PeranSertaBIdlmPengembUMKMAndangSetyobudiSE.

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEM BANGAN
USAHA M IKRO, KECIL DAN M ENENGAH (UM KM ) * )
Oleh : Andang Setyobudi, SE * * )

I. PENDAHULUAN
M embangun

ekonomi

Indonesia

tidak bisa dilepaskan dari peranan
Pemerintah, lembaga-lembaga di
sektor keuangan dan pelaku-pelaku
usaha. Pemerintah sebagai pembuat

bahw a eksistensi
dominan
dalam

UM KM cukup

perekonomian

Indonesia, yaitu:
a. Pertama, jumlah industri yang
besar dan terdapat dalam setiap

dan pengatur kebijakan diharapkan
dapat
memberikan iklim
yang

sektor

ekonomi.

Pada

tahun

kondusif bagi dunia usaha, sehingga


2005 tercatat jumlah UM KM
adalah 44,69 unit atau 99,9%

lembaga keuangan baik perbankan
maupun bukan perbankan serta

dari jumlah total unit usaha 1.

pelaku usaha di lapangan mampu

b. Kedua , potensinya yang besar
dalam penyerapan tenaga kerja.

memanfaatkan
melaksanakan

kebijakan
kegiatan


dan
usaha

Setiap unit investasi pada sektor
UM KM dapat menciptakan lebih
banyak kesempatan kerja bila

dengan lancar, yang pada akhirnya
dapat
mendorong
percepatan
pembangunan ekonomi.
Salah

satu

pelaku

usaha


dibandingkan dengan investasi
yang sama pada usaha besar.
Sektor UM KM menyerap 77,68

yang

memiliki eksistensi penting namun
kadang
dianggap
“ terlupakan”
dalam

percaturan

kebijakan

juta tenaga kerja atau 96,77%
dari total angkatan kerja yang
bekerja.


di

negeri ini adalah Usaha M ikro, Kecil
dan M enengah (UM KM ). Padahal

c.

jika kita mengenal lebih jauh dan
dalam, peran UM KM
sekedar
pendukung

bukanlah
dalam

Ketiga, kontribusi UM KM dalam
pembentukan
PDB
cukup
signifikan yakni sebesar 54,22%

dari total PDB.

kontribusi ekonomi nasional.
UM KM
nasional
penting

dalam
memiliki
dan

perekonomian
peran
yang

strategis.

Kondisi

tersebut dapat dilihat dari berbagai

data empiris yang mendukung

*)

M akalah disampaikan dalam Seminar
tentang
Perda dan UM KM pada 29
M aret 2007 di Bank Indonesia.
* * ) Analis M adya Senior, Biro Kredit -Bank
Indonesia.
1
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Kementrian Koperasi dan UM K pada
tahun 2005.

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN

29

Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007


Perkembangan
setelah

kinerja

krisis

perbankan

ekonomi

serta

membaiknya
country
rating
Indonesia sangat menunjang bagi
peningkatan


fungsi

intermediasi

perbankan, baik kepada korporasi
maupun UM KM . Hal ini ditunjukkan
dengan kenaikan penyaluran kredit
pada kedua sektor tersebut dari
w aktu ke w aktu. Selain itu dengan
memperhatikan kuatnya daya tahan
UM KM dalam menghadapi krisis
ekonomi
telah
menarik
minat
perbankan

untuk

meningkatkan


pembiayaannya bagi UM KM .

banyak

menyangkut

hajat

hidup

orang banyak.
M emahami permasalahan UM KM ,
agar dapat meneropong dengan
lebih jelas, kita harus melihat banyak
dimensi dengan perspektif yang
lebih luas. UM KM dapat dilihat dari
berbagai aspek antara lain aspek
pemasaran, produksi, SDM dan
manajerial, legalitas, keuangan dan

permodalan, ketenagakerjaan
aspek
lainnya.
tersebut selalu
upaya

Seluruh
berkaitan

pengembangan

dan

aspek
dalam
UM KM .

dan

M eskipun dari berbagai kajian dan
kondisi
di
lapangan,
aspek

pemberdayaan UM KM akan selalu

pemasaran, SDM dan permodalan

melibatkan peran pemerintah, Bank
Indonesia dan lembaga-lembaga

atau pembiayaan sering menjadi isu
terpenting
dalam
permasalahan

lainnya

yang dihadapi UM KM .

Kebijakan

pengembangan

yang

peduli

UM KM .

Sebagaimana dikemukakan oleh
M enteri Negara Koperasi dan UKM

Kategori Permasalahan UM KM :

bahw a

1. Permasalahan yang bersifat klasik

banyak

departeman

dan

kementrian yang memiliki program
yang terkait dengan pengembangan

dan

pada

UM KM

(basic problems), antara lain
berupa permasalahan modal,

UM KM , BUM N-BUM N yang memiliki
program “ community development ”
untuk UM KM , LSM -LSM , lembaga

bentuk

badan

umumnya non
pengembangan

asing dan donor yang memberikan
perhatian demikian banyak kepada
UM KM . Namun
demikian
jika

mendasar

hukum

yang

formal, SDM ,
produk
dan

akses pemasaran;

UM KM masih juga belum banyak

2. Permasalahan lanjutan (advanced
problems),
antara
lain

berkembang dan dianggap masih
jauh dari harapan, maka diperlukan

pengenalan dan penetrasi pasar

kebijakan

yang

lebih

kondusif,

koordinatif dan integrated dalam
membenahi sektor yang paling

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN

ekspor yang belum optimal,
kurangnya pemahaman terhadap
desain

yang

sesuai

dengan
karakter
permasalahan
hukum

pasar,
yang

30

produk

Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007

menyangkut hak paten, prosedur
kontrak

penjualan

serta

peraturan yang berlaku di negara
tujuan ekspor;
3. Permasalahan

antara

tenaga kerja yang trampil.

Sedangkan

dari

sisi

perbankan,

variabel-variabel
UM KM
yang
berkinerja rendah di antaranya
adalah:

(intermediate problems), yaitu
permasalahan dari instansi terkait

?

kemampuan
keuangan;

untuk

?
?
?

kapabilitas pemasaran;

menyelesaikan

masalah

dasar agar mampu menghadapi
persoalan lanjutan secara lebih
baik.

Permasalahan

tersebut

antara lain dalam hal manajemen
keuangan,
agunan
dan
keterbatasan

pengelolaan

ketrampilan tenaga kerja;
kontrol kualitas dalam produksi.

II. PEM BIAYAAN PERBANKAN KE
SEKTOR UM KM

dalam

kew irausahaan.
Dengan
pemahaman atas permasalahan

Sejalan dengan kondusifnya makro

di atas, akan dapat ditengarai

perbankan
dalam
memandang
UM KM dalam beberapa tahun

berbagai problem dalam UM KM
dalam tingkatan yang berbeda,
sehingga

solusi

dan

penanganannya pun seharusnya
berbeda pula.
Sementara

itu,

tentang
dilakukan

profil
oleh

terdapat

permasalahan

dari

hasil

survei

UM KM
yang
Bank Indonesia,
maupun

kendala UM KM yang dilihat dari
perspektif
UM KM
itu
sendiri
maupun dari perbankan. Dari sisi
UM KM beberapa variabel penting
yang masih rendah kinerjanya antara
lain:

?

?

kemudahan
UM KM
memperoleh ijin;

dalam

?

kemampuan

untuk

?

mengelola keuangan;
ketepatan w aktu
dan jumlah

UM KM

perolehan kredit dan;

ekonomi dan perubahan paradigma

belakangan

ini

kita

mencermati

adanya perubahan perilaku bisnis
perbankan yang lebih mengarah
pada segmen UM KM . Kondisi ini
sangat berbeda dengan era masa
lalu di mana orientasi penyaluran
kredit

perbankan

terlalu

memusatkan pada korporasi yang
dianggap
lebih
memberikan
keuntungan besar secara ekonomis.
Sedangkan sektor UM KM kerap kali
mengalami
hambatan
dalam
memperoleh akses dana dan sering
dibiayai melalui program pemerintah
yang cenderung bersifat subsidi atau
sumber dana relatif murah dari para
donor. Dalam perkembangannya,
penyaluran kredit UM KM semakin
lama

semakin

dengan

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN

31

meningkat

meningkatnya

sejalan

portofolio

Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007

perbankan untuk pemberian kredit

kredit

UM KM .

menunjukkan

Perkembangan kredit UM KM yang
bersumber
dari
kredit
bank,

konsumsi

tersebut

bahw a

juga

penyaluran

kredit UM KM ke sektor usaha yang
produktif masih perlu ditingkatkan.

menunjukkan baki debet pada akhir

Berdasarkan uraian di atas dapat

Juni 2007 telah mencapai Rp.
462,12 trilyun atau 52,5% kredit

disimpulkan
bahw a
penyediaan
kredit perbankan untuk mendukung

perbankan dengan komposisi:

pengembangan UM KM sebenarnya

?

usaha mikro sebesar Rp. 186,52
trilyun atau 40,4% ;

sudah cukup besar, karena telah
mencapai separuh dari alokasi total

?

usaha kecil sebesar Rp. 131,95

kredit

?

trilyun atau 28,6% ;
usaha menengah sebesar Rp.

sebaiknya diterapkan perbankan di
masa
mendatang
harus lebih

143,69 trilyun atau 31,1% .

ekspansif untuk menggali potensi

Secara
keseluruhan
terdapat
pertumbuhan sebesar 18,4% bila
dibandingkan dengan posisi yang
sama pada tahun 2006 yaitu Rp.
427,99 trilyun. Sementara net NPLs
kredit

UM KM

3,19%

dan

total

kredit perbankan sebesar 2,61% .
Sementara itu hingga Juni 2007 nett
ekspansi

kredit

perbankan

yang

disalurkan ke sektor UM KM sebesar
Rp. 34,2 trilyun atau 48,1% dari
total business plan tahun 2007 telah
mencapai lebih dari 19,1 juta
rekening dibandingkan pada Juni
2006 yang berjumlah 18,2 juta.

untuk kredit konsumsi dimana per
Juni 2007 adalah sebesar 66,7% ,
yang diikuti oleh kredit modal kerja
sebesar 22% dan kredit investasi
sebesar 11,3% . Besarnya prosentase

Strategi

yang

dan kemajuan sektor UM KM , untuk
menunjukkan keyakinan perbankan
bahw a pasar pembiayaan di sektor
ini
masih
belum
menjanjikan.

jenuh

dan

Apabila kita cermati, penetrasi bankbank kepada sektor UM KM tersebut
bukan hanya sekedar mengikuti
trend , melainkan suatu strategi yang

mendasari keputusan bisnis yang
mengukuhkan
bahw a
UM KM
merupakan sektor yang prospektif
sehingga layak untuk dibiayai dan
menguntungkan.

III.

KEBIJAKAN
BANK
INDONESIA
DALAM
PEM BERDAYAAN UM KM

Berdasarkan
jenis
penggunaan
kredit,
prosentase
terbesar
penggunaan kredit UM KM adalah

perbankan.

Dengan diberlakukannya UU Nomor
23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 3 Tahun 2004,
kebijakan Bank Indonesia dalam
membantu pengembangan UM KM

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN

32

Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007

mengalami

perubahan paradigma

sebagian kreditnya kepada usaha

yang cukup mendasar karena BI

kecil; PBI Nomor 6/25/PBI/2004 dan

tidak
dapat
lagi
bantuan keuangan

SE
Nomor
6/44/DPNP
perihal
Rencana Bisnis Bank Umum Dalam

Likuiditas

(KLBI)

Penyaluran Kredit UM KM , sehingga

sehingga peranan Bank Indonesia
dalam
pengembangan
UM KM

diketahui komitmen bank dalam
menyalurkan kredit UM KM ; dan SE

berubah menjadi tidak langsung.

nomor

Pendekatan yang digunakan kepada
UM KM bergeser dari development

perhitungan
aktiva
tertimbang
menurut risiko (ATM R) bobot risiko

role

Bank

memberikan
atau Kredit

Indonesia

menjadi

promotional

role.

Pendekatan
yang
memberikan
subsidi kredit dan bunga murah
sudah bergeser kepada pendekatan
yang lebih menitikberatkan pada
kegiatan pelatihan kepada petugas
bank,

penelitian

dan

penyediaan

informasi.

dimana

dalam

untuk KUK dikenakan sebesar 85% .
Dari sisi demand , kebijakan Bank
Indonesia lebih difokuskan pada
penguatan

lembaga

pendamping

UM KM melalui peningkatan capacity
building dalam bentuk pelatihan dan
kegiatan penelitian yang menunjang
pemberian kredit kepada UM KM .

Dengan kondisi seperti itu, Bank
Indonesia masih tetap memberikan
dukungan, namun kebijakan BI baik
dari sisi supply maupun sisi demand
lebih

8/3/DPNP,

difokuskan

dalam

rangka

Beberapa

yang

dilakukan

antara lain:
a. pelatihan-pelatihan
lembaga pendamping
dalam

mendorong
peningkatan
fungsi
intermediasi perbankan serta untuk

rangka

kepada
UM KM ,

meningkatkan

kemampuan kredit UM KM . Pada
periode Januari-Juni 2007, Bank

mendukung sistem perbankan yang

Indonesia

sehat. Dari sisi supply, Bank
Indonesia mengeluarkan berbagai

telah

memberikan

pelatihan kepada 819
pendamping
UM KM

kebijakan perbankan sehingga dapat
meningkatkan
pemberian
kepada
UM KM
namun

upaya

orang
atau

konsultan keuangan mitra bank

kredit
tetap

(KKM B) dengan jumlah kredit
yang
berhasil
dihubungkan

prudent .

dengan bank mencapai lebih dari
Kebijakan tersebut
antara lain
dengan mengeluarkan Peraturan
Bank

Indonesia

(PBI)

bank

miliar

untuk

2.582

Nomor

3/2/PBI/2001 tentang Pemberian
Kredit
Usaha
Kecil
yang
menganjurkan

Rp. 155
UM KM ;

b. Pendirian Pusat Pengembangan

memberikan

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN

Pendamping
UKM
(P3UKM ),
sebagai pilot project di Bandung.

33

Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007

P3UKM

antara

bertugas

juga dalam rangka penyediaan

dan

informasi yang berguna dalam

akreditasi pendamping UKM .
Pada bulan Juli 2007 lembaga

rangka pengembangan UM KM .
Penelitian tersebut disesuaikan

sejenis

dengan

melakukan

lain

pelatihan

telah

didirikan

di

kebutuhan

Kalimantan Selatan dan pada
bulan September ini lembaga

pengembangan UM KM serta
untuk menggali potensi sektor

sejenis

UM KM di tiap-tiap

direncanakan

juga

didirikan di Sulaw esi Selatan;

Indonesia.
Dalam
meningkatkan
peran

c. Pengembangan Sistem Informasi

ekonomi, pada tahun 2005 Bank
Indonesia telah melakukan survei

Kecil (SIPUK) sebagai sarana
untuk lebih menyebarluaskan

untuk

secara cepat hasil-hasil penelitian

UM KM

Economic

Pembiayaan/
Usaha Kecil

Penunjang

model
Sistem

Keputusan

Untuk

diakses melalui

rangka
untuk

penelitian

berbagai

kajian

dan

implementasi pilot

project klaster
UM KM .

IV.

pengembangan

PENUTUP

Peranan Bank Indonesia dalam
pengembangan UM KM mengalami
dalam

memberikan informasi
mendukung

pengembangan

dari

website Bank

Indonesia di w w w .bi.go.id.

d. Berbagai

ditinjau

daerah
dalam
rangka
pengembangan UM KM serta

Invest asi (SPKUI); dan Sist em
Informasi Prosedur Memperoleh
Kredit (SIPM K). SIPUK ini dapat

potensi
dan
yang dihadapi

identifikasi peraturan pusat dan

Informasi Pola

lending
(SILM UK),

gambaran

aspek. Pada tahun 2007, Bank
Indonesia
melakukan
kajian

Survey (SIB), Sistem Informasi
Agroindustri Berorientasi Ekspor
(SIABE), Sistem

memperoleh

mengenai
permasalahan

dan berbagai informasi lainnya.
SIPUK
terdiri
dari
Sistem
Baseline

upaya
UM KM

untuk mendorong pertumbuhan

Terpadu Pengembangan Usaha

Informasi

daerah di

UM KM .

Kegiatan penelitian terutama
diarahkan untuk mendukung
penetapan arah dan kebijakan
Bank Indonesia dalam rangka
pemberian bantuan teknis dan

perubahan

paradigma,

namun

bukan berarti kebijakan dan strategi
untuk mendukung UM KM menjadi
berkurang tetapi disesuaikan dengan
perundang-undangan baru yang
berlaku. Untuk itulah, kebijakan
Bank

Indonesia

dalam

pengembangan dan pemberdayaan
UM KM
adalah
dalam
rangka

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN

34

Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007

mendorong

peningkatan

fungsi

intermediasi perbankan serta untuk
mendukung sistem perbankan yang
sehat, sehingga dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional.
Dukungan Bank Indonesia melalui
kebijakan yang bersifat demand side
maupun supply side bertujuan untuk
lebih meningkatkan upaya-upaya
akses UM KM kepada perbankan
melalui mekanisme hubungan bisnis
yang
saling
menguntungkan
sehingga dapat berkesinambungan.
Upaya-upaya ini diharapkan dapat
membangun sinergi, karena pada
dasarnya bank dan UM KM saling
membutuhkan

sehingga

mampu

menjembatani gap antara aspek
kehati-hatian yang diterapkan dalam
operasi perbankan dengan UM KM
yang
potensial
bankable.

namun

belum

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN

35

Volum e 5, Nom or 2 , Agustus 2007

Dokumen yang terkait