M01882

Prosiding Seminar Nasional MMP UKSW Salatiga 12 Maret 2016
ISBN 978-602-1047-44-6

Penelitian Tindakan Sebagai Implementasi Perubahan Paradigma Sekolah Berbasis Mutu
(Refleksi Penelitian Tindakan Sekolah Dikalangan Guru SD
Gugus Diponegoro Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah)
Bambang Ismanto – bam_ismanto@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan implementasi Sekolah berbasis mutu melalui
penelitian tindakan baik tindakan kelas dan tindakan sekolah. Mutu meliputi kinerja
manajemen sekolah dan hasil belajar siswa. Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi dokumentasi, wawancara, dan diskusi
kelompok terfokus. Subyek penelitian adalah Sekolah Dasar di lingkungan Gugus
Diponegoro Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Yang menjadi informan
dalam penelitian ini adalah Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru SD di Gugus Diponegoro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengawas, Para Kepala Sekolah, dan Guru SD
memahami penelitian tindakan berfungsi untuk meningkatkan kinerja manajemen sekolah
dan hasil belajar siswa. Lemahnya pengalaman penelitian sejak pra pendidikan Strata 1 dan
ketrampilan menulis menjadi hambatan dalam penelitian tindakan. Secara eksplisit para Guru
menyebutkan masalah yang dihadapi mencakup identifikasi masalah, penetapan tujuan,

pemilihan kajian pustaka, metode, analisis data dan publikasi penelitian. Dikalangan Kepala
SD menghadapi kendala keterbatasan SDM administrasi sebagai pendukung dalam
melakukan proses dan tindakan penelitian tindakan sekolah. Sementara itu, Pengawas SD
menyatakan bahwa berbagai upaya perlu dilakukan guna meningkatkan kinerja sekolah dan
hasil belajar secara simultan melalui penelitian tindakan. Peningkatan kinerja manajemen
akan mendorong Kepala Sekolah dan para guru SD dalam meningkatkan mutu output belajar
siswa. Terbatasnya forum ilmiah dan jurnal yang akuntabel menjadi kendala dalam publikasi
penelitian tindakan sekolah dan kelas.
Kata kunci : Mutu, Penelitian, Tindakan, Sekolah, Kelas
Pendahuluan

Pendidikan bermutu sebagai implikasi program yang relevan dengan peningkatan
harkat dan martabat Sumber Daya Manusia. Input dan output pendidikan adalah insan SDM
yang akan mengelola sumber daya dan menentukan masa depan bangsa. Sekolah bermutu,
dalam konsepsi mutu Sallis (2007), secara absolut memiliki output yang sempurna dan
dengan standar tinggi tidak dapat diungguli. Dalam konsepsi „relatif‟,

1

produk bermutu


mampu memenuhi spesifikasi dan memenuhi harapan pelanggan sebagaimana pernah
dijanjikan.
Pendidikan dalam hal ini, Sekolah tidak anti perubahan melainkan dinamik dalam
menyiapkan SDM sesuai permasalahan dan perspektif kebutuhan bangsa memecahkan
persoalan nasional dan lingkungan global.

Pemerintah Presiden Jokowi menggariskan 7

(tujuh) ikhtiar revolusi mental bidang pendidikan: (1) mengubah paradigma pendidikan
“berdaya saing” menjadi pendidikan “mandiri dan berkepribadian”;(2) merancang kurikulum
berbasis karakter dari kearifan lokal serta vokasi yang beragam berdasarkan kebutuhan
geografis daerah dan bakat anak;(3)menciptakan proses belajar yang menumbuhkan kemauan
belajar dari dalam diri anak;(4) Memberi kepercayaan penuh pada guru untuk mengelola
suasana dan proses belajar pada anak; (5) memberdayakan orangtua untuk terlibat pada
proses tumbuh kembang anak;(6) membantu kepala sekolah untuk menjadi pemimpin yang
melayani warga sekolah; dan (7) menyederhanakan birokrasi dan regulasi pendidikan
diimbangi pendampingan dan pengawasan. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Revolusi mental, sejatinya, adalah penegasan semangat mencerdaskan kehidupan bangsa ini.
Intinya adalah ajakan untuk berani melakukan perubahan, mulai dari cara pikir, bertindak,

sampai gaya hidup agar selaras dengan nilai kejuangan dan berorientasi kemajuan. Kuncinya:
orientasi menuju manusia baru yang berkomitmen moral, berintegritas, kompeten, dan
semangat bekerja keras.
Penelitian tindakan sebagai pilihan bagi guru, staff administrasi dan pemangku
kepentingan dalam mengidentifikasi masalah lingkungan sekolah dan kelas untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Hal sesuai dengan konsepsi Hine (2013), yang memberikan
konsepsi sebagai berikut :
“Action research is an attractive option for teacher researchers, school administrative
staff, and other stakeholders in the teaching and learning environment to consider
(Mills, 2011). Specifically, action research in education can be defined as the process
of studying a school situation to understand and improve the quality of the educative
process (Hensen, 1996; Johnson, 2012; McTaggart, 1997).”
Penelitian tindakan dalam pendidikan dan sekolah tidak bisa jalan sendiri. Terutama di
lingkungan sekolah perlu revolusi mental para guru, Kepala Sekolah dan Pengawas dalam
menempatkan konsep dan substansi penelitian tindakan untuk kepentingan peningkatan mutu
manajemen dan hasil belajar siswa. Proses dan tindaklanjut penelitian tindak diperlukan
commitmen, colaboration, concern, concideration, change, sebagai dinyatakan Borgia and
Schuler dalam Hien (2009) :
2


“describe components of action research as the “Five C’s”: Commitment: Time
commitment should be carefully considered by participants of action research since it
takes them time to get acquaintance with other participants, think about change, try
new approach, collect data, interpret results, etc. Collaboration: In an action research
all participants are equal to each others in terms of giving ideas, suggestions or
anything that leads to success of the change. Concern: In the research process,
participants will build up a group of “critical friends” who trust each other and the
value of the project. Consideration: As it is mentioned above, reflective practice is a
mindful review of a professional research like action research. It demands
concentration and careful consideration as one seeks patterns and relationships that
will create meaning within the investigation. Change: For humans, especially
teachers, change is continuing and it is a significant element in remaining their
effectiveness”.
Menurut Ferreance (2000). terdapat 5 (tahapan) dalam penelitian tindakan yaitu
Identification of problem area, Collection and organization of data, Interpretation of data,
Action based on data and Reflection. Sementara itu Kemmis and McTaggart (1988)
menjelaskan bahwa
“Action research is a form of collective self-reflective enquiry undertaken by
participants in social situations in order to improve the rationality and justice of their
own social or educational practices, as well as their understanding of these practices

and the situations in which these practices are carried out”.
Lebih lanjut, Kemmis and Mc Taggart, menetapkan kunci keberhasilan peningkatan mutu
melalui penelitian tindakan sebagai berikut
“(1). Improving education by changing it and learning from the
consequences.(2).Participatory and collaborative: involvement of all participants; (3).
Self-reflective and spiral: PLAN ---> ACT & OBSERVE ---> REFLECT --> REVISE
PLAN --> ACT & OBSERVE -> REFLECT (4) Self-critical: openness to surprises,
responsive to unexpected opportunities, aiming at understanding of the relationship
between the actions, circumstances and consequences in the given situation and (5).
Systematic, data/ observation-based: keeping records, collecting observational data (field
notes); keeping a personal journal on reflections and learnings. (6). Critical
understanding of the situations: systematic analysis of observations, building records of
changes (in practices, interaction, social relationships, own thinking, ability to monitor
the process): long-term developmental perspective to emerge from such records;
(7).Developing a rationale for what we are doing: justifying our educational actions to
others, documenting them by empirical evidence”.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dengan mendiskripsikan proses
dan respon program Penelitian Tindakan pada Sekolah Dasar (SD) gugus Diponegoro
Ungaran Barat Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Peneliti mendiskripsikan

perilaku dan respon guru-guru SD dalam menyusun Proposal Tindakan Kelas dan refleksi
Pengawas, dan Kepala Sekolah terhadap mutu melalui penelitian tindakan (action research).
3

Jenis data penelitian meliputi data sekunder dalam bentuk pra proposal PTK dan programprogram peningkatan mutu guru SD Gugus Diponegoro. Sedangkan data primer meliputi
refleksi Pengawas, Kepala Sekolah dan guru-guru SD tentang konsepsi dan pengalamannya
dalam menyusun proposal dan perspektif publikasi karya ilmiahnya. Informan penelitian
ditemukan dengan teknis purposive sampling yang terdiri Pengawas, Kepala Sekolah dan
guru-guru SD Gugus Diponegoro. Informan ini menjadi subyek dalam program Penelitian
Tindakan Sekolah dalam Penelitian Tesis Sdr. Sugesti. Teknis pengumpulan data penelitian
dengan menggunakan panduan wawancara, FGD dan studi dokumentasi. Untuk
meningkatkan keabsahan data (triangulasi) dilakukan dengan melakukan kajian laporan hasil
penelitian Tesis Kuswardani dan didukung pengumpulan data lapang. Analisis data pada
tahapan reduksi data dilakukan pemilahan dari kajian dokumentasi, wawancara dan FGD dan
dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Lebih lanjut data penelitian disajikan sebagai
informasi dalam deskripsi refleksi Kepala Sekolah, Guru SD Gugus Diponegoro Ungaran
Barat Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dalam program penelitian tindakan.
Berdasarkan kajian fenomena peningkatan mutu dan revolusi mental pendidik dilakukan
analisis dan kesimpulan penelitian.


Hasil dan Pembahasan Penelitian
Studi dokumentasi terhadap proposal Penelitian Tindakan Kelas para Guru SD Gugus
Diponegoro masih belum mencerminkan disain penelitian efektif. Sebagian judul penelitian
belum mensiratkan masalah dan tindakan yang menjadi alternative pemecahan masalah. Para
guru mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah penelitian. Keterbatasan
penguasan teori-teori tentang belajar dan pembelajaran menjadi hambatan dalam menetapkan
standar idial dalam mengidentifikasikan realita di kelas. Dalam wawancara dengan beberapa
guru menyatakan bahwa
„Setelah lulus dari S1 PGSD sudah tidak lagi membaca buku-buku pendidikan dan
pembelajaran. Dalam kegiatan rutin, lebih difokuskan menyiapkan materi
pembelajaran yang dapat mendukung pencapaian standar kelulusan dan kompetensi
siswa. Masalah manajemen dan administrasi di Sekolah dipecahkan secara bersama
dalam Rapat. Sedangkan persoalan yang menghambat prestasi bahkan penurunan
prestasi belajar dipecahkan melalui diskusi guru kelas sebelumnya. Melalui pelatihan
penyusunan proposal PTK pada program PTS memberikan pemahaman tentang
bagaimana memecahkan masalah sekolah dan belajar melalui penelitian”
Dalam perumusan masalah penelitian, masih ada beberapa yang belum konsisten dengan latar
belakang dan tidak dirumuskan dalam kalimat Tanya. Pada penetapan tujuan penelitian
4


sebagaian besar proposal yang disiapkan para guru SD Gugus Diponegoro belum mengacu
pada rumusan masalah penelitian. Bahkan beberapa proposal PTK tidak berfokus pada
pemecahan masalah dengan siklus. Namun pada proposal ditemukan rumusan tujuan
penelitian “untuk meningkatkan persyaratan penilaian angka kredit guru‟. Penetapan metode
penelitian sebagian besar guru dan para Kepala Sekolah SD di Gugus Diponegoro Ungaran
Barat mengalami kendala dalam hal penetapan pendekatan, perumusan hipotesis, teknis
pengumpulan data, dan analisis data. Konsep dan substansi Penelitian tindakan dipandang
sebagai pengalaman baru. Mereka merasa tidak pernah belajar ketika kuliah di S1 PGSD dan
Progdi yang lainna. Dalam Diskusi kelompok terfokus, salah satu kesimpulanya adalah
“Pada waktu kuliah S1 para guru menyusun skripsi dengan pendekatan kuantitatif
dengan teknis korelasi. Bahkan beberapa guru dan Kepala Sekolah menyatakan
skripsi yang ditulis hanya dengan 1 (satu) variable. Penelitian tindakan kelas menjadi
pengalaman baru dan bermakna dalam peningkatan mutu sekolah dan hasil belajar
siswa”
Lepas dari segala hambatan dan kendala dalam memahami dan penyusunan proposal PTK,
Pengawas, Kepala Sekolah dan guru SD Gugus Diponegoro menyadari, memahami dan
memberikan makna positif dalam peningkatan mutu pendidikan. Mereka berpendapat bahwa,
selama ini program peningkatan mutu belum berfokus pada masalah sekolah melainkan
sesuai dengan program pemerintah. Pemahaman dan prinsip Penelitian Tindakan sebagai
proses akademik yang berdampak pada peningkatan mutu yang dilakukan secara partisipatif

dan demokratif dengan tujuan pemecahan masalah riel di sekolah melalui PTS dan masalah
belajar dengan PTK. Pengawas dan Kepala Sekolah dan para guru memandang penelitian
tindakan memiliki makna dalam peningkatan mutu sekaligus memberikan pengalaman
akademik. Berbagai persoalan kelembagaan, dan masalah belajar dapat dipecahkan secara
bersama. Bahkan akhir dari PTS dan PTK dapat dipublikasikan dapat memenuhi persyaratan
kenaikan pangkat melalui Penilaian angka kredit. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya yang dikeluarkan tanggal 10 Nopember 2009 ditetapkan antara lain guru
mulai golongan III a yang mau naik III b harus mengumpulkan 3 poin dari pengembangan
diri dan dari III b ke III c harus mengumpulkan nilai 4 untuk pengembangan profesi dari
publkasi ilmiah atau karya inovatif. Kenyataan ini relevan dengan pemikiran Reason &
Bradbury dalam Hine (2013) yang menyatakan bahwa
…… postulate that collaborative efforts help develop practical ideas to assist with
the pursuit of worthwhile human purposes. Specifically, they contend that the
5

participatory, democratic process of action research seeks to bring together action
and reflection, theory and practice, in participation with others, in the pursuit of
practical solutions to issues of pressing concern to people, and more generally the
flourishing of individual persons and their communities

Dalam wawancara dengan Pengawas dan Kepala Sekolah serta guru SD yang telah
berhasil melakukan penelitian tindakan mampu meningkatkan persepsi positif, kemampuan
analisis masalah riel di sekolah, dan membangun interkasi social. Penelitian yang dilakukan
secara kolaboratif guru, dengan ahli penelitian akan memperluas cara pandang dalam melihat
masalah sekolah dan pembelajaran dan memnetapkan secara kritis alternative pemecahan
yang relevan dan layak untuk diimplementasikan dalam peningkatan mutu. Permikiran
subyek dan informan penelitian ini

sejalan dengan konsepsi Ferreance (2000), yang

menyebutkan 5 manfaat dari penelitian tindak dalam lingkungan pendidikan yaitu Focus on
school issue, problem, or area of ollective interest, Potential to impact school change, Reflect
on own practice, Form of teacher professional development, Collegial interactions.

Dalam diskusi kelompok terfokus (focus group discussion), Pengawas, dan Kepala
Sekolah SD Gugus Diponegoro Ungaran Barat menyatakan sependapat dengan pemikiran
bahwa PTS dan PTK akan meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogik. Secara
profesional, melalui penelitian tindakan memberikan kebermaknaan dalam meningkatkan
pemahaman dan pendalaman materi pembelajaran. Kompetensi pedagogik guru akan
meningkat melalui pemahaman konsep pembelajaran yang efektif dan implementasinya

dalam pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Dalam FGD. Kepala Sekolah dan Guru SD
Gugus Diponegoro, menyatakan bahwa
“Pada saat mengidentifikasi masalah PTK, diperlukan penguasaan materi
pembelajaran yang relevan dengan kompetensi yang akan dicapai siswa. Para guru
berupaya memahami konsep, substansi dan prinsip-prinsip yang menjadi sumber
materi pembelajaran. Materi pembelajaran akan menjadi bermakna jika para guru
menguasai strategi membelajarkan siswa. Pada saat menetapkan siklus para guru
berupaya mencari pendekatan dan metode yang mendukung pembelajaran konten
dan sesuai minat dan perkembangan para siswa. Dalam penyusunan proposal kedua
kompetensi ini berkembangan secara simultan ketika merumuskan masalah,
menetapkan tujuan dan hipotesis penelitian”
Penelitian tindakan dalam pendidikan (sekolah dan kelas) relevan dengan perubahan
paradigma guru sebagai profesi. Sertifikasi pendidik yang memberikan tunjangan profesi
guru masih dipahami sebagai perbaikan penghasilan guru. Sebagai agen pembelajaran, guru
SD akan menjadi inisiator, motivator, creator , ilustrator, rujukan, nara sumber dan pengarah
6

siswa mencapai kompetensi. Dalam wawancara dengan Pengawas dan Kepala Sekolah
dinyatakan bahwa penelitian tindakan akan meningkatkan kepercayaan kepada guru sebagai
profesi. Pernyataan ini dapat dipahami, oleh karena penetapan sertifikasi pendidik melalui
penilaian portofolio, dan Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan dalam akuntabilitas masih
diragukan masyarakat. Sebagian masih berpendapat kriteria dan syarat sertifikasi pendidikan
lebih pada pemenuhan lingkup administratif belum terlampauinya standar yang bersifat
akademik.
Elder and Chisholm (1993, p. 123) state that
… participation in the sense of co‐researcher status for participation is … one
of the main characteristics of the emerging forms of action research …
Partici‐ pants are truly co‐researchers whose insider „local knowledge‟ is as
necessary for valid scientific sense‐making as the outsider researchers‟
technical expertise and abstract general knowledge.
Berbagai kegiatan penelitian tindakan akan meningkatkan pertanggungjawaban
pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam FGD para guru, dinyatakan bahwa motivasi untuk
penelitian tindakan dan publikasi karya dihadapkan persoalan kurangnya kesempatan
memperoleh pelatihan, pengalaman penelitian dan keterbatasan forum publikasi ilmiah baik
diskusi, seminar serta jurnal ilmiah. Hal ini sebagaimana temuan dalam FGD, :
“Keinginan para guru melakukan penelitian dihadapkan dengan rasa takut salah.
Penguasaan konsep dan prosedur penelitian relatif tidak dimiliki. Diusulkan agar
pelatihan penelitian tindakan, penyusunan proposal PTK dan PTS, dan teknik menulis
laporan serta forum ilmiah perlu dikoordinasikan Pengawas dan Gugus SD”
Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Perwujudannnya dengan prinsip Pendidikan diselenggarakan
sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. Penelitian
tindakan sebagaimana pernyataan Hong (2011), tentang fungsi penelitian tindakan sebagai
kegiatan dalam peningkatan mutu guru dan siswa secara simultan :
Hong (2011), A recent paradigm shift in the focus of educational research and the role
of teachers and teacher educators (Cochran-Smith & Lytle, 1999; Darling-Hammond,
2006) might address the challenge of how to appropriately measure teacher
performance. It is possible that teachers themselves, through their own
problematization of the teaching and learning process within the contexts where they
work, and through their own research can be used to closely examine their role as
change agents and decision-makers (Alsop, Dippo, & Zandvliet, 2007), particularly
when supporting the literacy needs of struggling readers. From this perspective,
7

comprehensive evaluation of teaching and learning can include a close look at teacher
quality by analyzing teachers‟ examination of their own practices and reflections
about how their decision-making impacts student outcomes.
Penelitian tindakan di sekolah relevan dengan konsepsi otonomi sekolah dalam
peningkatan mutu melalui program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS). Model ini memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan
fleksibelitas atau keluwesan–keluwesan besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi
secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasar
kebijakan-kebijakan nasional serta peraturan perundangan yang berlaku. Menurut Depdiknas
(2002), MPMBS merupakan bagian dari manajemen berbasis sekolah (MBS). Jika MBS
bertujuan untuk meningkatan semua kinerja sekolah (efektifitas, kualitas, efisiensi, inovasi,
relevansi dan pemerataan serta skes pendidikan), maka MPMBS lebih difokuskan pada
peningkatan mutu. Sekolah memiliki kesempatan untuk mengembangkan program
peningkatan mutu lembaga dan lulusan dengan program yang realistis, rasional dan akuntabel
melalui penelitian.
Reformasi mental Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru SD perlu dilakukan agar
paradigma berpikir lebih terbuka, transparan, sistematik, dan akuntabel melalui penelitian.
Sehingga setiap keputusan dan program peningkatan mutu sekolah mendapat dukungan dari
berbagai pihak dengan informasi yang rasional dan akademik. Dengan pola pikir yang
demikian akan semakin meyakinkan semua pihak tentang perjalanan dan pengembangan guru
sebagai tenaga profesional.

Kesimpulan dan Rekomendasi
Memperhatikan hasil dan pembahasan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
(1) Penelitian tindakan baik tindakan sekolah dan tindakan kelas berfungsi dalam
meningkatkan mutu sekolah, hasil belajar siswa dan karier Kepala Sekolah, Pengawas dan
Guru Sekolah Dasar (2) Keterbatasan pengalaman penelitian, forum ilmiah dan
pemberdayaan imiah Guru menjadi kendala dan hambatan dalam menyusun proposal,
penelitian lapang, penulisan laporan dan publikasi karya ilmiah (3). Penelitian tindakan baik
PTS dan PTK merupakan implikasi dari sekolah yang berbasis mutu dalam peningkatan
kinerja lembaga sekolah dan hasil belajar siswa. Berdasarkan simpulan ini, direkomendasikan
: (1) Penelitian tindakan ditempatkan sebagai program wajib bagi Pengawas, Kepala Sekolah
dan Guru serta dialokasi anggaran pada Rencana Kerja dan Rencana Kegiatan Anggaran
8

Sekolah, (2) Pembelajaran di kelas SD dan kinerja manajemen Sekolah perlu dijadikan
inspirasi, motivasi dan refleksi para guru dan Kepala Sekolah serta Pengawas Sekolah dalam
menetapkan fenomena dan topik penelitian tindakan (3) Kerja sama dengan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan baik program S1 PGSD dan S2 Manajemen Pendidikan
perlu dilakukan dalam peningkatan ketrampilan penyusunan proposal, penelitian lapangan,
penulisan laporan dan publikasi karya ilmiah. (4) Pengawas dan Kepala Sekolah perlu
menyiapkan rencana tindak (action plan) penelitian tindakan dalam mendukung karier
profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

Daftar Pustaka
http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/09/pidato-mendikbud-pada-upacarapencanangan-gerakan-nasional-revolusi-mental-4641-4641-4641, Pidato Mendikbud
Pada Upacara Pencanangan Gerakan Nasional Revolusi Mental 20 September 2015
Departemen Pendidikan Nasional. 2002, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Ferrance, Eileen, 2000, Action Research, Northeast and Islands Regional Educational
Laboratory At Brown University
Hien, Tran Thi Thu, 2009, Why is action research suitable for education?, VNU Journal of
Science, Foreign Languages 25 (2009) 97-106
Hine, Gregory S. C, 2013, The importance of action research in teacher education programs
Issues in Educational Research, 23(2), 2013: Special Issue
Hong, Carrie Eunyoung and Salika A. Lawrence, 2011, Action Research in Teacher
Education: Classroom Inquiry, Reflection, and Data-Driven Decision Making, Journal
of Inquiry & Action in Education, 4(2), 2011
Kemmis, Stephen and Robin McTaggart (eds.), 1988. The action research planner. Victoria,
Australia: Deakin University Press.
Kuswardani, Sugesti, 2016, Peningkatan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Melalui Workshop Oleh Guru Sd Di Gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang, Laporan Penelitian Tesis, (tidak dipublikasikan), Program Studi
Magister Manajemen Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga,
Sallis, Edward, 2007, Total Quality Management in Education, (terjemahan), IRCiSoD,
Jogjakarta
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, 2003, Total Quality Management, Andi Offset,
Jogjakarta

Action
Research
Reflections:
9

10

Dokumen yang terkait