FORDA - Jurnal

Kepala Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
Halaman:1-62
Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Vol. 7 No. 1 Juni Th. 2013
ISSN: 1978-8746
Jurnal Penelitian Dipterokarpa adalah media resmi publikasi ilmiah dari Balai Besar Penelitian Dipterokarpa yang
memuat hasil penelitian bidang- bidang Silvikultur, Nilai Hutan, Pengaruh Hutan, Perhutanan Sosial dan Konservasi
Sumberdaya Alam yang terkait dengan ekosistem hutan dipterokarpa. Terbit dua kali dalam setahun, setiap Juni dan
Desember. Terbit pertama kali pada Juni 2007.
Jurnal Penelitian Dipterokarpa is an official scientific publication of the Dipterocarps Research Centre (DiReC)
publishing research findings of Silviculture, Forest Influences, Social Forestry and Natural Resources Conservation
which connected of forest dipterocarps ecosystem. Published two times a year, every June and December. First
published in June 2007.
Penanggung Jawab
(Responsible person)
Dewan Redaksi (Editorial Board):
Ketua merangkap anggota
(Chairman and member)
Anggota (Member)

Mitra Bestari (Peer Reviewer)


Kepala Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
(Director of the DiReC)
Dr. Kade Sidiyasa
(Taksonomi, Balitek KSDA Samboja)
1. Prof. Dr. Wawan Kustiawan (Silvikultur, Fahutan Unmul Samarinda)
2. Prof. Dr. Sipon Muladi (Teknologi Hasil Hutan, Fahutan Unmul Samarinda)
3. Dr. Sukartiningsih (Pemuliaan Tanaman dan Kultur Jaringan, Fahutan Unmul
Samarinda)
4. Dr. Fadjar Pambhudi (Biometrika Hutan, Fahutan Unmul Samarinda)
5. Dr. Djumali Mardji (Hama dan Penyakit Hutan, Fahutan Unmul Samarinda)
6. Dr. Simon Devung (Kehutanan Sosial, Fahutan Unmul Samarinda)
7. Dr. Acep Akbar (Silvikultur, Balai Litbanghut Banjar Baru)
8. Dr. Rizki Maharani (Mikrobiologi dan Biomassa Hutan, B2PD Samarinda)
9. Dr. Tien Wahyuni (Sosial Ekonomi dan Kebijakan, B2PD Samarinda)
1. Prof. Dr. Ir. Iskandar Z Siregar, M.For.Sc (Silvikultur, Fahutan IPB)
2. Prof. Dr. Ir. Mustofa Agung Sardjono (Agroforestry & Perhutanan Sosial,
Fahutan Unmul Samarinda)
3. Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka (Konservasi, Fahutan Unhas Makassar)
4. Prof. Andry Indrawan (Silvikultur, Fahutan IPB Bogor)

5. Ir. Dwi Tyaningsih Adriyanti, MP (Dendrologi, Fitogeografi dan Arsitektur
Pohon, Fahutan UGM Yogyakarta)

Sekretariat Redaksi (Editorial Secretariat):
Ketua merangkap anggota
Kepala Bidang Data, Informasi dan Kerjasama
Chairman and member
(Head of Data, Information and Cooperation)
Anggota (Member)
1. Kepala Seksi Data, Informasi dan Diseminasi.
2. Ir. Selvryda Sanggona.
3. Muhamad Sahri Chair, S. Kom, MT.
4. Maria Anna Raheni, S.Sos.
Isi dari jurnal dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
Citation is permitted with acknowledgement of the source.
Diterbitkan secara teratur satu volume dua nomor setiap tahun oleh Balai Besar Penelitian Dipterokarpa.
Published regularly one volume and two number yearly by the Dipterocarp Research Centre.
Alamat (Address)
Telepon (Phone)
Fax (Fax)

Website/Home page
Email
Percetakan

:
:
:
:
:
:

Jl. A. Wahab Syahranie No. 68, Sempaja, Samarinda, Kalimantan Timur.
+62-541-206364
+62-541-742298
http://b2pd.litbang.dephut.go.id
[email protected]
CV. Artomulyo, Samarinda

ISSN: 1978-8746


JURNAL PENELITIAN DIPTEROKARPA
Vol. 7 No. 1, Juni 2013

DAFTAR ISI
SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU HOREA MACROPTERA ssp. SANDAKANENSIS
(Sym.) ASHTON SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL
P  Mechanical Properties of

 

 ssp.
 (Sym.) Ashton Wood
as Raw Material for Furniture
Andrian Fernandes dan Amiril Saridan

 

MODEL HUBUNGAN TINGGI DAN DIAMETER TAJUK DENGAN DIAMETER
SETINGGI DADA PADA TEGAKAN TENGKAWANG TUNGKUL PUTIH (Shorea
macrophylla (de Vriese) P.S. Ashton) DAN TUNGKUL MERAH (Shorea stenoptera Burck.)

DI SEMBOJA, KABUPATEN SANGGAU
Correlation Model Between Height and Crown Diameter with Diameter at Breast Height on
Tengkawang Tungkul Putih (

 
  (de Vriese) P.S. Ashton) and Tungkul Merah
(

  
 Burck.) Stand in Semboja, Sanggau Regency
Asef K. Hardjana

 !

KAJIAN PELAKSANAAN PELELANGAN KAYU MERANTI DI KALIMANTAN TIMUR
Study onThe Implementation of Meranti Wood Auction in East Kalimantan
Catur Budi Wiati

 "#!


MODEL PENDUGAAN VOLUME POHON DIPTEROCARPUS CONFERTUS V.SLOOTEN
DI WAHAU KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR
Volume Estimation Modelling for $

%  &
% v. Slooten in Wahau East Kutai, East
Kalimantan
Abdurachman

 #"'(

SIFAT TANAH PADA AREAL APLIKASI TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) DI
PT. INTRACAWOOD, BULUNGAN, KALIMANTAN TIMUR
Soil Properties at Selective Cutting and Line Planting (SCLP) Application Area in PT.
Intracawood, Bulungan, East Kalimantan
Rini Handayani dan Karmilasanti

 ')(#

E

P RTUMBUHAN KEBUN PANGKASAN JENIS Shorea leprosula Miq.
Growth of *+,-./ 0.1-,230/ Miq. in Vegetative Multiplication Garden
Deddy Dwi Nur Cahyono, Rayan dan Rini Handayani

4/05 6789:

KEANEKARAGAMAN
FUNGI
MAKRO
PADA
TEGAKAN
BENIH
DIPTEROCARPACEAE DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING DAN TAMAN
NASIONAL SEBANGAU KALIMANTAN TENGAH
The Diversity of Macro Fungy In Forest Seed Stand of Dipterocarpaceae in Tanjung Puting
Nasional Park and Sebangau Nasional Park in Central Kalimantan
Massofian Noor dan Amiril Saridan

4/05 978;:


J?@ AB>B@CDC?> ECADB=FG?=A?
(Journal of Dipterocarps Research)
ISSN : 1978-8746

Vol. 7 No. 1, Juni 2013

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dicopy tanpa ijin dan biaya.
UDC630*832.3
sehingga dapat memberikan data yang cukup mendekati
Andrian Fernandes dan Amiril Saridan (Balai Besar
dari hasil pengukuran yang sebenarnya. Dari hasil
Penelitian Dipterokarpa)
inventarisasi dan identifikasi diketahui bahwa jenis
Sifat Fisik Dan Mekanik Kayu HIJKLM NMOKJPQLKM ssp.
tungkul mendominasi jenis tengkawang di
HMRSMTMRLRUVU (Sym.) Ashton Sebagai Bahan Baku tengkawang
lokasi penelitian dengan kerapatan tegakan berkisar 63
Mebel
166 pohon/ha, yang terdiri dari jenis tungkul putih
J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 1-6

sebanyak 128 pohon (79,48%), dan tungkul merah
Adanya perkembangan industri mebel membuka sebanyak 47 pohon (20,52%). Selanjutnya model regresi
peluang digunakannya jenis-jenis kayu yang kurang hubungan tinggi pohon dengan diameter batang (dbh)
dikenal. Salah satunya adalah HIJKLM WMOKJPQLKM ssp. yang dapat terbangun adalah Ttp = -2,2697 + 1,2711d UMRSMTMRLRUVU (Sym.) Ashton yang tergolong jenis 0,0162d2 (n= 128; R2= 0,8177; SE= 2,1271) untuk tungkul
meranti merah yang belum diketahui sifat dasarnya. putih, sedangkan model regresi untuk tungkul merah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat dasar dan adalah Ttm = -0,0803 + 0,9334d - 0,0072d2 (n= 47; R2=
peluang penggunaan kayu HX WMOKJPQLKM ssp. 0,8759; SE= 1,3891). Persamaan hubungan diameter tajuk
UMRSMTMRLRUVU (Sym.) Ashton sebagai bahan baku dengan diameter batang (dbh) tidak berbeda nyata,
mebel. HX WMOKJPQLKM ssp. UMRSMTMRLRUVU (Sym.) Ashton sehingga dapat disusun pula model persamaan regresi
diambil dari RKT 2012 IUPHHK PT Hutan Sanggam untuk tungkul putih yaitu DTtp = 0,7174 + 0,4360d
Labanan Lestari. Sifat dasar yang diuji meliputi berat 0,0045d2 (n= 128; R2= 0,5172; SE= 1,7739 ) dan tungkul
jenis kayu dan perubahan dimensi kayu mengikuti merah yaitu DTtm = 3,3287d0,2327 (n= 47; R2=0,0658; SE=
standar DIN-2135 1975, pengujian mekanik kayu 0,322).
menggunakan standar uji BS 373-1957, dan pengujian
pengetaman kayu mengikuti standar uji ASTM D-1666- Kata kunci : Diameter tajuk, Tinggi, Diameter batang,
64 1981 yang dimodifikasi oleh Abdurachman dan Tengkawang
Karnasudirdja (1982). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kayu HX WMOKJPQLKM ssp. UMRSMTMRLRUVU (Sym.) UDC630*88
Ashton tergolong ke dalam berat jenis kelas III, Catur Budi Wiati (Balai Besar Penelitian Dipterokarpa).
memiliki kekuatan lengkung statis kelas II, kekuatan Kajian Pelaksanaan Pelelangan Kayu Meranti di

tekan sejajar serat kelas III dan mudah dikerjakan. Kalimantan Timur
Berdasarkan sifat tersebut kayu HX WMOKJPQLKM ssp. J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 19- 28
UMRSMTMRLRUVU (Sym.) Ashton dapat digunakan untuk Kebijakan pelelangan kayu termasuk kayu meranti telah
mengalami beberapa kali perubahan dari SK Menhut No.
bahan baku mebel.
319/Kpts-II/1997 direvisi menjadi Permenhut No.
Kata kunci : HIJKLM WMOKJPQLKM ssp. UMRSMTMRLRUVU P.02/Menhut-II/2005, dan yang terakhir menjadi
(Sym.) Ashton, jenis kurang dikenal, mebel, sifat dasar
Permenhut No. P.48/Menhut-II/2006, dengan harapan
dapat mempercepat proses pelelangan kayu. Artikel ini
UDC630*561.2
bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelelangan kayu
Asef K. Hardjana (Balai Besar Penelitian Dipterokarpa)
Model Hubungan Tinggi dan Diameter Tajuk Dengan meranti di Kalimantan Timur sekaligus untuk mengetahui
Diameter Setinggi Dada pada Tegakan Tengkawang permasalahan yang ada. Hasil penelitian menunjukkan
Tungkul Putih (HIJKLM NMOKJPIYZZM (De Vriese) P.S. bahwa pemerintah mendapat pendapatan sekitar Rp 35
Ashton) dan Tungkul Merah (HIJKLM HQLRJPQLKM Burck.) milyar pada tahun 2006 dan Rp 17 milyar pada tahun 2007
dari hasil pelelangan kayu termasuk meranti di KPKNL
Di Semboja, Kabupaten Sanggau.
Samarinda. Nilai ini tidak termasuk nilai lelang barangJ. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 7-18

barang bukan kayu seperti kapal motor dan truk. Namun
Pengukuran diameter merupakan pekerjaan yang relatif
demikian pelaksanaan pelelangan kayu di Kalimantan
mudah, murah dan dapat menghasilkan ukuran yang
Timur masih tidak berjalan maksimal karena ketiadaan
akurat, sedangkan pengukuran tinggi dan tajuk pohon
pendanaan untuk melaksanakan illegal logging,
merupakan pekerjaan yang relatif sulit dan
terbatasnya jumlah PPNS di institusi kehutanan dan
membutuhkan banyak tenaga. Penyusunan model
lemahnya koordinasi antar institusi yang menangani
hubungan antara tinggi pohon dan tajuk pohon dengan
pelelangan kayu.
diameter pohon merupakan salah satu alternatif teknis
yang dapat mengurangi pekerjaan pihak pengguna Kata kunci : pelelangan kayu, meranti, perubahan
dalam mengukur tinggi dan diameter tajuk pohon,
kebijakan, Dinas Kehutanan

UDC630*524.315
Abdurachman (Balai Besar Penelitian Dipterokarpa)
Model Pendugaan Volume Pohon [\]^_`abc`]de
fagh_`^de V. Slooten di Wahau Kutai Timur,
Kalimantan Timur.
J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 29-34.
Beberapa persamaan sederhana dianalisis dari pohon
[\]^_`abc`]de bagh_`^de yang datanya diambil di PT
Gunung Gajah Abadi Wahau Kutai Timur, Kalimantan
Timur . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membangun persamaan yang akurat yang dapat dipakai
untuk penaksiran volume pohon pada daerah
penelitian.Model persamaan yang dibuat hanya
berdasarkan satu peubah saja yaitu diameter. Analisis
model dengan satu peubah ini dilanjutkan setelah
dilakukan pengujian hubungan diameter dan tinggi bebas
cabang. Pemilihan model terbaik berdasarkan nilai-nilai,
koefisien determinasi (R2), galat baku (Se),simpangan
agregatif (SA) dan simpangan rataan (SR). Hasil analisis
menunjukkan ada hubungan yang erat antara diameter
dan tinggi bebass cabang dengan nilai koefisien korelasi
(r) sebesar 0.85. Adapun persamaan terpilih yang
diusulkan untuk pembuatan tabel volume pohon adalah
V = 0.2758 - 0.0286 d + 0.0014 d2.
Kata Kunci : Model estimasi, diameter, persamaan,
[\]^_`abc`]de bagh_`^de, volume pohon
UDC630*114.1
Rini Handayani dan Karmilasanti (Balai Besar Penelitian
Dipterokarpa).
Sifat Tanah Pada Areal Aplikasi Tebang Pilih Tanam
Jalur (TPTJ) Di PT. Intracawood, Bulungan, Kalimantan
Timur.
J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 35-42
Salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas
hutan alam bekas tebangan adalah dengan menerapkan
sistem pengelolaan hutan yang berbasis pada kelestarian
hutan dan lingkungan, yaitu sistem Tebang Pilih Tanam
Jalur (TPTJ). Pengusahaan hutan alam yang intensif akan
berpengaruh terhadap kondisi lingkungan terutama tanah.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap sifat
fisik dan kimia tanah di areal hutan yang menerapkan
sistem TPTJ. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada
3 penggunaan lahan, yaitu jalur antara, jalur tanam dan
jalan sarad. Sampel tanah yang diambil ada 2 jenis, yaitu
sampel tanah utuh untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
dan sampel tanah terganggu untuk penetapan sifat-sifat
kimia tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur
tanah pada jalur antara dan jalan sarad cabang yaitu liat,
sedangkan pada jalur tanam yaitu lempung liat berpasir.
Bulk density (BD) pada jalur antara berkisar antara 0,51
sampai 0,66 g/cm3, pada jalur tanam berkisar antara 0,65
sampai 0,69 g/cm3, sedangkan pada jalan sarad berkisar
antara 0,91 sampai 0,92 g/cm3. Pori total tanah pada jalur
antara berkisar antara 74,62 sampai 80,42%, pada jalur
tanam berkisar antara 73,04% sampai 74,71% dan pada
jalan sarad berkisar antara 64,13 % sampai 64,63%. pH
tanah pada ketiga penggunaan lahan adalah sangat
masam. Kandungan hara tertinggi terdapat pada jalur
tanam.
Kata Kunci : TPTJ, penggunaan lahan, sifat fisik tanah,
sifat kimia tanah

UDC630*232.12
Deddy Dwi Nur Cahyono, Rayan dan Rini Handayani
(Balai Besar Penelitian Dipterokarpa)
Pertumbuhan Kebun Pangkasan Jenis ija`_c k_]`aedlc
Miq.
J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 43-52.
Kebun pangkasan merupakan tahapan dalam membangun
kebun pangkas. Pembangunan kebun pangkasan bertujuan
menyediakan materi stek pucuk, dalam kegiatan ini juga
mendukung pemuliaan. Pengamatan pertumbuhan tingkat
semai ija`_c l_]`aedlc dilakukan untuk mengukur
beberapa parameter pertumbuhan yaitu tinggi dan
diameter di kebun pangkasan dari enam provenans,
meliputi ITCIKU, Gunung Lumut, Carita, Gunung Bunga,
Sungai Runtin dan SBK. Rancangan Acak Berblok (RAB)
digunakan dengan provenans dan pohon induk sebagai
perlakuan. Hasil pengamatan menunjukkan perbedaan
pertumbuhan tinggi dan diameter bibit antar provenans
dan pohon induk sangat signifikan. Provenan Sungai
Runtin menunjukkan pertumbuhan tinggi yang paling
tinggi (60,092cm) sedangkan pertumbuhan terbesar untuk
diameter (4,515mm) adalah provenan Gunung Bunga.
Kata kunci : ija`_c l_]`aedlc, provenans, pohon induk,
tinggi, diameter
UDC630*844.41
Massofian Noor dan Amiril Saridan (Balai Besar
Penelitian Dipterokarpa).
Keanekaragaman Fungi Makro Pada Tegakan Benih
Dipterocarpaceae di Taman Nasional Tanjung Puting
dan Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah.
J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 53-62.
Penelitian keanekaragaman fungi makro dilaksanakan
pada tegakan benih Dipterocarpaceae di Taman Nasional
Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau Kalteng.
Penelitian dilaksanakan selama 10 bulan, yaitu bulan
Maret-Desember 2012. Latar belakang flora fungi makro
pada suatu daerah tertentu yang belum pernah diketahui
potensi dan keanekaragaman fungi makro sangat
diperlukan
eksplorasi
dan
tujuan
untuk
mengidentifikasikan jenis dan manfaat fungi makro untuk
kepentingan manusia. Metode yang dipergunakan adalah
metode jalur dengan lebar 20 m (10 m dari kiri dan kanan
dari garis sumbu sepanjang 1000 m) dengan jarak antar
jalur 200 m, pengumpulan fungi makro dilakukan sensus
100%. Identifikasi fungi makro mempergunakan kunci
determinasi. Hasil penelitian yang diperoleh pada tegakan
benih Dipterocarpaceae di Hutan Taman Nasional
Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau diperoleh
rata-rata sebanyak 18 genus 44 jenis dan 335 individu,
yang terdiri dari fungi makro penghancur kayu (71,91%),
penghancur serasah (4,13%), sembion pada jenis
Dipterocarpaceae (10,41%), ramuan obat (0,96%), dan
dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan (9,46 %). Iklim
makro pada kedua lokasi relatif sama. Hasil Uji-t tingkat
keanekaragaman fungi makro dari dua lokasi yang
berbeda menunjukan tidak berbeda nyata, nilai kesamaan
Morisita Horn (CmH) diperoleh 1,31 atau 1 lebih,
menunjukkan bahwa distribusi fungi makro pada kedua
areal penelitian menyebar.
Kata Kunci :
Fungi
Makro,
tegakan
benih
Dipterocarpaceae, Taman Nasional Tanjung Puting,
Taman Nasional Sebangau

Jmnopq rsosqtutpo vtrusnwxpnrp
(Journal of Dipterocarps Research)
ISSN : 1978-8746

Vol. 7 No. 1, Juni 2013

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dicopy tanpa ijin dan biaya.
UDC630*832.3
and therefore it will provide sufficient data approaching to
Andrian Fernandes and Amiril Saridan (Dipterocarps
actual measurement results. Inventory and identification
Research Centre)
results indicated that tengkawang tungkul is the most
Physical and Mechanical Properties of z{|}~
tengkawang species in the research area with the
€}|‚ƒ~} ssp„ …†‡ˆ†~†…‰… (Sym.) Ashton Wood dominant
density ranging from 63-166 trees/ha, which consists of
as Raw Material for Furniture.
tungkul putih a total of 128 trees (79,48%), and tungkul
J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 p; 1-6
merah much as 47 trees (20,52%). Furthermore, regression
The development of furniture industry gives equation of correlation model between height and stem
opportunities in use of less well known species. One diameter (dbh) can be defined as T tp = -2,2697 + 1,2711d of them is z{|}~ €}|‚ƒ~} ssp. …†‡ˆ†~†…‰… 0,0162d2 (n= 128; R2= 0,8177; SE= 2,1271) for tungkul
(Sym.) Ashton that classified as red meranti,that not putih, and for tungkul merah is Ttm = -0,0803 + 0,9334d yet known their nature. The aim of this research was 0,0072d2 (n= 47; R2= 0,8759; SE= 1,3891). Equation on
to determine the nature and the use opportunities of z„ the correlation between crown diameter and stem diameter
€}|‚ƒ~} ssp„ …†‡ˆ†~†…‰… (Sym.) Ashton wood (dbh) was not significantly different, so regression
as raw materials for furniture„ z„ €}|‚ƒ~} ssp. equation models for tungkul putih can be defined as DT tp
…†‡ˆ†~†…‰… (Sym.) Ashton was taken from RKT = 0,7174 + 0,4360d 0,0045d2 (n= 128; R2= 0,5172; SE=
2012 IUPHHK PT Hutansanggam Labanan 1,7739 ) and for tungkul merah is DTtm = 3,3287d0,2327 (n=
Lestari. The nature that tested were wood density and 47; R2=0,0658; SE= 0,322).
dimensional changes according to Standard DINStandard 2135 1975, wood mechanical testing Keywords : Crown diameter, Height, Stem diameter,
according to Standard BS 373-1957, and testing of Tengkawang
timber planing following the Standard ASTM D-1981
1666-64 that has been modified by Abdurachman and UDC630*88
Karnasudirdja (1982). The results showed that z„ Catur Budi Wiati (Dipterocarps Research Centre).
€}|‚ƒ~} ssp„ …†‡ˆ†~†…‰… (Sym.) Ashton wood Study onThe Implementation of Meranti Wood Auction in
is classified into class III density, has a grade II in East Kalimantan
static bending strength, compressive strength parallel J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 p; 19-28
to the fiber class III and easy to be processed by The policy of wood auction including meranti had been
machine. Based on those natures, z„ €}|‚ƒ~} ssp.
…†‡ˆ†~†…‰… (Sym.) Ashton can be used as raw changed many times from SK Menhut No. 319/KptsII/1997 successively to be Permenhut No. P.02/Menhutmaterial for furniture.
II/2005, and the last Permenhut No. P.48/Menhut-II/2006,
Keywords : z{|}~ €}|‚ƒ~} ssp. z†‡ˆ†~†…‰… is expected to accelerate the process of wood auction.
(Sym.) Ashton, leswell known species, furniture, This article has an aim to know the implementation of
natures
meranti wood auction in East Kalimantan after the
guideline for the implementation of wood auction has
UDC630*561.2
been changed and at the same time to know its existing
Asef K. Hardjana (Dipterocarps Research Centre)
Correlation Model Between Height and Crown problems. Results of research show that government got
Diameter with Diameter at Breast Height on income approximately Rp 35 billion in year 2006 and Rp
Tengkawang Tungkul Putih (z{|}~ €}|‚{Š‹‹ (de 17 billion in year 2007 from wood auction including
Vriese) P.S. Ashton) and Tungkul Merah (z{|}~ meranti in KPKNL Samarinda. This value not included
…ƒ~†|‚ƒ~} Burck.) Stand in Semboja, Sanggau value of goods auction for non wood such as motor ship
Regency.
and truck. However the implementation of wood auction
J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 p; 7-18
in Kalimantan East still does not operate maximally
Diameter measurement is a relatively easy job, cheap because of lack of funding to handling illegal logging, the
and can get an accurate size, while the measurement limited amount of PPNS in forestry institution and weak
of height and canopy tree is a relatively difficult and of coordination between institutions related to handling
requires a lot of energy. Modeling the correlation management of wood auction.
between height and canopy with tree diameter is one
of the alternative technic that can make more efficient Keywords : wood auction, meranti, policy change, forestry
job to measure the height and diameter of the canopy, institution

UDC630*524.315
Abdurachman (Dipterocarps Research Centre)
Volume Estimation Modelling for ŒŽ‘’“”‘Ž•–
“’—˜‘•– V. Slooten in Wahau East Kutai, East
Kalimantan.
J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 p; 29-34
Simple equations were analyzed for estimating the
volume of ŒŽ‘’“”‘Ž•– “’—˜‘•– in PT Gunung Gajah
Abadi Wahau East Kutai, East Kalimantan. The
objective of this research was to develop accurate
equations that can be applied to estimate the tree volume
in the research area .These equations were made only
based on one variable,i.e. the diameter.This model
analysis was further continued after examining the
correlation between diameter and clearbole height. The
best model based was chosen based on the following
values, namely: determination coefficient (R2), standard
error (SE), aggregatif deviation (SA) and average
deviation (SR). Analysis results showed that there was a
close correlation between diameter and clear height with
(r) value of 0.85. The proposed equation for the tree
volume table is V = 0.2758 - 0.0286 d + 0.0014 d2.
Keywords : Estimation model, diameter, equation,
ŒŽ‘’“”‘Ž•– “’—˜‘•–, tree volume
UDC630*114.1
Rini Handayani and Karmilasanti (Dipterocarps
Research Centre).
Soil Properties at Selective Cutting and Line Planting
(SCLP) Application Area in PT. Intracawood,
Bulungan, East Kalimantan.
J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 p; 35-42
One alternative to improve the productivity of loggedover forests is to implement a system of forest
management based on sustainability forest and
environment, such as Selective Cutting and Line
Planting (SCLP) System. Intensive exploitation of
natural forests will affect the environment, especially the
soil. Therefore, it is necessary to study the physical and
chemical properties of soil in the forest areas that apply
SCLP system. Soil sampling was conducted in three
land use, antara lines, planting lines and skid trails.
There are 2 types of soil sample taken, namely
undisturbed soil samples for determination of soil
physical properties and disturbed soil samples for
determination of soil chemical properties. The results
showed that soil texture of antara lines and skid trails
were clay and planting lines were sandy clay loam.
Bulk density (BD) of antara lines ranged from 0,51 to
0,66 g/cm3 and planting lines ranged from 0.65 to 0.69
g/cm3, whereas the BD of skid trails ranged from 0.91
to 0.92 g/cm3. Total soil pore of antara lines ranged from
74,62 to 80,42 %, planting lines ranged from 73.04 to
74,71 % and total pore of skid trails ranged from 64.13
to 64.63%. Soil pH in three land use is very acid. The
highest nutrient was found in plant lines.

UDC630*232.12
Deddy Dwi Nur Cahyono, Rayan dan Rini Handayani
(Dipterocarps Research Centre)
Growth of ™š’‘” ›Ž‘’–•›” Miq. in Vegetative
Multiplication Garden.
J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 p; 43-52
Vegetative Multiplication Graden (VMG) is a stage to
development hedge orchard. The aim of hedge orchard
development is to provide cuttings material,in this study
also to support breeding. Observation on growth of
™š’‘” ›Ž‘’–•›” seedling was conducted to measured
parameters were growth of height and diameter in VMG
of six provenances, namely ITCIKU, Gunung Lumut,
Carita, Gunung Bunga, Sungai Runtin and SBK.
Randomized Blok Design (CRD) was applied,where the
provenancesand mothertrees were used as treatments.
The result show that correlation of height and diameter
growth between provenances and mother tree is
significantly different. Sungai Runtin provenance showed
the highest height growth performance (60.092 cm )while
the highest diameter growth (4.515 mm) is Gunung
Bunga provenance.
Keywords : ™š’‘” ›Ž‘’–•›”, provenance, mother tree,
height, diameter

UDC630*844.41
Massofian Noor and Amiril Saridan (Dipterocarps
Research Centre).
The Diversity of Macro Fungy In Forest Seed Stand of
Dipterocarpaceae in Tanjung Puting Nasional Park and
Sebangau Nasional Park in Central Kalimantan
J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 h; 53-62
The diversity of macro fungy in forest seed stand of
Dipterocarpaceae in Tanjung Putting Nasional Park and
Sebangau Nasional Park in Central Kalimantan. The
places that we don t know about a potency diversity of
macro fungy that very infortent to exsplorations and the
point for identification and used for humans lives. The
research has done during 10 (ten) months, it s started
from march to December 2012. The method used in this
research was transect method, with 20 m wide, 10 m each
from left and right of 1.000 m axis line, and space
between transect method. lined transect was 200 meter.
Macro fungy collection has been done by 100 % census
method. While Identification of macro fungy has used
key determination. The result from Tanjung Putting
Nasional Park and Sebangau Nasional Park shows there
are 18 genus 44 species with 335 individuals, consisting
of wood decomposer (71,91%), liters decomposer
(4,13%), simbionce of Diptercarpaceae species (10,41%),
edible mushrooms (9,46 %) and for medicine (0,96%).
Macro climate for both area relatively similar. The result
of T- test diversity level of macro fungy in two location
show that there is no significant difference. The score of
Morishita Horn similarity index (CmH) is 1,31 or nore
then 1, indicates that the distribution of macro fungy in
both research location is outspread,.
Keywords : SCLP, land use, soil physical properties, Keywords :
Diversity, macro fungy, seed stand of
soil chemical properties
Dipterocarpaceae Tanjung Puting National Park,
Sebangau National Park

JURNAL Penelitian Dipterokarpa Vol. 7 No.1, Juni 2013: 1-6
ISSN: 1978-8746

œžŸ  žœ¡ ¢Ÿ£ ¤¥¡Ÿ£¡ ¡Ÿ¦§ ¨HOREA MACROPTERA ©©ª.
SANDAKANENSIS (œ«¬­) Ÿœ® ¯£ œ¥°Ÿ±Ÿ °Ÿ®Ÿ£ °Ÿ¡§ ¤¥°¥²
Physical and Mechanical Properties of œ³´µ¶· ¬·¸µ´ª¹¶µ· ssp.
©·º»·¼·º¶º©½© (Sym.) Ashton Wood as Raw Material for Furniture
Ÿº»µ½·º ž¶µº·º»¶©¾) »·º Ÿ¬½µ½¿ œ·µ½»·º¾)
ÀÁÂÃÄÃÅ ÂÆÇÃÈ ÉÆÊÆÄÅËÅÃÊ ÌÅÍËÆÈÎÏÃÈÍÃÐ ÑÃÒÃÈÅÊÓÃ
ÔÄÕ ÖÕ×Õ ÑØÃÙÈÃÊÅÆ ÚÎÕÛÜ ÑÆÒÍÃÝÃÐ ÑÃÒÃÈÅÊÓÃÞ ßÆÄÆÍÎÊÕ àáâãäå æáÛçÛãÐ èÃé àáâãäå êãææëÜ
ìÒÃÅÄ í ÃîÕÃÊÓÈÅÃÊÕîÆÈÊÃÊÓÆÇïðÒÃÅÄÕñÎÒ
ÌÅËÆÈÅÒà æÛ ÉÆòÈóÃÈÅ æáäçÐ ÓÅÈÆôÅÇÅ æä õÆÅ æáäçÐ ÓÅÇÆËóÝóÅ æÜ õÆÅ æáäç
ABSTRACT
One of them is ÑÙÎÈÆÃ
ö÷ø ùøvøúûüýøþt ûÿ ÿ þr  ør þùuytrsøsûüüûþtur øsþ uøs ûÿ úøsøwúú þûþw üs øøs
ÒÃñÈÎÍËÆÈà sspÕ ÇÃÊÓÃÏÃÊÆÊÇÅÇ àSymÕå Ashton that classified as red meranti,that not yet known their nature. The aim of
this research was to determine the nature and the use opportunities of ÑÕ ÒÃñÈÎÍËÆÈà sspÕ ÇÃÊÓÃÏÃÊÆÊÇÅÇ àÑØÒÕå Ashton
wood as raw materials for furniture. ÑÕ ÒÃñÈÎÍËÆÈà ÇÇÍÕ ÇÃÊÓÃÏÃÊÆÊÇÅÇ àÑØÒÕå Ashton was taken from RKT 2012

IUPHHK PT Hutansanggam Labanan Lestari. The nature that tested were wood density and dimensional changes
according to Standard DIN-Standard 2135 1975, wood mechanical testing according to Standard BS 373-1957, and
testing of timber planing following the Standard ASTM D-1981 1666-64 that has been modified by Abdurachman and
Karnasudirdja (1982). The results showed that ÑÕ ÒÃñÈÎÍËÆÈà ssp. ÇÃÊÓÃÏÃÊÆÊÇÅÇ àÑØÒÕå Ashton wood is classified into
class III density, has a grade II in static bending strength, compressive strength parallel to the fiber class III and easy
to be processed by machine. Based on those natures, ÑÕ ÒÃñÈÎÍËÆÈà sspÕ ÇÃÊÓÃÏÃÊÆÊÇÅÇ àÑØÒÕå Ashton can be used as
raw material for furniture.
Keywords: ÑÙÎÈÆÃ ÒÃñÈÎÍËÆÈà sspÕ ÇÃÊÓÃÏÃÊÆÊÇÅÇ àÑØÒÕå Ashton, leswell known species, furniture, natures

Ÿ°œ Ÿ¡
ÖÓÃÊØÃ ÍÆÈÏÆÒòÃÊðÃÊ ÅÊÓóÇËÈÅ ÒÆòÆÄ ÒÆÒòóÏÃ ÍÆÄóÃÊð ÓÅðóÊÃÏÃÊÊØÃ ÝÆÊÅÇ ÝÆÊÅÇ ÏÃØó ØÃÊð ÏóÈÃÊð ÓÅÏÆÊÃÄÕ ÑÃÄÃÙ
ÇÃËóÊØÃ ÃÓÃÄÃÙ Shorea macroptera ÇÇÍÕ sandakanensis àÑØÒÕå ÖÇÙËÎÊ ØÃÊð ËÆÈðÎÄÎÊð ÝÆÊÅÇ ÒÆÈÃÊËÅ ÒÆÈÃÙ ØÃÊð òÆÄóÒ
ÓÅÏÆËÃÙóÅ ÇÅîÃË ÓÃÇÃÈÊØÃÕ ÉÆÊÆÄÅËÅÃÊ ÅÊÅ òÆÈËóÝóÃÊ óÊËóÏ ÒÆÊðÆËÃÙóÅ ÇÅîÃË ÓÃÇÃÈ ÓÃÊ ÍÆÄóÃÊð ÍÆÊððóÊÃÃÊ ÏÃØó S.
macroptera ÇÇÍÕ sandakanensis àÑØÒÕå ÖÇÙËÎÊ ÇÆòÃðÃÅ òÃÙÃÊ òÃÏó ÒÆòÆÄÕ S. macroptera ÇÇÍÕ sandakanensis àÑØÒÕå
ÖÇÙËÎÊ ÓÅÃÒòÅÄ ÓÃÈÅ
ß æáäæ
É Éß óËÃÊÇÃÊððÃÒ ÃòÃÊÃÊ ÆÇËÃÈÅÕ ÑÅîÃË ÓÃÇÃÈ ØÃÊð ÓÅóÝÅ ÒÆÄÅÍóËÅ òÆÈÃË ÝÆÊÅÇ
ÏÃØó ÓÃÊ ÍÆÈóòÃÙÃÊ ÓÅÒÆÊÇÅ ÏÃØó ÒÆÊðÅÏóËÅ ÇËÃÊÓÃÈ Ì Ú æäçâ äëêâÐ ÍÆÊðóÝÅÃÊ ÒÆÏÃÊÅÏ ÏÃØó ÒÆÊððóÊÃÏÃÊ ÇËÃÊÓÃÈ
óÝÅ ÂÑ çêç äëâêÐ ÓÃÊ ÍÆÊðóÝÅÃÊ ÍÆÊðÆËÃÒÃÊ ÏÃØó ÒÆÊðÅÏóËÅ ÇËÃÊÓÃÈ óÝÅ ÖÑßõ Ì äÛÛÛ Ûã äëÜä ØÃÊð ÓÅÒÎÓÅîÅÏÃÇÅ ÎÄÆÙ
ÖòÓóÈÃñÙÒÃÊ ÓÃÊ ÃÈÊÃÇóÓÅÈÓÝà àäëÜæåÕ ÃÇÅÄ ÍÆÊÆÄÅËÅÃÊ ÒÆÊóÊÝóÏÏÃÊ òÃÙà ÏÃØó S. macroptera ÇÇÍÕ sandakanensis
àÑØÒÕå ÖÇÙËÎÊ ËÆÈðÎÄÎÊð ÏÆ ÓÃÄÃÒ òÆÈÃË ÝÆÊÅÇ ÏÆÄÃÇ Ð ÒÆÒÅÄÅÏÅ ÏÆÏóÃËÃÊ ÄÆÊðÏóÊð ÇËÃËÅÇ ÏÆÄÃÇ Ð ÏÆÏóÃËÃÊ ËÆÏÃÊ
ÇÆÝÃÝÃÈ ÇÆÈÃË ÏÆÄÃÇ ÓÃÊ ÒóÓÃÙ ÓÅÏÆÈÝÃÏÃÊÕ ÂÆÈÓÃÇÃÈÏÃÊ ÇÅîÃË ËÆÈÇÆòóË ÏÃØó S. macroptera ÇÇÍÕ sandakanensis àÑØÒÕå
ÖÇÙËÎÊ ÓÃÍÃË ÓÅðóÊÃÏÃÊ óÊËóÏ òÃÙÃÊ òÃÏó ÒÆòÆÄÕ
ÃËà ÏóÊñÅ í Shorea macroptera ÇÇÍÕ sandakanensis àÑØÒÕå ÖÇÙËÎÊÐ ÝÆÊÅÇ ÏóÈÃÊð ÓÅÏÆÊÃÄÐ ÒÆòÆÄÐ ÇÅîÃË ÓÃÇÃÈ
­

¥£¢Ÿ®§²§Ÿ£




 !"
#$#%&'
%()
#*
+#'
& +#'$&, #&' & #%#- 
., #+# /, 0-$, #,
1(-  2-+3

4#' '#&$, 56 et al.
 77" #% #%#- #* & '#-+'
%#, $& #%#- indoor  #%#- outdoor3
0#%#- indoor -( #%#- $ %# -
&, #+# -#, ', #+ & 
#*, #' #%#- outdoor -( #%#-

1

89:;??nl@t@AnB@?ptAkroApr CDEl

F ;oEG 8@nu HIGJK GLM

yang berada di luar ruangan, diantaranya alat
permainan anak, meja, kursi dan aksesoris yang
diletakkan di taman.
Sebagai bahan baku mebel, kayu harus
mudah dikerjakan dengan mesin dan memiliki
permukaan yang halus (Bovea dan Vidal,
2004). Secara lebih detil Dumanau (1982)
menjelaskan bahwa kayu untuk perkakas
(mebel) harus memiliki berat sedang, dimensi
stabil, memiliki corak dekoratif, mudah
dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup,
dilem dan direkat. Berdasarkan beberapa sifat
tersebut, kehalusan permukaan kayu merupakan
sifat terpenting yang harus dimiliki oleh kayu
sebagai bahan baku mebel (Zhong OtPQ. , 2013).
Secara umum, industri mebel telah
berkembang untuk memenuhi kebutuhan dalam
dan luar negeri. Boon dan Thiruchelvam (2012)

menyebutkan bahwa mebel berbahan baku kayu
harus dapat dikemas dan didistribusikan ke
konsumen baik di dalam maupun di luar negeri.
Oleh karena itu kayu sebagai bahan baku mebel
diharapkan memiliki berat jenis sedang. Oey
Djoen Seng (1990) membagi berat jenis (BJ)
kayu menjadi lima kelas, yaitu Kelas I (sangat
berat dengan BJ > 0,9), Kelas II (berat dengan
BJ 0,6 0,9), Kelas III (sedang dengan BJ 0,4
0,6), Kelas IV (ringan dengan BJ 0,3 0,4) dan
Kelas V (sangat ringan BJ < 0,3).
Mebel yang baik memiliki kestabilan pada
dimensi dan bentuknya, baik akibat perubahan
kadar air setimbang dalam kayu ataupun akibat
pemberian beban pada mebel (Smardzewski dan
Dziegielewski, 1993). Tabel 1 menunjukkan
pembagian kelas kuat kayu berdasarkan sifat
mekaniknya.

Tabel 1. Pembagian Kelas Kuat Kayu Menurut Oey Djoen Seng (1990).
1. TUUV WXYOZ[X\ [YPVO P]]UYV^Z[ Xo Oey Djoen Seng (1990)

RPSQO

Kelas Kuat
(_t`r nabc d er f`)
Kelas kuat I
Kelas kuat II
Kelas kuat III
Kelas kuat IV
Kelas kuat V

Lengkung Statis
(_bebgh i`nfgja)
MOE (N/mm2)
MOR (N/mm2)
> 15.000
> 110
11.200-15.000
72,5-110
9.000-11.200
50,0-72,5
7.000- 9.000
30,0-50,0
< 7.000
< 30,0

Tekan Sejajar Serat (N/mm2)
p`r gslnmerenn`ltod
(kom
er gj)
> 65,0
42,5-65,0
30,0-42,5
21,5-30,0
< 21,5

Sumber: Oey Djoen Seng (1990).

Selama digunakan, mebel akan mengalami
pembebanan baik dalam waktu yang singkat
maupun dalam waktu yang lama (Atar Ot PQ .,
2009).
Shmulsky
dan
Jones
(2011)
menyebutkan bahwa salah satu cara untuk
mengetahui kekuatan kayu adalah dengan
mengukur kekuatan lengkung statis kayu.
Dalam hal penggunaan kayu, kemungkinan
gaya pelengkungan yang terjadi dapat lebih
besar dari pada gaya lainnya (Desch dan
Dindwoodie, 1981). Shmulsky dan Jones (2011)
menjelaskan bahwa dalam pengujian kekuatan
lengkug statis kayu ada dua parameter yang
s
diukur, yaitu MOE dan MOR. MOE (oUVpQu
Uq rQPWX^W^ty ) adalah kemampuan bahan
menahan beban tanpa terjadi perubahan bentuk
yang tetap, sedangkan MOR (oUVpQu
s Uq
sptXpYO) merupakan ukuran kekuatan suatu

N

bahan saat menerima beban maksimum yang
menyebabkan terjadinya kerusakan.
MOE dan MOR merupakan bagian dari
sifat mekanika kayu yang harus diketahui
sebelum
menggunakan
kayu.
Dengan
diketahuinya sifat fisik dan mekanik kayu
membuka peluang penggunaan berbagai jenis
kayu untuk mebel. Mebel di Indonesia kini
tidak hanya menggunakan bahan baku kayu Jati
saja, namun sudah ada diversifikasi bahan baku
diantaranya kayu karet, mahoni dan kenari
(Anggraini, 2002). Adanya diversifikasi bahan
baku ini membuka peluang digunakannya jenisjenis kurang dikenal untuk digunakan sebagai
bahan baku mebel.
Kessler (2000) menyebutkan bahwa u\UYOP
m]Oro
t YP
p
ssp. WPZVPvPZOZW^s (Sym.) Ashton
P
merupakan salah satu jenis kayu meranti merah.

wxfat Fisik dan Mekanika Kayu Shorea macroptera
(Andrian Fernandes dan Amiril Saridan)

Jenis-jenis meranti merah yang telah
dikenal antara lain y z{|}~€z, y ‚~ƒ~}{„…, y
t …„ , y |z‰Šyz‹~ dan telah
|}†…‡~z…, y ˆ…ƒ
diketahui sifat serta kegunaan kayunya
(Martawijaya {t z. , 2005). Sebagai jenis yang
kurang dikenal kayunya, y ˆŠ}~|‰{} ssp.
„‹Œ„{„… (Sym.) Ashton belum diketahui
sifat kayunya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sifat fisik dan mekanik serta
peluang penggunaan kayu y ˆŠ}~|‰{} ssp.
„‹Œ„{„… (Sym.) Ashton sebagai bahan
baku mebel.
Ž

‘’“’”’• –—”‘˜—
yƒ~}{

ˆŠ}~|‰{}

ssp. „‹Œ„{„…
(Sym.) Ashton diambil dari RKT 2012
IUPHHK PT Hutansanggam Labanan Lestari
pada koordinat N : 01o 54 49,4 , E : 117o 02
46,1 , K : 117 m. Batang pohon silindris, tinggi
banir 50 cm, lebar banir 60 cm. Diameter

pangkal pohon 52 cm, tinggi bebas cabang 22,8
m, tinggi total 29,3 m, dan diameter tajuk 6 m.
Contoh uji diambil dari bagian pangkal,
tengah dan ujung pohon. Dari tiap bagian dibuat
contoh uji sifat fisik dan mekanik. Untuk setiap
bagian, pengujian sifat fisik kayu terdiri atas 15
contoh uji, mekanik kayu sebanyak 5 contoh uji
dan 4 contoh uji untuk pengetaman. Pengujian
fisik kayu meliputi berat jenis dan perubahan
dimensi kayu. Pengujian mekanik kayu terdiri
atas kekuatan lengkung statis, kekerasan,
kekuatan sejajar serat dan kekuatan tegak lurus
serat. Skema pembuatan contoh uji pada setiap
bagian sesuai dengan Gambar 1.
Pengujian berat jenis kayu dan perubahan
dimensi kayu mengikuti standar Standar DIN2135 1975, sedangkan pengujian mekanik kayu
menggunakan standar uji BS 373-1957.
Pengujian pengetaman kayu mengikuti standar
uji ASTM D-1666-64 1981 yang dimodifikasi
oleh Abdurachman dan Karnasudirdja (1982).

Keterangan:

B

A

B

A

A

A

B

B

A

B

: bagian yang digunakan untuk contoh
uji berat jenis dan perubahan dimensi
kayu
: bagian yang digunakan untuk contoh
uji mekanik dan pengetaman kayu

Sumber: diolah dari data primer.

Gambar 1. Pola pengambilan contoh uji
™…š€}{ 1. yˆ|z…„š |‰t{}„
Ž ›˜œ” “˜— –˜›˜œ˜—

Hasil pengujian terhadap sifat fisik dan
mekanik kayu y ˆŠ}~|‰{} ssp. „‹Œ„{„…
(Sym.) Ashton dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa berat jenis
berdasarkan berat kering tanur dan volume
basah kayu y ˆŠ}~|‰{} ssp. „‹Œ„{„…
(Sym.) Ashton sebesar 0,57. Berat jenis ini
tergolong ke dalam kelas III atau sedang (Oey
Djoen
Seng,
1990).
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nilai
penyusutan pada tiga arah. Hal ini, menurut

Panshin (1980), disebabkan oleh struktur
dinding sel, orientasi sel serta susunan sel
dalam zone kayu awal dan kayu akhir.
Penyusutan pada arah longitudional mempunyai
nilai terrendah diduga karena adanya sel-sel
yang arahnya longitudional, kecuali sel jari-jari.
Pada sel longitudinal, air yang mudah
keluar adalah air bebas yang terdapat dalam
rongga sel sehingga bentuk kayu tidak banyak
mengalami perubahan. Sedangkan pada arah
tangensial, nilai penyusutan memiliki nilai
tertinggi. Hal ini dikarenakan sel jari-jari yang

3

žŸ ¡¢£ ¤¥¥nl¦t¦§n¨¦¥pt§kro§pr ©ª«l

¬ ¡o«­ ž¦nu ®¯­°± ­²³

ada pada bidang ini berupa lembaran pita tipis
sehingga air yang mudah keluar adalah air
terikat (Shmulsky dan Jones, 2011).
Perubahan kembang susut atau dimensi
kayu dalam tiga arah tidak sama, ini disebut
anisotropis (Shmulsky dan Jones, 2011). Nilai
rataan anisotropis kayu µ ¶·¸¹º»¼½¹· ssp.
¾·¿À·Á·¿½¿¾Â¾ (Sym.) Ashton sebesar 1,845.
Nilai anisotropis tersebut menunjukkan bahwa
kemungkinan kayu masih mengalami masa
perkembangan yang dipengaruhi oleh tajuk atau

dikenal sebagai masa ýu
v¿ÂĽ , Dumail dan
Castera (1997) menjelaskan bahwa nilai
anisotropis untuk kayu ýu
v¿ÂĽ
bervariasi
antara 1,4 hingga 3. Nilai anisotropis kayu yang
besar menyebabkan deformasi kayu saat
dikeringkan (Shmulsky dan Jones, 2011). Untuk
mengurangi efek perubahan dimensi dapat
dilakukan proses finishing kayu sekaligus untuk
memberikan warna yang sesuai dengan mebel
yang dibuat (Purwanto, 2011).

Tabel 2. Sifat fisik dan mekanik kayu µÅ ¶·¸¹º»¼½¹· ssp. ¾·¿À·Á·¿½¿¾Â¾ (Sym.) Ashton
2. ÈÉʾ¸·Ä ·¿À ¶½¸É·¿Â¸·Ä ºwºÀ ºË S. macroptera ¾¾». sandakanensis (µ¶
y .) A¾É¼º¿

Æ·ÇĽ

Sifat kayu
(ÌooÍ Î orpÏÐrÑÏs
)
Berat jenis (Berdasarkan berat kering tanur dan volume basah)
Penyusutan arah Longitudinal (L)
Penyusutan arah Tangensial (T)
Penyusutan arah Radial (R)
Anisotropis (T/R)
Kekuatan Lengkung Statis (MOE) (N/mm2)
Kekuatan Lengkung Statis (MOR) (N/mm2)
Kekerasan (N/mm2)
Kekuatan Tekan Sejajar Serat (N/mm2)
Kekuatan Tekan Tegak Lurus Serat (N/mm2)
Bebas cacat pengetaman (%)

Rata-rata
(ÒÏÓÔ)
0,57
0,89
4,66
2,52
1,85
11.288,83
72,64
93,49
39,67
11,16
96,00

SD
(ÕÖ)
0,05
0,16
1,10
0,97
0,73
2.161,02
23,85
16,64
4,11
2,37
3,92

Sumber: diolah dari data primer.

Berdasarkan kekuatan lengkung statis, baik
MOE maupun MOR, kayu µ ¶·¸¹º»¼½¹· ssp.
¾·¿À·Á·¿½¿¾Â¾ (Sym.) Ashton tergolong ke
dalam kelas kuat II. Bila ditinjau dari kekuatan
tekan sejajar serat, temasuk ke kelas kuat III.
Beban pada kayu mebel cenderung lebih ringan
bila dibandingkan dengan kayu konstruksi, oleh
karena itu kayu mebel tidak mensyaratkan kelas
kuat I. Berdasarkan SNI. 01-0608-89 tentang
persyaratan kekuatan mekanik kayu untuk
mebel harus memiliki kekuatan lengkung statis
dan kekuatan tekan sejajar serat adalah minimal
kelas III.
Hasil pengujian pengetaman kayu µ
¶·¸¹º»¼½¹· ssp. ¾·¿À·Á·¿½¿¾Â¾ (Sym.) Ashton
menghasilkan rata-rata bebas cacat sebesar 96%
dengan tipe cacat serat berbulu. Permukaan
yang dihasilkan memiliki kesan raba yang
halus. Fotin ½t ·Ä ., (2009) menjelaskan bahwa
kayu mebel harus menghasilkan permukaan
yang halus setelah diketam. Berdasarkan
persentase bebas cacat, kayu µ ¶·¸¹º»¼½¹· ssp.
¾·¿À·Á·¿½¿¾Â¾ (Sym.) Ashton tergolong ke

´

dalam jenis kayu yang mudah dikerjakan
(Martawijaya ½t·Ä ., 2005).
×ØÙ ÚÛÜ×ÝÞßàáâ

Kayu µ. ¶·¸¹º»¼½¹· ssp. ¾·¿À·Á·¿½¿¾Â¾
(Sym.) Ashton tergolong ke dalam berat jenis
kelas III, memiliki kekuatan lengkung statis
kelas II, kekuatan tekan sejajar serat kelas III
dan mudah dikerjakan. Berdasarkan sifat
tersebut kayu µ ¶·¸¹º»¼½¹· ssp. ¾·¿À·Á·¿½¿¾Â¾
(Sym.) Ashton dapat digunakan untuk bahan
baku mebel.
ãáäåáæ ÞßÜåáÚá
Abdurachman, A. J. dan S. Karnasudirdja. 1982. Sifat
Permesinan Kayu-kayu Indonesia. Laporan no. 160.
Balai Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Hal. 23-34.
Anggraini, S. 2002. Furniture Kayu Indonesia di Pasar
Belgia. Industrial and Commercial Attache
Indonesian Mission to the EU. Brussels, Belgium.

çèfat Fisik dan Mekanika Kayu Shorea macroptera
(Andrian Fernandes dan Amiril Saridan)

Atar, M., A. Ozcifci, M. Altinok dan U. Celikel. 2009.
Determination of Diagonal Compression and
Tension Performances for Case Furniture Corner
Joints Constructed with Wood Biscuits. Material
and Design Journal. Vol.30. Hal.665-670. Elsevier.
Boon, K. dan K. Thiruchelvam. 2012. The Dinamics of
Innovation in Malaysia s Wooden Furniture
Industry : Innovation Actors and Linkages. Forest
Policy and Economics Journal. Vol.14. Hal.107118. Elsevier.

Kessler, P. J. A. 2000. A Field Guide to The Important
Tree Species of The Berau Region. Berau Forest
Management Project, PT Inhutani I. Jakarta.
Martawijaya, A., I. Kartasudjana, S.A. Prawira dan K.
Kadir,. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Oey Djoen Seng, O. D. 1990. Berat Jenis dari Jenis-jenis
Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu
untuk Keperluan Praktek. Pengumuman No.13.
Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Bovea, M. D. dan R. Vidal. 2004. Materials Selection for
Sustainable Product Design : a Case Study of Wood
Based Furniture Eco-design. Material and Design
Journal. Vol.25. Hal.111-116. Elsevier.

Panshin, A.J., 1980. Text Book of Wood Technology
volume 1. Mc Graw Hill Book Company, New
York.

Desch, H. E. and Dinwoodie. 1981. éêëìíî, ït s
Structure, Properties, and Utoilization, 2nd edition.
The Macmillan Press Ltd. London and Baringstone

Purwanto, D. 2011. Finishing Kayu Kelapa (Cocos
nucifera L.) Untuk Bahan Interior Ruangan. Jurnal
Riset Industri Hasil Hutan. Vol.3. No.2. Hal.31-36.

Dumanau, J. F. 1982. Mengenal Kayu. PT. Gramedia.
Jakarta.

Ratnasingam J dan F Ioras. 2005. The Asian Furniture
Industry : The Reality Behind The Statistics. Holz
als Roh- und Werkstoff. Vol.63. Hal.64-67.
Springer-Verlag.

Dumail, J. F. dan P. Castera. 1997. Transverse Shrinkage
in Maritime Pine Juvenile Wood. Wood Science
and Technology Vol.31. Hal.251-264. SpringerVerlag.
Fotin, A., I. Cismaru, E. A. Salca dan M. Cismaru. 2009.
Influence of the Parameters of the Machining
Regimes Upon the Surface Quality Obtained by
Straight Milling. Por-Ligno Journal. Vol.5. No.4.
Hal.53-63.
Garcia, S. G., C. M. Gasol, R. G. Lozano, M. T. Moreira,
X. Gabarrel, J. R. I Pons dan G. Feijoo. 2011.
Assessing the Global Warming Potential of
Wooden Product from the Furniture Sector to
Improve Their Ecodesign. Science of the Total
Environment Journal. Vol.410. Hal.16-25. Elsevier.

Smardzewski, J. dan S. Dziegielewski. 1993. Stability of
Cabinet Furniture Backing Boards. Wood Science
and Technology. Vol.28. Hal.35-44. SpringerVerlag.
Shmulsky, R dan P. D. Jones, 2011, Forest Products and
Wood Science, An Introduction, Sixth Ed., Wiley
Blackwell, Oxford, UK.
Zhong, Z. W., S. Hiziroglu dan C. T. M. Chan. 2013.
Measurement of the Surface Roughness of Wood
Based Materials Used in Furniture Manufacture.
Measurement Journal. Vol.46. Hal.1482-1487.
Elsevier.

5

ðñòóôõ ö÷÷nløtøùnúø÷ptùkroùpr ûüýl



þ óoýÿ ðønu

ÿ ÿ

ir


lintenkptero

  !

p l 
o  uni  

#ODEL

HUBUNGAN TINGGI DAN DIAMETER TAJUK DENGAN DIAMETER
SETINGGI DADA PADA TEGAKAN TENGKAWANG TUNGKUL PUTIH
(Shorea macrophylla (de Vriese) P.S. Ashton) DAN TUNGKUL MERAH
(Shorea stenoptera Burck.) DI SEMBOJA, KABUPATEN SANGGAU
Correlation Model Between Height and Crown Diameter with Diameter at Breast
Height on Tengkawang Tungkul Putih (Shorea macrophylla (de Vriese) P.S. Ashton)
and Tungkul Merah (Shorea stenoptera Burck.) Stand in Semboja, Sanggau Regency
Asef K. Hardjana1)
$)Balai Be%a& Peneli'()n Dip'*&oka&pa Sama&inda

Jl+ A+W+ S,ah&anie No+-. Sempaja/ Sama&inda0 Telepon+ (1234) 51-6-3/ Fa7 (1234) 83559.
Email: a%ef;ha&djana@,ahoo+co+id
Di'*&ima 4. Ok'pakan peke&jaan ,ang &ela'(? m>dah/ m>&ah dan dapa' mengha%ilkan >k>&an ,ang ak>&a'/
%edangkan peng>k>&an '(nggi dan ')j>k pohon me&>pakan peke&jaan ,ang &ela'(f %>li' dan memb>'>hkan ban,ak '*naga+
Pen,>%>nan model h>b>ngan an')&a '(@ggi pohon dan ')j>k pohon dengan diame'*& pohon me&>pakan %alah %a'>
al'*&na'(f '*kni% ,ang dapa' meng>&angi peke&jaan pihak pengg>na dalam meng>k>& '(@ggi dan diame'*& ')j>k pohon/
%ehingga dapa' membe&ikan da') ,ang c>k>p mendeka'( da&i ha%il peng>k>&an ,ang %ebena&n,a+ Da&i ha%il in=en')&i%a%i
dan iden'(fika%i dike')h>i bahAa jeni% 'engkaAang '>ngk>l mendomina%i jeni% '*ngkaAang di loka%i peneli'()n dengan
ke&apa')n '*gakan be&ki%a& -6 4-- pohonBCa/ ,ang '*&di&i da&i jeni% '>ngk>l p>'(h %eban,ak 45. pohon (89/3.%)/ dan
'>ngk>l me&ah %eban,ak 38 pohon (51/25%)+ Selanj>'@,a model &eg&e%i h>b>ngan '(nggi pohon dengan diame'*& ba')ng
(dbh) ,ang dapa' '*&bang>n adalah TDE F G5/5-98 H 4/5844d G 1/14-5dI (nF 45.0 RIF 1/.4880 SEF 5/4584) >n'>k '>ngk>l
p>'(C/ %edangkan model &eg&e%i >n'>k '>ngk>l me&ah adalah TDJ F G1/1.16 H 1/9663d G 1/1185dI (nF 380 RIF 1/.8290
SEF 4/6.94)+ Pe&%amaan h>b>ngan diame'*& ')j>k dengan diame'*& ba')ng (dbh) '(Kak be&beda n,a')/ %ehingga dapa'
di%>%>n p>la model pe&%amaan &eg&e%i >n'>k '>ngk>l p>'(C ,ai'> DTDE F 1/8483 H 1/36-1d 1/1132dI (nF 45.0 RIF
1/24850 SEF 4/8869 ) dan '>ngk>l me&ah ,ai'> DTDJ F 6/65.8dLMINIO (nF 380 RIF1/1-2.0 SEF 1/655)+
Ka') k>nci : Diame'*& ')j>k/ Tinggi/ Diame'*& ba')ng/ TengkaAang

"

ir
PQRSTU VWXlintenYXkptero

I.

Xp Z[l \ ] So\ ^_ Puni `a^bc ]d^e

PENDAHULUAN

Kondigh iegakan di gjiiap iapak (iempai
iklbkm) biagnnoa digambapkan oleh diameiep
baiang gjiinggi dada (dbh) dan iinggi pohon
oang mepkqnkan gambapan penampilan indirhdk
pohons Peninggi mepkqakan indikaiop kknliiag
iempai iklbkmt jkllah pohon dan lkng bidang
dagnp mepkqakan penjabapan dapi diameiep oang
mencepminkan kepapaian iegakant ruvkle
iegakan mencepminkan magga kaokt dan lkng
iajkw oang mepkqnkan penjabapan dapi diameiep
iajkw dapai menggambapkan ppodkwgh bknh dan
gjmai gknik iegakan (Sklapnat xyyz)s
Segala infopmagh di aiag dapai dipepoleh
melalkh kegiaian inrjniapigngh oang biaganoa
dilakgnnakan dengan membkni ploi{ploi gnmpel
oang dileiakkan iepgjbap mepaia pada gjiiap
blok ianaman aiakqk| iempai iklbkm bila di
hkian alams Pengkwkpan diameiep mepkqakan
pekepjaan oang pelaiif mk}nht mkpah dan dapai
menghaghlkan kwkpan oang akkpait gjdangkan
pengkwkpan iinggi dan iajkw pohon mepkqnkan
pekepjaan oang pelaiif gkvii dan membkikmwnn
banoak ienagas Sehk~kngan dengan kendala
iepgjbki maka peplk d