PERDA TTG KEKAYAAN DAERAH2

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH
NOMOR 17 TAHUN 2003
TENTANG
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PRABUMULIH,
Menimbang

: a.

b.

c.

Mengingat

bahwa Retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan yang cukup
potensial guna membiayai penyelenggaraan Pemerintahan dan
Pembangunan Daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung
jawab;
bahwa terhadap Kekayaan Daerah seperti gedung/bangunan milik

Pemerintah Kota Prabumulih, kendaraan dan kekayaan lainnya
pemakainya perlu ditertibkan diberdayakan sehingga dapat dijadikan
sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah;
bahwa untuk memenuhi maksud tersebut Huruf b perlu diatur dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota.

: 1.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480 )

2.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 49 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685 );

3.


Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);

4.

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000
Nomor 246 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

5.

Undang-undang Nomor 06 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota
Prabumulih (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
86; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4113);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1983 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3258);

2

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139 );

8.

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999tentang Teknik Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70).

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PRABUMULIH

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

:

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TENTANG RETRIBUSI
PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kota Prabumulih;
2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Prabumulih;
3. Walikota adalah Walikota kota Prabumulih;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota Prabumulih
5. Dinas Pekerjaan Umum adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota
Prabumulih;

6. Kekayaan Daerah itu adalah barang-barang milik Pemerintah Daerah
yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang mempunyai nilai
ekonomis dan dapat dimanfaatkan orang lain;
7. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah yang selanjutnya disebut
Retribusi adalah biaya yang dipungut atas Penggunaan Pelayanan
Pemakaian Kekayaan Daerah ;
8. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kota Prabumulih;
9. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah , yang selanjutnya disingkat
SPRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk
melapor perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terhutang
menurut Peraturan Retribusi;
10. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang digunakan
yang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan
untuk melakukan pembayaran Retribusi termasuk pemungut atau
pemotong Retribusi tertentu;

3
11. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
batas waktu bagi wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa perizinan
tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

12. Surat Penetapan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SPRD adalah
Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang
terutang;
13. Surat Tagihan Retribusi Daerah , yang dapat disingkat STRD adalah
surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sangsi administrasi
berupa bunga atau denda;
14. Pendataan dan Pendaftaran adalah serangkaian kegiatan untuk
memperoleh data atau informasi serta penatausahaan yang dilakukan
oleh petugas Retribusi dengan cara penyampaian Surat Tagihan
Retribusi Daerah (STRD) kepada wajib Retribusi untuk diisi secara
lengkap dan benar;
15. Perhitungan Retribusi Daerah adalah perincian besarnya
Retribusiyang harus dibayar oleh Wajib Retribusi (WR) baik pokok
Retribusi, bunga kekurangan pembayaran Retribusi, kelebihan
pembayaran Retribusi maupun sangsi administrasi;
16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah lebih Bayar, yang disingkat
SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih
besar daripada Retribusi yang terutang dan tidak seharusnya terutang;
17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar, Yang disingkat

SKRDKB adalah surat keputusan yang memutuskan besarnya
Retribusi Daerah terutang;
18. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus
dipenuhi oleh wajib Retribusi sesuai dengan Surat Keterangan
Retribusi Daerah (SKRD) dan Surat Tagihan Retribusi Daerah
(STRD) ke kas Daerah atau ketempat lain yang ditunjuk dengan
batas waktu yang telah ditentukan;
19. Penagihan Retribusi Daerah adalah serangkaian kegiatan pemungutan
Retribusi Daerah yang diawali dengan penyampaian Surat
Peringatan, Surat Teguran yang bersangkutan melaksanakan
kewajiban untuk membayar Retribusi sesuai dengan jumlah Retribusi
yang terutang ;
20. Utang Retribusi Daerah adalah sisa utang Retribusi atas nama wajib
Retribusi tercantum pada Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD)
Surat Keterangan Retribusi Daerah Kurang Bayar (SKRDKB) atau
(Surat Keterangan Retribusi Daerah Keterlambatan Bayar Tagihan)
SKRDKBT yang belum kadaluarsa dan Retribusi lainnya yang
terutang.
21.
BAB II

NAMA , OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut Retribusi
sebagai pembayaran atas Pemakaian Kekayaan Daerah dan fasilitas yang
disediakan oleh Pemerintah Kota.

4
Pasal 3
Obyek Retribusi adalah pemberian hak oleh Pemerintah Kota atas
Pemakaian Kekayaan Daerah untuk jangka waktu tertentu.
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah orang atau badan di luar lingkungan Pemerintah
Kota yang memperoleh hak untuk menggunakan Kekayaan Daerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah merupakan Golongan Retribusi
Jasa Usaha.

BAB IV

PERIZINAN
Pasal 6
(1). Setiap orang atau badan yang akan menggunakan kekayaan Daerah
harus mendapat izin dari Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.
(2). Syarat-syarat dan Prosedur permohonan izin serta Tata cara
pemakaian kekayaan Daerah akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

BAB V
PRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI SERTA CARA
MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA RETRIBUSI.
Pasal 7
(1). Prinsip yang dianut dalam penetapan Sruktur dan besarnya tarif
Retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh imbalan yang
layak dengan maksud untuk memelihara Kekayaan tersebut agar
dapat bertahan lama.
(2). Cara mengukur tingkat Retribusi adalah lamanya dan banyaknya
pemakaian Kekayaan Daerah .

5

BAB VI
TATA CARA PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 8
(1) Penetapan Retribusi berdasarkan
SPRD dengan menerbitkan
SKRD.
(2) Dalam hal SPRD tidak dipenuhi oleh Wajib Retribusi sebagaimana
mestinya maka diterbitkan SKRD secara jabatan.
(3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan
oleh Walikota.
Pasal 9
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru atau data
yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah
Retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRD tambahan.
BAB VII
STRUTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 10
(1) Dasar Penetapan Retribusi adalah lamanya dan banyaknya pemakaian
Kekayaan Daerah.
(2) Besarnya Retribusi Pemakaian Kekayaan daerah adalah sebagai berikut :

a. Retribusi Kendaraan / alat-alat berat per hari di luar biaya pengemudi/
operator,BBM dan Mobilisasi /Demobilisasi:
Jenis Angkutan :
1. Dump Truck Kapasitas 2,5 s/d 3,5 ton……Rp. 125.000,-/hari
2. Dump Truck Kapasitas 5 ton……………. .Rp. 170.000.-/hari
3. Truck Bak Kayu………………………......Rp. 150.000,-/hari
4. Mobil Tinja ……………………………….Rp. 175.000.-/hari
5. Amrol Truck ………………………………Rp. 175.000.-/hari
6. Mobil Tangki Air…………………………..Rp. 175.000.-/hari
7. Lavatoriy Truck……………………………Rp. 150.000.-/hari
8. Truck Loader………………………………Rp. 400.000.-/hari
9. Kontainer……………………...……………Rp.100.000.-/hari
10. Mobil Jenasah………………………………Rp.150.000.-/hari
11. Mobil Ambulan…………………………….Rp.150.000.-/hari
b. Retribusi Tanah:
1.Retribusi tanah untuk pemasangan sarana atau media luas ruang
sebesar 1 % x hd x 12 x luas.
2. Retribusi tanah yang dipergunakan untuk ……… tanaman
hias, ukiran dan patung-patung kesenian sebesar Rp
100/M2/bulan.
3. Retribusi tanah yang dipergunakan untuk usaha sebesar 0,5%
x Rp harga tanah x 12 bulan x luas tanah.
c. Retribusi Gedung / Bangunan
1. Gedung Balai Karya / Serbaguna / sebesar Rp. 150.000/ hari.
2. Gedung Olah Raga ( GOR ) sebesar Rp. 250.000/ hari
3. Gedung Balai Kecamatan sebesar Rp.100.000/ hari
4. Gedung Balai Kelurahan sebesar Rp. 50.000/ hari
5. Gedung Sekolah :
a. Untuk Sekolah sebesar Rp.25.000/ bulan
b. Untuk Kursus sebesar Rp. 20.000/bulan
d. Lapangan Olah Raga
1. Tenis sebesar Rp 100.000/band /bulan
2. Volly sebesar Rp.50.000/bulan
3. Bulu Tangkis sebesar Rp. 75.000/bulan
4. Bola Kaki sebesar Rp.100.000/bulan.

6
Lapangan Bola Kaki untuk Kegiatan Pertunjukan dan pameran sebesar
Rp.100.000/hari.
e. Retribusi W . C. umum
i. Di pasar sebesar Rp 100.000/lokasi/bulan.
ii. Di terminal sebesar Rp 200.000/lokasi/bulan.
iii. Organ Tunggal sebesar Rp. 150.000/hari.

BAB VIII
CARA MENGHITUNG RETRIBUSI
Pasal 11
Besarnya Retribusi yang terutang oleh orang atau badan yang memakai
Kekayaan dan fasilitas Daerah dihitung dengan cara mengalikan dasar
penetapan Retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1) Peraturan
Daerah ini dengan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (2)
Peraturan Daerah ini.

BAB IX
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 12
(1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut dalam
Daerah.
(2) Masa Retribusi adalah masa lama kontrak berlangsung .

wilayah

BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13
(1)
(2)
(3)

Pemungutan retribusi tidak dapat di borongkan .
Retribusi dipungut dengan menggunakan SPRD atau dokumen
lainyang disamakan.
Hasil pemungutan disetor ke Kas Daerah melalui bendahara khusus
Penerima.
BAB XI
INSTANSI PEMUNGUT
Pasal 14

(1)
(2)

Instansi pemungut adalah Instansi yang ditetapkan oleh Walikota.
Kepada Dinas / Instansi Pemungut dan Instansi terkait lainya
diberikan biaya pemungutan sebesar 5% dari hasil retribusi yang
disetor ke kas Daerah.
(3) Pembagian biaya pemungutan sebagaimana dimaksud ayat (2) akan
diatur lebih lanjut oleh Walikota.
Pasal 15

7
(1). Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 14
Peraturan Daerah ini didiberikan tanda bukti pembayaran .
(2). Setiap Pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.
(3). Bentuk isi, kualitas, ukuran buku dan tanda bukti pembayaran
Retribusi ditetapkan oleh Walikota
BAB XII
TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN
Pasal 16
(1).

(Surat Keterangan Retribusi Daerah) SKRD, (Surat Keterangan
Retribusi Daerah) SKRD secara jabatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 ayat (1) Peraturan Daerah ini, (Surat Keterangan
Retribusi Daerah) SKRD tambahan sebagaimana dimaksud Pasal 8
ayat (2) Peraturan Daerah ini dan (SuratTagihan Retribusi Daerah)
STRD sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (2) Peraturan Daerah
ini dicatat dalam buku Retribusi masing-masing.
(2). Besarnya penetapan dan penyetoran Retribusi dihimpun dalam
buku Retribusi .
(3). Atas dasar buku Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Pasal ini dibuat daftar penerimaan dan tunggakan perjenis
Retribusi.

(4). Berdasarkan daftar penerimaan dan tunggakan dimaksud
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini dibuat laporan
realisasi penerimaan dan tunggakan perjenis Retribusi sesuai masa
Retribusi.
(5). Arsip dokumentasi yang telah dicatat disimpan sesuai nomor berkas
secara berurutan.
BAB XIII
TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 17
(1). Pengeluaran Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis
sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan
segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran .
(2). Dalam Jangka waktu 7 (tujuh ) hari setelah tanggal Surat Teguran /
Surat Peringatan lain yang sejenis ,Wajib Retribusi harus melunasi
Retribusinya yang terutang.
(3). Surat teguran sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan
oleh Walikota.
Pasal 18
Bentuk-bentuk formulir yang dipergunakan untuk melaksanakan
penagihan Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 17 Peraturan
Daerah ini ditetapkan oleh Walikota.
BAB XIV
PENGURANGAN KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 19
(1). Walikota dapat memberikan pengurangan dan keringanan Retribusi
setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(2). Tata cara pemberian pengurangan keringanan
sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Walikota.

8
Retribusi

BAB XV
TATA CARA PEMBETULAN PENGURANGAN KETETAPAN
PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN ADMINISTRASI
DAN PEMBATALAN
Pasal 20
(1). Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD
dan STRD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis ,
kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan
perundang-undangan Retribusi Daerah.
(2). Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi berupa bunga dan kenaikan
Retribusi yang terutang dalam hal sangsi tersebut dikenakan Wajib
Retribusi atau bukan kesalahannya.
(3). Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau
pembatalan ketetapan Retribusi yang tidak benar.

(4). Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud ayat (1)
pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi
administrasi sebagaimana dimaksud ayat (3) harus di sampaikan
secara tertulis oleh Wajib Retribusi kepada Walikota
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimakan SKRD
dan STRD dengan memberikan alasan yang jelas dan meyakinkan.
(5). Keputusan atas permohonan sebagaimana dimaksud ayat (2)
dikeluarkan oleh Walikota paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat
Permohonan diterima.
(6). Apabila setelah lewat 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) Walikota tidak memberikan keputusan maka permohonan
pembetulan pengurangan ketetapan penghapusan atau pengurangan
sanksi administrasi dan pembatalan dianggap dikabulkan.
BAB XVI
TATA CARA PENYELESAIAN KEBERATAN
Pasal 21
(1). Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan keberatan atas
SKRD dan STRD.
(2). Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus
disampaikan secara tertulis kepada Walikota paling lama 2 (dua)
bulan sejak tanggal SKRD dan STRD diterbitkan.
(3). Pengajuan keberatan tidak menunda pembayaran.
(4). Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2) harus diputuskan oleh Walikota dalam jangka waktu paling
lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan
diterima.
BAB XVII
TATA CARA PERHITUNGAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN RETRIBUSI

9
Pasal 22
(1). Wajib Retribusi mengajukan permohonan secara tertulis pada
Walikota untuk perhitungan pengembalian kelebihan pembayaran
tersebut.
(2). Atas dasar permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) atas
kelebihan pembayaran Retribusi dapat langsung diperhitungkan
terlebih dahulu dengan uang Retribusi dan atau sangsi administrasi
berupa bunga oleh Walikota.
(3). Atas permohonan sebagaimana dimaksud ayat (2) yang berhak atas
kelebihan pembayaran tersebut dapat diperhitungkan dengan
pembayaran Retribusi selanjutnya.

Pasal 23
(1). Dalam hal ini kelebihan pembayaran Retribusi yang masih tersisa
setelah dilakukan perhitungan sebagaimana dimaksud pada pasal
24 diterbitkan SKRDLB paling lama 2 (dua) bulan sejak
diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
Retribusi.

(2). Kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) di berikan kepada Wajib Retribusi paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkan SKRDLB.
(3). Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah
lewat 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB, Walikota Kepala
Daerah memberikan imbalan bunga 2% (dua perseratus) sebulan
atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.
Pasal 24
(1). Pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan
dengan menerbitkan Surat Perintah membayar kelebihan Retribusi.
(2). Atas perhitungan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 ditetapkan
bukti pemindah-bukuan yang berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XVIII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 25
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar di kenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua seperseratus) setiap bulanya dari Retribusi yang terutang yang
tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan
Retribusi Daerah (STRD).
BAB XIX
KETENTUAN PIDANA

10
Pasal 26
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Daerah ini di ancam
dengan Pidana kurungan selama-lamanya 6 ( Enam ) bulan atau
denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000.-( Lima juta Rupiah ).
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) disetor ke Kas Daerah
BAB XX
PENYIDIKAN
Pasal 27
(1). Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerntah
daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
acara hukum pidana;

(2). Wewenang Penyidik sebagaimana pada ayat (1) pasal adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan
atas laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang
Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi
lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai
orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah
tersebut ;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi
Daerah;
d. memeriksa buku-buku,catatan-catatan dan dokumen-dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi
Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan
memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf d;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana
Retribusi Daerah;
i. memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang
dapat dipertanggung jawabkan.

11

(3). Penyidik seabagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberi
tahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan
kepada penuntut umum setelah dikoordinasikan dengan polisi
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota
Pasal 29
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan .
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatanya dalam
Lembaran Daerah Kota Prabumulih.

Ditetapkan di Prabumulih
pada tanggal 10 September 2003
WALIKOTA PRABUMULIH

RACHMAN DJALILI
Diundangkan di Prabumulih
pada tanggal 25 September 2003
SEKRETARIS DAERAH KOTA
PRABUMULIH

HASBULLAH KEMIS

LEMBARAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2003 NOMOR 29 SERI C

12