SK No 1072 November 2016 Salin
GUBERN{JT{. RIAU
KEPUTUSAN GUBERNUR RIAU
NorLor : ;,
TENTANG
PEMBDNTUKAN SATUAN TUGAS SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR
{SABERPUNGLI) DI PROVINSI RIAU
GUBDRNUR RIAU
Menimbang
:4.
bahwa praktik pungutan liar telah merusak sendi kehidupal
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga perlu
upaya pemberantasan secara tegas, terpadu, efektif, efisien,
dan mampu menimbulkan efek jera;
b.
bahwa berdasarkan lnstruksi Menteri Dalam Negeri Nomor
180/3935/SJ tentang Pengawasan h-rngutan Liar DalaIn
Daerah, Gubernur
Penyelenggaraan Pemerintahan
pengawasan
pembinaan
khususnya
meningkatkan
dan
terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah yang memiliki
risiko terjadinya pungutan liar (pungli);
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimala dimaksud
pada huruf a dan b diatas, perlu menetapkan Keputusan
Gubernur tentang Pembentukar Satuan Tugas Sapu Bersih
Pungutan Liar {Saberpungli) Di Provinsi Riau.
Menglngat
:
1,
Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan
Undang Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang
Pembentukan daerah daerah Swatantra Tk. I Sumatera
Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik lndonesia
Tahun 1957 Nomor 75) sebagai Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor
112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 1646);
2.
Undang-Undalg Nomor 2a Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korrrpsi, Kolusi
dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tatrun
1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
3.
23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repubiik Indonesia
Undang-Undang Nomor
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembarar
Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telair diubai.r
beberapa kaliterakhir dengan Undang Undang Nomor 9
tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679\:
4.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun
2OI2 tentang Stategi Nasional
Pencegahan dan
Pemberantasan Kompsi Jangka Panjang Tahun 2OI2-2O25
dan Jangka Menegah Tah:urr 2012-2014 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 112);
5.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar;
MEMUTUSKAN
:
Menetapkan
KESATU
KEDUA
Membentuk Satuat Tugas Sapu Bersih Pungutar
Liar
(Saberpungli) di Provinsi Riau dengal susunan keanggotaan
sebagaimara tercantum pada lampirar Keputusan Gube.nur ini.
Satuan Tugas sebagaimana dimaksud diktum
KESATU
mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Tugas :
Melaksanakan pemberantasan pungutan liar secara efektif dan
efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan personel, sarana
dan prasaraia, dan satuan kerja yang ada di Provinsi Riau.
b. Wewenang :
1. membangun sistem pencegahan
dan pemberantasan
pungutan liar;
2. mengkoordinasikan, merencanakan, dan melaksanakal
operasi pungutan iiar;
3. melakukan operasi tangkap tangan;
4. memberikan rekomendasi kepada Gubernur untuk
memberikan sanksi kepada pelaku pungutan liar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundaig-undangan;
5. mernberikan rekomendasi pembentukan dan pelal
KEPUTUSAN GUBERNUR RIAU
NorLor : ;,
TENTANG
PEMBDNTUKAN SATUAN TUGAS SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR
{SABERPUNGLI) DI PROVINSI RIAU
GUBDRNUR RIAU
Menimbang
:4.
bahwa praktik pungutan liar telah merusak sendi kehidupal
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga perlu
upaya pemberantasan secara tegas, terpadu, efektif, efisien,
dan mampu menimbulkan efek jera;
b.
bahwa berdasarkan lnstruksi Menteri Dalam Negeri Nomor
180/3935/SJ tentang Pengawasan h-rngutan Liar DalaIn
Daerah, Gubernur
Penyelenggaraan Pemerintahan
pengawasan
pembinaan
khususnya
meningkatkan
dan
terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah yang memiliki
risiko terjadinya pungutan liar (pungli);
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimala dimaksud
pada huruf a dan b diatas, perlu menetapkan Keputusan
Gubernur tentang Pembentukar Satuan Tugas Sapu Bersih
Pungutan Liar {Saberpungli) Di Provinsi Riau.
Menglngat
:
1,
Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan
Undang Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang
Pembentukan daerah daerah Swatantra Tk. I Sumatera
Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik lndonesia
Tahun 1957 Nomor 75) sebagai Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor
112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 1646);
2.
Undang-Undalg Nomor 2a Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korrrpsi, Kolusi
dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tatrun
1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
3.
23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repubiik Indonesia
Undang-Undang Nomor
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembarar
Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telair diubai.r
beberapa kaliterakhir dengan Undang Undang Nomor 9
tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679\:
4.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun
2OI2 tentang Stategi Nasional
Pencegahan dan
Pemberantasan Kompsi Jangka Panjang Tahun 2OI2-2O25
dan Jangka Menegah Tah:urr 2012-2014 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 112);
5.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar;
MEMUTUSKAN
:
Menetapkan
KESATU
KEDUA
Membentuk Satuat Tugas Sapu Bersih Pungutar
Liar
(Saberpungli) di Provinsi Riau dengal susunan keanggotaan
sebagaimara tercantum pada lampirar Keputusan Gube.nur ini.
Satuan Tugas sebagaimana dimaksud diktum
KESATU
mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Tugas :
Melaksanakan pemberantasan pungutan liar secara efektif dan
efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan personel, sarana
dan prasaraia, dan satuan kerja yang ada di Provinsi Riau.
b. Wewenang :
1. membangun sistem pencegahan
dan pemberantasan
pungutan liar;
2. mengkoordinasikan, merencanakan, dan melaksanakal
operasi pungutan iiar;
3. melakukan operasi tangkap tangan;
4. memberikan rekomendasi kepada Gubernur untuk
memberikan sanksi kepada pelaku pungutan liar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundaig-undangan;
5. mernberikan rekomendasi pembentukan dan pelal