KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012 disusun dalam rangka
memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, sebagai wujud pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan perencanaan strategis yang
telah ditetapkan. Dalam Road Map Reformasi Birokrasi, salah satu program reformasi
birokrasi adalah penguatan akuntabilitas kinerja dalam rangka peningkatan kinerja dan
akuntabilitas instansi pemerintah.
Laporan ini memuat pencapaian kinerja pelaksanaan program atau kegiatan sesuai
dengan tugas dan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan serta rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014. Pada laporan
akuntabilitas kinerja dijelaskan pencapaian keberhasilan atau kegagalan kinerja atas
pelaksanaan tugas dan kegiatan Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan sepanjang tahun 2012.
Keberhasilan yang diraih tidak terlepas dari kerja keras dan komitmen pagawai,
dukungan lintas program dan lintas sektor dari unit terkait. Semoga laporan akuntabilitas
kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi bahan
evaluasi kinerja organisasi selama satu tahun agar program dan kegiatan di masa
mendatang dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Jakarta, 31 Januari 2013
Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
SEKRETARIS,
Drs. H. Purwadi, Apt, MM, ME
NIP 195712171985021001
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
i
IKHTISAR EKSEKUTIF
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan
kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan luaran adalah meningkatnya dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah menyusun
penetapan kinerja tahun 2012 dengan tiga indikator kinerja yaitu: persentase dokumen
anggaran yang diselesaikan
sebesar 90%; persentase dukungan manajemen dan
pelaksanaan Program Kefarmasian di daerah dalam rangka dekonsentrasi sebesar 80%;
jumlah rancangan regulasi yang disusun sebesar 13 rancangan regulasi.
Dalam rangka pencapaian indikator, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan melakukan berbagai upaya kegiatan untuk dapat mencapai target. Hasil
yang dicapai pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:
SASARAN
Meningkatnya
dukungan
manajemen dan
pelaksanaan
tugas teknis
lainnya pada
Program
Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
INDIKATOR KINERJA
REALISASI 2012
CAPAIAN
1 Persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan
92,68%
102,98%
2 Persentase dukungan
manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian di daerah
dalam rangka dekonsentrasi
89,44%
111,80%
3 Jumlah rancangan regulasi yang
disusun
15
115,38%
Pencapaian indikator kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan telah melampaui dari target yang telah ditetapkan. Dalam menunjang pencapaian
indikator, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung
dengan anggaran DIPA sebesar Rp. 68.880.528.000 dengan realisasi sebesar Rp.
56.334.688.546 (81,79%).
Dalam rangka menunjang keberhasilan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
tidak terlepas dari koordinasi secara intensif dengan lintas program dan lintas sektor. Upaya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
ii
perbaikan yang perlu dilakukan antara lain melalui advokasi tentang pelaporan program dan
pertanggungjawaban keuangan dan penerapan reward and punishment bagi kewajiban
pelaporan pertanggungjawaban. Selain itu diperlukan peningkatan kualitas sumber daya
manusia perencana serta sosialisasi pedoman di bidang perencanaan, penganggaran dan
keuangan negara.
Keberhasilan yang telah dicapai Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja agar
program dan kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan
efisien.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………...
i
Ikhtisar Eksekutif…………………………………………………………………….
ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………...
iii
Daftar Tabel……………………………………………………………………….....
iv
Daftar Gambar……………………………………………………………………….
vi
BAB I
Pendahuluan…………………………………………………………...
1
A.
Latar Belakang………………………………………………….
1
B.
Maksud dan Tujuan…………………………………………….
2
C.
Tugas Pokok dan Fungsi……………………………………....
2
D.
Sistematika………………………………………………………
3
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja………………………………...
5
A.
Perencanaan Kinerja…………………………………………...
5
B.
Perjanjian Kinerja……………………………………………….
6
Akuntabilitas Kinerja…………………………………………………...
8
A.
Pengukuran Kinerja…………………………………………….
8
B.
Analisis Akuntabilitas Kinerja………………………………….
9
C.
Kegiatan Penunjang…………………………………………….
26
D.
Sumber Daya…………………………………………………….
33
Penutup………………………………………………………………....
37
BAB II
BAB III
BAB IV
Lampiran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Target Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Tahun 2010-2014............................................
Tabel 2
Target
Kinerja
Sekretariat
Direktorat
Jenderal
Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012..............................
Tabel 3
6
7
Capaian indikator kinerja kegiatan Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Tahun 2012.....................................................
Tabel 4
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator persentase
dokumen anggaran yang diselesaikan tahun 2012.........................
Tabel 5
9
Perbandingan kinerja indikator persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan tahun 2010-2012................................................
Tabel 6
9
10
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator persentase
dukungan manajemen dan pelaksanaan program kefarmasian di
daerah dalam rangka dekonsentrasi tahun 2012............................
Tabel 7
15
Perbandingan kinerja indikator persentase dukungan manajemen
dan pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di
daerah dalam rangka dekonsentrasi tahun 2010-2012...................
Tabel 8
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator jumlah rancangan
regulasi yang disusun tahun 2012...................................................
Tabel 9
15
22
Perbandingan kinerja indikator jumlah rancangan regulasi yang
disusun tahun 2011-2012................................................................
22
Tabel 10
Pengadaan yang telah dilaksanakan tahun 2012...........................
26
Tabel 11
Kegiatan dukungan manajemen administrasi perkantoran tahun
2012.................................................................................................
27
Tabel 12
Kegiatan dukungan manajemen administrasi kepegawaian...........
28
Tabel 13
Perbandingan antara nilai Barang Milik Negara pada laporan
barang dan laporan keuangan per 31 Desember 2012 per akun
neraca..............................................................................................
29
Tabel 14
Daftar Kabupaten/Kota yang menerima dana hibah GF-HSS.........
30
Tabel 15
STRA yang diterbitkan tahun 2011-2012........................................
32
Tabel 16
Jumlah pegawai di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2012 menurut
jabatan.............................................................................................
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
33
v
Tabel 17
Jumlah pegawai di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2012 menurut
golongan..........................................................................................
Tabel 18
34
Jumlah pegawai di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2012 menurut
pendidikan........................................................................................
Tabel 19
35
Realisasi Anggaran DIPA Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan....................................................
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
36
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Perbandingan kinerja indikator persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan tahun 2010-2012................................................
Gambar 2
Rencana
penarikan
dana
dan realisasi penarikan dana
tahun 2012......................................................................................
Gambar 3
Perbandingan
pelaksanaan
program
kefarmasian dan alat kesehatan di
34
Komposisi Sumber Daya Manusia Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Golongan.............
Gambar 11
33
Komposisi Sumber Daya Manusia Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Jabatan................
Gambar 10
32
Perbandingan data STRA yang diterbitkan per tanggal 31
Desember 2012...............................................................................
Gambar 9
23
Perbandingan data STRA yang diterbitkan tahun 2012 laki-laki
dan perempuan...............................................................................
Gambar 8
19
Perbandingan kinerja indikator jumlah rancangan regulasi yang
disusun tahun 2011-2012................................................................
Gambar 7
18
Pertemuan Rapat Konsultasi Nasional Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan................................................................................
Gambar 6
16
Pertemuan Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Seluruh Indonesia Tahun 2012.......................................................
Gambar 5
13
kinerja indikator dukungan manajemen dan
daerah dalam rangka dekonsentrasi tahun 2010-2012...................
Gambar 4
10
34
Komposisi Sumber Daya Manusia Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Pendidikan..........
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
35
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Guna mencapai tujuan tersebut,
pembangunan kesehatan dilakukan dengan berpedoman pada tatanan yang dikenal
dengan Sistem Kesehatan Nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan pembangunan
kesehatan perlu memperhatikan dan mendayagunakan setiap subsistem yang terdapat
dalam Sistem Kesehatan Nasional.
Salah satu subsistem yang terdapat dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah
Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan. Subsistem ini meliputi
berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan,
pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan
masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat
yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan
sumber daya dalam negeri. Kegiatan-kegiatan subsistem tersebut tidak terlepas dari
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis pada Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan yang dilakukan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan.
Mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, instansi pemerintah dan unsur penyelenggara negara
diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi serta
kewenangan pengelolaan sumberdaya dengan didasarkan suatu perencanaan
strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi. Pertanggungjawaban dimaksud
direalisasikan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
merupakan
wujud
akuntabilitas instansi pemerintah yang pedoman penyusunannya mengacu kepada
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
1
Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja
dalam mencapai tujuan/sasaran strategis.
Target kinerja yang harus dicapai merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
tujuan yang telah dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 dan penetapan
kinerja tahun 2012. Pengukuran pencapaian kinerja bertujuan mendorong instansi
pemerintah dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efektifitas dari
kebijakan dan program serta dapat menjadi masukan dan umpan balik bagi pihakpihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja instansi pemerintah.
Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014,
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan
kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan luaran adalah meningkatnya
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
B.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah sebagai bentuk
pertanggungjawaban yang memuat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan yang harus dipertanggungjawabkan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
C.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan
Peraturan
1144/Menkes/Per/VIII/2010
Menteri
tentang
Kesehatan
Organisasi
Republik
dan
Tata
Indonesia
Kerja
Nomor
Kementerian
Kesehatan, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
2
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur
di lingkungan Direktorat Jenderal.
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
a. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran;
b. pengelolaan data dan informasi;
c. penyiapan urusan hukum, penataan organisasi, jabatan fungsional, dan hubungan
masyarakat;
d. pengelolaan urusan keuangan;
e. pelaksanaan urusan kepegawaian, tata persuratan, kearsipan, gaji, rumah tangga,
dan perlengkapan; dan
f. evaluasi dan penyusunan laporan.
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas
:
a. Bagian Program dan Informasi;
b. Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat;
c. Bagian Keuangan;
d. Bagian Kepegawaian dan Umum;
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
D.
SISTEMATIKA
Laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan tahun 2012 ini menjelaskan pencapaian kinerja Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan selama tahun 2012.
Pencapaian kinerja tersebut dibandingkan dengan perjanjian kinerja (penetapan
kinerja) sebagai tolak ukur keberhasilan organisasi. Analisis terhadap capaian kinerja
akan memungkinkan diidentifikasinya permasalahan dalam rangka perbaikan kinerja di
masa yang akan datang. Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah sebagai
berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
3
Ikhtisar Eksekutif
Bab I – Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, tugas pokok,
fungsi dan susunan organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan serta sistematika penyusunan laporan.
Bab II – Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan muatan Rencana
Strategis untuk periode 2010-2014 dan penetapan kinerja tahun 2012.
Bab III – Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan pengukuran kinerja,
analisis
akuntabilitas kinerja dan realisasi anggaran dikaitkan dengan pertanggungjawaban
publik terhadap pencapaian sasaran strategis untuk tahun 2012.
Bab IV – Penutup, menjelaskan kesimpulan atas laporan akuntabilitas kinerja
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2012.
Lampiran – Lampiran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
4
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A.
PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan
dalam sasaran strategis. Perencanaan Kinerja disusun sebagai pedoman bagi
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara sistematis, terarah dan terpadu.
Visi dan Misi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan mengacu kepada Visi dan Misi Kementerian Kesehatan sesuai rencana
strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 sebagai berikut:
1.
VISI KEMENTERIAN KESEHATAN
“MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN”
2.
MISI KEMENTERIAN KESEHATAN
Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh
melalui misi sebagai berikut:
a. Meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat,
melalui
pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
3.
TUJUAN KEMENTERIAN KESEHATAN
Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan berdayaguna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.
4.
NILAI NILAI KEMENTERIAN KESEHATAN
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan,
Kementerian Kesehatan menganut dan menjunjung nilai-nilai yaitu:
a. Pro Rakyat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
5
b. Inklusif
c. Responsif
d. Efektif
e. Bersih
5.
SASARAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN
Sasaran kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Tabel 1
Target Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2010-2014
INDIKATOR KINERJA
2010
2011
2012
2013
2014
Persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan
80%
85%
90%
95%
100%
Persentase dukungan
manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian di daerah
dalam rangka dekonsentrasi
60%
70%
80%
90%
100%
7 rancangan
regulasi
10
rancangan
regulasi
13
rancangan
regulasi
16
rancangan
regulasi
20
rancangan
regulasi
Jumlah rancangan regulasi
yang disusun
B.
TARGET
PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja pada dasarnya merupakan komitmen yang mempresentasikan
tekad dan janji antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu
berdasarkan sumber daya yang dimiliki. Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah menyusun penetapan kinerja tahun 2012 yang
mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014.
Target kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan tahun 2012 sebagaimana diuraikan pada tabel 2 yang menjadi komitmen
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
6
bagi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
dicapai dalam tahun 2012.
Tabel 2
Target
Kinerja
Sekretariat Direktorat
Jenderal
Bina
Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2012
SASARAN
Meningkatnya
dukungan manajemen
dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya
pada Program
Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
INDIKATOR KINERJA
Persentase dokumen anggaran yang diselesaikan
Persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan Program
Kefarmasian di daerah dalam rangka dekonsentrasi
Jumlah rancangan regulasi yang disusun
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
TARGET
2012
90%
80%
13
7
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A.
PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Pengukuran kinerja dilakukan
dengan membandingkan realisasi capaian dibandingkan dengan target. Melalui
pengukuran kinerja diperoleh gambaran pencapaian masing-masing indikator sehingga
dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa yang akan datang agar
setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Tahun 2012 merupakan tahun ketiga pelaksanaan dari Rencana Strategis
Kementerian
Kesehatan
Tahun
2010–2014.
Berdasarkan
Rencana
Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan kegiatan Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
dengan luaran adalah meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
Sasaran
Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Target dan realisasi indikator kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012
sebagaimana tertera pada tabel 3.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
8
Tabel 3
Capaian indikator kinerja kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012
SASARAN
Meningkatnya
dukungan
manajemen
dan
pelaksanaan
tugas teknis
lainnya pada
Program
Kefarmasian
dan Alat
Kesehatan
B.
TARGET 2012
REALISASI
2012
CAPAIAN
1 Persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan
90%
92,68%
102,98%
2 Persentase dukungan
manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian di daerah
dalam rangka dekonsentrasi
80%
89,44%
111,80%
3 Jumlah rancangan regulasi yang
disusun
13
15
115,38%
INDIKATOR KINERJA
ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
Dalam rangka menunjang program teknis maka Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan berbagai kegiatan yang mendukung
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis pada program kefarmasian dan alat
kesehatan.
Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2012:
Indikator 1
Persentase dokumen anggaran yang diselesaikan
Tabel 4
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator persentase dokumen anggaran yang
diselesaikan tahun 2012
INDIKATOR KINERJA
Persentase dokumen anggaran yang diselesaikan
TARGET
2012
90%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
REALISASI 2012
CAPAIAN
92,68%
102,98%
9
Tabel 5
Perbandingan kinerja indikator persentase dokumen anggaran yang diselesaikan tahun
2010-2012.
Persentase dokumen anggaran yang diselesaikan
Tahun
Target
Realisasi
Capaian
2010
80%
80 %
100%
2011
85%
85%
100%
2012
90%
92,68%
102,98%
Gambar 1. Perbandingan kinerja indikator persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan tahun 2010-2012.
Kondisi yang dicapai:
Persentase dokumen anggaran yang diselesaikan menunjukkan kinerja kegiatan
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya di Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dokumen anggaran merupakan salah satu fasilitasi
yang diberikan kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam menunjukkan kinerjanya, sekaligus menjaga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
10
satuan kerja tersebut memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang perencanaan dan
keuangan negara. Kinerja pada indikator ini dilihat dengan tingkat penyelesaian
dokumen anggaran bagi tahun berjalan (2012), dibandingkan dengan jumlah dokumen
penganggaran dan diukur dalam satuan persentase.
Pada tahun 2012, kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan pada indikator ini telah dapat melampaui target yang ditetapkan. Capaian
kinerja indikator persentase dokumen anggaran yang diselesaikan sebesar 102,9%
dari target 90% dan realisasi 92,68%. Dengan demikian, hingga tahun ketiga
pemberlakuan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Periode 2010 – 2014, target
untuk indikator ini senantiasa tercapai, sebagaimana dapat dilihat pada grafik di atas.
Permasalahan:
Pencapaian target kinerja pada indikator persentase dokumen anggaran yang
diselesaikan tidak terlepas dari masalah yang dijumpai pada tahun 2012, yaitu
tingginya frekuensi usulan revisi anggaran, terutama pada revisi yang membutuhkan
persetujuan Direktur Jenderal. Masih adanya kelengkapan dokumen anggaran yang
belum dipenuhi pada saat revisi sehingga menghambat realisasi penyelesaian
dokumen anggaran.
Usul pemecahan masalah:
Untuk mengatasi masalah yang dijumpai, maka dapat diusulkan antisipasi sebagai
berikut:
1.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia perencana di tiap satuan kerja
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2.
Sosialisasi pedoman - pedoman di bidang perencanaan, penganggaran, dan
keuangan negara.
Dalam mencapai indikator persentase dokumen anggaran yang diselesaikan telah
dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan program dan rencana kerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
Proses penganggaran merupakan uraian mengenai proses dan mekanisme
penganggarannya dimulai dari pagu indikatif sampai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
11
dengan penetapan pagu alokasi anggaran Kementerian/Lembaga yang bersifat
final. Sistem penganggaran ini harus dipahami secara baik dan benar oleh
pemangku kepentingan agar dapat dihasilkan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil yang diperoleh dari
kegiatan penyusunan program dan rencana kerja Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah rencana program dan penganggaran
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berupa Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL), dokumen
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) beserta data
dukungnya berupa Kerangka Acuan/Term of Review (TOR) dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) dan dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
2. Penyusunan laporan tahunan pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Laporan tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
disusun sebagai bentuk evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun
anggaran sebelumnya, baik kegiatan yang menggunakan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara yang tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
maupun sumber lain. Hasil yang diperoleh dari kegiatan penyusunan laporan
tahunan
adalah
tersusunnya
Laporan
Tahunan
Direktorat
Jenderal
Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Laporan tahunan memberikan gambaran tentang
hasil-hasil yang telah dicapai Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam
mewujudkan visi dan misi Kementerian Kesehatan.
3. Pertemuan penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dan Rencana
Penarikan Dana (RPD)
Penyusunan
rencana
pelaksanaan
kegiatan
merupakan
kegiatan
yang
dilaksanakan setiap tahun sebagai acuan bagi satuan kerja untuk melaksanakan
kegiatannya selama satu tahun anggaran sesuai dengan kegiatan yang terdapat di
petunjuk operasional kegiatan. Rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disusun
ditindaklanjuti dengan penyusunan jadwal rencana penarikan dana, dengan tujuan
agar tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan kegiatan dan disisi lain pencapaian
realisasi belanja berimbang dari bulan Januari sampai dengan Desember. Hasil
yang diperoleh dari pertemuan penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan dan
rencana penarikan dana adalah data RPK dan RPD Sekretariat Direktorat Jenderal
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
12
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan data RPK dan RPD Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Rencana pelaksanaan kegiatan dan
rencana penarikan dana dapat memudahkan satuan kerja dalam merealisasikan
kegiatan belanjanya, sehingga penyerapan anggaran akan lebih tepat waktu dan
tepat sasaran.
Gambar 2. Rencana penarikan dana dan realisasi penarikan dana
tahun 2012
4. Penyusunan dan sosialisasi petunjuk teknis pelaksanaan anggaran
Petunjuk teknis pelaksanaan anggaran disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan
anggaran dengan memberikan informasi yang terkini tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran. Petunjuk teknis pelaksanaan anggaran disosialisasikan
kepada pihak yang terkait pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dengan
tujuan untuk memberikan pembekalan dan keseragaman pemahaman agar
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah tersedianya
pedoman petunjuk teknis pelaksanaan anggaran dan tersosialisasinya informasi
tentang pedoman petunjuk teknis pelaksanaan anggaran kepada pelaksana
anggaran di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
13
5. Pengembangan sistem informasi manajemen keuangan
Dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 17
Tahun 2003 dan meraih Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), maka Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan upaya yaitu
dengan membuat sistem informasi manajemen keuangan (SIMKEU) di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Hasil yang diperoleh
dari pengembangan sistem informasi manajemen keuangan adalah proses
pelayanan keuangan berjalan dengan cepat, seragam dan akurat mulai dari
pengajuan daftar nominatif, surat tugas sampai dengan laporan kegiatan sehingga
diperoleh dokumen pertanggungjawaban keuangan yang handal dan akuntabel.
6. Penyusunan Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
Hasil yang diperoleh dari kegiatan penyusunan laporan keuangan adalah
tersusunnya laporan keuangan Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan serta laporan keuangan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan secara cepat, transparan, akurat, lengkap dan tepat waktu.
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan dalam menyususn
akuntabilitas kinerja Unit Akuntansi instansi (UAI). Laporan keuangan yang disusun
meliputi laporan realisasi anggaran yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dengan realisasi yang mencakup unsur pendapatan dan belanja selama
periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember; neraca yang menggambarkan
posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana; serta catatan
atas laporan keuangan yang menggambarkan penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran dan
neraca. Laporan keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu
serangkaian
prosedur
manual
maupun
yang
terkomputerisasi
mulai
dari
pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan
posisi keuangan dan operasi keuangan pada kementerian/lembaga. Manfaat
laporan keuangan digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan akuntabilitas
dan transparansi pengelolaan keuangan negara serta memberi informasi pada
pengambilan keputusan dalam usaha mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
14
Persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan Program Kefarmasian di
Indikator 2
daerah dalam rangka dekonsentrasi
Tabel 6
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator persentase dukungan manajemen dan
pelaksanaan program kefarmasian di daerah dalam rangka dekonsentrasi tahun 2012
INDIKATOR KINERJA
Persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian di daerah dalam rangka
dekonsentrasi
TARGET
2012
80%
REALISASI 2012
CAPAIAN
89,44%
111,80%
Tabel 7
Perbandingan kinerja indikator persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di daerah dalam rangka dekonsentrasi
tahun 2010-2012
Persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di
daerah dalam rangka dekonsentrasi
Tahun
Target
Realisasi
Capaian
2010
60%
67,29%
112,15%
2011
70%
90,92%
129,88%
2012
80%
89,44%
111,8%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
15
Gambar 3. Perbandingan
pelaksanaan
kinerja indikator dukungan manajemen dan
program
kefarmasian dan alat kesehatan di
daerah dalam rangka dekonsentrasi tahun 2010-2012
Kondisi yang dicapai:
Indikator dukungan manajemen dan pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan di daerah dalam rangka dekonsentrasi merupakan salah satu penerapan
pembagian kewenangan di bidang kesehatan (terutama kefarmasian) dan fasilitasi
terhadap pembagian tersebut. Melalui dekonsentrasi, Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan diharapkan dapat terlaksana dengan baik hingga ke tingkat provinsi,
kabupaten/kota, dan fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah. Oleh karenanya,
dukungan terhadap hal ini diberikan dalam bentuk penganggaran dan asistensi
pelaporan bagi satuan kerja penerima dana dekonsentrasi.
Pada tahun 2012, capaian indikator ini telah mencapai 111,8% (target 80%, realisasi
89,44%). Capaian ini diukur dengan membandingkan alokasi dana dekonsentrasi yang
dilaksana – pertanggungjawabkan terhadap total alokasi dana dekonsentrasi tahun
2012. Berdasarkan nilai capaian, maka target indikator ini senantiasa tercapai hingga
tahun ketiga pemberlakuan Renstra Kementerian Kesehatan periode 2010 – 2014.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
16
Permasalahan:
Capaian indikator dukungan manajemen dan pelaksanaan Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan di daerah dalam rangka dekonsentrasi tidak terlepas dari masalah
yang dihadapi sebagai berikut :
1.
Belum optimalnya kinerja satuan kerja
penerima dana dekonsentrasi dalam
pelaporan program pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan.
2.
Kendala geografis dalam realisasi dana distribusi obat dan vaksin, dimana
kesulitan mencapai Kabupaten/Kota cukup besar sehingga Provinsi tidak
memanfaatkan dana tersebut secara optimal.
Usul pemecahan masalah:
Terhadap masalah – masalah yang dijumpai, dapat diusulkan antisipasi sebagai
berikut:
1.
Advokasi dan peningkatan pengetahuan tentang pelaporan program dan
pertanggungjawaban keuangan bagi sumber daya manusia satuan kerja
penerima dana dekonsentrasi.
2.
Penerapan mekanisme reward and punishment bagi kewajiban pelaporan
pertanggungjawaban.
Dalam rangka mencapai indikator persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di daerah dalam rangka dekonsentrasi,
telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.
Pemutakhiran data kefarmasian
Lingkup data yang dimutakhirkan adalah data obat publik dan perbekalan
kesehatan, data pelayanan kefarmasian, data produksi dan distribusi alat
kesehatan, data produksi dan distribusi kefarmasian dan data-data terkait
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Tujuan dilaksanakan kegiatan pemutakhiran data kefarmasian adalah sebagai
berikut:
-
Meningkatkan validitas data kefarmasian dan alat kesehatan serta
memperkecil kesalahan yang timbul agar diperoleh data yang akurat.
-
Pelaksanaan pengelolaan data secara terpadu dan terencana sebagai
informasi dan acuan dalam pengambilan keputusan.
Dalam pertemuan dipaparkan kebijakan pemutakhiran data kefarmasian dan alat
kesehatan tingkat nasional tahun 2012, teknik pengumpulan data dan analisis
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
17
data, strategi penyusunan profil kesehatan kabupaten/kota seperti rencana
strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 serta diskusi antara peserta
dan panitia.
Dari pemutakhiran data kefarmasian dan alat kesehatan diperoleh kesepakatan
tentang data kefarmasian yang benar dan mutakhir baik data agregat maupun
data individu yang berbasis bukti antara Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan dengan Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan dunia usaha kefarmasian dan alat kesehatan.
Gambar 4. Pertemuan Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Seluruh Indonesia Tahun 2012
2.
Rapat Konsultasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tema rapat konsultasi nasional tahun 2012 adalah “Dengan komitmen bersama
pusat – daerah menjamin ketersediaan dan pemerataan obat dan vaksin serta
keamanan alat kesehatan dalam mendukung Universal Coverage”. Tujuan acara
ini adalah meningkatkan pemahaman unit lintas program dan lintas sektor terkait
pencapaian program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2012 sehingga
dapat disusun suatu rumusan komitmen serta rekomendasi dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian serta pemerataan ketersediaan obat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
18
dan
perbekalan
kesehatan.
Pertemuan
Konsultasi
Nasional
Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menghasilkan rumusan komitmen dan
rekomendasi yang menjadi acuan bersama dalam mengevaluasi rencana
kegiatan tahun berjalan serta dalam mengantisipasi perkembangan dan
menetapkan prioritas program, sasaran dan kegiatan tahun 2013. Adanya
komitmen dan rekomendasi tersebut diharapkan mendukung arah kebijakan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
serta
menjamin
terlaksananya
berbagai
upaya
kegiatan
prioritas
yang
mempunyai daya ungkit besar dan bersifat reformatif akseleratif khususnya
dalam upaya meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat di seluruh
fasilitas kesehatan.
Gambar 5. Pertemuan
Rapat
Konsultasi
Nasional
Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
3.
Penyusunan perencanaan dan anggaran pada anggaran dekonsentrasi
Tujuan penyusunan perencanaan dan anggaran pada anggaran dekonsentrasi
adalah tersusunnya dokumen perencanaan dan anggaran dekonsentrasi
program kefarmasian dan alat kesehatan sebagai upaya menjamin ketersediaan
obat dan alat kesehatan di setiap fasilitas kesehatan, dalam rangka mendukung
pencapaian indikator rencana strategis dan Rencana Pembangunan Jangka
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
19
Menengah Nasional (RPJMN), pencapaian Millennium Development Goals
(MDGs) serta peningkatan mutu pelayanan kefarmasian guna mewujudkan
peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan. Perencanaan yang
komprehensif dan sinergis antara pusat dan provinsi perlu dilakukan melalui
pertemuan koordinasi untuk menyamakan persepsi, kebijakan, dan langkahlangkah dalam mewujudkan visi dan misi Kementerian Kesehatan dalam rangka
sinkronisasi dan kesinambungan pembangunan kesehatan di daerah khususnya
program kefarmasian dan alat kesehatan. Hasil dari pertemuan ini didapatkan
dokumen perencanaan dan anggaran dekonsentrasi beserta kelengkapan data
dukungnya. Dokumen tersebut diharapkan dapat mendukung ketersediaan obat
dan alat kesehatan di setiap fasilitas kesehatan dalam pencapaian indikator
rencana strategis dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) serta peningkatan
mutu pelayanan kefarmasian guna mewujudkan peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan.
4.
Pengembangan program dan anggaran dana alokasi khusus
Berdasarkan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004, dana alokasi khusus
merupakan dana yang bersumber dari pendapatan anggaran pendapatan
belanja negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah.
Sesuai dengan rumusan sasaran prioritas nasional yang tertuang di dalam
Rencana Kerja Pemerintah, penyediaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan termasuk didalamnya. Dengan pelaksanaan kegiatan pengembangan
program dan anggaran dana alokasi khusus, maka alokasi dana alokasi khusus
subbidang pelayanan kesehatan
yang diberikan melalui dana perimbangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat digunakan sesuai target
program kefarmasian dan alat kesehatan sesuai rencana strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2010-2014.
5.
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tingkat Nasional
Perencanaan yang telah disusun tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak di
ikuti dengan sistem pengendalian dan evaluasi yang memadai terhadap
pelaksanaannya. Untuk mengatur pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
20
perencanaan pembangunan, maka pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan.
Kegiatan
Pertemuan
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Tingkat
Nasional
dilaksanakan
untuk
mengkoordinasikan
dan
menyelaraskan
pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan antara pusat dan daerah.
6.
Analisa dan evaluasi terpadu pelaksanaan prioritas nasional bidang kesehatan
program kefarmasian dan alat kesehatan.
Evaluasi berfungsi untuk mengidentifikasi keluaran (output), hasil (outcome), dan
dampak (impact) dari pelaksanaan program pembangunan kesehatan. Fungsi ini
ditujukan untuk mengetahui pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan program, sehingga dapat dipelajari dan menjadi
bahan pertimbangan bagi periode berikutnya. Pelaporan berfungsi untuk
memberikan informasi secara cepat, tepat, dan akurat kepada pimpinan sebagai
bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang terjadi serta
penentuan kebijakan yang relevan. Pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan melibatkan 38 satuan kerja, yaitu 5 satuan kerja di Pusat dan 33
satuan kerja Dinas Kesehatan Provinsi melalui dana dekonsentrasi. Program ini
secara tidak langsung juga melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sebagai fasilitator bagi pencapaian indikator berbasis sarana pelayanan
kesehatan/masyarakat.
Dalam
evaluasi
terhadap
pelaksanaan
program
memerlukan pengetahuan akan kondisi di masing-masing satuan kerja tersebut
secara komprehensif, sehingga melalui kegiatan analisa dan evaluasi terpadu
pelaksanaan prioritas nasional bidang kesehatan program kefarmasian dan alat
kesehatan diperoleh identifikasi yang jelas tentang pencapaian hasil, kemajuan,
dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kefarmasian dan alat
kesehatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
21
Indikator 3
Jumlah rancangan regulasi yang disusun
Tabel 8
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator jumlah rancangan regulasi yang disusun
tahun 2012
INDIKATOR KINERJA
TARGET 2012
Jumlah rancangan regulasi yang disusun
13
REALISASI
2012
15
CAPAIAN
115,38%
Tabel 9
Perbandingan kinerja indikator jumlah rancangan regulasi yang disusun tahun 20112012
Jumlah rancangan regulasi yang disusun *)
Tahun
Target
Realisasi
Capaian
2011
10
12
120%
2012
13
15
115,38%
*) Indikator ini merupakan indikator yang ditetapkan pada pertengahan tahun 2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
22
Gambar 6. Perbandingan kinerja indikator jumlah rancangan regulasi yang
disusun tahun 2011-2012
Kondisi yang dicapai:
Dalam rangka mendukung pelaksanaan program kefarmasian dan alat kesehatan,
telah disusun 15 rancangan regulasi bidang kefarmasian dan alat kesehatan, terdiri
dari:
1.
Rancangan Undang-Undang tentang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Pangan Olahan
2.
Rancangan Undang-Undang tentang Psikotropika
3.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penunjukan PT. Kimia Farma
sebagai Pelaksana Paten oleh Pemerintah
4.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Praktik
Apoteker (Apotek)
5.
Rancangan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
tentang
Standar
Pelayanan
Kesehatan
tentang
Standar
Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
6.
Rancangan
Peraturan
Menteri
Kefarmasian di Apotek
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
23
7.
Rancangan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
tentang
Standar
Pelayanan
Kesehatan
tentang
Standar
Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
8.
Rancangan
Peraturan
Menteri
Kefarmasian di Klinik
9.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pengobatan Dasar
di Puskesmas
10.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Ekspor Impor Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
11.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Iklan Alat Kesehatan
12.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Rencana Kebutuhan Tahunan
dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
13.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Instalasi Farmasi
14.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pemasukan Obat, Obat
Tradisional dan makanan serta Alat Kesehatan melalui skema Khusus (Special
Acces Scheme)
15.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pemusnahan Sediaan
Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Permasalahan:
1.
Belum
adanya
Mekanisme
Tatalaksana
dalam
Penyusunan
Peraturan
Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kesehatan sebagai acuan
dalam menyusun peraturan bidang kefarmasian dan alat kesehatan
2.
Adanya isu nasional yang menjadi prioritas untuk segera ditetapkan regulasinya,
sehingga kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya menjadi tertunda.
3.
Lamanya dan tidak terprediksinya waktu yang dibutuhkan pada pembahasan dan
penyusunan peraturan perundang-undangan
Usul pemecahan masalah:
1.
Mengusulkan kepada Kepala Biro Hukum dan Organisasi untuk segera
menetapkan Tatalaksana Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di
Lingkungan Kementerian Kesehatan.
2.
Dilakukan penjadwalan ulang kegiatan penyusunan peraturan perundangundangan bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
3.
Melakukan koordinasi secara intensif dengan lintas program dan lintas sektor
dalam penyusunan peraturan perundang-undangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
24
Dalam rangka mencapai indikator jumlah rancangan regulasi yang disusun, telah
dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.
Penyusunan peraturan perundang-undangan bidang Kefarmasian
Sebagai suatu kesatuan sistem hukum, penyusunan peraturan perundangundangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan hukum
nasional secara keseluruhan. Seiring dengan perkembangan zaman, ada
peraturan yang dianggap tidak lagi memenuhi kebutuhan hukum dan tidak
relevan lagi sehingga perlu diinventarisir, diperbaharui dan disempurnakan. Pada
tahun 2012 telah diadakan pertemuan dalam rangka pembahasan rancangan
undang-undang tentang sediaan farmasi, rancangan undang-undang tentang
psikotropika, rancangan peraturan menteri kesehatan tentang impor dan ekspor
narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi, rancangan peraturan menteri
kesehatan tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, rancangan
peraturan menteri kesehatan tentang rencana kebutuhan tahunan dan pelaporan
narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi, rancangan peraturan menteri
kesehatan tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, rancangan
peraturan menteri kesehatan tentang apotek dan rancangan peraturan menteri
kesehatan tentang pengobatan dasar di puskesmas.
2.
Pemantauan pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian
dan alat kesehatan
Pada tahun 2012 pemantauan dan evaluasi peraturan perundang-undangan
bidang kefarmasian dan alat kesehatan dilaksanakan di 26 provinsi untuk
mengevaluasi program hukum di bidang kefarmasian dan alat kesehatan,
memperoleh bahan masukan dan data riil yang diperlukan serya mengetahui
hambatan yang ada dalam pelaksanaan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan. Pemantauan dan evaluasi juga dilakukan dalam rangka
sinkronisasi pemahaman peraturan perundang-undangan antara pusat dan
daerah dan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman petu
Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012 disusun dalam rangka
memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, sebagai wujud pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan perencanaan strategis yang
telah ditetapkan. Dalam Road Map Reformasi Birokrasi, salah satu program reformasi
birokrasi adalah penguatan akuntabilitas kinerja dalam rangka peningkatan kinerja dan
akuntabilitas instansi pemerintah.
Laporan ini memuat pencapaian kinerja pelaksanaan program atau kegiatan sesuai
dengan tugas dan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan serta rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014. Pada laporan
akuntabilitas kinerja dijelaskan pencapaian keberhasilan atau kegagalan kinerja atas
pelaksanaan tugas dan kegiatan Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan sepanjang tahun 2012.
Keberhasilan yang diraih tidak terlepas dari kerja keras dan komitmen pagawai,
dukungan lintas program dan lintas sektor dari unit terkait. Semoga laporan akuntabilitas
kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi bahan
evaluasi kinerja organisasi selama satu tahun agar program dan kegiatan di masa
mendatang dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Jakarta, 31 Januari 2013
Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
SEKRETARIS,
Drs. H. Purwadi, Apt, MM, ME
NIP 195712171985021001
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
i
IKHTISAR EKSEKUTIF
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan
kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan luaran adalah meningkatnya dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah menyusun
penetapan kinerja tahun 2012 dengan tiga indikator kinerja yaitu: persentase dokumen
anggaran yang diselesaikan
sebesar 90%; persentase dukungan manajemen dan
pelaksanaan Program Kefarmasian di daerah dalam rangka dekonsentrasi sebesar 80%;
jumlah rancangan regulasi yang disusun sebesar 13 rancangan regulasi.
Dalam rangka pencapaian indikator, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan melakukan berbagai upaya kegiatan untuk dapat mencapai target. Hasil
yang dicapai pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:
SASARAN
Meningkatnya
dukungan
manajemen dan
pelaksanaan
tugas teknis
lainnya pada
Program
Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
INDIKATOR KINERJA
REALISASI 2012
CAPAIAN
1 Persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan
92,68%
102,98%
2 Persentase dukungan
manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian di daerah
dalam rangka dekonsentrasi
89,44%
111,80%
3 Jumlah rancangan regulasi yang
disusun
15
115,38%
Pencapaian indikator kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan telah melampaui dari target yang telah ditetapkan. Dalam menunjang pencapaian
indikator, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung
dengan anggaran DIPA sebesar Rp. 68.880.528.000 dengan realisasi sebesar Rp.
56.334.688.546 (81,79%).
Dalam rangka menunjang keberhasilan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
tidak terlepas dari koordinasi secara intensif dengan lintas program dan lintas sektor. Upaya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
ii
perbaikan yang perlu dilakukan antara lain melalui advokasi tentang pelaporan program dan
pertanggungjawaban keuangan dan penerapan reward and punishment bagi kewajiban
pelaporan pertanggungjawaban. Selain itu diperlukan peningkatan kualitas sumber daya
manusia perencana serta sosialisasi pedoman di bidang perencanaan, penganggaran dan
keuangan negara.
Keberhasilan yang telah dicapai Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja agar
program dan kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan
efisien.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………...
i
Ikhtisar Eksekutif…………………………………………………………………….
ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………...
iii
Daftar Tabel……………………………………………………………………….....
iv
Daftar Gambar……………………………………………………………………….
vi
BAB I
Pendahuluan…………………………………………………………...
1
A.
Latar Belakang………………………………………………….
1
B.
Maksud dan Tujuan…………………………………………….
2
C.
Tugas Pokok dan Fungsi……………………………………....
2
D.
Sistematika………………………………………………………
3
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja………………………………...
5
A.
Perencanaan Kinerja…………………………………………...
5
B.
Perjanjian Kinerja……………………………………………….
6
Akuntabilitas Kinerja…………………………………………………...
8
A.
Pengukuran Kinerja…………………………………………….
8
B.
Analisis Akuntabilitas Kinerja………………………………….
9
C.
Kegiatan Penunjang…………………………………………….
26
D.
Sumber Daya…………………………………………………….
33
Penutup………………………………………………………………....
37
BAB II
BAB III
BAB IV
Lampiran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Target Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Tahun 2010-2014............................................
Tabel 2
Target
Kinerja
Sekretariat
Direktorat
Jenderal
Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012..............................
Tabel 3
6
7
Capaian indikator kinerja kegiatan Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Tahun 2012.....................................................
Tabel 4
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator persentase
dokumen anggaran yang diselesaikan tahun 2012.........................
Tabel 5
9
Perbandingan kinerja indikator persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan tahun 2010-2012................................................
Tabel 6
9
10
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator persentase
dukungan manajemen dan pelaksanaan program kefarmasian di
daerah dalam rangka dekonsentrasi tahun 2012............................
Tabel 7
15
Perbandingan kinerja indikator persentase dukungan manajemen
dan pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di
daerah dalam rangka dekonsentrasi tahun 2010-2012...................
Tabel 8
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator jumlah rancangan
regulasi yang disusun tahun 2012...................................................
Tabel 9
15
22
Perbandingan kinerja indikator jumlah rancangan regulasi yang
disusun tahun 2011-2012................................................................
22
Tabel 10
Pengadaan yang telah dilaksanakan tahun 2012...........................
26
Tabel 11
Kegiatan dukungan manajemen administrasi perkantoran tahun
2012.................................................................................................
27
Tabel 12
Kegiatan dukungan manajemen administrasi kepegawaian...........
28
Tabel 13
Perbandingan antara nilai Barang Milik Negara pada laporan
barang dan laporan keuangan per 31 Desember 2012 per akun
neraca..............................................................................................
29
Tabel 14
Daftar Kabupaten/Kota yang menerima dana hibah GF-HSS.........
30
Tabel 15
STRA yang diterbitkan tahun 2011-2012........................................
32
Tabel 16
Jumlah pegawai di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2012 menurut
jabatan.............................................................................................
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
33
v
Tabel 17
Jumlah pegawai di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2012 menurut
golongan..........................................................................................
Tabel 18
34
Jumlah pegawai di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2012 menurut
pendidikan........................................................................................
Tabel 19
35
Realisasi Anggaran DIPA Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan....................................................
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
36
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Perbandingan kinerja indikator persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan tahun 2010-2012................................................
Gambar 2
Rencana
penarikan
dana
dan realisasi penarikan dana
tahun 2012......................................................................................
Gambar 3
Perbandingan
pelaksanaan
program
kefarmasian dan alat kesehatan di
34
Komposisi Sumber Daya Manusia Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Golongan.............
Gambar 11
33
Komposisi Sumber Daya Manusia Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Jabatan................
Gambar 10
32
Perbandingan data STRA yang diterbitkan per tanggal 31
Desember 2012...............................................................................
Gambar 9
23
Perbandingan data STRA yang diterbitkan tahun 2012 laki-laki
dan perempuan...............................................................................
Gambar 8
19
Perbandingan kinerja indikator jumlah rancangan regulasi yang
disusun tahun 2011-2012................................................................
Gambar 7
18
Pertemuan Rapat Konsultasi Nasional Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan................................................................................
Gambar 6
16
Pertemuan Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Seluruh Indonesia Tahun 2012.......................................................
Gambar 5
13
kinerja indikator dukungan manajemen dan
daerah dalam rangka dekonsentrasi tahun 2010-2012...................
Gambar 4
10
34
Komposisi Sumber Daya Manusia Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Pendidikan..........
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
35
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Guna mencapai tujuan tersebut,
pembangunan kesehatan dilakukan dengan berpedoman pada tatanan yang dikenal
dengan Sistem Kesehatan Nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan pembangunan
kesehatan perlu memperhatikan dan mendayagunakan setiap subsistem yang terdapat
dalam Sistem Kesehatan Nasional.
Salah satu subsistem yang terdapat dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah
Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan. Subsistem ini meliputi
berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan,
pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan
masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat
yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan
sumber daya dalam negeri. Kegiatan-kegiatan subsistem tersebut tidak terlepas dari
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis pada Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan yang dilakukan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan.
Mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, instansi pemerintah dan unsur penyelenggara negara
diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi serta
kewenangan pengelolaan sumberdaya dengan didasarkan suatu perencanaan
strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi. Pertanggungjawaban dimaksud
direalisasikan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
merupakan
wujud
akuntabilitas instansi pemerintah yang pedoman penyusunannya mengacu kepada
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
1
Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja
dalam mencapai tujuan/sasaran strategis.
Target kinerja yang harus dicapai merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
tujuan yang telah dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 dan penetapan
kinerja tahun 2012. Pengukuran pencapaian kinerja bertujuan mendorong instansi
pemerintah dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efektifitas dari
kebijakan dan program serta dapat menjadi masukan dan umpan balik bagi pihakpihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja instansi pemerintah.
Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014,
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan
kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan luaran adalah meningkatnya
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
B.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah sebagai bentuk
pertanggungjawaban yang memuat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan yang harus dipertanggungjawabkan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
C.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan
Peraturan
1144/Menkes/Per/VIII/2010
Menteri
tentang
Kesehatan
Organisasi
Republik
dan
Tata
Indonesia
Kerja
Nomor
Kementerian
Kesehatan, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
2
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur
di lingkungan Direktorat Jenderal.
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
a. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran;
b. pengelolaan data dan informasi;
c. penyiapan urusan hukum, penataan organisasi, jabatan fungsional, dan hubungan
masyarakat;
d. pengelolaan urusan keuangan;
e. pelaksanaan urusan kepegawaian, tata persuratan, kearsipan, gaji, rumah tangga,
dan perlengkapan; dan
f. evaluasi dan penyusunan laporan.
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas
:
a. Bagian Program dan Informasi;
b. Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat;
c. Bagian Keuangan;
d. Bagian Kepegawaian dan Umum;
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
D.
SISTEMATIKA
Laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan tahun 2012 ini menjelaskan pencapaian kinerja Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan selama tahun 2012.
Pencapaian kinerja tersebut dibandingkan dengan perjanjian kinerja (penetapan
kinerja) sebagai tolak ukur keberhasilan organisasi. Analisis terhadap capaian kinerja
akan memungkinkan diidentifikasinya permasalahan dalam rangka perbaikan kinerja di
masa yang akan datang. Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah sebagai
berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
3
Ikhtisar Eksekutif
Bab I – Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, tugas pokok,
fungsi dan susunan organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan serta sistematika penyusunan laporan.
Bab II – Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan muatan Rencana
Strategis untuk periode 2010-2014 dan penetapan kinerja tahun 2012.
Bab III – Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan pengukuran kinerja,
analisis
akuntabilitas kinerja dan realisasi anggaran dikaitkan dengan pertanggungjawaban
publik terhadap pencapaian sasaran strategis untuk tahun 2012.
Bab IV – Penutup, menjelaskan kesimpulan atas laporan akuntabilitas kinerja
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2012.
Lampiran – Lampiran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
4
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A.
PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan
dalam sasaran strategis. Perencanaan Kinerja disusun sebagai pedoman bagi
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara sistematis, terarah dan terpadu.
Visi dan Misi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan mengacu kepada Visi dan Misi Kementerian Kesehatan sesuai rencana
strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 sebagai berikut:
1.
VISI KEMENTERIAN KESEHATAN
“MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN”
2.
MISI KEMENTERIAN KESEHATAN
Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh
melalui misi sebagai berikut:
a. Meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat,
melalui
pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
3.
TUJUAN KEMENTERIAN KESEHATAN
Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan berdayaguna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.
4.
NILAI NILAI KEMENTERIAN KESEHATAN
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan,
Kementerian Kesehatan menganut dan menjunjung nilai-nilai yaitu:
a. Pro Rakyat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
5
b. Inklusif
c. Responsif
d. Efektif
e. Bersih
5.
SASARAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN
Sasaran kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Tabel 1
Target Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2010-2014
INDIKATOR KINERJA
2010
2011
2012
2013
2014
Persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan
80%
85%
90%
95%
100%
Persentase dukungan
manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian di daerah
dalam rangka dekonsentrasi
60%
70%
80%
90%
100%
7 rancangan
regulasi
10
rancangan
regulasi
13
rancangan
regulasi
16
rancangan
regulasi
20
rancangan
regulasi
Jumlah rancangan regulasi
yang disusun
B.
TARGET
PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja pada dasarnya merupakan komitmen yang mempresentasikan
tekad dan janji antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu
berdasarkan sumber daya yang dimiliki. Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah menyusun penetapan kinerja tahun 2012 yang
mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014.
Target kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan tahun 2012 sebagaimana diuraikan pada tabel 2 yang menjadi komitmen
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
6
bagi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
dicapai dalam tahun 2012.
Tabel 2
Target
Kinerja
Sekretariat Direktorat
Jenderal
Bina
Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2012
SASARAN
Meningkatnya
dukungan manajemen
dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya
pada Program
Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
INDIKATOR KINERJA
Persentase dokumen anggaran yang diselesaikan
Persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan Program
Kefarmasian di daerah dalam rangka dekonsentrasi
Jumlah rancangan regulasi yang disusun
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
TARGET
2012
90%
80%
13
7
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A.
PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Pengukuran kinerja dilakukan
dengan membandingkan realisasi capaian dibandingkan dengan target. Melalui
pengukuran kinerja diperoleh gambaran pencapaian masing-masing indikator sehingga
dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa yang akan datang agar
setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Tahun 2012 merupakan tahun ketiga pelaksanaan dari Rencana Strategis
Kementerian
Kesehatan
Tahun
2010–2014.
Berdasarkan
Rencana
Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan kegiatan Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
dengan luaran adalah meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
Sasaran
Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Target dan realisasi indikator kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012
sebagaimana tertera pada tabel 3.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
8
Tabel 3
Capaian indikator kinerja kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012
SASARAN
Meningkatnya
dukungan
manajemen
dan
pelaksanaan
tugas teknis
lainnya pada
Program
Kefarmasian
dan Alat
Kesehatan
B.
TARGET 2012
REALISASI
2012
CAPAIAN
1 Persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan
90%
92,68%
102,98%
2 Persentase dukungan
manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian di daerah
dalam rangka dekonsentrasi
80%
89,44%
111,80%
3 Jumlah rancangan regulasi yang
disusun
13
15
115,38%
INDIKATOR KINERJA
ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
Dalam rangka menunjang program teknis maka Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan berbagai kegiatan yang mendukung
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis pada program kefarmasian dan alat
kesehatan.
Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2012:
Indikator 1
Persentase dokumen anggaran yang diselesaikan
Tabel 4
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator persentase dokumen anggaran yang
diselesaikan tahun 2012
INDIKATOR KINERJA
Persentase dokumen anggaran yang diselesaikan
TARGET
2012
90%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
REALISASI 2012
CAPAIAN
92,68%
102,98%
9
Tabel 5
Perbandingan kinerja indikator persentase dokumen anggaran yang diselesaikan tahun
2010-2012.
Persentase dokumen anggaran yang diselesaikan
Tahun
Target
Realisasi
Capaian
2010
80%
80 %
100%
2011
85%
85%
100%
2012
90%
92,68%
102,98%
Gambar 1. Perbandingan kinerja indikator persentase dokumen anggaran
yang diselesaikan tahun 2010-2012.
Kondisi yang dicapai:
Persentase dokumen anggaran yang diselesaikan menunjukkan kinerja kegiatan
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya di Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dokumen anggaran merupakan salah satu fasilitasi
yang diberikan kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam menunjukkan kinerjanya, sekaligus menjaga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
10
satuan kerja tersebut memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang perencanaan dan
keuangan negara. Kinerja pada indikator ini dilihat dengan tingkat penyelesaian
dokumen anggaran bagi tahun berjalan (2012), dibandingkan dengan jumlah dokumen
penganggaran dan diukur dalam satuan persentase.
Pada tahun 2012, kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan pada indikator ini telah dapat melampaui target yang ditetapkan. Capaian
kinerja indikator persentase dokumen anggaran yang diselesaikan sebesar 102,9%
dari target 90% dan realisasi 92,68%. Dengan demikian, hingga tahun ketiga
pemberlakuan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Periode 2010 – 2014, target
untuk indikator ini senantiasa tercapai, sebagaimana dapat dilihat pada grafik di atas.
Permasalahan:
Pencapaian target kinerja pada indikator persentase dokumen anggaran yang
diselesaikan tidak terlepas dari masalah yang dijumpai pada tahun 2012, yaitu
tingginya frekuensi usulan revisi anggaran, terutama pada revisi yang membutuhkan
persetujuan Direktur Jenderal. Masih adanya kelengkapan dokumen anggaran yang
belum dipenuhi pada saat revisi sehingga menghambat realisasi penyelesaian
dokumen anggaran.
Usul pemecahan masalah:
Untuk mengatasi masalah yang dijumpai, maka dapat diusulkan antisipasi sebagai
berikut:
1.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia perencana di tiap satuan kerja
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2.
Sosialisasi pedoman - pedoman di bidang perencanaan, penganggaran, dan
keuangan negara.
Dalam mencapai indikator persentase dokumen anggaran yang diselesaikan telah
dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan program dan rencana kerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
Proses penganggaran merupakan uraian mengenai proses dan mekanisme
penganggarannya dimulai dari pagu indikatif sampai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
11
dengan penetapan pagu alokasi anggaran Kementerian/Lembaga yang bersifat
final. Sistem penganggaran ini harus dipahami secara baik dan benar oleh
pemangku kepentingan agar dapat dihasilkan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil yang diperoleh dari
kegiatan penyusunan program dan rencana kerja Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah rencana program dan penganggaran
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berupa Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL), dokumen
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) beserta data
dukungnya berupa Kerangka Acuan/Term of Review (TOR) dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) dan dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
2. Penyusunan laporan tahunan pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Laporan tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
disusun sebagai bentuk evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun
anggaran sebelumnya, baik kegiatan yang menggunakan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara yang tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
maupun sumber lain. Hasil yang diperoleh dari kegiatan penyusunan laporan
tahunan
adalah
tersusunnya
Laporan
Tahunan
Direktorat
Jenderal
Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Laporan tahunan memberikan gambaran tentang
hasil-hasil yang telah dicapai Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam
mewujudkan visi dan misi Kementerian Kesehatan.
3. Pertemuan penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dan Rencana
Penarikan Dana (RPD)
Penyusunan
rencana
pelaksanaan
kegiatan
merupakan
kegiatan
yang
dilaksanakan setiap tahun sebagai acuan bagi satuan kerja untuk melaksanakan
kegiatannya selama satu tahun anggaran sesuai dengan kegiatan yang terdapat di
petunjuk operasional kegiatan. Rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disusun
ditindaklanjuti dengan penyusunan jadwal rencana penarikan dana, dengan tujuan
agar tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan kegiatan dan disisi lain pencapaian
realisasi belanja berimbang dari bulan Januari sampai dengan Desember. Hasil
yang diperoleh dari pertemuan penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan dan
rencana penarikan dana adalah data RPK dan RPD Sekretariat Direktorat Jenderal
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
12
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan data RPK dan RPD Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Rencana pelaksanaan kegiatan dan
rencana penarikan dana dapat memudahkan satuan kerja dalam merealisasikan
kegiatan belanjanya, sehingga penyerapan anggaran akan lebih tepat waktu dan
tepat sasaran.
Gambar 2. Rencana penarikan dana dan realisasi penarikan dana
tahun 2012
4. Penyusunan dan sosialisasi petunjuk teknis pelaksanaan anggaran
Petunjuk teknis pelaksanaan anggaran disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan
anggaran dengan memberikan informasi yang terkini tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran. Petunjuk teknis pelaksanaan anggaran disosialisasikan
kepada pihak yang terkait pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dengan
tujuan untuk memberikan pembekalan dan keseragaman pemahaman agar
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah tersedianya
pedoman petunjuk teknis pelaksanaan anggaran dan tersosialisasinya informasi
tentang pedoman petunjuk teknis pelaksanaan anggaran kepada pelaksana
anggaran di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
13
5. Pengembangan sistem informasi manajemen keuangan
Dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 17
Tahun 2003 dan meraih Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), maka Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan upaya yaitu
dengan membuat sistem informasi manajemen keuangan (SIMKEU) di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Hasil yang diperoleh
dari pengembangan sistem informasi manajemen keuangan adalah proses
pelayanan keuangan berjalan dengan cepat, seragam dan akurat mulai dari
pengajuan daftar nominatif, surat tugas sampai dengan laporan kegiatan sehingga
diperoleh dokumen pertanggungjawaban keuangan yang handal dan akuntabel.
6. Penyusunan Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
Hasil yang diperoleh dari kegiatan penyusunan laporan keuangan adalah
tersusunnya laporan keuangan Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan serta laporan keuangan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan secara cepat, transparan, akurat, lengkap dan tepat waktu.
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan dalam menyususn
akuntabilitas kinerja Unit Akuntansi instansi (UAI). Laporan keuangan yang disusun
meliputi laporan realisasi anggaran yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dengan realisasi yang mencakup unsur pendapatan dan belanja selama
periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember; neraca yang menggambarkan
posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana; serta catatan
atas laporan keuangan yang menggambarkan penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran dan
neraca. Laporan keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu
serangkaian
prosedur
manual
maupun
yang
terkomputerisasi
mulai
dari
pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan
posisi keuangan dan operasi keuangan pada kementerian/lembaga. Manfaat
laporan keuangan digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan akuntabilitas
dan transparansi pengelolaan keuangan negara serta memberi informasi pada
pengambilan keputusan dalam usaha mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
14
Persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan Program Kefarmasian di
Indikator 2
daerah dalam rangka dekonsentrasi
Tabel 6
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator persentase dukungan manajemen dan
pelaksanaan program kefarmasian di daerah dalam rangka dekonsentrasi tahun 2012
INDIKATOR KINERJA
Persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian di daerah dalam rangka
dekonsentrasi
TARGET
2012
80%
REALISASI 2012
CAPAIAN
89,44%
111,80%
Tabel 7
Perbandingan kinerja indikator persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di daerah dalam rangka dekonsentrasi
tahun 2010-2012
Persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di
daerah dalam rangka dekonsentrasi
Tahun
Target
Realisasi
Capaian
2010
60%
67,29%
112,15%
2011
70%
90,92%
129,88%
2012
80%
89,44%
111,8%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
15
Gambar 3. Perbandingan
pelaksanaan
kinerja indikator dukungan manajemen dan
program
kefarmasian dan alat kesehatan di
daerah dalam rangka dekonsentrasi tahun 2010-2012
Kondisi yang dicapai:
Indikator dukungan manajemen dan pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan di daerah dalam rangka dekonsentrasi merupakan salah satu penerapan
pembagian kewenangan di bidang kesehatan (terutama kefarmasian) dan fasilitasi
terhadap pembagian tersebut. Melalui dekonsentrasi, Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan diharapkan dapat terlaksana dengan baik hingga ke tingkat provinsi,
kabupaten/kota, dan fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah. Oleh karenanya,
dukungan terhadap hal ini diberikan dalam bentuk penganggaran dan asistensi
pelaporan bagi satuan kerja penerima dana dekonsentrasi.
Pada tahun 2012, capaian indikator ini telah mencapai 111,8% (target 80%, realisasi
89,44%). Capaian ini diukur dengan membandingkan alokasi dana dekonsentrasi yang
dilaksana – pertanggungjawabkan terhadap total alokasi dana dekonsentrasi tahun
2012. Berdasarkan nilai capaian, maka target indikator ini senantiasa tercapai hingga
tahun ketiga pemberlakuan Renstra Kementerian Kesehatan periode 2010 – 2014.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
16
Permasalahan:
Capaian indikator dukungan manajemen dan pelaksanaan Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan di daerah dalam rangka dekonsentrasi tidak terlepas dari masalah
yang dihadapi sebagai berikut :
1.
Belum optimalnya kinerja satuan kerja
penerima dana dekonsentrasi dalam
pelaporan program pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan.
2.
Kendala geografis dalam realisasi dana distribusi obat dan vaksin, dimana
kesulitan mencapai Kabupaten/Kota cukup besar sehingga Provinsi tidak
memanfaatkan dana tersebut secara optimal.
Usul pemecahan masalah:
Terhadap masalah – masalah yang dijumpai, dapat diusulkan antisipasi sebagai
berikut:
1.
Advokasi dan peningkatan pengetahuan tentang pelaporan program dan
pertanggungjawaban keuangan bagi sumber daya manusia satuan kerja
penerima dana dekonsentrasi.
2.
Penerapan mekanisme reward and punishment bagi kewajiban pelaporan
pertanggungjawaban.
Dalam rangka mencapai indikator persentase dukungan manajemen dan pelaksanaan
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di daerah dalam rangka dekonsentrasi,
telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.
Pemutakhiran data kefarmasian
Lingkup data yang dimutakhirkan adalah data obat publik dan perbekalan
kesehatan, data pelayanan kefarmasian, data produksi dan distribusi alat
kesehatan, data produksi dan distribusi kefarmasian dan data-data terkait
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Tujuan dilaksanakan kegiatan pemutakhiran data kefarmasian adalah sebagai
berikut:
-
Meningkatkan validitas data kefarmasian dan alat kesehatan serta
memperkecil kesalahan yang timbul agar diperoleh data yang akurat.
-
Pelaksanaan pengelolaan data secara terpadu dan terencana sebagai
informasi dan acuan dalam pengambilan keputusan.
Dalam pertemuan dipaparkan kebijakan pemutakhiran data kefarmasian dan alat
kesehatan tingkat nasional tahun 2012, teknik pengumpulan data dan analisis
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
17
data, strategi penyusunan profil kesehatan kabupaten/kota seperti rencana
strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 serta diskusi antara peserta
dan panitia.
Dari pemutakhiran data kefarmasian dan alat kesehatan diperoleh kesepakatan
tentang data kefarmasian yang benar dan mutakhir baik data agregat maupun
data individu yang berbasis bukti antara Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan dengan Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan dunia usaha kefarmasian dan alat kesehatan.
Gambar 4. Pertemuan Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Seluruh Indonesia Tahun 2012
2.
Rapat Konsultasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tema rapat konsultasi nasional tahun 2012 adalah “Dengan komitmen bersama
pusat – daerah menjamin ketersediaan dan pemerataan obat dan vaksin serta
keamanan alat kesehatan dalam mendukung Universal Coverage”. Tujuan acara
ini adalah meningkatkan pemahaman unit lintas program dan lintas sektor terkait
pencapaian program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2012 sehingga
dapat disusun suatu rumusan komitmen serta rekomendasi dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian serta pemerataan ketersediaan obat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
18
dan
perbekalan
kesehatan.
Pertemuan
Konsultasi
Nasional
Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menghasilkan rumusan komitmen dan
rekomendasi yang menjadi acuan bersama dalam mengevaluasi rencana
kegiatan tahun berjalan serta dalam mengantisipasi perkembangan dan
menetapkan prioritas program, sasaran dan kegiatan tahun 2013. Adanya
komitmen dan rekomendasi tersebut diharapkan mendukung arah kebijakan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
serta
menjamin
terlaksananya
berbagai
upaya
kegiatan
prioritas
yang
mempunyai daya ungkit besar dan bersifat reformatif akseleratif khususnya
dalam upaya meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat di seluruh
fasilitas kesehatan.
Gambar 5. Pertemuan
Rapat
Konsultasi
Nasional
Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
3.
Penyusunan perencanaan dan anggaran pada anggaran dekonsentrasi
Tujuan penyusunan perencanaan dan anggaran pada anggaran dekonsentrasi
adalah tersusunnya dokumen perencanaan dan anggaran dekonsentrasi
program kefarmasian dan alat kesehatan sebagai upaya menjamin ketersediaan
obat dan alat kesehatan di setiap fasilitas kesehatan, dalam rangka mendukung
pencapaian indikator rencana strategis dan Rencana Pembangunan Jangka
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
19
Menengah Nasional (RPJMN), pencapaian Millennium Development Goals
(MDGs) serta peningkatan mutu pelayanan kefarmasian guna mewujudkan
peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan. Perencanaan yang
komprehensif dan sinergis antara pusat dan provinsi perlu dilakukan melalui
pertemuan koordinasi untuk menyamakan persepsi, kebijakan, dan langkahlangkah dalam mewujudkan visi dan misi Kementerian Kesehatan dalam rangka
sinkronisasi dan kesinambungan pembangunan kesehatan di daerah khususnya
program kefarmasian dan alat kesehatan. Hasil dari pertemuan ini didapatkan
dokumen perencanaan dan anggaran dekonsentrasi beserta kelengkapan data
dukungnya. Dokumen tersebut diharapkan dapat mendukung ketersediaan obat
dan alat kesehatan di setiap fasilitas kesehatan dalam pencapaian indikator
rencana strategis dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) serta peningkatan
mutu pelayanan kefarmasian guna mewujudkan peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan.
4.
Pengembangan program dan anggaran dana alokasi khusus
Berdasarkan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004, dana alokasi khusus
merupakan dana yang bersumber dari pendapatan anggaran pendapatan
belanja negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah.
Sesuai dengan rumusan sasaran prioritas nasional yang tertuang di dalam
Rencana Kerja Pemerintah, penyediaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan termasuk didalamnya. Dengan pelaksanaan kegiatan pengembangan
program dan anggaran dana alokasi khusus, maka alokasi dana alokasi khusus
subbidang pelayanan kesehatan
yang diberikan melalui dana perimbangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat digunakan sesuai target
program kefarmasian dan alat kesehatan sesuai rencana strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2010-2014.
5.
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tingkat Nasional
Perencanaan yang telah disusun tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak di
ikuti dengan sistem pengendalian dan evaluasi yang memadai terhadap
pelaksanaannya. Untuk mengatur pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
20
perencanaan pembangunan, maka pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan.
Kegiatan
Pertemuan
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Tingkat
Nasional
dilaksanakan
untuk
mengkoordinasikan
dan
menyelaraskan
pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan antara pusat dan daerah.
6.
Analisa dan evaluasi terpadu pelaksanaan prioritas nasional bidang kesehatan
program kefarmasian dan alat kesehatan.
Evaluasi berfungsi untuk mengidentifikasi keluaran (output), hasil (outcome), dan
dampak (impact) dari pelaksanaan program pembangunan kesehatan. Fungsi ini
ditujukan untuk mengetahui pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan program, sehingga dapat dipelajari dan menjadi
bahan pertimbangan bagi periode berikutnya. Pelaporan berfungsi untuk
memberikan informasi secara cepat, tepat, dan akurat kepada pimpinan sebagai
bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang terjadi serta
penentuan kebijakan yang relevan. Pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan melibatkan 38 satuan kerja, yaitu 5 satuan kerja di Pusat dan 33
satuan kerja Dinas Kesehatan Provinsi melalui dana dekonsentrasi. Program ini
secara tidak langsung juga melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sebagai fasilitator bagi pencapaian indikator berbasis sarana pelayanan
kesehatan/masyarakat.
Dalam
evaluasi
terhadap
pelaksanaan
program
memerlukan pengetahuan akan kondisi di masing-masing satuan kerja tersebut
secara komprehensif, sehingga melalui kegiatan analisa dan evaluasi terpadu
pelaksanaan prioritas nasional bidang kesehatan program kefarmasian dan alat
kesehatan diperoleh identifikasi yang jelas tentang pencapaian hasil, kemajuan,
dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kefarmasian dan alat
kesehatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
21
Indikator 3
Jumlah rancangan regulasi yang disusun
Tabel 8
Target, realisasi dan capaian kinerja indikator jumlah rancangan regulasi yang disusun
tahun 2012
INDIKATOR KINERJA
TARGET 2012
Jumlah rancangan regulasi yang disusun
13
REALISASI
2012
15
CAPAIAN
115,38%
Tabel 9
Perbandingan kinerja indikator jumlah rancangan regulasi yang disusun tahun 20112012
Jumlah rancangan regulasi yang disusun *)
Tahun
Target
Realisasi
Capaian
2011
10
12
120%
2012
13
15
115,38%
*) Indikator ini merupakan indikator yang ditetapkan pada pertengahan tahun 2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
22
Gambar 6. Perbandingan kinerja indikator jumlah rancangan regulasi yang
disusun tahun 2011-2012
Kondisi yang dicapai:
Dalam rangka mendukung pelaksanaan program kefarmasian dan alat kesehatan,
telah disusun 15 rancangan regulasi bidang kefarmasian dan alat kesehatan, terdiri
dari:
1.
Rancangan Undang-Undang tentang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Pangan Olahan
2.
Rancangan Undang-Undang tentang Psikotropika
3.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penunjukan PT. Kimia Farma
sebagai Pelaksana Paten oleh Pemerintah
4.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Praktik
Apoteker (Apotek)
5.
Rancangan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
tentang
Standar
Pelayanan
Kesehatan
tentang
Standar
Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
6.
Rancangan
Peraturan
Menteri
Kefarmasian di Apotek
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
23
7.
Rancangan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
tentang
Standar
Pelayanan
Kesehatan
tentang
Standar
Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
8.
Rancangan
Peraturan
Menteri
Kefarmasian di Klinik
9.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pengobatan Dasar
di Puskesmas
10.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Ekspor Impor Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
11.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Iklan Alat Kesehatan
12.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Rencana Kebutuhan Tahunan
dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
13.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Instalasi Farmasi
14.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pemasukan Obat, Obat
Tradisional dan makanan serta Alat Kesehatan melalui skema Khusus (Special
Acces Scheme)
15.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pemusnahan Sediaan
Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Permasalahan:
1.
Belum
adanya
Mekanisme
Tatalaksana
dalam
Penyusunan
Peraturan
Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kesehatan sebagai acuan
dalam menyusun peraturan bidang kefarmasian dan alat kesehatan
2.
Adanya isu nasional yang menjadi prioritas untuk segera ditetapkan regulasinya,
sehingga kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya menjadi tertunda.
3.
Lamanya dan tidak terprediksinya waktu yang dibutuhkan pada pembahasan dan
penyusunan peraturan perundang-undangan
Usul pemecahan masalah:
1.
Mengusulkan kepada Kepala Biro Hukum dan Organisasi untuk segera
menetapkan Tatalaksana Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di
Lingkungan Kementerian Kesehatan.
2.
Dilakukan penjadwalan ulang kegiatan penyusunan peraturan perundangundangan bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
3.
Melakukan koordinasi secara intensif dengan lintas program dan lintas sektor
dalam penyusunan peraturan perundang-undangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Setditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
24
Dalam rangka mencapai indikator jumlah rancangan regulasi yang disusun, telah
dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.
Penyusunan peraturan perundang-undangan bidang Kefarmasian
Sebagai suatu kesatuan sistem hukum, penyusunan peraturan perundangundangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan hukum
nasional secara keseluruhan. Seiring dengan perkembangan zaman, ada
peraturan yang dianggap tidak lagi memenuhi kebutuhan hukum dan tidak
relevan lagi sehingga perlu diinventarisir, diperbaharui dan disempurnakan. Pada
tahun 2012 telah diadakan pertemuan dalam rangka pembahasan rancangan
undang-undang tentang sediaan farmasi, rancangan undang-undang tentang
psikotropika, rancangan peraturan menteri kesehatan tentang impor dan ekspor
narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi, rancangan peraturan menteri
kesehatan tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, rancangan
peraturan menteri kesehatan tentang rencana kebutuhan tahunan dan pelaporan
narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi, rancangan peraturan menteri
kesehatan tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, rancangan
peraturan menteri kesehatan tentang apotek dan rancangan peraturan menteri
kesehatan tentang pengobatan dasar di puskesmas.
2.
Pemantauan pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian
dan alat kesehatan
Pada tahun 2012 pemantauan dan evaluasi peraturan perundang-undangan
bidang kefarmasian dan alat kesehatan dilaksanakan di 26 provinsi untuk
mengevaluasi program hukum di bidang kefarmasian dan alat kesehatan,
memperoleh bahan masukan dan data riil yang diperlukan serya mengetahui
hambatan yang ada dalam pelaksanaan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan. Pemantauan dan evaluasi juga dilakukan dalam rangka
sinkronisasi pemahaman peraturan perundang-undangan antara pusat dan
daerah dan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman petu