Sambutan Presiden Joko Widodo pada acara Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun PGRI ke 71

Sambutan Presiden Joko Widodo pada acara Hari Guru Nasional
dan Hari Ulang Tahun PGRI ke-71
Di Sentul International Convention Center, Jawa Barat.
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang, salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu.
Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja, para kepala daerah,
Yang saya hormati seluruh pimpinan lembaga negara yang hadir,
Yang saya hormati Ketua dan seluruh jajaran pengurus dan anggota PGRI, Persatuan Guru Republik
Indonesia,
Yang saya hormati Ketua dan jajaran pengurus dan anggota Ikatan Guru Indonesia,
Yang saya hormati Ketua dan seluruh jajaran pengurus dan anggota Federasi Serikat Guru Indonesia,
Yang saya hormati Ketua dan seluruh jajaran pengurus dan anggota Persatuan Guru Nahdlatul Ulama,
Yang saya hormati Ketua, jajaran pengurus, dan anggota Forum Guru Muhammadiyah,
Yang saya hormati Ketua dan seluruh jajaran pengurus dan anggota Persatuan Guru Seluruh Indonesia,
Yang saya hormati Ketua dan seluruh jajaran pengurus Ikatan Guru Madrasah,
Yang saya hormati Ketua dan jajaran pengurus Ikatan Guru Raudhatul Athfal ,
Yang saya hormati Ketua dan jajaran pengurus, anggota Himpunan Pendidik Anak Usia Dini,
Yang saya hormati Ketua dan jajaran pengurus, anggota Persatuan Guru Sejahtera dan Jaringan
Sekolah Islam Terpadu,

Yang saya hormati Ketua dan jajaran pengurus dan anggota Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia,
Yang saya hormati Ketua dan jajaran pengurus dan anggota Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia,
Yang saya hormati Ketua dan jajaran pengurus dan anggota Musyawarah Guru Bimbingan Konseling.

Hadirin dan tamu undangan yang berbahagia,
Selaku Presiden Republik Indonesia dan secara pribadi saya ingin mengucapkan
Selamat Hari Guru Nasional kepada seluruh guru di tanah air, dimanapun Saudarasaudara berada, khususnya yang berada di pelosok-pelosok dan yang berada di
daerah-daerah perbatasan. Kedua, saya juga ingin mengucapkan Selamat Hari Ulang
Tahun ke-71 kepada PGRI.
Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Yang pertama yan berkaitan dengan keberagaman kita, yang berkaitan dengan NKRI,
yang berkaitan dengan Pancasila, yang berkaitan dengan Undang-Undang Dasar 1945,
dan yang berkaitan dengan Bhinneka Tunggal Ika. Kenapa ini saya sampaikan? Karena
Bapak/Ibu gurulah yang bisa membimbing, mengisi anak-anak didik kita agar mereka
tahu secara jelas betapa negara kita Indonesia ini adalah beragam. Tidak ada di negara
manapun di seluruh dunia ini negara yang memiliki 17.000 pulau. Ada 516
kabupaten/kota, ada 34 provinsi, ada 700 suku, dan 1.100 bahasa lokal yang ada di
negara kita. Betapa kita ini sangat beragam.

Saya bisa menyampaikan ini, bisa merasakan karena saya telah datang di paling ujung

barat negara kita, di titik 0, di Sabang, Provinsi Aceh. Kemudian ke ujung, ke paling
timur, di Merauke. Kemudian ke paling utara, itu kalau dari Manado naik kapal 12 jam,
ke pulau Miangas. Saya adalah Presiden pertama yang datang ke Miangas. Pulaunya
kecil, hanya dihuni oleh kurang lebih 800 orang.
Inilah perbedaan-perbedaan yang merupakan anugerah dari Allah yang diberikan
kepada negara kita, Indonesia. Inilah yang harus kita jaga dan kita rawat. Betul-betul
berbeda. Seni budaya ribuan, mungkin puluhan ribu. Seperti tadi yang ditampilkan dari
Maluku. Berbeda nanti kalau yang tampil dari Aceh. Berbeda kalau nanti yang tampil
dari Kalimantan. Berbeda lagi kalau nanti yang tampil dari saudara-saudara kita di
Wamena, di Yahukimo, di Nduga. Beda-beda, memang kita ini beda-beda. Inilah sekali
lagi anugerah yang diberikan Allah kepada kita.
Hal-hal seperti ini yang harus kita sampaikan kepada anak didik kita. Saya berikan
contoh, satu provinsi saja, setelah “assalamualaikum” ada salam lokal yang berbedabeda. Satu provinsi saja, di Sumatera Utara. Di sebelah selatan salamnya “Ya’ahowu”,
beda. Begitu masuk ke tengah sedikit sudah beda lagi, “Mejuah-juah”. Agak ke timur,
beda lagi, “Juah-juah”, tidak pakai “Me” tapi “Juah-juah”. Ke utara langsung beda lagi,
“Horas”. Ini satu provinsi. Saya dulu tahunya “Horas”. Waktu saya di selatan, saya
hampir saja ngomong “Horas”. “Pak, bukan horas, Pak, ya’ahowu”. Ini sekali lagi baru
satu provinsi. Bayangkan 516 kota dan kabupaten yang kita punyai? Inilah
keberagaman yang harus disampaikan kepada anak didik kita bahwa kita semua ini
adalah saudara, NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Inilah yang saya minta kepada Bapak/Ibu guru selalu sampaikan hal-hal ini kepada
anak didik kita agar kita semuanya bisa satu, bisa rukun di antara saudara-saudara kita.
Kita memang berbeda-beda, beda kulit, beda rambut, beda mata. Semuanya memang
beda. Karena hanya kepada Bapak/Ibu gurulah saya ingin menyampaikan ini agar anak
didik kita, bangsa ini ke depan tetap satu NKRI ini dalam keadaan dan situasi apapun.
Karena yang menjadikan seseorang itu menjadi jenderal, yang menjadikan seseorang
itu menjadi menteri, dan saya sendiri bisa berdiri di sini menjadi Presiden juga karena
Bapak dan Ibu guru. Saya ingin memberikan penghormatan kepada Bapak/Ibu
semuanya, Bapak/Ibu guru. Tanpa itu, saya tidak bisa berdiri di sini sebagai Presiden
Republik Indonesia.
Yang kedua yang ingin saya sampaikan, yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter
bangsa Indonesia. Nilai-nilai etika, nilai-nilai kejujuran, nilai-nilai kedisiplinan, nilai-nilai
optimisme, nilai-nilai kerja keras, mohon agar ini juga terus disuntikkan kepada anakanak didik kita. Etika berbicara, etika menghormati guru, etika menghormati orang tua,
etika menghormati seniornya. Karena ini adalah nilai-nilai Indonesia. Sejak dini, sejak di
pendidikan usia dini, di PAUD, sejak pendidikan di TK, sejak pendidikan di sekolah
dasar, sampai ke atas, ke atas. Karena disinilah sebetulnya kita memiliki kekurangan
yang harus kita perbaiki.

Saya tahu matematika itu perlu, saya tahu. Saya tahu Fisika itu juga perlu, saya tahu.
Saya tahu PMP/PPKn itu juga diperlukan, kimia itu diperlukan, pelajaran biologi itu

diperlukan, saya tahu. Tetapi yang saya sampaikan tadi, terutama yang untuk anakanak kita yang masih SMP, SD, TK, di PAUD, bahwa nilai-nilai yang tadi saya
sampaikan, nilai-nilai etika, nilai-nilai kejujuran, nilai-nilai kedisiplinan, nilai-nilai kerja
keras, optimisme itu juga perlu sedini mungkin disuntikkan kepada anak didik kita.
Karena apa? Pada tahun 2030, 2040… Sekarang saja pertarungan antarnegara itu
sudah sangat sengit sekali. Saya tidak bisa membayangkan pertarungan antarnegara
tahun 2030, 2040. Kita akan memiliki bonus demografi. Anak-anak produktif yang itu
nanti menjadi kekuatan dan modal negara kita dalam bersaing dengan negara-negara
yang lain. Tetapi kalau nilai-nilai tadi tidak disuntikkan dari mulai sekarang, saya
khawatir nantinya pada tahun itu. Itu adalah tahun emas kita, kita bisa meraih atau tidak
bisa meraih, bisa tinggal landas atau tidak bisa tinggal landas. Dan itu Bapak dan Ibu
guru memiliki peran sentral, memiliki peran yang utama dalam menghantarkan anak
didik kita pada tahun yang tadi saya sampaikan.
Yang ketiga, yang berkaitan dengan media sosial. Ini era keterbukaan yang tidak bisa
kita hambat, dengan cara apapun tidak bisa kita hambat. Dunia sudah seterbuka ini.
Satu-satunya jalan adalah mengisi anak-anak kita dengan pribadi dan karakter dan
nilai-nilai Indonesia.
Kalau kita lihat dalam sebulan ini, tolong dibuka medsos, apa yang ada di situ? Saling
menghujat. Ini bukan nilai Indonesia, bukan tata nilai Indonesia. Saling menghujat,
saling menjelekkan antar anak bangsa, saling memaki ini juga bukan tata nilai
Indonesia. Menghujat, saling menjelekkan, saling memaki, fitnah-fitnah, adu domba ada

semua ini di media sosial kita.
Inilah tugas Bapak/Ibu guru untuk memberitahu kepada anak didik kita. Karena nilainilai ke-Indonesia-an kita bukan itu. Hati-hati, ini bisa infiltrasi asing masuk ke negara
kita dengan cara-cara melemahkan seperti itu, memecah belah seperti itu. Hati-hati.
Dan Bapak/Ibu guru sekali lagi memiliki peran sentral, terutama anak-anak kita yang
mulai menginjak ke SMP, menginjak ke SMA/SMK, agar diberitahu etika
berinternet, netiquette, sopan santun dalam menyampaikan sesuatu di media sosial. Ini
penting sekali. Saya titip agar anak-anak kita diajak bermedia sosial, bermedsos yang
santun dengan tata nilai etika yang baik, mengajak ke hal-hal yang positif, mengajak
positive thinking. Karena itulah nilai-nilai ke-Indonesia-an kita.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terakhir, saya percaya satu orang hebat bisa melahirkan beberapa karya hebat. Tapi
satu guru hebat bisa melahirkan ribuan orang hebat. Dirgahayu guru Indonesia, jadilah
lentera yang memandu bangsa melangkah ke depan menjadi bangsa pemenang.

Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.