PeranSertaBIdlmPengembUMKMAndangSetyobudiSE.
PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEM BANGAN
USAHA M IKRO, KECIL DAN M ENENGAH (UM KM ) * )
Oleh : Andang Setyobudi, SE * * )
I. PENDAHULUAN
M embangun
ekonomi
Indonesia
tidak bisa dilepaskan dari peranan
Pemerintah, lembaga-lembaga di
sektor keuangan dan pelaku-pelaku
usaha. Pemerintah sebagai pembuat
bahw a eksistensi
dominan
dalam
UM KM cukup
perekonomian
Indonesia, yaitu:
a. Pertama, jumlah industri yang
besar dan terdapat dalam setiap
dan pengatur kebijakan diharapkan
dapat
memberikan iklim
yang
sektor
ekonomi.
Pada
tahun
kondusif bagi dunia usaha, sehingga
2005 tercatat jumlah UM KM
adalah 44,69 unit atau 99,9%
lembaga keuangan baik perbankan
maupun bukan perbankan serta
dari jumlah total unit usaha 1.
pelaku usaha di lapangan mampu
b. Kedua , potensinya yang besar
dalam penyerapan tenaga kerja.
memanfaatkan
melaksanakan
kebijakan
kegiatan
dan
usaha
Setiap unit investasi pada sektor
UM KM dapat menciptakan lebih
banyak kesempatan kerja bila
dengan lancar, yang pada akhirnya
dapat
mendorong
percepatan
pembangunan ekonomi.
Salah
satu
pelaku
usaha
dibandingkan dengan investasi
yang sama pada usaha besar.
Sektor UM KM menyerap 77,68
yang
memiliki eksistensi penting namun
kadang
dianggap
“ terlupakan”
dalam
percaturan
kebijakan
juta tenaga kerja atau 96,77%
dari total angkatan kerja yang
bekerja.
di
negeri ini adalah Usaha M ikro, Kecil
dan M enengah (UM KM ). Padahal
c.
jika kita mengenal lebih jauh dan
dalam, peran UM KM
sekedar
pendukung
bukanlah
dalam
Ketiga, kontribusi UM KM dalam
pembentukan
PDB
cukup
signifikan yakni sebesar 54,22%
dari total PDB.
kontribusi ekonomi nasional.
UM KM
nasional
penting
dalam
memiliki
dan
perekonomian
peran
yang
strategis.
Kondisi
tersebut dapat dilihat dari berbagai
data empiris yang mendukung
*)
M akalah disampaikan dalam Seminar
tentang
Perda dan UM KM pada 29
M aret 2007 di Bank Indonesia.
* * ) Analis M adya Senior, Biro Kredit -Bank
Indonesia.
1
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Kementrian Koperasi dan UM K pada
tahun 2005.
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
29
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
Perkembangan
setelah
kinerja
krisis
perbankan
ekonomi
serta
membaiknya
country
rating
Indonesia sangat menunjang bagi
peningkatan
fungsi
intermediasi
perbankan, baik kepada korporasi
maupun UM KM . Hal ini ditunjukkan
dengan kenaikan penyaluran kredit
pada kedua sektor tersebut dari
w aktu ke w aktu. Selain itu dengan
memperhatikan kuatnya daya tahan
UM KM dalam menghadapi krisis
ekonomi
telah
menarik
minat
perbankan
untuk
meningkatkan
pembiayaannya bagi UM KM .
banyak
menyangkut
hajat
hidup
orang banyak.
M emahami permasalahan UM KM ,
agar dapat meneropong dengan
lebih jelas, kita harus melihat banyak
dimensi dengan perspektif yang
lebih luas. UM KM dapat dilihat dari
berbagai aspek antara lain aspek
pemasaran, produksi, SDM dan
manajerial, legalitas, keuangan dan
permodalan, ketenagakerjaan
aspek
lainnya.
tersebut selalu
upaya
Seluruh
berkaitan
pengembangan
dan
aspek
dalam
UM KM .
dan
M eskipun dari berbagai kajian dan
kondisi
di
lapangan,
aspek
pemberdayaan UM KM akan selalu
pemasaran, SDM dan permodalan
melibatkan peran pemerintah, Bank
Indonesia dan lembaga-lembaga
atau pembiayaan sering menjadi isu
terpenting
dalam
permasalahan
lainnya
yang dihadapi UM KM .
Kebijakan
pengembangan
yang
peduli
UM KM .
Sebagaimana dikemukakan oleh
M enteri Negara Koperasi dan UKM
Kategori Permasalahan UM KM :
bahw a
1. Permasalahan yang bersifat klasik
banyak
departeman
dan
kementrian yang memiliki program
yang terkait dengan pengembangan
dan
pada
UM KM
(basic problems), antara lain
berupa permasalahan modal,
UM KM , BUM N-BUM N yang memiliki
program “ community development ”
untuk UM KM , LSM -LSM , lembaga
bentuk
badan
umumnya non
pengembangan
asing dan donor yang memberikan
perhatian demikian banyak kepada
UM KM . Namun
demikian
jika
mendasar
hukum
yang
formal, SDM ,
produk
dan
akses pemasaran;
UM KM masih juga belum banyak
2. Permasalahan lanjutan (advanced
problems),
antara
lain
berkembang dan dianggap masih
jauh dari harapan, maka diperlukan
pengenalan dan penetrasi pasar
kebijakan
yang
lebih
kondusif,
koordinatif dan integrated dalam
membenahi sektor yang paling
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
ekspor yang belum optimal,
kurangnya pemahaman terhadap
desain
yang
sesuai
dengan
karakter
permasalahan
hukum
pasar,
yang
30
produk
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
menyangkut hak paten, prosedur
kontrak
penjualan
serta
peraturan yang berlaku di negara
tujuan ekspor;
3. Permasalahan
antara
tenaga kerja yang trampil.
Sedangkan
dari
sisi
perbankan,
variabel-variabel
UM KM
yang
berkinerja rendah di antaranya
adalah:
(intermediate problems), yaitu
permasalahan dari instansi terkait
?
kemampuan
keuangan;
untuk
?
?
?
kapabilitas pemasaran;
menyelesaikan
masalah
dasar agar mampu menghadapi
persoalan lanjutan secara lebih
baik.
Permasalahan
tersebut
antara lain dalam hal manajemen
keuangan,
agunan
dan
keterbatasan
pengelolaan
ketrampilan tenaga kerja;
kontrol kualitas dalam produksi.
II. PEM BIAYAAN PERBANKAN KE
SEKTOR UM KM
dalam
kew irausahaan.
Dengan
pemahaman atas permasalahan
Sejalan dengan kondusifnya makro
di atas, akan dapat ditengarai
perbankan
dalam
memandang
UM KM dalam beberapa tahun
berbagai problem dalam UM KM
dalam tingkatan yang berbeda,
sehingga
solusi
dan
penanganannya pun seharusnya
berbeda pula.
Sementara
itu,
tentang
dilakukan
profil
oleh
terdapat
permasalahan
dari
hasil
survei
UM KM
yang
Bank Indonesia,
maupun
kendala UM KM yang dilihat dari
perspektif
UM KM
itu
sendiri
maupun dari perbankan. Dari sisi
UM KM beberapa variabel penting
yang masih rendah kinerjanya antara
lain:
?
?
kemudahan
UM KM
memperoleh ijin;
dalam
?
kemampuan
untuk
?
mengelola keuangan;
ketepatan w aktu
dan jumlah
UM KM
perolehan kredit dan;
ekonomi dan perubahan paradigma
belakangan
ini
kita
mencermati
adanya perubahan perilaku bisnis
perbankan yang lebih mengarah
pada segmen UM KM . Kondisi ini
sangat berbeda dengan era masa
lalu di mana orientasi penyaluran
kredit
perbankan
terlalu
memusatkan pada korporasi yang
dianggap
lebih
memberikan
keuntungan besar secara ekonomis.
Sedangkan sektor UM KM kerap kali
mengalami
hambatan
dalam
memperoleh akses dana dan sering
dibiayai melalui program pemerintah
yang cenderung bersifat subsidi atau
sumber dana relatif murah dari para
donor. Dalam perkembangannya,
penyaluran kredit UM KM semakin
lama
semakin
dengan
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
31
meningkat
meningkatnya
sejalan
portofolio
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
perbankan untuk pemberian kredit
kredit
UM KM .
menunjukkan
Perkembangan kredit UM KM yang
bersumber
dari
kredit
bank,
konsumsi
tersebut
bahw a
juga
penyaluran
kredit UM KM ke sektor usaha yang
produktif masih perlu ditingkatkan.
menunjukkan baki debet pada akhir
Berdasarkan uraian di atas dapat
Juni 2007 telah mencapai Rp.
462,12 trilyun atau 52,5% kredit
disimpulkan
bahw a
penyediaan
kredit perbankan untuk mendukung
perbankan dengan komposisi:
pengembangan UM KM sebenarnya
?
usaha mikro sebesar Rp. 186,52
trilyun atau 40,4% ;
sudah cukup besar, karena telah
mencapai separuh dari alokasi total
?
usaha kecil sebesar Rp. 131,95
kredit
?
trilyun atau 28,6% ;
usaha menengah sebesar Rp.
sebaiknya diterapkan perbankan di
masa
mendatang
harus lebih
143,69 trilyun atau 31,1% .
ekspansif untuk menggali potensi
Secara
keseluruhan
terdapat
pertumbuhan sebesar 18,4% bila
dibandingkan dengan posisi yang
sama pada tahun 2006 yaitu Rp.
427,99 trilyun. Sementara net NPLs
kredit
UM KM
3,19%
dan
total
kredit perbankan sebesar 2,61% .
Sementara itu hingga Juni 2007 nett
ekspansi
kredit
perbankan
yang
disalurkan ke sektor UM KM sebesar
Rp. 34,2 trilyun atau 48,1% dari
total business plan tahun 2007 telah
mencapai lebih dari 19,1 juta
rekening dibandingkan pada Juni
2006 yang berjumlah 18,2 juta.
untuk kredit konsumsi dimana per
Juni 2007 adalah sebesar 66,7% ,
yang diikuti oleh kredit modal kerja
sebesar 22% dan kredit investasi
sebesar 11,3% . Besarnya prosentase
Strategi
yang
dan kemajuan sektor UM KM , untuk
menunjukkan keyakinan perbankan
bahw a pasar pembiayaan di sektor
ini
masih
belum
menjanjikan.
jenuh
dan
Apabila kita cermati, penetrasi bankbank kepada sektor UM KM tersebut
bukan hanya sekedar mengikuti
trend , melainkan suatu strategi yang
mendasari keputusan bisnis yang
mengukuhkan
bahw a
UM KM
merupakan sektor yang prospektif
sehingga layak untuk dibiayai dan
menguntungkan.
III.
KEBIJAKAN
BANK
INDONESIA
DALAM
PEM BERDAYAAN UM KM
Berdasarkan
jenis
penggunaan
kredit,
prosentase
terbesar
penggunaan kredit UM KM adalah
perbankan.
Dengan diberlakukannya UU Nomor
23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 3 Tahun 2004,
kebijakan Bank Indonesia dalam
membantu pengembangan UM KM
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
32
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
mengalami
perubahan paradigma
sebagian kreditnya kepada usaha
yang cukup mendasar karena BI
kecil; PBI Nomor 6/25/PBI/2004 dan
tidak
dapat
lagi
bantuan keuangan
SE
Nomor
6/44/DPNP
perihal
Rencana Bisnis Bank Umum Dalam
Likuiditas
(KLBI)
Penyaluran Kredit UM KM , sehingga
sehingga peranan Bank Indonesia
dalam
pengembangan
UM KM
diketahui komitmen bank dalam
menyalurkan kredit UM KM ; dan SE
berubah menjadi tidak langsung.
nomor
Pendekatan yang digunakan kepada
UM KM bergeser dari development
perhitungan
aktiva
tertimbang
menurut risiko (ATM R) bobot risiko
role
Bank
memberikan
atau Kredit
Indonesia
menjadi
promotional
role.
Pendekatan
yang
memberikan
subsidi kredit dan bunga murah
sudah bergeser kepada pendekatan
yang lebih menitikberatkan pada
kegiatan pelatihan kepada petugas
bank,
penelitian
dan
penyediaan
informasi.
dimana
dalam
untuk KUK dikenakan sebesar 85% .
Dari sisi demand , kebijakan Bank
Indonesia lebih difokuskan pada
penguatan
lembaga
pendamping
UM KM melalui peningkatan capacity
building dalam bentuk pelatihan dan
kegiatan penelitian yang menunjang
pemberian kredit kepada UM KM .
Dengan kondisi seperti itu, Bank
Indonesia masih tetap memberikan
dukungan, namun kebijakan BI baik
dari sisi supply maupun sisi demand
lebih
8/3/DPNP,
difokuskan
dalam
rangka
Beberapa
yang
dilakukan
antara lain:
a. pelatihan-pelatihan
lembaga pendamping
dalam
mendorong
peningkatan
fungsi
intermediasi perbankan serta untuk
rangka
kepada
UM KM ,
meningkatkan
kemampuan kredit UM KM . Pada
periode Januari-Juni 2007, Bank
mendukung sistem perbankan yang
Indonesia
sehat. Dari sisi supply, Bank
Indonesia mengeluarkan berbagai
telah
memberikan
pelatihan kepada 819
pendamping
UM KM
kebijakan perbankan sehingga dapat
meningkatkan
pemberian
kepada
UM KM
namun
upaya
orang
atau
konsultan keuangan mitra bank
kredit
tetap
(KKM B) dengan jumlah kredit
yang
berhasil
dihubungkan
prudent .
dengan bank mencapai lebih dari
Kebijakan tersebut
antara lain
dengan mengeluarkan Peraturan
Bank
Indonesia
(PBI)
bank
miliar
untuk
2.582
Nomor
3/2/PBI/2001 tentang Pemberian
Kredit
Usaha
Kecil
yang
menganjurkan
Rp. 155
UM KM ;
b. Pendirian Pusat Pengembangan
memberikan
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
Pendamping
UKM
(P3UKM ),
sebagai pilot project di Bandung.
33
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
P3UKM
antara
bertugas
juga dalam rangka penyediaan
dan
informasi yang berguna dalam
akreditasi pendamping UKM .
Pada bulan Juli 2007 lembaga
rangka pengembangan UM KM .
Penelitian tersebut disesuaikan
sejenis
dengan
melakukan
lain
pelatihan
telah
didirikan
di
kebutuhan
Kalimantan Selatan dan pada
bulan September ini lembaga
pengembangan UM KM serta
untuk menggali potensi sektor
sejenis
UM KM di tiap-tiap
direncanakan
juga
didirikan di Sulaw esi Selatan;
Indonesia.
Dalam
meningkatkan
peran
c. Pengembangan Sistem Informasi
ekonomi, pada tahun 2005 Bank
Indonesia telah melakukan survei
Kecil (SIPUK) sebagai sarana
untuk lebih menyebarluaskan
untuk
secara cepat hasil-hasil penelitian
UM KM
Economic
Pembiayaan/
Usaha Kecil
Penunjang
model
Sistem
Keputusan
Untuk
diakses melalui
rangka
untuk
penelitian
berbagai
kajian
dan
implementasi pilot
project klaster
UM KM .
IV.
pengembangan
PENUTUP
Peranan Bank Indonesia dalam
pengembangan UM KM mengalami
dalam
memberikan informasi
mendukung
pengembangan
dari
website Bank
Indonesia di w w w .bi.go.id.
d. Berbagai
ditinjau
daerah
dalam
rangka
pengembangan UM KM serta
Invest asi (SPKUI); dan Sist em
Informasi Prosedur Memperoleh
Kredit (SIPM K). SIPUK ini dapat
potensi
dan
yang dihadapi
identifikasi peraturan pusat dan
Informasi Pola
lending
(SILM UK),
gambaran
aspek. Pada tahun 2007, Bank
Indonesia
melakukan
kajian
Survey (SIB), Sistem Informasi
Agroindustri Berorientasi Ekspor
(SIABE), Sistem
memperoleh
mengenai
permasalahan
dan berbagai informasi lainnya.
SIPUK
terdiri
dari
Sistem
Baseline
upaya
UM KM
untuk mendorong pertumbuhan
Terpadu Pengembangan Usaha
Informasi
daerah di
UM KM .
Kegiatan penelitian terutama
diarahkan untuk mendukung
penetapan arah dan kebijakan
Bank Indonesia dalam rangka
pemberian bantuan teknis dan
perubahan
paradigma,
namun
bukan berarti kebijakan dan strategi
untuk mendukung UM KM menjadi
berkurang tetapi disesuaikan dengan
perundang-undangan baru yang
berlaku. Untuk itulah, kebijakan
Bank
Indonesia
dalam
pengembangan dan pemberdayaan
UM KM
adalah
dalam
rangka
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
34
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
mendorong
peningkatan
fungsi
intermediasi perbankan serta untuk
mendukung sistem perbankan yang
sehat, sehingga dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional.
Dukungan Bank Indonesia melalui
kebijakan yang bersifat demand side
maupun supply side bertujuan untuk
lebih meningkatkan upaya-upaya
akses UM KM kepada perbankan
melalui mekanisme hubungan bisnis
yang
saling
menguntungkan
sehingga dapat berkesinambungan.
Upaya-upaya ini diharapkan dapat
membangun sinergi, karena pada
dasarnya bank dan UM KM saling
membutuhkan
sehingga
mampu
menjembatani gap antara aspek
kehati-hatian yang diterapkan dalam
operasi perbankan dengan UM KM
yang
potensial
bankable.
namun
belum
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
35
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
USAHA M IKRO, KECIL DAN M ENENGAH (UM KM ) * )
Oleh : Andang Setyobudi, SE * * )
I. PENDAHULUAN
M embangun
ekonomi
Indonesia
tidak bisa dilepaskan dari peranan
Pemerintah, lembaga-lembaga di
sektor keuangan dan pelaku-pelaku
usaha. Pemerintah sebagai pembuat
bahw a eksistensi
dominan
dalam
UM KM cukup
perekonomian
Indonesia, yaitu:
a. Pertama, jumlah industri yang
besar dan terdapat dalam setiap
dan pengatur kebijakan diharapkan
dapat
memberikan iklim
yang
sektor
ekonomi.
Pada
tahun
kondusif bagi dunia usaha, sehingga
2005 tercatat jumlah UM KM
adalah 44,69 unit atau 99,9%
lembaga keuangan baik perbankan
maupun bukan perbankan serta
dari jumlah total unit usaha 1.
pelaku usaha di lapangan mampu
b. Kedua , potensinya yang besar
dalam penyerapan tenaga kerja.
memanfaatkan
melaksanakan
kebijakan
kegiatan
dan
usaha
Setiap unit investasi pada sektor
UM KM dapat menciptakan lebih
banyak kesempatan kerja bila
dengan lancar, yang pada akhirnya
dapat
mendorong
percepatan
pembangunan ekonomi.
Salah
satu
pelaku
usaha
dibandingkan dengan investasi
yang sama pada usaha besar.
Sektor UM KM menyerap 77,68
yang
memiliki eksistensi penting namun
kadang
dianggap
“ terlupakan”
dalam
percaturan
kebijakan
juta tenaga kerja atau 96,77%
dari total angkatan kerja yang
bekerja.
di
negeri ini adalah Usaha M ikro, Kecil
dan M enengah (UM KM ). Padahal
c.
jika kita mengenal lebih jauh dan
dalam, peran UM KM
sekedar
pendukung
bukanlah
dalam
Ketiga, kontribusi UM KM dalam
pembentukan
PDB
cukup
signifikan yakni sebesar 54,22%
dari total PDB.
kontribusi ekonomi nasional.
UM KM
nasional
penting
dalam
memiliki
dan
perekonomian
peran
yang
strategis.
Kondisi
tersebut dapat dilihat dari berbagai
data empiris yang mendukung
*)
M akalah disampaikan dalam Seminar
tentang
Perda dan UM KM pada 29
M aret 2007 di Bank Indonesia.
* * ) Analis M adya Senior, Biro Kredit -Bank
Indonesia.
1
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Kementrian Koperasi dan UM K pada
tahun 2005.
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
29
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
Perkembangan
setelah
kinerja
krisis
perbankan
ekonomi
serta
membaiknya
country
rating
Indonesia sangat menunjang bagi
peningkatan
fungsi
intermediasi
perbankan, baik kepada korporasi
maupun UM KM . Hal ini ditunjukkan
dengan kenaikan penyaluran kredit
pada kedua sektor tersebut dari
w aktu ke w aktu. Selain itu dengan
memperhatikan kuatnya daya tahan
UM KM dalam menghadapi krisis
ekonomi
telah
menarik
minat
perbankan
untuk
meningkatkan
pembiayaannya bagi UM KM .
banyak
menyangkut
hajat
hidup
orang banyak.
M emahami permasalahan UM KM ,
agar dapat meneropong dengan
lebih jelas, kita harus melihat banyak
dimensi dengan perspektif yang
lebih luas. UM KM dapat dilihat dari
berbagai aspek antara lain aspek
pemasaran, produksi, SDM dan
manajerial, legalitas, keuangan dan
permodalan, ketenagakerjaan
aspek
lainnya.
tersebut selalu
upaya
Seluruh
berkaitan
pengembangan
dan
aspek
dalam
UM KM .
dan
M eskipun dari berbagai kajian dan
kondisi
di
lapangan,
aspek
pemberdayaan UM KM akan selalu
pemasaran, SDM dan permodalan
melibatkan peran pemerintah, Bank
Indonesia dan lembaga-lembaga
atau pembiayaan sering menjadi isu
terpenting
dalam
permasalahan
lainnya
yang dihadapi UM KM .
Kebijakan
pengembangan
yang
peduli
UM KM .
Sebagaimana dikemukakan oleh
M enteri Negara Koperasi dan UKM
Kategori Permasalahan UM KM :
bahw a
1. Permasalahan yang bersifat klasik
banyak
departeman
dan
kementrian yang memiliki program
yang terkait dengan pengembangan
dan
pada
UM KM
(basic problems), antara lain
berupa permasalahan modal,
UM KM , BUM N-BUM N yang memiliki
program “ community development ”
untuk UM KM , LSM -LSM , lembaga
bentuk
badan
umumnya non
pengembangan
asing dan donor yang memberikan
perhatian demikian banyak kepada
UM KM . Namun
demikian
jika
mendasar
hukum
yang
formal, SDM ,
produk
dan
akses pemasaran;
UM KM masih juga belum banyak
2. Permasalahan lanjutan (advanced
problems),
antara
lain
berkembang dan dianggap masih
jauh dari harapan, maka diperlukan
pengenalan dan penetrasi pasar
kebijakan
yang
lebih
kondusif,
koordinatif dan integrated dalam
membenahi sektor yang paling
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
ekspor yang belum optimal,
kurangnya pemahaman terhadap
desain
yang
sesuai
dengan
karakter
permasalahan
hukum
pasar,
yang
30
produk
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
menyangkut hak paten, prosedur
kontrak
penjualan
serta
peraturan yang berlaku di negara
tujuan ekspor;
3. Permasalahan
antara
tenaga kerja yang trampil.
Sedangkan
dari
sisi
perbankan,
variabel-variabel
UM KM
yang
berkinerja rendah di antaranya
adalah:
(intermediate problems), yaitu
permasalahan dari instansi terkait
?
kemampuan
keuangan;
untuk
?
?
?
kapabilitas pemasaran;
menyelesaikan
masalah
dasar agar mampu menghadapi
persoalan lanjutan secara lebih
baik.
Permasalahan
tersebut
antara lain dalam hal manajemen
keuangan,
agunan
dan
keterbatasan
pengelolaan
ketrampilan tenaga kerja;
kontrol kualitas dalam produksi.
II. PEM BIAYAAN PERBANKAN KE
SEKTOR UM KM
dalam
kew irausahaan.
Dengan
pemahaman atas permasalahan
Sejalan dengan kondusifnya makro
di atas, akan dapat ditengarai
perbankan
dalam
memandang
UM KM dalam beberapa tahun
berbagai problem dalam UM KM
dalam tingkatan yang berbeda,
sehingga
solusi
dan
penanganannya pun seharusnya
berbeda pula.
Sementara
itu,
tentang
dilakukan
profil
oleh
terdapat
permasalahan
dari
hasil
survei
UM KM
yang
Bank Indonesia,
maupun
kendala UM KM yang dilihat dari
perspektif
UM KM
itu
sendiri
maupun dari perbankan. Dari sisi
UM KM beberapa variabel penting
yang masih rendah kinerjanya antara
lain:
?
?
kemudahan
UM KM
memperoleh ijin;
dalam
?
kemampuan
untuk
?
mengelola keuangan;
ketepatan w aktu
dan jumlah
UM KM
perolehan kredit dan;
ekonomi dan perubahan paradigma
belakangan
ini
kita
mencermati
adanya perubahan perilaku bisnis
perbankan yang lebih mengarah
pada segmen UM KM . Kondisi ini
sangat berbeda dengan era masa
lalu di mana orientasi penyaluran
kredit
perbankan
terlalu
memusatkan pada korporasi yang
dianggap
lebih
memberikan
keuntungan besar secara ekonomis.
Sedangkan sektor UM KM kerap kali
mengalami
hambatan
dalam
memperoleh akses dana dan sering
dibiayai melalui program pemerintah
yang cenderung bersifat subsidi atau
sumber dana relatif murah dari para
donor. Dalam perkembangannya,
penyaluran kredit UM KM semakin
lama
semakin
dengan
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
31
meningkat
meningkatnya
sejalan
portofolio
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
perbankan untuk pemberian kredit
kredit
UM KM .
menunjukkan
Perkembangan kredit UM KM yang
bersumber
dari
kredit
bank,
konsumsi
tersebut
bahw a
juga
penyaluran
kredit UM KM ke sektor usaha yang
produktif masih perlu ditingkatkan.
menunjukkan baki debet pada akhir
Berdasarkan uraian di atas dapat
Juni 2007 telah mencapai Rp.
462,12 trilyun atau 52,5% kredit
disimpulkan
bahw a
penyediaan
kredit perbankan untuk mendukung
perbankan dengan komposisi:
pengembangan UM KM sebenarnya
?
usaha mikro sebesar Rp. 186,52
trilyun atau 40,4% ;
sudah cukup besar, karena telah
mencapai separuh dari alokasi total
?
usaha kecil sebesar Rp. 131,95
kredit
?
trilyun atau 28,6% ;
usaha menengah sebesar Rp.
sebaiknya diterapkan perbankan di
masa
mendatang
harus lebih
143,69 trilyun atau 31,1% .
ekspansif untuk menggali potensi
Secara
keseluruhan
terdapat
pertumbuhan sebesar 18,4% bila
dibandingkan dengan posisi yang
sama pada tahun 2006 yaitu Rp.
427,99 trilyun. Sementara net NPLs
kredit
UM KM
3,19%
dan
total
kredit perbankan sebesar 2,61% .
Sementara itu hingga Juni 2007 nett
ekspansi
kredit
perbankan
yang
disalurkan ke sektor UM KM sebesar
Rp. 34,2 trilyun atau 48,1% dari
total business plan tahun 2007 telah
mencapai lebih dari 19,1 juta
rekening dibandingkan pada Juni
2006 yang berjumlah 18,2 juta.
untuk kredit konsumsi dimana per
Juni 2007 adalah sebesar 66,7% ,
yang diikuti oleh kredit modal kerja
sebesar 22% dan kredit investasi
sebesar 11,3% . Besarnya prosentase
Strategi
yang
dan kemajuan sektor UM KM , untuk
menunjukkan keyakinan perbankan
bahw a pasar pembiayaan di sektor
ini
masih
belum
menjanjikan.
jenuh
dan
Apabila kita cermati, penetrasi bankbank kepada sektor UM KM tersebut
bukan hanya sekedar mengikuti
trend , melainkan suatu strategi yang
mendasari keputusan bisnis yang
mengukuhkan
bahw a
UM KM
merupakan sektor yang prospektif
sehingga layak untuk dibiayai dan
menguntungkan.
III.
KEBIJAKAN
BANK
INDONESIA
DALAM
PEM BERDAYAAN UM KM
Berdasarkan
jenis
penggunaan
kredit,
prosentase
terbesar
penggunaan kredit UM KM adalah
perbankan.
Dengan diberlakukannya UU Nomor
23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 3 Tahun 2004,
kebijakan Bank Indonesia dalam
membantu pengembangan UM KM
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
32
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
mengalami
perubahan paradigma
sebagian kreditnya kepada usaha
yang cukup mendasar karena BI
kecil; PBI Nomor 6/25/PBI/2004 dan
tidak
dapat
lagi
bantuan keuangan
SE
Nomor
6/44/DPNP
perihal
Rencana Bisnis Bank Umum Dalam
Likuiditas
(KLBI)
Penyaluran Kredit UM KM , sehingga
sehingga peranan Bank Indonesia
dalam
pengembangan
UM KM
diketahui komitmen bank dalam
menyalurkan kredit UM KM ; dan SE
berubah menjadi tidak langsung.
nomor
Pendekatan yang digunakan kepada
UM KM bergeser dari development
perhitungan
aktiva
tertimbang
menurut risiko (ATM R) bobot risiko
role
Bank
memberikan
atau Kredit
Indonesia
menjadi
promotional
role.
Pendekatan
yang
memberikan
subsidi kredit dan bunga murah
sudah bergeser kepada pendekatan
yang lebih menitikberatkan pada
kegiatan pelatihan kepada petugas
bank,
penelitian
dan
penyediaan
informasi.
dimana
dalam
untuk KUK dikenakan sebesar 85% .
Dari sisi demand , kebijakan Bank
Indonesia lebih difokuskan pada
penguatan
lembaga
pendamping
UM KM melalui peningkatan capacity
building dalam bentuk pelatihan dan
kegiatan penelitian yang menunjang
pemberian kredit kepada UM KM .
Dengan kondisi seperti itu, Bank
Indonesia masih tetap memberikan
dukungan, namun kebijakan BI baik
dari sisi supply maupun sisi demand
lebih
8/3/DPNP,
difokuskan
dalam
rangka
Beberapa
yang
dilakukan
antara lain:
a. pelatihan-pelatihan
lembaga pendamping
dalam
mendorong
peningkatan
fungsi
intermediasi perbankan serta untuk
rangka
kepada
UM KM ,
meningkatkan
kemampuan kredit UM KM . Pada
periode Januari-Juni 2007, Bank
mendukung sistem perbankan yang
Indonesia
sehat. Dari sisi supply, Bank
Indonesia mengeluarkan berbagai
telah
memberikan
pelatihan kepada 819
pendamping
UM KM
kebijakan perbankan sehingga dapat
meningkatkan
pemberian
kepada
UM KM
namun
upaya
orang
atau
konsultan keuangan mitra bank
kredit
tetap
(KKM B) dengan jumlah kredit
yang
berhasil
dihubungkan
prudent .
dengan bank mencapai lebih dari
Kebijakan tersebut
antara lain
dengan mengeluarkan Peraturan
Bank
Indonesia
(PBI)
bank
miliar
untuk
2.582
Nomor
3/2/PBI/2001 tentang Pemberian
Kredit
Usaha
Kecil
yang
menganjurkan
Rp. 155
UM KM ;
b. Pendirian Pusat Pengembangan
memberikan
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
Pendamping
UKM
(P3UKM ),
sebagai pilot project di Bandung.
33
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
P3UKM
antara
bertugas
juga dalam rangka penyediaan
dan
informasi yang berguna dalam
akreditasi pendamping UKM .
Pada bulan Juli 2007 lembaga
rangka pengembangan UM KM .
Penelitian tersebut disesuaikan
sejenis
dengan
melakukan
lain
pelatihan
telah
didirikan
di
kebutuhan
Kalimantan Selatan dan pada
bulan September ini lembaga
pengembangan UM KM serta
untuk menggali potensi sektor
sejenis
UM KM di tiap-tiap
direncanakan
juga
didirikan di Sulaw esi Selatan;
Indonesia.
Dalam
meningkatkan
peran
c. Pengembangan Sistem Informasi
ekonomi, pada tahun 2005 Bank
Indonesia telah melakukan survei
Kecil (SIPUK) sebagai sarana
untuk lebih menyebarluaskan
untuk
secara cepat hasil-hasil penelitian
UM KM
Economic
Pembiayaan/
Usaha Kecil
Penunjang
model
Sistem
Keputusan
Untuk
diakses melalui
rangka
untuk
penelitian
berbagai
kajian
dan
implementasi pilot
project klaster
UM KM .
IV.
pengembangan
PENUTUP
Peranan Bank Indonesia dalam
pengembangan UM KM mengalami
dalam
memberikan informasi
mendukung
pengembangan
dari
website Bank
Indonesia di w w w .bi.go.id.
d. Berbagai
ditinjau
daerah
dalam
rangka
pengembangan UM KM serta
Invest asi (SPKUI); dan Sist em
Informasi Prosedur Memperoleh
Kredit (SIPM K). SIPUK ini dapat
potensi
dan
yang dihadapi
identifikasi peraturan pusat dan
Informasi Pola
lending
(SILM UK),
gambaran
aspek. Pada tahun 2007, Bank
Indonesia
melakukan
kajian
Survey (SIB), Sistem Informasi
Agroindustri Berorientasi Ekspor
(SIABE), Sistem
memperoleh
mengenai
permasalahan
dan berbagai informasi lainnya.
SIPUK
terdiri
dari
Sistem
Baseline
upaya
UM KM
untuk mendorong pertumbuhan
Terpadu Pengembangan Usaha
Informasi
daerah di
UM KM .
Kegiatan penelitian terutama
diarahkan untuk mendukung
penetapan arah dan kebijakan
Bank Indonesia dalam rangka
pemberian bantuan teknis dan
perubahan
paradigma,
namun
bukan berarti kebijakan dan strategi
untuk mendukung UM KM menjadi
berkurang tetapi disesuaikan dengan
perundang-undangan baru yang
berlaku. Untuk itulah, kebijakan
Bank
Indonesia
dalam
pengembangan dan pemberdayaan
UM KM
adalah
dalam
rangka
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
34
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007
mendorong
peningkatan
fungsi
intermediasi perbankan serta untuk
mendukung sistem perbankan yang
sehat, sehingga dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional.
Dukungan Bank Indonesia melalui
kebijakan yang bersifat demand side
maupun supply side bertujuan untuk
lebih meningkatkan upaya-upaya
akses UM KM kepada perbankan
melalui mekanisme hubungan bisnis
yang
saling
menguntungkan
sehingga dapat berkesinambungan.
Upaya-upaya ini diharapkan dapat
membangun sinergi, karena pada
dasarnya bank dan UM KM saling
membutuhkan
sehingga
mampu
menjembatani gap antara aspek
kehati-hatian yang diterapkan dalam
operasi perbankan dengan UM KM
yang
potensial
bankable.
namun
belum
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
35
Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007