu tidak
mampu mendengar do’a dan tidak mampu memberikan manfaat ataupun madharat

Al-qur’an dan Terjemahanya surah al-baqarah ayat 125.
Ali Nurdin, Qur’an Society, Menelusuri Konsep Msyarakat Ideal dalam al-qur’an, cet. I
(Jakarta:Erlangga, 2006),hlm. 31.
8

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

kepada yang menyembahnya seperti yang difirmankan Allah swt dalam surah assyu’ara’ ayat 71-73:
  

     

      

)17- 15-‫ ) الشعر‬ 
Artinya: “Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan Kami
Senantiasa tekun menyembahnya". berkata Ibrahim: "Apakah berhalaberhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?. atau
(dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?" 10

Al-qur’an menggunakan kata

yang berbeda

untuk menunjukkan

peganisme, yaitu al-asnam disebutkan dalam al-qur’an sebanyak lima kali yaitu
dalam surah al-a’raf ayat 138, Ibrahim ayat 35, al-an’am ayat 74, al-syuarah ayat
71 dan surah al-anbiya’ ayat 57.
Lafadz ashna>man yang menggunakan tanwi (bunyi nun) pada ahir kata itu,
yang mengisyaratkan kebasaran dan keagungan. Seakan-akan mereka menyembah
berhala terus-menerus sepanjang hari untuk beribadah.Dalam al qur’an sudah
dijelaskan bahwa penyebahan yang tidak bisa boleh disembah melainkan Allah adalah
syrik. Seperti yang difirmankan Allah dalam surah az-umar ayat 3:11
                 

(7: ‫ ) الزمر‬                 
10
11

Al-quran dan terjemahanya al-hikmah ayat 71-73 hal 730.
Ibid,,. 23:3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Artinya :”Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari
syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan
Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan
memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat
ingkar”12.

Dalam sejarah penyembahan terhadap berhala (peganisme) suatu kaum
tidak pernah melakukanya secara langsung melainkan secara bertahab. Kaum itu
pengambil tuhan lain dan menyembah pujaanya atau patung. Dizaman arab
jahiliyah banyak yang membuat atau mengadaptasikan kebeberhalaan dari kaum
lain untuk mereka puja.
Peganisme (berhala) adalah salah satu kepercayaan yang berkembang di
Arab pra-Islam yang paling ditentang oleh Islam dan diperangi habis-habisan.
Umat Islam tidak asing lagi dengan informasi bahwa sebagian besar masyarakat
Arab pra-Islm adalah pengikut peganisme, karena mereka adalah penyembah
patung.13
B. Batasan Masalah
Agar pembahasan ini lebih jelas dan terarah maka penulis memandang
perlu untuk memberikan batasan masalah hal ini untuk memudahkan pembahasan
dan pemahaman agar tidak meluas dan menyimpang jauh dari pokok
permasalahan maka penulisan ini difokuskan kedalam pokok pembahasan tentang

12

Al-quran dan terjemahanya al-hikmah ayat 3 hal 458.
Fahruddin Faiz, Hermneutika al-qur’an, Tema-Tema Kontroversional,cet.I(Yogyakarta:Elsaq
Press,2005), hlm. 74.
13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

makna al-ashna>m dalam al-Qur’a>n dalam penelitian menggunakan kajian tafsir
maudhui(mengumpulkan ayat-ayat yang berkaintan dengan makna al-ashna>m).

C. Rumusan Masalah
1. Apa makna lafadz al-ashna>m yang disebutkan dalam tafsir al-misbah?
2. Bagaimana m.quraish shihab memaknai lafadz al-asna>m dalam al-Qur’a>n?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini segai berikut:
1. Untuk mengetahui makna al-ashna>m yang sering dimaknai sama dalam
terjemahan-terjemahan al-qur’a>n.
2. Untuk mengetahui para mufassir mengartikan makna al-ashna>m di dalam alQur’a>n.
E. Penegasan Judul
Untuk mempertegas pembahasan dalam

skripsi ini

serta

untuk

menghindari kesalah pahaman, maka perlu diberikan penegasan terhadap judul
skripsi sebagai berikut:
Makna :

arti atau maksud dan pengertian yang diberikan kepada
suatu bentuk kebahasaan. Makna bisa juga diartikan sebagai
sesuatu yang secara actual dihubungkan dengan lambing

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

oleh hubungan yang telah dipilih atau tafsiran atas suatu
lambing.14
Al-ashna>m :

segala sesuatu yang terbuat dari kayu,batu,emas,perak
tembaga dan semua yang menyerupai makhluk hidup
seperti manusia,hewan dan lain-lain15.

Al-Qur’a>n :

Kalam Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada Nabi SAW,
diriwayatkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf dan
membacanya merupakan ibadah, di awali dari surah alfatihah di akhiri dengan surah an-nas16.

E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan sedikitnya mrupakan sekelumit pemikiran dalam
khazanah ilmu penegetahuan, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan orang-orang yang membacanya.
2. Mengingat dari pentingnya makna yang ada di dalam al-qur’an banyak
perbedaan dan persamaan dari makna tersebut,maka diharapkan studi ini
bisa membantu untuk mengetahui yang pembaca agar bisa bermafaat bagi
orang-orang yang membaca al-qura’an yang bnar.
3. Dapat memberi kontribusi kepada studi al-qur’an khususnya dalam
mengkaji penafsiran tersebut.

14

Mansoer Padeta, Semantik leksikal (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), 83-84.
Berhala%20(Islam)%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm
16
Abdul Djalal, Ulum al-qur’an, (Surabaya :Dunia Ilmu, 2000), 11.

15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

4. Menambah wawasan para pengkaji al-qur’an dalam rangka menumbuhkan
kesadaran untuk meningkatkan kualitas dan kehati-hatian dalam
pemaknaan kata-kata dalam al qur’an.

F. Telaah Pustaka
Karya-karya yang membahas secara spesifik tengtang makna sangatlah
sedikit(sebatas pengetahuan dan bacaan penulis yang terbatas). Akan tetapi
ada beberapa karya yang secara umum membahas tentang berhala, karena
hal itu dianggap sebagai bagian dari kondisi religious diantaranya :
1. Skripsi ini berjudul: berhala dalam al-qur’an(studi ma’ani al qur’an atas
kata al-asnam, al ausan dan al asnab) karya tersebut dipertahankan dalam
ujian skripsi di hadapan dewan penguji UIN sunan kalijaga yogyakarta
pada tahun 2009. Dalam pembahasan ini, implikasi makna dari ketiga
istilah tersebut dibagi menjadi dua.pertama kata al asnam dan al al ausan
dan al asnab digunakan untuk berhala dalam bentuk fisik seperti patungpatung, salib, dan lain-lain. Keua, kata al asnam dan al ausan digunakan
untuk berhala dalam arti non fisik yaitu segala sesuatu yang dapat
memalingkan diri dari Allah swt.
Dari telaah kepustakaan diatas, penulis menyatakan bahwasanya belum ada
yang mencoba meneliti secara khusus tetang makna al-asnam dalam perspektif alqur’an. Makna tersebut seringkali disamakan dalam terjemahan-terjemahan alqur’an maupun dalam kamus bahasa arab. Padahal makna tersebut memiliki
makna dalm bentuk majazi. Oleh sebab itu penulis mencoba untuk mengawali

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

penelitian yang belum ada ini dengan menjelaskan makna dari kata tersebut.
Dengan merujuk pada ayat-ayat al-qur’an. Dengan demikian kajian ini akan
menemukan kesimpulan yang produktif,orisinil dan tidak mengekor.
G. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam
bidang tafsir. Agar hasil penelitian ini jelas dan berguna untuk perkembangan
ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari penelitian ini.
Adapun kegunaan hasil penelitian ini ada dua yaitu:
1. Kegunaan secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang kemudian diharapkan dapat menambah khazanah
pengetahuan ilmu keagamaan khususnya mengenai siklus kehidupan
manusia.
2. Kegunaan secara praktis
Implementasi penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
dalam memberikan penjelasan mengenai makna lafadz al-ashnam yang pasti
terjadi pada setiap manusia, sehingga masyarakat dapat lebih memahami
dirinya untuk memanfaatkan waktunya dengan lebih baik. Serta dapat
mengetahui bagaimana orang-orang mengira bahwa yang disembah itu bisa
mengabulkan doa-doa mereka.
1.

Model Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif yang dimaksudkan untuk mendapatkan
data

tentang kerangka

ideologis,

epistimologis,

dan

asumsi-asumsi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

metodologis pendekatan terhadap kajian tafsir dengan menelusuri secara
langsung pada literatur yang terkait.
2.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah library research (penelitian kepustakaan) yaitu
penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitiannya.17 Dengan cara mencari dan meneliti ayat yang dimaksud,
kemudian mengelolanya memakai keilmuan tafsir.

3.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif 18analisis 19, yang
berusaha mendiskripsikan konsep yang ada dalam al-Qur’a>n. Metode
deskriptif yang digunakan adalah metode tafsir tahlily, biasanya mufassir
menguraikan makna yang dikandung dalam al-Qur’a>n, ayat demi ayat, surat
demi surat yang urutannya sesuai mushaf. Uraian tersebut menyangkut
berbagai aspek yang dikandung ayat, seperti pengertian kosa kata, konotasi
kalimatnya, latar belakang turunnya ayat ( Asba>b al-Nuzu>l), keterkaitan
dengan ayat yang mengiringi ( Muna>sabah), juga pendapat-pendapat yang
berkenan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh
Nabi, sahabat, para tabi’in, maupun ahli tafsir lainnya. 20

17

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Yogyakarta: Buku Obor, 2008), 1.
Deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta,
keadaan, variable, dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikannya
apa adanya. Lihat, M. Sabana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiyah (Bandung: Pustaka Setia, 2005),
89.
19
Analitik adalah uraian atau bersifat penguraian. Lihat, Pius A. Partanto Dan M Dahlan
Barry, Kamus Ilmiyah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), 29.
20
Abd.al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudlui (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996), 12.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Dalam metode tahlily biasanya hasil yang ditafsirkan mengikuti
kecenderungan para mufasir dalam memahami ayat-ayat al-Qur’a>n.21
4.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau cara yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu:
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan fokus pembahasan,
kemudian mengklarifikasi sesuai dengan sub bahasan dan penyusunan data
yang akan digunakan dalam penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka
penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

5.

Pengelolahan Data
Dalam pengelolahan data yang telah dikumpulkan, penulisan ini
menggunakan beberapa langkah, yaitu:
a. Editing, yaitu memeriksa kembali data-data yang diperoleh dari segi
kelengkapan, kejelasan, kesesuaian, relevansi, dan keragamannya.
b. Pengorganisasian data, yaitu: menyusun dan mensistematikan data-data
yang diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan
sebelumnya sesuai dengan rumusan masalah.

6.

Teknik Analisa Data
Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder
diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing.
Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek
penelitian dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik
untuk menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan tujuan menangkap
21

Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Belajar,

2005), 31.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan. 22 Selain itu, analisis isi
dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam
benak peneliti.

H. Sistematika Pembahasan
Bab pertama berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, penegasan judul, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi landasan teori yang memuat teori-teori dasar tentang
penafsiran, berawal dari pengertian penafsiran, makna al asnam dalam al-quran,
berikut paparan langkah kerjanya sebagai kerangka acuan dan proses penelitian
skripsi ini, dan juga berisi pengertian makna, macam-macam makna dalam alqur’an.
Bab ketiga penyusun akan menguraikan tentang tinjauan makna al-asnam
yang mencakup satu sub bab yaitu istilah kata kunci tentang makna al-asam dan
ayat-ayat yang berkaitan dengakn makna tersebut.
Bab ke empat adalah analisa yang berisi pengertian makna menurut al
qur’an dan mufassir.
Bab kelima berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan yang telah
dilakukan pada bab-bab sebelumnya brikut saran-saran yang perlu mengenai
tentang makna al-asnam dalam perspektif al-qur’an serta masalah-masalah yang
berkaitan denganya.
22

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993),

76-77.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TAFSIR DAN PEMAKNAANYA DALAM AL-QUR’A>N

A. Pengertian Tafsir
Menurut bahasa, tafsir berasal dari kata al-fasr yang artinya menjelaskan
atau mengetahui maksut suatu kata yang sulit. Kata ini terdapat dalam ayat
berikut.
) 33 ‫(الفرقان‬        

Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang
ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya. 1

Dari ayat diatas dapat dikatakan bahwa pengertian tafsir ialah upaya untuk
mengungkap mkana yang muskil dari suatu kosa kata. Dibawah ini dijelaskan
beberapa definisi tafsir.
1. Tafsir Menurut Bahasa
a. Menurut al-Alusi,
‫الكشف الض رال عنى ال فع‬

‫الفسرب ع البي‬

‫التفسير في الغ تفعيل‬

Tafsir adalah mengikuti wazan Taf’il di ambil dari kata al-Fasr
yang mempunyai

arti

keteangan

atau

penyingkapan

atau

menerangkan makna yang abstrak.2
1

Al-Qur’an dan Terejemahanya al-hikmah hal 354.

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

b. Menurut Nasr Hamid Abu Zaid
Jika kata al-fasr seperti yang dimaknai dalam kamus lisan alArab,”pengamatan dokter terhadap air”, dan kata al-tafsirah adalah
“urine” yang dipergunakan untuk menunjukkan adanya penyakit.
Dan para dokter meneliti berdasarkan waranya untuk menunjukkan
adanya penyakit bagi si “sakit” maka kita dihadapkan pada dua
perkara, yaitu tafsirah dan tindakan pengamatan itu sendiri dari
pihak

dokter

yaitu

tindakan

yang

memungkinkan

untuk

menyingkapkan materi dan menyingkapkan “penyakit” materi
yang dicermatin dokter mempersentikan medium yang digunakan
sang dokter untuk dapat menemukan penyakit, ini berrati bahwa
“tafsir” yaitu menemukan si sakit yang menurut adanya materi
(obyek) dan pnegamatan (zat).3
2. Tafsir Menurut Istilah
a. Menurut Az-Zarkasi,
‫ع يه استخرا ج احك ه‬

‫ه ال تنز ع ى بيه د م بي‬

‫التفسير ع يف به كت‬
‫حك ه‬

Tafsir adalah suatu penegtahuan yang dengan pengetahuan itu dapat
dipahamkan kitabullah yg diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Menjelaskan

2
3

Mahmud al-Alusi, Ruh al-Ma’ani, Juz I (Dara al-Fikr: t.t.),4.
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-qur’an (Yogyakarta :LKiS,2001), 304.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

makana-makna

al-qur’an,

mengeluarkan

hukum-hukumnya

dan

hikmah-

hikmahnya.4
Dalam bahasa Arab kata tafsir berasal dari akar kata al-fasr yang berarti:
penjelasan atau keterangan, yakni, menerangkan atau mengungkapkan sesuatu
yang tidak jelas. Keterangan yang memberikan pengertian tentang sesuatu disebut
tafsir. Jadi, keterangan yang memberikan atau penjelasan itulah yang
menyampaikan pengertian tentang sesuatu itu begini atau begitu. Tafsir AlQur’a>nul-Karim
> ialah penjelasan atau keterangan tentang firman Allah „Azza wa
jallah yang memberikan pengertian mengenai susunan kalimat yang terdapat
dalam Qur’a>n.5
Sebagai ulama mengatakan, kata tafsir sebagai istilah berarti: ilmu tentang
turunya ayat-ayat Qur’a>n, sejarah dan situasi pada saat ayat-ayat itu diturunkan,
juga sebab-sebab diturunkanya ayat; meliputi sejarah penyusunan ayat yang turun
di Makkah(makkiyah) dan yang di madinah (Madaniyyah), ayat-ayat yang
muhkamat (terang dan jelas maknanya) dan yang mutasyabihat (yang memerlukan
penafsiran atau penta’wilan), ayat-ayat yang nasikh (menyisihkan) dan yang
mansukh (disisihkan), ayat-ayat bermakna khusus dan bermakna umum, ayat-ayat
mutlak dan muqayyad (terikat oleh ayat lainya, ayat-ayat yang bersifat mujmal
(garis besar) dan mufashol (terperinci), ayat-ayat yang menghalalkan dan
mengharamkan

4
5

sesuatu,

ayat-ayat

yang menjanjikan

pahala

dan

yang

Manna’Qathan, Mahabahits fi Ulumil Qur’an ( Mansyuratil Ishri al-Hadis, 1973)324.
Ahmad Asy-Syirbashi,Sejarah Tafsir Qur’an( Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), hlm.5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

memperingatkan akan azab siksa, ayat-ayat bermakna perintah dan yang
bermakna larangan, ayat-ayat yang bersifat member pelajaran dan lain sebgainya.
Yang jelas, kata tafsir dalam agama Islam secara khusus menunjuk kepada
masalah penafsiran Qur’a>n dan juga ilmu tafsir yang terkenal dengan nama “AlQur’a>n dan Tafsir”.6
B. Makna Dalam Al-Qur’a>n
Arti Al-Qur’a>n menurut bahasa berasal dari kata kerja qara> yang
berati”(dia) telah membaca”. Dari pengertian tersebut Al-Qur’a>n berarti “bacaan”
atau “sesuatu yang dibaca dengan berulang-ulang”. Makna Al-Qur’a>n dari segi
bahasa tersebut didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qura>n yang berbunyi:
  

    

      

7

(16-18‫ ( القيمة‬ 

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena
hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.”

Adapun definisi Al-Quran secara istilah, Muhammad „Ali ash-Shabuni
menulisnya sebgai berikut:

6
7

Ibid,,
QS.Al-Qiyamah:16-18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

“al-Qura>n adalah kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat
Jibril as. Dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada
kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan suatu
ibadah, yang dimulai dengan surah al-fatihah dan ditutup dengan surah an-nas”.8
Bila seseorang mendengar kata Al-Qur’a>n atau Qur’a>n,ia segera
mengetahui bahwa yang dimaksud adalah “kalam Allah” atau kalamullah> .
predikat kalam Allah untuk Al-Qur’a>n ini bukan datang dari Nabi Muhammad.
Apalagi dari sahabat. Atau dari siapapun. Akan tetapi dari Allah. Dialah yang
memberikan nama kitab suci agama Islam ini Qur’a>n atau Al-Qur’a>n sejak
pertama turun yaitu:
9

     

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”. 10

pada surah lain yang terbilang pertama diturunkan,Allah juga telah
memperkenalkan, bahwa kitab suci agama ini bernama Al-Qur’an.firman Allah:
   

     

    

11

  

  

8

/Arti%20dan%20Makna%20Alquran%20_%20HIJUP%20Blog.html.5des,16.
QS.Al-alaq:1
10
Al-Qur’an dan Terjemahanya hal 597.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Artinya “ hai orang-orang yang berselimut,bangunlah (untuk shalat)
dimalam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya, atau
kurangi sedikit dari seperduanya. Atau lebihkan dari seperduanya itu.
Dan bacalah al-qur’an dengan tartil”.(Al-Muzammil 1-4)12
Setelah ayat diatas, pemberian13 nama Al-Qur’a>n untuk kitab suci Islam
ini berulang-ulang dikemukakan di dalam berbagai surah. Jumlahnya mencapai
sekitar 68 kali. Di antaranya dalam surah : al-baqarah, ayat 185;Al-Nisa’, ayat 82,
Al-Maidah , ayat 101, Al-An’am, ayat, 19, dan Al-A’raf, ayat, 204.
Mengapa kitab ini dinamai Al-Qur’a>n? Imam al-Syafi’i tidak merasa perlu
mengupas asal usul pemberian nama ini. Karena Allah-lah yang memang member
nama demikian. Sama saja dengan ketika Allah member nama taurat Injil untuk
kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa.
Tetapi, ada sementara ulama yang dalam hal tidak memilih jalan seperti
syafi’i. mereka berusaha menggali asala usul nama Al-Qur’an ini. Al-Qur’an, kata
mereka, bisa jadi berasal dari kata ‫ القرء‬yang berarti ‫( الج ع‬pengumpulan), dan ‫الض‬
(penggabungan). Kata-kata, ayat-ayat bergabung saling mendukung membawa
pesan yang sama. Atas dasar itulah, orang boleh saja menyebut kitab suci ini ‫القرا‬
(quran) yang di tulis tanpa huruf hamzah setelah huruf ra’-nya.14
Pendapat yang dikemukakan di atas, dinilai tidak kuat(dhai’f) oleh Dr.
Abdul al-Mun’im al-Namr. Al-Zarkasyi di dalam kitab Al Burhan fi Ulum AlQur’an menurunkan pendapat yang mengatakan Al-Qur’an diambil dari kata ‫القر‬
11

QS. Al-Muzammil 1-4.
Al-Qur’an dan Terjemahanya hal 574.
13
Kamaluddin Marzuki, „ULUM AL-QUR’AN(bandung:PT.Remaja Rosdakarya,1992) hlm, 3.
14
Ibid,4.

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

(Al-Qaryu) yang berarti ‫( الج ع‬al-jam’u) atau “kumpulan”.pengertian ini diangkat
dari kebiasaan orang arab yang sering biasa mengucapkan kalimat ‫ج عت ال ءفي‬
‫( ح‬aku mengumpulkan air dalam kolam). Alasanya, menurut Al-Raghib,
karena Al-Qura>n merupakan kumpulan buah kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya.15Alasan lainya, karena Al-Qur’a>n menghimpun berbagai macam
ilmu. Ini berarti, sejalan dengan keterangan Allah didalam surah Al-An’am,
ayat,38 yang mengatakan ( kami tidak mengapalkan sesuatupun di dalam AlKitab).
Pendapat yang disebut belakangan ini dibantah oleh kalangan yang oleh
Al-Zarkasyi disebut mutaakhirin. Yang lebih tepat dalam pandangan generansi
yang datang belakangan ini, kata Qura>n berasal dari kata ‫( قراء‬qara’a) yang berarti
‫ ض ر‬dan ‫ بي‬yang bila di indonesiakan menjadi tampak, jelas atau gamblang.
Alasanya, karena orang yang membaca Al-Qura>n berarti ia menampakkan dan
mengeluarkan Al-Qura>n.16
Al-Qurthubi lain lagi. Menurut ahli tafsir dan sejarah ini, kitab suci agama
Islam ini harus disebut Quran> (tanpa hamzah). Karena diangkat dari kata

‫قراى‬

(qara’in) yang berarti partner. Alasanya antara satu ayat dan satu ayat lainya
merupakan partner yang saling mendukung dan saling membenarkan.
Menanggapi huruf hamzah yang “dibuang” Al-Qurtubi ini, Al-Wahidiy
membantah. Dibuangnya hamzah dari

‫( قرا‬Quran> ) bukan karena ia berasal dari

kata qara’in. tetapi sekedar takhlif, atau meringankan dalam mengucapkan.
15
16

Marzuki,Ulum, 4.
Ibid

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

D. Makna Al-Ashna>m
Kata ‫ اصن م‬ashna>m adalah bentuk jamak dari ‫ صن‬shanama,yaitu “sesuatu
yang terbuat dari besi atau kayu dan semacamnya, yang dibentuk secara husus,
untuk melambangkan sifat-sifat keutuhan siapa atau apa yang disembah”.17para
penyembah berhala-berhala itu, percaya bahwa malaikat, jin atau sifat sesembahan
adalah sesuatu yang immaterial, karena itu mereka melambangkannya dalam
bentuk material, dengan demikian, pada hakikatnya mereka tidak menyembah
berhala tetapi apa yang dilambangkan oleh berhala itu.18
Di atas penulis katakan bahwa jawaban kaum Nabi Ibrahim as. Itu,
menunjukkan kebanggaan mereka menyembah berhala. Ini dipahami, dari tiga hal
yang ditemukan pada redaksi ayat diatas. Pertama, dari kata

‫ اصن‬ashnam
> an yang

menggunakan tanwin(bunyi nun) pada ahir kata itu, yang mengisyaratkan
kebesaran dan keagungan. Kedua, pengulangan kata na’budu/kami menyembah,
padahal tampa kata tersebut, jawaban telah dapat terpenuhi. Ketiga, pernyataan
bahwa ibadah itu mereka lakikan sepanjang siang hari atau terus-menerus dan
dalam keadaan ( ‫„ )ع كفي‬a>kifin, yakni satu isyarat tentang penghormatan mereka
kepada berhala-berhala itu, yakni seakan-akan mereka berkata: di siang hari pada
masa kesibukan pun kami tekun menyembahnya, apalagi dimalam hari saat
lowong dan lengang.19

17

M. Quraish Shihab, Tafsir A-Misba>h, Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an.(Jakarta: lentera
hati 2002) vol 10, hal 61.
18
Ibid, 62.
19
Ibid,,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Kata

‫ ااصن م‬di dalam Al-Qur’a>n digunakan untuk mengartikan istilah yang

berbeda-beda, masing-masing kata tersebut dalam Al-Qur’a>n mempunyai makna
yang berbeda sesuai dengan konteks ketika kata itu disandarkan.
‫ ااصن م‬adalah segala sesuatu yang terbuat dari kayu, batu, eemas, perak,
tembaga, dan semua jenis bahan berasal dari bumi yang memiliki bentuk
menyerupai mahluk hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan serta
menunjukan makna majazi dari berhala tersebut 20.
Kata berhala dalam kamus besar bahasa Indosnesia, sebagai kata benda
memiliki arti patung dewa, kemudian penggunaan kata berhala meluas menjadi
makhluk/benda (matahari.bulan, malaikat,hewan) dan apa saja yang disembah
selain perintah Allah adalah termasuk kategori berhala.
Sedangkan kata kerja dari memberhalakan berarti memuja dan
mendewakan, bisa pula dijadikan menjadi kata kerja yang artinya berbeda lagi,
seperti memberhalakan sesuatu tidak selalu berarti bahwa pemujaanya
mengatakan “inilah Tuhan yang harus disembah”. Tidak juga berarti bahwa ia
mesti bersujud dihadapanya 21.

20

Berhala%20(Islam)%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm

l
21

Ibid.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Dalam Al-Qur’a>n dijelaskan bawah:
              

) 72-74‫ ) ااشعرا‬22  

“berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu
sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?atau (dapatkah) mereka memberi
manfaat kepadamu atau memberi mudharat?"mereka menjawab:
"(Bukan karena itu) sebenarnya Kami mendapati nenek moyang Kami
berbuat demikian".
Setelah Nabi Ibrahim as. Mendengar jawaban mereka dan merasakan
betapa bangga mereka dengan berhala-berhala itu, maka beliau berupaya
menunjukan kekeliruan mereka secara baik-baik dan halus melalui aneka
pertanyaan. Dia, yakni Nabi Ibrahim as.berkata :”apakah mereka mendengar
keluhan dan permohonan kamu saat kamu bermohon kepadanya? Sekedar
mendengar-walau mereka tidak terpenuhi-atau kaulah mereka tidak mendengar,
mka boleh jadi mereka dapat member manfaat.
Redaksi yang digunakan Nabi Ibrahim as. Menunjuk berhala-berhala
adalah redaksi yang digunakan untuk makhlik berakal, yaitu kata yasma’un/

22

Asy-Syuara>’ 72-74.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

mereka mendengar. Agaknya beliau sengaja menggunakanya dalam rangka
menarik simpati dan perhatian mereka agar mendengar pertanyaan beliau.23
Dalam sejarah penyembahan terhadap berhala(peganisme), suatu kaum
yang tidak pernah melakukanya secara langsung, tetapi melainkan secara
bertahap. Kaum itu mengambil tuhan lain dan menyembah pujaanya atau patung
tersebut. Pada di zaman Arab Jahiliyah banyak orang-orang yang membuat atau
mengadaptasikan berhala dari kaum-kaum lainya untuk mereka puja. Salah
seorang pelopor pembawa ajaran berhala di zazi>rah Arab adalah „Amr bin Luhay
dan mereka seorang pemimpin dari suku Khuza’ah.
Tatkala musim haji tiba, berhala-berhala itu akan diberikan kepada
kabilah-kabilah yang datang, lalu mereka membawa pulang berhala-berhala
tersebut ke negeri mereka, sehingga setiap kabilah bahkan setiap rumsh memiliki
berhala. Dalam hadis shahih Imam Bukhari dikatakan bahwa berhala-berhala yang
ada pada zaman Nabi Nuh akan menjadi berhala bagi bangsa Arab setelahnya.
Dalam kisah Al-Qur’a>n dan penelitian oleh sejarawan terhadap sejarah
perkembangan ajaran peganisme dalam abad kedua Hijriyah, bahwa sebelum
datang ajaran Islam, ajaran peganisme dalam bentuknya yang berbagai macam
mempunyai kedudukan atau tempat yang tertinggi dikalangan orang-orang Arab.
Orang-orang Arab untuk mendekatkan diri kepada dewa-dewa dalam
bentuk berhala, sehingga melakukan persembahan kurban berupa binatang ternak
terkadang pula manusia. Salah satu contoh dari kasus ini adalah kisah Abdul
23

Ibid 63.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Munthalib kakek dari Muhammad, hampir mempersembahkan Abdullah putranya
sebagai kurban.
Dikisahkan melalui hadis bahwa bangsa Arab jahiliyah telah meletakkan
berhala disekitar kaabah sebanyak 360 berhala.24 Berhala yang disembah orang
Arab jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama dengan nama-nama
perempuan atau laki-laki, berhala yang terkenal diantaranya ada empat antara lain:
 Hubal adalah berhala yang dianggap sebagai “dewa bulan” ini oleh „Amr
bin Luhay dari Ma’arib (Moab) suatu daeerah di Balqa’. Menurut kisah
dari Ibnu hisyam, mereka berkata bahwa salah seorang dari orang berilmu
berkata kepadaku bahwa orang yang pertama mendatangkan berhala ke
makkah adalah „Amr bin Luhay.
 La>tta adalah berhala yang berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah
rumah diatasnya