140849 AKJ 2010 09 24 Layangan Sego Segawe

Yogyakarta kota yang nyaman dan layak huni

Yogyakarta sebuah kota yang kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai
kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya
yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama.
Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam perjuangan bangsa Indonesia
pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan
kemerdekaan.
Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan di masa klasik, sampai masa Kerajaan Mataram (Islam). Kesultanan
Yogyakarta sampai sekarang masih eksis keberadaannya. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini, berkaitan erat
dengan banyaknya peninggalan-peninggalan budaya yang bernilai tinggi dan sampai sekarang masih tetap lestari.
Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya.
Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potenssi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan.
Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di
wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata
malam.
Dalam peta kepariwisataan nasional, potensi DIY menduduki peringkat kedua setelah Bali. Penilaian tersebut
didasarkan pada beberapa faktor yang menjadi kekuatan pengembangan wisata di DIY. Pertama, berkenaan dengan
keragaman obyek. Dengan berbagai predikatnya, DIY memiliki keragaman obyek wisata yang relatif menyeluruh
baik dari segi fisik maupun non fisik, di samping kesiapan sarana penunjang wisata.
Potensi ini masih ditambah lagi dengan letaknya yang bersebelahan dengan Propinsi Jawa Tengah, sehingga

menambah keragaman obyek yang telah ada. Kedua, berkaitan dengan ragam spesifisitas obyek dengan karakter
mantap dan unik seperti Kraton, Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan kerajinan perak di Kotagede.

Spesifikasi obyek ini masih didukung oleh kombinasi obyek fisik dan obyek non fisik dalam paduan yang serasi.
Kesemua faktor tersebut memperkuat daya saing DIY sebagai propinsi tujuan utama (primary destination) tidak saja
bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Sebutan Prawirotaman dan Sosrowijayan sebagai
'kampung internasional' membuktikan kedekatan atmosfir Yogyakarta dengan 'selera eksotisme' wisatawan
mancanegara.

Yogyakarta Sebagai Kota Pendidikan
Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia, bagaimanapun, selalu bersentuhan dengan kebutuhan siswa /
mahasiswa sebagai manusia maupun sebagai peserta didik. Oleh karenanya, gambaran tentang peran nyata
pendidikan pada pertumbuhan ekonomi daerah lebih tampak pada munculnya berbagai jenis usaha penunjang
pendidikan.Usaha lain di bidang pendidikan yang amat menyolok adalah pada usaha jasa pendidikan itu sendiri.
Berbagai kursus, les privat, dan lembaga pendidikan memperkukuh basis pendidikan kota ini.
Hal menarik dari pertumbuhan lembaga pendidikan ini adalah semakin banyaknya jenis jasa pendidikan yang
ditawarkan. Keberlimpahan ini semestinya menjadi faktor pendukung tersendiri dalam upaya meningkatkan
ketrampilan siswa didik. Sebab pendidikan formal, bagaimanapun, tidak akan sepenuhnya mampu memikul fungsifungsi utama pendidikan nasional.

Seiring dengan era komputerisasi, usaha penyewaan komputer menjamur di hampir setiap sisi kehidupan

mahasiswa. Usaha yang umumnya dikelola oleh mahasiswa ini biasanya menawarkan jasa penyewaan, pengetikan,
pencetakan, olah data, serta yang terakhir ini juga marak adalah 'warnet' atau warung internet dengan sewa
perjamnya yang bervariasi dan memberikan pelayanan yang cukup memuaskan bagi pelanggannya.
Berkaitan dengan kebutuhan bacaan, alat-alat tulis dan peraga pendidikan, terdapat cukup banyak toko-toko buku
dan alat tulis. Disamping itu, terdapat pula usaha informal kegiatan pendidikan, misalnya produksi rak-rak / almari
buku, meja-kursi belajar. Produk-produk yang berbahan baku kayu ini dikemas secara sederhana, dan terpampang
dipinggiran jalan di sekitar lokasi sekolah, seperti di sekitar jalan Samirono, disekitar ringroad, dan lain-lain.

Yogyakarta Sebagai Kota Kerajinan
Disamping itu, terdapat tidak kurang dari 70.000 industri kerajinan tangan, dan sarana lain yang amat kondusif
seperti fasilitas akomodasi dan transportasi yang amat beragam, aneka jasa boga, biro perjalanan umum, serta
dukungan pramuwisata yang memadai, tim pengamanan wisata yang disebut sebagai Bhayangkara Wisata.

Yogyakarta sebagai Kota Perdagangan dan Industri
Kegiatan perdagangan selalu berkaitan dengan kegiatan sektor lainnya. Gambaran yang laing jelas dari keterkaitan
ini adalah beberapa kesetaraan antara struktur industri dan struktur perdagangan di DIY. Pertama, adalah dalam hal
skala usaha industri, kondisi perdagangan di DIY juga didominasi oleh pedagang kecil, pedagang informal, dan
pedagang tradisional. Kedua, berkaitan dengan jenis lapangan usaha strategis. Beberapa komoditas ekspor yang
menjadi andalan dalam perdagangan luar negeri merupakan industri-industri strategis dalam struktur industri di DIY.
Dua keterkaitan tersebut memiliki implikasi yang lebih jauh dalam penyerapan tenaga kerja dan arus investasi di

kedua sektor. Dalam kaitan ini, asas kemitraan antara pengusaha besar maupun menengah dengan pedagang kecil
menjadi sebuah prasyarat bagi terciptanya sruktur industri dan perdagangan yang sehat dan seimbang. Lembaga
keuangan, semacam bank, koperasi ataupun BPR memiliki peranan yang amat strategis, terutama berkenaan
dengan upaya pemberdayaan usaha ekonomi berskala kecil.

Yogyakarta Sebagai Miniatur Indonesia
Yogyakarta tidak berlebihan bila disebut sebagai miniatur Indonesia. Disamping predikat-predikat di atas, sejarah
dan status Yogyakarta merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus
statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan
sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebagai kota yang sarat predikat Kota Yogyakarta meraih predikat sebagai kota ternyaman. Hasil survey Ikatan Ahli
Perencanaan Indonesia (IAP). Jogja menduduki skor tertinggi dibandingkan 11 kota lain di Indonesia. Berdasarkan
survey di masing-masing kota persepsi tingkat kenyamanan tertinggi di Kota Yogyakarta sebesar 65,34 (nilai
tertinggi 100, sangat nyaman) dengan nilai rata-rata (mean) indeks adalah 54,17. Yogyakarta, Menado, Semarang

dan Bandung meraih indeks diatas rata-rata, sedangkan Jayapura, Surabaya, Banjarmasin, Semarang, Medan,
Palangkaraya, Jakarta, Pontianak tercatat masih dibawah rata-rata.
Pengakuan ini menambah deretan panjang predikat yang melekat pada kota gudeg sepanjang 2009. Mengawali
lembaran tahun lalu Yogyakarta dianugerahi sebagai kota terbersih dari korupsi. Hingga berturut-turut berbagai

predikat sebagai kota layak anak, kota langit biru, kota sehat, kota tujuan wisata terbaik, kota terbaik bagi
penanaman modal, kota berprestasi kinerja keuangan, hingga kota termudah dalam mendirikan usaha. Atas
komitmen untuk mewujudkan pembangunan millenium dalam bentuk program berkelanjutan, Kota Yogyakarta juga
diberi anugerah Leadership MDGs Award 2009. Berbagai penghargaan tersebut diterimakan untuk melengkapi
predikat sebagai kota pelajar yang sudah mengakar berpuluh tahun lalu.
Deretan prestasi tersebut akan mampu menjadi pijakan yang kuat untuk menjawab segala tantangan dan melangkah
optimis di tahun 2010. Tahun ini wajah Kota Yogyakarta akan dibawa sebagai kota yang nyaman huni. Dengan
tematik pembangunan yang diusung Pemkot Yogyakarta untuk “Mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Yang
Sehat Dan Nyaman Huni Dengan Pengelolaan Fasilitas Pelayanan Publik Yang Memadai”. Tampaknya tema besar
tersebut bukan hal yang naif untuk dilaksanakan dan dinyatakan.
Penelitian Indonesia Most Livable City Index 2009, oleh IAP tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat
kenyamanan beberapa kota besar di Indonesia yang didasarkan persepsi warga kota bersangkutan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa warga Kota Yogyakarta sebagian besar merasa nyaman tinggal di kotanya. Warga kota
merupakan pihak yang paling tahu dan dapat merasakan secara langsung kondisi kotanya, alasan itulah yang
mendasarkan bahwa tingkat kenyamanan suatu kota dapat dinilai oleh masyarakat yang tinggal di kota tersebut.
Kota yang nyaman huni (livable city) dapat diterjemahkan sebagai kota yang dapat memenuhi kebutuhan warganya
berkait dengan aspek fisik maupun non fisik. Secara fisik kenyamanan warga terpenuhi oleh adanya infrastruktur
lingkungan dan pemukiman yang memadai. Kebutuhan dasar warga Kota Yogyakarta terpenuhi dengan pencapaian
pembangunan yang telah dilakukan pemerintah bersama warganya. Begitu pula fasilitas publik bagi masyarakat
perkotaan menjadi prioritas utama untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

Berkait aspek non fisik, Yogyakarta mempunyai citra sebagai kota yang aman, nyaman, dan enak ditinggali. Budaya
masyarakat Kota Yogyakarta yang lembut, sopan, ramah, penurut dan tidak banyak menuntut ternyata menjadi salah
satu faktor alasan persepsi kenyamanan tersebut. Yogyakarta terbukti mampu memberikan kenyamanan dan
ketenangan hidup bagi penghuninya.
Optimisme untuk mewujudkan kota yang aman dan nyaman juga dibuktikan dengan komitmen yang telah disepakati
bersama oleh Muspida Kota Yogyakarta menjelang awal tahun ini. Sinergitas antara Walikota, Komandan Kodim,
Kapoltabes, Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Kejaksaan Negeri serta Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta tertuang
dalam kesepakatan untuk saling bergandengan tangan dalam mewujudkan cita-cita luhur tersebut.
Sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat Poltabes
Yogyakarta menyatakan kesiapannya mewujudkan penegakan hukum dengan profesional, proporsional dan
legitimatif. Kepolisian juga bertekad akan semakin mendekatkan diri dengan masyarakat dengan menjadikan
masyarakat sebagai mitra sejajar polisi. Kodim 0734 juga siap untuk mengawal pertahanan dan keamanan Kota
Yogyakarta dari aksi teror dengan lebih memberdayakan masyarakat. Senada dengan itu, Pengadilan Negeri dan
Kejaksaan Negeri juga menyatakan kesiapannya untuk mengawal Kota Yogyakarta kedepan sebagai kota
berkepastian hukum.
Kolaborasi yang kompak dari para pemimpin tersebut diharapkan dapat membawa Kota Yogyakarta menjadi kota
yang makin aman dan nyaman huni. Didukung adanya kepastian hukum, ketertiban, dan pemahaman tentang
persatuan dan kesatuan dalam masyarakat, tidak hanya secara fisik tetapi juga psikologis.

Yogyakarta memang kota yg sangat menyenangkan,warung angkringan dengan nasi kucingnya .bagi yg pernah

tinggal atau menimba ilmu di yogya pasti akan rindu dengan warung angkringan maupun warung lesehannya