Pengaruh Dana Perimbangan, Pendapatan Pajak Daerah, dan Size, Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Munculnya TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang “Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya
Nasional yang Berkeadilan Indonesia” merupakan suatu wujud pengembangan
bangsa dan negara Indonesia yang menginginkan perubahan kinerja dalam proses
kemajuan bangsa dan negara kearah yang lebih baik. TAP MPR tersebut
merupakan landasan hukum peraturan otonomi daerah dalam UU No.22/1999 dan
diperbaruhi dengan UU No.23/2014. Munculnya pelimpahan kewenangan dari
pusat terhadap daerah atau yang disebut otonomi daerah itu sendiri dalam kontek
kinerja pemerintah memberikan dua sisi yang berbeda dimana sisi pertama adalah
pemerintah memiliki kewenangan yang begitu luas atas daerahnya sedangkan
disisi lainnya kesiapan pemerintah daerah dalam pelaksanaan mendapat tugas
berat yang mengikuti aturan otonomi daerah tersebut yaitu tingginya transparasi
dan akuntabilitas yang dituntut oleh masyarakat dari seluruh kinerja pemerintah
daerah.
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban
yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat yang terbaik bagi daerahnya
setempat.Keberhasilan otonomi daerah dapat diihat dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Namun pada kenyataan di Indonesia, pemerintah daerah masih sangat
1
Universitas Sumatera Utara
bergantung pada dana bantuan pusat. Hal ini sering dijumpai bahwa dana bantuan
pusat masih jauh lebih besar dari pendapatan asli daerah..Kinerja keuangan
pemerintah daerah mulai menjadi sorotan publik, hal ini mendukung dengan
pernyataan Mardiasmo (2009:121) yang menyatakan bahwa kinerja pemerintah
merupakan suatu hal yang penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan
manajemen dalam menghasilkan pelayanan publik lebih baik.
Pengukuran kinerja merupakan komponen yang penting karena akan memberikan
umpan balik atas rencana yang telah diimplementasikan (Chow, dkk 1998). Wood
(1998) mengungkapkan bahwa fungsi dari pengukuran kinerja dapat menjelaskan
mengenai (1) Evaluasi bagaimana program tersebut berjalan; (2) Sarana
perbandingan atas pelayanan yang diberikan; (3) Alat komunikasi dengan
publik.Selain itu, tuntutan pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah perlu
dilakukan karena adanya fakta bahwa masih buruknya kinerja pemerintah daerah
di Indonesia yang dapat terlihat dengan adanya pernyataan Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI), Nasution (Antaranews.com, 2007), bahwa
masih buruknya transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah sehingga hal
tersebut berdampak pada buruknya penilaian.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, pengukuran kinerja pemerintah
daerah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah Pertumbuhan
Ekonomi dan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Sedangkan faktor lain yang perlu
diperhatikan
dalam
mengukur
kinerja
keuangan
pemerintah
daerah
(Sumarjo,2010) adalah elemen di luar kontrol pemerintah dan elemen yang dapat
dikontrol pemerintah Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang
2
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Sumarjo (2010) dengan beberapa perbedaan. Perbedaan pertama,
kemakmuran dalam penelitian ini menggunakan PDB atau Produk Domestik
Bruto.Kedua, kinerja keuangan diukur dengan rasio kemandirian.Ketiga,
penelitian ini tidak menggunakan Intergovermental Revenue. Keempat, Periode
penelitian ini menggunakan tahun 2009.
Objek penelitian ini adalah pemerintah daerah se-Indonesia, peneliti
memutuskan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui kinerja keuangan
pemerintah Indonesia secara keseluruhan dan sejauh mana keberberhasilan
program otonomi daerah dalam UU No.23/2014 yang hanya bisa dilakukan
dengan mengikutsertakan objek pemerintah daerah se-Indonesia. Penelitian ini
sangat penting karena dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh
keuangan dan non keuangan terhadap kinerja keuangan pemerintah di Indonesia.
Menurut Kawedar, dkk (2008:60) penggunaan informasi tentang kinerja
adalah relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang
ditetapkan dengan mengidentifikasi secara jelas keluaran dari setiap kegiatan dan
hasil dari setiap program. Sedangkan Bastian (2006:274) menyatakan bahwa
kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program/
kebijkan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja: Kinerja dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja;
Lingkungan tehnis dan intitusional berpengaruh terhadap kinerja; Gomez dan
Osborne (2007), kinerja tergantung dari lingkungan tehnis dan institusional;
Pelaporan kinerja berpengaruh terhadap kinerja.
3
Universitas Sumatera Utara
Bastian (2006:307) menyatakan pelaporan kinerja sebagai motivator
peningkatan kinerja. Pelaporan kinerja juga dapat disediakan untuk memotivasi
kerja seseorang; Elemen di luar kontrol pemerintah dan elemen yang dapat
dikontrol pemerintah berpengaruh terhadap kinerja.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, pengukuran kinerja pemerintah
daerah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah Pertumbuhan
Ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan faktor lain yang perlu
diperhatikan
dalam
mengukur
kinerja
keuangan
pemerintah
daerah
(Sumarjo,2010) adalah elemen di luar kontrol pemerintah dan elemen yang dapat
dikontrol pemerintah.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh
Sumarjo (2010) dengan beberapa perbedaan.Perbedaan pertama, kemakmuran
dalam penelitian ini menggunakan PDB atau Produk Domestik Bruto.Kedua,
kinerja keuangan diukur dengan rasio kemandirian. Ketiga, penelitian ini tidak
menggunakan Intergovermental Revenue. Keempat, Periode penelitian ini
menggunakan tahun 2009. Objek penelitian ini adalah pemerintah daerah seIndonesia, peneliti memutuskan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui kinerja keuangan pemerintah Indonesia secara keseluruhan dan sejauh mana
keberhasilan program otonomi daerah dalam UU No.23/2014 yang hanya bisa
dilakukan dengan mengikutsertakan objek pemerintah daerah se-Indonesia.
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi
4
Universitas Sumatera Utara
kesenjangan fiskal antara pemerintah dan pemerintahan pusat (Sumarjo, 2010).
Dalam teori intergovernmental revenue memproksikan dengan dana perimbangan.
Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU
Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Saragih
(2003:61), yang dimaksud dengan pajak daerah adalah “iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah”. Menurut Halim (2004:67), “pajak
daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak”.
Ukuran daerah (size) menunjukan seberapa besar pemerintah daerah yang
salah satunya dapat diukur dari jumlah aset yang dimiliki daerah seperti penelitian
yang dilakukan Black, dkk (2006). Semakin besar suatu entitas maka akan
memiliki kinerja yang lebih baik dibanding entitas yang lebih kecil
(Schamalensee, 1989) .
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian kembali dengan judul “Pengaruh Dana Perimbangan, Pajak
Pendapatan Daerah, dan size terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalahnya
adalah :
5
Universitas Sumatera Utara
1. Apakah dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia?
2. Apakah pendapatan pajak daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia?
3. Apakah size berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia?
4. Apakah dana perimbangan, pendapatan pajak daerah, dan size berpengaruh
terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh dana perimbangan terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan pajak daerah terhadap kinerja
Pemerintah keuangan Kabupaten/Kota di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh size terhadap kinerja keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh dana perimbangan, pendapatan pajak daerah,
dan size terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman
kepada peneliti mengenai bagaimana pengaruhdana perimbangan,
6
Universitas Sumatera Utara
pendapatan pajak daerah, dan size berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
2. Bagi Pemerintah Daerah
Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka pemerintah daerah dapat
termotivasi untuk meningkatkan kinerja keuangan pemerintah daerahnya.
3. Bagi Akademisi atau Peneliti Selantutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan
referensi untuk pengembangan penelitian selajutnya khususnya dalam
bidang sector publik.
7
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Munculnya TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang “Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya
Nasional yang Berkeadilan Indonesia” merupakan suatu wujud pengembangan
bangsa dan negara Indonesia yang menginginkan perubahan kinerja dalam proses
kemajuan bangsa dan negara kearah yang lebih baik. TAP MPR tersebut
merupakan landasan hukum peraturan otonomi daerah dalam UU No.22/1999 dan
diperbaruhi dengan UU No.23/2014. Munculnya pelimpahan kewenangan dari
pusat terhadap daerah atau yang disebut otonomi daerah itu sendiri dalam kontek
kinerja pemerintah memberikan dua sisi yang berbeda dimana sisi pertama adalah
pemerintah memiliki kewenangan yang begitu luas atas daerahnya sedangkan
disisi lainnya kesiapan pemerintah daerah dalam pelaksanaan mendapat tugas
berat yang mengikuti aturan otonomi daerah tersebut yaitu tingginya transparasi
dan akuntabilitas yang dituntut oleh masyarakat dari seluruh kinerja pemerintah
daerah.
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban
yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat yang terbaik bagi daerahnya
setempat.Keberhasilan otonomi daerah dapat diihat dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Namun pada kenyataan di Indonesia, pemerintah daerah masih sangat
1
Universitas Sumatera Utara
bergantung pada dana bantuan pusat. Hal ini sering dijumpai bahwa dana bantuan
pusat masih jauh lebih besar dari pendapatan asli daerah..Kinerja keuangan
pemerintah daerah mulai menjadi sorotan publik, hal ini mendukung dengan
pernyataan Mardiasmo (2009:121) yang menyatakan bahwa kinerja pemerintah
merupakan suatu hal yang penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan
manajemen dalam menghasilkan pelayanan publik lebih baik.
Pengukuran kinerja merupakan komponen yang penting karena akan memberikan
umpan balik atas rencana yang telah diimplementasikan (Chow, dkk 1998). Wood
(1998) mengungkapkan bahwa fungsi dari pengukuran kinerja dapat menjelaskan
mengenai (1) Evaluasi bagaimana program tersebut berjalan; (2) Sarana
perbandingan atas pelayanan yang diberikan; (3) Alat komunikasi dengan
publik.Selain itu, tuntutan pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah perlu
dilakukan karena adanya fakta bahwa masih buruknya kinerja pemerintah daerah
di Indonesia yang dapat terlihat dengan adanya pernyataan Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI), Nasution (Antaranews.com, 2007), bahwa
masih buruknya transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah sehingga hal
tersebut berdampak pada buruknya penilaian.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, pengukuran kinerja pemerintah
daerah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah Pertumbuhan
Ekonomi dan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Sedangkan faktor lain yang perlu
diperhatikan
dalam
mengukur
kinerja
keuangan
pemerintah
daerah
(Sumarjo,2010) adalah elemen di luar kontrol pemerintah dan elemen yang dapat
dikontrol pemerintah Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang
2
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Sumarjo (2010) dengan beberapa perbedaan. Perbedaan pertama,
kemakmuran dalam penelitian ini menggunakan PDB atau Produk Domestik
Bruto.Kedua, kinerja keuangan diukur dengan rasio kemandirian.Ketiga,
penelitian ini tidak menggunakan Intergovermental Revenue. Keempat, Periode
penelitian ini menggunakan tahun 2009.
Objek penelitian ini adalah pemerintah daerah se-Indonesia, peneliti
memutuskan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui kinerja keuangan
pemerintah Indonesia secara keseluruhan dan sejauh mana keberberhasilan
program otonomi daerah dalam UU No.23/2014 yang hanya bisa dilakukan
dengan mengikutsertakan objek pemerintah daerah se-Indonesia. Penelitian ini
sangat penting karena dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh
keuangan dan non keuangan terhadap kinerja keuangan pemerintah di Indonesia.
Menurut Kawedar, dkk (2008:60) penggunaan informasi tentang kinerja
adalah relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang
ditetapkan dengan mengidentifikasi secara jelas keluaran dari setiap kegiatan dan
hasil dari setiap program. Sedangkan Bastian (2006:274) menyatakan bahwa
kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program/
kebijkan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja: Kinerja dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja;
Lingkungan tehnis dan intitusional berpengaruh terhadap kinerja; Gomez dan
Osborne (2007), kinerja tergantung dari lingkungan tehnis dan institusional;
Pelaporan kinerja berpengaruh terhadap kinerja.
3
Universitas Sumatera Utara
Bastian (2006:307) menyatakan pelaporan kinerja sebagai motivator
peningkatan kinerja. Pelaporan kinerja juga dapat disediakan untuk memotivasi
kerja seseorang; Elemen di luar kontrol pemerintah dan elemen yang dapat
dikontrol pemerintah berpengaruh terhadap kinerja.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, pengukuran kinerja pemerintah
daerah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah Pertumbuhan
Ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan faktor lain yang perlu
diperhatikan
dalam
mengukur
kinerja
keuangan
pemerintah
daerah
(Sumarjo,2010) adalah elemen di luar kontrol pemerintah dan elemen yang dapat
dikontrol pemerintah.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh
Sumarjo (2010) dengan beberapa perbedaan.Perbedaan pertama, kemakmuran
dalam penelitian ini menggunakan PDB atau Produk Domestik Bruto.Kedua,
kinerja keuangan diukur dengan rasio kemandirian. Ketiga, penelitian ini tidak
menggunakan Intergovermental Revenue. Keempat, Periode penelitian ini
menggunakan tahun 2009. Objek penelitian ini adalah pemerintah daerah seIndonesia, peneliti memutuskan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui kinerja keuangan pemerintah Indonesia secara keseluruhan dan sejauh mana
keberhasilan program otonomi daerah dalam UU No.23/2014 yang hanya bisa
dilakukan dengan mengikutsertakan objek pemerintah daerah se-Indonesia.
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi
4
Universitas Sumatera Utara
kesenjangan fiskal antara pemerintah dan pemerintahan pusat (Sumarjo, 2010).
Dalam teori intergovernmental revenue memproksikan dengan dana perimbangan.
Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU
Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Saragih
(2003:61), yang dimaksud dengan pajak daerah adalah “iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah”. Menurut Halim (2004:67), “pajak
daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak”.
Ukuran daerah (size) menunjukan seberapa besar pemerintah daerah yang
salah satunya dapat diukur dari jumlah aset yang dimiliki daerah seperti penelitian
yang dilakukan Black, dkk (2006). Semakin besar suatu entitas maka akan
memiliki kinerja yang lebih baik dibanding entitas yang lebih kecil
(Schamalensee, 1989) .
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian kembali dengan judul “Pengaruh Dana Perimbangan, Pajak
Pendapatan Daerah, dan size terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalahnya
adalah :
5
Universitas Sumatera Utara
1. Apakah dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia?
2. Apakah pendapatan pajak daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia?
3. Apakah size berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia?
4. Apakah dana perimbangan, pendapatan pajak daerah, dan size berpengaruh
terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh dana perimbangan terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan pajak daerah terhadap kinerja
Pemerintah keuangan Kabupaten/Kota di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh size terhadap kinerja keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh dana perimbangan, pendapatan pajak daerah,
dan size terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman
kepada peneliti mengenai bagaimana pengaruhdana perimbangan,
6
Universitas Sumatera Utara
pendapatan pajak daerah, dan size berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
2. Bagi Pemerintah Daerah
Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka pemerintah daerah dapat
termotivasi untuk meningkatkan kinerja keuangan pemerintah daerahnya.
3. Bagi Akademisi atau Peneliti Selantutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan
referensi untuk pengembangan penelitian selajutnya khususnya dalam
bidang sector publik.
7
Universitas Sumatera Utara