Transmigrasi Era Otonomi Khusus di Provinsi Papua | Pona | Humaniora 1333 2465 1 PB

HUMANIORA
No. 3 Oktober 2009

VOLUME 21

TRANSMIGRASI ERA
Dl PROVIN

ABSTF

w,

'5.T-

Transmigrationprogramwas stopped in Pap- in 200 1. Some ~ocieties
have consider that
-.:@a
program has failed to improvethe local people life,prosperity, and tend to make social, cultural ad.'. @tical problems. Debatingabout thecontinuityoft
this program is still sustainable based on the dinar
period of special autonomy, the implementationof transmigration program has beenbased on
tion territory of Papua province, and depends on the contribution of social and cultural sciemh,

becausesomeofthe most crucial problemsof this programare
social networking problems which have become barri
inovation process to indigem people. The social and cultural
social netwwking to support the diffusionand inovationadopti
and cultural scientists in this state to produce the new soci
program, and action.This contribution is wy importantin

:
:%3

Key Words: perkembangan, tmsmigmi, masalah sosial, jaringan sosial, difusi, in&

serapan,

..,

Blntuli) di BBbo (200KK=9lo-P*a), 2 Kamm

(Arso 14)yak 100KK (421j i i ) ,
(Muting 1 0 ) 1 Q O ~ ( m Mm

, d i
13 CBintuka) 2!3U KK ($054M).
tra&nigrai terakhir'ini bagi k W n m y a n g fVW'nwk@nk m t m s i WliMl

:17QI]

bangunandaerah dan nasional, sekal'gus darnpak negatifnya terhadap kehidupan myarakat
setempat. Secara demografis, programiniteJah
rnempengaruhijumhh, karakteristik, komposisi,
dan struktur penduduk Papua. Perubahan
kependudukan disikapi secara beragam dan
menimbulkan persoalan sosial multidemensional, multikompleks, dan multipersepsi di
kalangan masyarakat, pemerintahdaerahdan
pusat. Program ini sejak a w l memudkan gro
dan kontra dengan berbagai motif, alasan,
pertimbangan dan tujuan. Menycangkut manfaatnya menjadi bakan perbhcanpn dan perdebatan, terutama bagi perbabn kehidupan
orang asli. Programtransmigrasimsuk dalam
pusaranpergulatandan dinamika poliik Papua,
antara menolak keras a m menghentikansama
sekali, atau melaksanakan kembali program

mianal ini melalui paradigmadan pendekatan
baru. Dan melalui proses politik akhirnya tetap
dimasukkan dalam 25 tahun program pembangunan era otrmomi khusus Provinsi Papua.
Persoalanutama programtransmigrasi diantaranya disebabkan ketidaktepatan pendekatan, strategi, kebijakan, dan program
sosial-budaya memantapkan proses integrasi
sosial, interaksisosial, dan keakrabanjarirtgan
sosial lintas ras (race), suku-bn~sa,dan &nik
dalam masyarakat majemuk ini, sehirrgga
menghambat proses difud imwasiWI daya
pertanian dari transmigran dasal ke trmslok,
mengakibatkanterhambatnya peng
budaya pertanian p
perbaikankehidupan
asli tidak banyak me
mi,pandangan negatift e M p hmrnigran
dasal, penolakan terhadap program ini, clan
memunculkan persoalan soeial, politlk dan
keamanan. Disisi lain bekas I-i-ldkgsi
transmigrasi kini telah menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru (growtlCI centef),peningkatan pemanfaatan sum& dayer dam,
menjadi lumbung makanan masyarakat

perkotaan, pembentukan pusat pemerintahan
otbnmi baru, sebagai sabuk pengarnanandaerah
perbatasan negara RI& PNG, serta pemantapan
pertahanandan ketahanan nasimaldl daerah ini.

UU RI No.21 Tahun 2001
Khusus Bagi Ptwinsi Papua,
pasal 61, ayat (3) dan (4)
transmigrasi. Konsekumdnya, prrg~ramiPrihswrs
dilaksanakan kembali setelah mendapat
persetujuangubernur dan sesuai dengm Pmabran D a m Provinsi(Perdasi
an (&aft)Pe
Kgpendud
tersebut kini (2009) &lam proses pembaham
di lembaga DPR Papua. Pembahasan
pasal transmigrasi yang sangat kmial d m
mendapat perhatian adalah
tapkan=b
m m m ~-n-danbudayawwa
dapat mengatasi pmoalan sosial-budaya

masyarakat majemuk @rand
di ldcasi
transmigmi karena pota dan model lama dinilai
gagal dan/atau kura
kesasatanpaaa
itu. Penyamaan pda dan
pembiraan,
lokal (orang asli) m
kesalahanutama.
Tulisan hibertujwmuntuk (Ij

m,

-

program transmigd, (3) me
Ian perencana sosial-budaya
lah sosiat-budaya di lokasi tranmigrasl, (4)
mengemukakan d u s i sosial-budaya program
transmigrasi, (5) mengemukakern pentingnya

perencanaansosiaMxldaya~ukwlggrasi era Otsus Papua, dan (6) rnengemukakan
perlunya pengembanganjaringan sosbl chkm
mendukungposes difusidan adopsi inovasS bud
daya pertanianpenduduk asli.

PERMASALAHAN SOSlM DAN BUDAYA
TRANSMlGRASl (FAKTA & TEORf)
Hambatan utarna pmbangunan transmigrasi di Papua selama ini di antaranya addah
permasalahansosial yang terjadi
gran daerahasal
dengan transmigra
lokasi transmigrasi.
sosial dan taraf budaya M u a m;asyw&t me-

-

Humniora, Vd. 21, No. 3 OMaber2009:350 363

ciemburu penduduk
brhadap transmignwr

d-I, setah pula Wbat difdtisasi bebrapa
(ritrak untuk hwtmgaikepentingan. T-U-

etnikdan mt$ltiksllHitu
diakornodast sla~carabad

n soski. Furniva1(I987) n % e n g e W

yang M r i atas dua &u lebih W p sssrial,

hubungan a ~ r s u k u - m k u

Naeikun (1QQ2)bahw
myarakat ymg rnuetnik dm multiWral
bUkkM hanya nerupakan s u m h wal dafi

s & r d p ebnik dalah pendapBt~yangdianut
m g w i suah kgdotnpoklndiiriduatau objek
mm-mmam
bslngun landasan integrasi nasional yank) sehingga mbrtlhntrul&m -alah dalam be**

munikasi dan dapat membefi.kamkesan yang
fldak
menghmbatproses in*
grad
(1Q83) n?fangemukakan
tirnbulnya sumber kw@k adarsuku-bang*
d i i b b k a n ole&:(1) duq &u lstrlhsuku becsaing dalam rmmhpatkan"htapwcahari;ll!
yang =ma, (2) w a k dad Gtuk
k
ym e n d
memaksaia upsur bby&ma*,
kepadl
wrga darf suku Lain. (3)+a
dad satu s u b
bangsa men~qbarnelaksanakan konsq
t Indonesia

haws kits

mngernukakan bahwa interaksi sosial di-


swing diiemubn dan membuat

lebih bemak atas sumbsr

969) mengemukakan
lainnya adalah perebutan
SQSial budayayang bertaku di
damh transmigrasi yang berlang
suatu kelompok mencoba me1
nya temadap satu kebn
rmsl datang dari kelom

Kecmdmngan

menjadi isyu

sumber daya y a y terbatas a t .
akses terhadap sumber daya


beberapa ha1yang menyan$kutjatr dii, kebmpk

hbordinatpm bempayauntuk rnempertahankan dan ma-syarawt asti. Konstruksi
diri.
Sumber-sumber konflik memang beragam,
kornpleks dan demensional. Rumbiak& Manning
(1989 (La Pona, 1999; Heeren, 1979) rnenemukan sumber konflik dari hubungan kompetitif
antarsistem sosial sering kali berkaiin de
faktor keterbatasan daya tampung sosial. Sepanjang transmigran yang datang cukup ber- penguasa ekommi,
kualitas dan bervariasi, potensi konflik mungkin progmif, Irkin (hpm)
dapat diredam karena kreativitas mereka dapat
diharapkan untuk memecahkanpersoalanyang
ada, dan dapat diharapkan tampil sebagai
pelengkap bagi kehidupan sosial ekonomi yang KONDlSl JARINGAN SOSIAL
telah ada. Apabila kualitas transmigran rendah
dan homogen, transmigran ~ e n d e ~ ndilihat
g
sebagai pesaing oleh penduduk setempat sosial -yarabt.
Janhlan
sehingga akan memperbesar Wensi konflik. (-1,

suku-mgsa, ebljk,
Koentjaraningrat(1986) mengemukakanbahwa amma di lokasblokrrsi tra
faktor p d i k i d i idapat menjadisurnber k d i k
antara penguasa denganrakyat Konflik
sumber pada pertentanganidiologi atau agama
dapat tberlangsung keras denganimplikasiyang dan mekan,k (direncana
luas karena merekayang terlibat masing-masing
354

L

,f

g

-

La Pona Transmigrasi Em OtoMnnl K h m s d0 FVuvjkd Rqws

Jaringan sosial brjadi dalam rn
terabaikan, bahkan terlupakan, dibanding
perhatianterhadap target kuantitas penempatan karena manu-sia paba haklkatnya
bansmigran. Padahal pengembanganjarkylan berhubungan dengsln semua rrranW
sosial menjadi tali perekat penting dalam ada. Hubungan yang terjadi pada umumngra
masyarakat majernuk. Lemahnyajaringan sosial terbatas pa& sejumlah orang tertentu. Ssttap
aspek pertanian lintas suku-bangsa menye orang akan memilih dan mengembarqbn
babkan proses difusi inovasi budi daya hubungan sosial yang terbatas jumlahya
pertaniandari transmigrandasal ke penduduk dalam suatu struktur sosial yang dapat digamasli. Jaringan sosial aspek pertanian men- barkan sebagai sugtu perilaku ymg ajeg, suatu
dukung proses difusi inovasi budi daya per- ksadaan menunjukkan gambaran hubungan
tanian terabaikan (La Pona, 1999). Rogefs dan antarorang seomng dan kedudukannya, mengShoemaker (1983) dan Epstein( I96t) mnge- gambarkan adanya suatu p r k d a a n pelapismukakan bahwa jaringan sosiaf achlznh suatu an sosial (Blau, 1975 dan Supartan, 198.8).
pasanganhubungankhusus di antara kelompok Pelapisan sosial dianggap sebagai suatu keorang tertentu, sedangkan sifat Qari hubungan timpangan, misalnya distribusi perbdaan
tersebut secara keseluruhandipakai untuk me- kekayaan, status sosial datam masyamkat, dan
nafsirkan perilaku sosial dad orangorang yang perbedaan lainnya. Tetapi, peiapisan =ial
tedibat diilam hubungan. Masyamkatselain di- dapat juga diibaratkan sebagai orgirn tubuh
pandang sebagai kumpulan orang juga me- manusia yang masinpming bagian mem;
rupakansekumpulan hubunganantar anggota- punyai fungsi dan kdudukan yang
nya. Hubungan ini dapat berupa hubungan (Lenski, 1966). Pada sisim lain ada pen
kduarga, famili, keturunan, pemahabatan, pe- pokkan datam satuart ketcll s a m w =ban
kejaan, tetangga, dan hubungan sosial lain.
besar dalam satu wujud gtau wadah atas
Perlunya pengembangan jaringan sosial persamaan kepentingan, kayakinan, nhi,
dalam masyarakat rnajemuk ini, sebagaimana pendidikan, dan status sosial (Rugm8 d m
dikemukakan Fox (1985), dalam pergaulan Kincaid, 1981d m Burt, 1S7) mhhgga kmbk
antarindiiu pada hampir m
u
a myarakat, sosial antaramgotan
baik yang amat sederhana mupun yang m e t besar terjadi, apabila
kompleks sifatnya selalu terdapat pmbdaan ang yang mempunyai atribut yaqj
drajat atau status. Tirnbulnya
n perJasingansosialtabwtukdalam
gaulan dalam individu menmkkan stmtifikasi karena manusia pada dams
hiirarkis dalam satu masyarakat yaw mmdu- keterbatasan dalam berhubungan derrgan
dukkanseseorang pada posisi
m, manusia lainnya (Boissevain dan MitcheH,
rnenengah, dan atas, kaya dm miskin, pandai 1972) sehingga rnereka akan memilih untuk
dan bodoh, kuat dan lemh, dan wbagainya. berhubungandengan orang-orangyang mgms
Setiap golongan membentuk gaya hidup dan punyai persamaankepentingan, a g m , sukuadat kebiasaan yang khas serta sikap yang bangsa, daerah awl, pendidikan, pke@an;
berbeda pula pada saat berintemksi soaial jenis kelarnin, dan lah? sebagainyaalcan bsrhudengan indivkludari gdongan atau status yang bungan dengan orang yang mernpunyaijmlain sehingga pergaulan antar individu baik an homophilly (Rogers dan B u m , 1@72).
dalam golongan yang sama maupun antar Blau (1977) mengemukakan bahwa h o r n
individudi luar golongan atau statusnya untuk phillyadalah sejauh maw p~ngarbpasZ~l@
dapat diakui keberadaannyadiperlukan suatu an i n d i i uyang M b r a k s i mmfmyai k
adaptasi. Salah satu cam adaptasi untuk &pat maandakm bebetapa atribut, sepea: hperbertahan di lingkungan yang lebih kompleks cayaan (agama), suku-bngsa,
adalah memanfaatkan jaringan sosial yang persaudaraan, dan kdudukan
dimiliki.
likannya, hetemphilly adalah s l r s j m n a
'

44

C

-

Humanbra, Vd. 21, No. 3 OMaber 2009: 350 363

irMM&-individu yang MnteraW b e h d a

&lam
bag@ v

n sejwntahindMuW

t8kk b@ih b%dtalcan d b
wlaw.-=a

ntejad)bahwahubungm
orang ymg mampwrygi
jarlngan homop,hMy awn lebih bemr d i b
dinglcan dengan mng yang dl I
w Jaringm
s e ~ o ~ a n g $ r a l z r m W ~ ~ t i -

n W n d a k rasimal, mmka akan

etemgeneity) antar

kmhDsa, &&us p%rCcawjmn,

-

., .

E,-

La Pona Tmnsmigmsi Em OtonclmJ &isus

seworang akan bertindak secara rasional, ia
akan memilih dan melakukan hubungan dari
s e w banyak hubungan yang dimiliki hanya
pada hubungan sosial y a q dipandang paling
menguntungkan. Kuatnya hubungan dari
masingmasingjenis kehidupanadalah dengan
rnmbagijunlah hubunganyang Wjadi dmgan
hubungan yang mungkin dapat terjadi, dan
dalam penelitian ini adalah hubungan wsid
aspek pertanian budi daya pertanian.
Penelitianyang melibatkan 7 (tujuh) etnik.
yaitu Nusa Tenggara Timur (Nm,Wamena
(Papua), Bali, Paniai (Papua), Sulawesi. Arso
(Papua), dan Jawa, menemukan hubungan
sosial untuk jenis kegiatan pertanian yang
mempdihatkanbahwa keseluruhanhuburrgan
yang terjadi dapat dikatakan sangat lemah
sebab hubungan yang tejadi antam 2% or-

8

dan NTT rnenggunakanj d
anggoita kelompok myarakat
dan Paniai. Jaringan sosial
pertanian, yang jugs marupa
proses intsrabi sosialantarke
rakat yang mutti etnik dan
menunjuk+n blah tarjadi ksntak sipid dan
interaksi spial ankkrkebrnpok makyarakat
yang multi etnik bklaupun proses in$rakii
antartransmigrande.tqan pmduduka$@beluh
s e m i sehingga kmudian mampbgaruhi
proms jaringrn sosial aspek.perhnfari hitarkelompok transmigmn dan 'pnduduk ash. ,

JARMOAN SOSW. M
F
w
sP N~
IN~VMI

,

S

I

wa

Wi hubungan relatif l@Mhkuat QibaFFding gus munjukkan prkslompok ehik lainnya, b m m disebat-rkanQleh daya pxtarii dipargauhi
sejumlah kemungkinan, artinya seworang aspek patmb
.r@yar&qb
h y a melakukan huburrgan pada hubungan Temuan di atas s@k&us mt-&uMhdan
yang paling mnguntungkan, artinya dad 86kian rnenerima
banyak hubungan,
kurang tertalu penting, J
dapatbemubuv
di luar subjslk pene
dengan arang-ckng Lainnya.
~ u b m g a n s o s i a l ~ ~ d ~ '
pok masyarakat etnik m
banyak didasarkan pada
agama Wagahnana terlihat pslda kelmqmk sasial d m bwlaya m e l q i l u i Q a r i ~ n M A &
etnik Nusa Tenggara T i (
dengan penduduk asti A m ,
Paniai karena kedekatan te
(rumah), wibyah lad(kebunl,
dan persahabatan sebaga
hubungan-harbungan yang terjadi
pok etnik NTT, Jawa, dan
tenkeja murah seba$a~
tedadi pada kelompok etnik Sulawesi, J

I

I

-

Humaniota, Vd. 21, No. 3 OMober 2009: 350 363

mmdffusikan inovasi budi daya perbnEan ke
Mdenganksndisr'mh
now dapat
suku-bangsa, pMpnya &st i
bwkngsung dad satu irrdividu ke indivldu lain
ban dari satu kelompok m s y a i ; W ks k e b
p0k fTEt~y8l%ht
~/em~k.
Ditusi Wasi budi dgya pertaniern d i m
amhi kondisi jattngan msia1 iiaspek budr' daya
pertanian. Dikmukan H-ggge€i (1972) dan
r4ystWn (lq?sr)bahwa dSfusiakspansi dibi&b
kan dua jenis, pitu (1) didmi tmqfalar &1ah

k%rem
m k W i l g fWmJngafttam
tmlafui
b h k wial, komunikasi, dan interaksi sasial

guna mendukung prams difiusi dm aQPyrsf

--.

-.

:.-:
..

I -

-

t

-

rakat tradisional, adalah (1) relativeadvantage mudah diterima pada myarakat yilta$.mmb
atau keuntungan relatif; (2) mtabiibilibjlyakni liki suatu sistem sosial budaya
sejauh manakah inovasitersebut sesuai dengan demikian sebaliknya. Sistern wsial
nilai-nilai dan pengalaman yang ada; (3) com- adalah (1) memilikisikap yang psi#
plexityatau tingkat kerumitandalam mempela- perubahan; (2) teknologinya~berksmbng
jari dan mempraktekkan inovasi; (4) trialability dengan baik dan terdapat pembagim penge
atau kesempatan untuk meneoba sesuatu tahuan; (3) membed penilaianamat Mggi twinovasidalam skala terbatas; dan (5) oQse~~8-hadap pendidikan dan ilmu pengebhm; (4)
bility atau cepat tidaknya sssuatu hasil dari pola berfikirnya rasbnal dan h u b w r w soak11
inovasidapat d i l i atau dibuktikansleh anglgo- lebih didasari aspek hubungan kepetntim
ta masyarakat penerima inovasi. Dixon (1982) daripada hanya perasaan; (5) mrrrilMjangkaumengemukakan bahwa determinmbfhadap an perspektif dan hubunganluas; dan (6) medifusi dan adopsi inovasi, adalah (1) adanya miliki rasa empati yang sangat d a l m d m wprasangka inter-personal; (2) pandanganyang sedia menyumbangkan pemikirannya untuk
terbatas; (3) sikap terhadap penguasa; (4) kemajuan bersama.
Sehubungandengan s u l i pemiuduScasli
perananindividualteFhadap tercapainya tujuan
(masyarakat
tradisional) untuk rnenerkna suat~.~
keluarga; (5) kekmahn menerima inovasi; (6)
fatalisme; (7) kelemahanaspirasi; (8) kelemah- inovasi dibanding masyarakat yang lebih maju
an untuk menunda kepuasaan; (9) keterbatas- budayanya, Gonzak (1988) mengmukakan
an pandangan tentang dunia luas; (10) kele- penolakan temadap suatu inovasi, setmumya
mahan berimpati; (11) kurang berpikir kritis; tidak dinggap sebagai gejala ketwkdakangan
sebabpengambilankeputusan wtukmrima
dan (12) sistem sclsial budaya.
Beragamnya hambatan diusi inovasi budi ataukah menokak inwasi, bbmnya buCGan
daya pertanianjuga dikmkakan Foster ( I980) merupakan sesuatu yang muhk melainkan
bahwa hambatan dalam inovasi adalah (1) dapat berupa keputusan relatif llam kuwn
hambatan budaya yang berkaitan dengan waktu tertentu. Poerwanto (1996) mengemukasistem nilai, perilaku, sikap, n m a , dan keper- kan bahwa unsur kebudayaan material febih
cayaan; (2) hambatan sosial yang berkaitan mudah diterima dibanding non material, dan
dengan hubungan sosial antar individu; (3) memiliki manfaat besar pada kebudayaan
inovasitersebut bertentangancbn$pmpranata penerima akan mudah d i o p d . Unsw-unsur
sosial yang ada; dan (4) hambatan psikulogis kebudayaan yang sangat sukdlr diganti adalah
yang berkaitan dengan cara penympaian (1) memili-ki fungsi &daring luas dalam suatu
pesan inovasi. Rogers & Shoemaker (1971) rnasyarakat; (2) yang telah dipelajarisesemng
nwsngemukakanbahwa aspek ekonomik wba- pada awal sosialisasinya; dan (3) berkaitan
gai penghalang, dan mengemukakantahapan dengan kepemyaanatau rekgi.
Proses penerimaansuatu inovasi (pertadpengambilan keputusan dalam suatu hovasi,
yaitu; tahap pengenalan, persuasi, keputusan, an) melalui tahapan-tahapan tertentu. Ratrel
dan konfirmasi. Menyangkut penerimaan (1893) rnengemukakanbahwa masuknya satu
inovasi pertanian, Krober (1984) mengemuka- unsur kebudayaan asing akan menyebabkan
kan pentingnya arti faktor "insentif", yakni pula berubahnya unsur-unsur lainnya yang
rnasyarakat hams merasakan ksbutuhannya pada akhirnya dapat menggonieangkan kewdapat dipenuhi, dan mudah diintegrasikan imbanganpada kebudayaanitu. Unsur baru itu
dalam kebudayaannya. Sifat penerimaan b i i n y a tidak sekaliius diterimasamua wrga
selalu selektif, dan kemudian direinterpmtasi- masyarakat melainkan merupakan mil& sekan sesuai dengan sbuktur dan nikri kebudaya- golongan kecil masyarakat saja. Dalam peran yang berlaku. Rogers dan Shoemaker kembanganselanjutnya unsur kebudayam itu
(1971) mengemukakan inovasi akan kbih akhirnya secara permanen telah ditempatkan

te

E:

E.

ff
'.1-

- 363

mh.Vd. 21, NO.3 OMober2009:350

Faktor sarrtna dan prasarana tmvsportasi
mgakibatkan penyebraran inovasi Udak
mrdah untuk s8rmta hrjklan karena hambatan
m,mpw%jarak, km, psgunm#m dm
ma-rawa. %lain itu Nystuen (1967) dan
Manill (1sm)mgngemukakanbahwa gerbedar-.rc#ma, dan antern sosial,p-ngka,

m a b makin kabu
banyak merylabmi

kotagi, &n inbrt9itsrs k c m u m i ,
mrupakan krnbatan penyebaran inovasi
*lam myarakat yaw marjemuk. knurut

, iw raai (me@, dan msial kelampok

atau suatu kompleks

d i i n y a juga dapat mnimbukan modMkiasi
porda budaya ygng sudhh ad@.
kebudayaan dapat pula
u n t u k ~ m a w r o V ~ M I w ~ k a m
d&tt~~~~adun~%yaW&kJb&t~@k&~atm b t ditimtdkan

EbWmtuprSnslpdffusi
v i itu pertam-tam akan d~ambilo b h
ftxsy8t-t
(penduduk asK = tmsW) yang

fapona
;
:
,
. .,~,
;kc-.
sosial-budaya rnenyangkut pengernbangan
jaringan sosial dan difusi inovasi ini.
*%hePengernbangan budaya pertanian penduduk asli dipaharni rnernang kornpleks dan
beragarn, rnisalnya perubahan tidak dapat
rneluas apabila penggunaan inovasi itu (baca:
budi daya pertanian) akan mendapat "hukurnan", sulit diintegrasikan di dalarn pola kebudayaan, masyarakat rnenentang perubahan, rnenentang tipe perubahan tertentu saja, sudah
puas dengan keadaan yang ada, dan beranggapan surnber perubahan tersebut tidak tepat.
Adiioso (1994) mengernukakan bahwa faktorfaktor yang mendorong perubahan adalah
pendidikan yang rnaju, sikap rnenghargaihasil
karya seseorang, keinginan rnaju, toleransi
terhadap perubahanyang rnenyirnpang, sistern
terbuka dalarn lapisan rnasyarakat, penduduk
yang heterogen, ketidakpuasan rnasyarakat
terhadap bidang kehidupantertentu, diirganisasi dalarn rnasyarakat, dan sikap mudah rnenerima ha1baru. Faktor penghalangadalah perkernbanganilrnu pengetahuanyang terlarnbat,
sikap rnasyarakat yang tradisional, adanya
vested interest, berprasangka buruk terhadap
ha1baru, dan rasa takut terjadinya kegoyahan
pada integritas kebudayaan.
Perubahanatau perkernbangantaraf budaya pertanian translok sesungguhnya sudah
berlangsung, hanya proses dan sifatnya brnbat
sehingga tidak bisa dikatakan gagal atau tidak
ada perkernbangan, sebagaimana pandangan
beberapa pihak. Persoalannyaadalah kmajuannya tidak sebagairnana diharapkan berbagai
pihak. Sehubungandengan upaya mernaharni
perubahanbudaya pertaniantranslok, Rogers
dan Kincaid (1981) dan Bertrand (1980)
rnengernukakan bahwa perubahan dapat
diketahui apabila dilakukan perbandingan
keadaan suatu masyarakat pada wa ktu
tertentu, mernbandingkannya dengan rnasa
lalu, faktor apa yang mngalamiperubahan itu,
sejauh manakah perubahanterjadi, bagaimana
kecepatan perubahan itu berlangsung, kondisi
apa yang terdapat sebelurn dan sesudah perubahan terjadi, apakah yang terjadi selarna
transisi itu, stimulus apakah yang rnendorong
.s

*

-*

'A

*,.

-

s

/

rnenirnbulkan stabilitas pada suatu tWk Mmp
di dalarn perubahan, dan dapatkah manusia
rnenentukanarah dari perubahanitu.
SIMPULAN
Perencanaan sosial-budaya dalarn program transrnigrasi yang belurn dilakukan
secara baik rnengakibatkan mengernukanya
persoalan sosial, khususnya sangat lemahnya
jaringan sosial aspek bwdi daya pertanian lintas
ras dan suku-bangsa. Perkernbangan budi
daya pertanian pgnduduk asli di tokasi transmigrasi sudah ada, tetapi berlangsung larnbat.
Perencanaanjaringan sosial asp& pertanian
yang tepat dapat rnendukungpengembangan
difusi dan adopsi lnovasi budi daya pertanian
pada penduduk asli. Budaya petbnian penduduk asli yang rnasih tertinggaljauh dibanding
transrnigran dasal perlu m e n d e t fmhtian
utarna dalarn upaya rnermpe
kesejahteraan pendudukasfi.
programtransrnigrasi era otsus dl Papua perlu
lebih rnernperhatikanrnanfaatnyabagi penduduk asli yang rnemiliki taraf kehidupan masih
rendah. Apabila programini &pat rnemberikan
keuntungan bagi penduduk asli, dipastikan
akan didukung dan diterima secara baik oleh
penduduk asli. Peranilrnuwan srxrialdanbudaya sangat dibutuhkandalam rnewujudkannya.
DAFTAR RUJUKAN
Abler, et al,. 1971. sporkrs Ogcmrmnlan: The C;eogtropOnl9s
View of The Word. New Jersey: Prentice, Hall.,
Er~glewoodCliffs.
Adiwoso, R. Suprapto. 1994. "Keserasian Antara
Pendatang dan M u d u k Asli : Suatu Akernatif
Model". Makalah pada seminar nasional
Membangkitkan Budaya Kepoloporan Dalam
Mobilitas.Jakarta:Dep. TransmDgrasidan PPH.
Bertrand, Alvin L. 1980. Wbgi.Atih bahasa Sanapiah
S, Falsal. Surabap PT Bitla Ilmu.
Blau, PetetM. 1975. Ec7wlitydndt-kterogerte@ A W t t v e
Theory Social Structure. NewYwk: The Free P m ,
A D~siod
n Mi#: Millan Publishing, Co.
I977.~andPawwinSodalLi@.New
York: Wiley.

.

Rumbiak M. dan Manning C. 1989. Economic
Development, Migrant Labour and Indigenous
W e m e in lrian lays 1970-1 984. The National
UniversityCenter for Development Studies Pacific
Research Monograph No.20.
Soekanto, Soerjono. 1986. Memperkenalkan Sosiologi.
Jakarta: Cv.R a j d i .
Soetrisno, Lukman. 1986. "Trarrunigasi dan Perubghan
~SebuahRefleksi90TahunPerryelerlggaraan
ProgramTmmigrasiDi Indoneria" Dalarn: Muhajir
Utorno dan Rofiq Ahmad. 90 Tahun Kolonisasi 45
Tahun Tlonsmigrasi. Jakarta:Pwpa S w a m
Suparlan, Parsudi. 1988. "liimigrasi dan 'liYlsfortnasi
Budaya." Dalam MuhadjirUtomodm Ahmad Rofq.

90 Tahun Kdonisusi 45 Tahun T
r
a
n
s
w
d
.
Pwpa Swara.
Taneko, Soleman B. 1984. Struktur dan hose8 W a f .
Jakarta:CVRajawali.
Undang-Undang RI. No.2 I Tahun 200 1 tentang
Otonomi Khusrrs Bagi ProvkrJi Papua.
Weber, Max. 1978. Economy and Society. Wit oleh
Guenther Rothd
m
~
~ W.Of
.
Califamia Pfess.
Yahya, Yunus. 1983. Z m n Harapan b g i kturunun
Tionghoa.Jakarta:Yayasan Ukhuwah Mam6yah.