Mechanical Dan Physical Properties Kayu Rambung Sebelum Dan Sesudah Pengawetan Sesuai Dengan Sni No. 03 Tahun 2002 Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Persiapan Penelitian
Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran
sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil
dari lokasi desa Payageli, Sunggal, Sumatera Utara Kayu tersebut akan diteliti sifat-sifat
mekanis dan sifat fisiknya sehingga diperoleh karakteristik yang diperlukan untuk pengujian
nantinya.
Kayu batangan tersebut dibiarkan kering udara sampai mencapai kadar air 15 % untuk
selanjutnya diawetkan, dikeringkan dan diuji sesuai dengan masing-masing jenis pengujian
karakterisitik.
3.2 Pelaksanaan Pengawetan
Pengawetan yang akan dilakukan pada kayu tersebut mengacu pada SNI no.03-3233
tahun 1998 tentang “Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung”.
Bahan pengawet yang dipakai adalah Asam Borat dengan kadar 10 % sesuai dengan Jurnal
Penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Metode pengawetan yang akan
dilakukan adalah Metode Rendaman Panas Dingin. Proses pengawetan akan dilakukan di
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.

37

Universitas Sumatera Utara

Alat-alat yang diperlukan pada proses pengawetan ini adalah :
a) Bak pencampur untuk membuat dan mengaduk bahan pengawet.
b) Bak atau tangki persediaan untuk menyimpan persediaan larutan bahan pengawet
yang sudah siap pakai.
c) Bak pengawetan atau bak perendaman, tempat kayu akan diawetkan.
d) Pompa pemindah larutan untuk mengalirkan dan memindahkan larutan bahan
pengawet.
e) Manometer.
f) Termometer.
g) Gelas ukur 1000 ml.
h) Hidrometer.
i) Tungku pemanas.
Pelaksanaan pengawetan sebagai berikut :
a) Menyiapkan larutan bahan pengawet dengan langkah-langkah sebagai berikut :


Menimbang asam borat dan menakar air dengan perbandingan 1 gr asam borat
: 10 liter air.




Mencampur asam borat dan air dalam bak pencampur.

b) Masukkan kayu-kayu yang akan diawetkan ke dalam bak pengawet.
c) Masukkan bahan pengawet dari bak pencampur ke dalam bak pengawet sampai
permukaan larutan mencapai 10 cm di atas permukaan kayu.
d) Tahan kayu-kayu yang sedang diawetkan agar tidak tersembul ke atas.
e) Panaskan bak pengawet sampai titik ada gelembung udara yang keluar dari dalam
kayu (pemanasan selama 2 jam).
f) Matikan api dan biarkan sampai larutan bahan pengawet mendingin (perendaman
selama 2 hari).
38
Universitas Sumatera Utara

g) Tiriskan kayu sampai tidak ada lagi air menetes dari kayu lalu anginkan menggunakan
kipas sampai tercapai kering udara.

3.3 Pelaksanaan Pengujian

Pengujian dan pemeriksaan yang akan dilakukan pada kayu tersebut mengacu kepada
metode pengujian pada SNI no. 03 tahun 2002. Pengujian tersebut meliputi :
1) Pengujian Physical Properties kayu meliputi :
a) Pengujian kadar air
b) Pengujian berat jenis
c) Pengujian susut
2) Pengujian Mechanical Properties kayu meliputi :
a) Pengujian kuat tekan sejajar serat
b) Pengujian kuat tekan tegak lurus serat
c) Pengujian kuat tarik sejajar serat
d) Pengujian kuat tarik tegak lurus serat
e) Pengujian kuat lentur
f) Pengujian kuat geser
3.3.1. Pengujian Kadar Air Kayu
Benda uji dibuat berukuran 2 x 5 x 10 cm sebanyak 8 buah untuk kayu rambung yang belum
mengalami pengawetan dan sebanyak 8 buah untuk kayu yang sudah mengalami pengawetan.
Gambar 3.1 Sampel Pengujian Kadar Air Kayu
2 cm
5 cm


10 cm

39
Universitas Sumatera Utara

Metode pengujian kadar air yang digunakan adalah metode Primer Kering Oven. Pengujian
kadar air akan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut :


Benda uji ditimbang menggunakan timbangan.



Benda uji dimasukkan ke dalam oven dengan ketentuan lokasi sebagai berikut
Benda uji diletakkan pada posisi ⅓

dari tutup oven. 4 contoh uji diletakkan di rak

pertama dan 4 benda uji diletakkan di rak kedua.



Akhir proses pengeringan telah dicapai bila kehilangan berat dalam pengukuran setiap
3 jam sekali adalah sama atau bila kehilangan berat kurang dari 2 kali kepekaan
timbangan yang dipilih.



Benda uji yang telah dikeringkan harus disimpan dalam desikator dengan zat
pengering yang baru sampai benda uji mencapai temperatur ruangan.

Untuk menghitung kadar air benda uji digunakan persamaan :

KA (%) =

(

)

× 100


(3.1)

Dimana :
KA adalah kadar air (%)
BA adalah berat awal (g)
BKO adalah berat kering oven (g)
3.3.2. Pengujian Berat Jenis Kayu
Benda uji dibuat berukuran 2 x 5 x 10 cm sebanyak 5 buah untuk kayu rambung yang belum
diawetkan dan sebanyak 5 buah untuk kayu rambung yang sudah diawetkan.

40
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.2 Sampel Pengujian Berat Jenis Kayu

Metode berat jenis yang digunakan adalah dengan cara Pengukuran. Pengujian berat jenis
akan dilakukan sebagai berikut :


Bentuk benda uji seperti gambar di atas.




Ukur panjang (p), lebar (L), dan tinggi (t) benda uji minimal pada 1 tempat
pengukuran.



Timbang berat benda uji (BA) pada saat pengujian dengan ketelitian ± 0,2 % atau
kurang.



Masukkan ke dalam oven yang suhunya dapat dijaga sebesar (103 ± 2)°C dan timbang
sampai berat konstan.



Hitung kadar airnya menggunakan persamaan 3.1.




Hitung berat jenis berdasarkan berat kering oven dan volume awal menggunakan
persamaan berikut :
BJ =

×
× ×

(3.2)

Dimana :
BJ

adalah berat jenis

L,b,h adalah panjang, lebar dan tinggi benda uji
K

adalah konstanta seesar 1000 (berat dalam gr, volume dalam mm3.


41
Universitas Sumatera Utara

3.3.3 Pengujian Susut Radial dan Tangensial Kayu
Benda uji berukuran 2,5 x 2,5 x 10 cm sebanyak 10 buah untuk kayu rambung yang
belum diawetkan dan 10 buah untuk kayu rambung yang sudah diawetkan. Kadar air
maksimum benda uji 18 %.
Gambar 3.3 Sampel Pengujian Penyusutan Kayu
2,5 cm

2,5 cm

10 cm

Pengujian susut radial dan tangensial akan dilakukan sebagai berikut :


Bentuk benda uji seperti gambar di atas.




Ukur panjang (p), lebar (L), dan tinggi (t) benda uji.



Timbang berat benda uji.



Masukkan benda uji ke dalam oven pada suhu 103°C (± 2°C) sampai berat benda uji
mendekati konstan.



Ukur panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t) benda uji setelah dipanaskan.



Timbang berat benda uji setelah dipanaskan.




Hitung susut benda uji dalam % menggunakan persamaan di bawah :
% susut =

× 100

(3.3)

Dimana :
DA

adalah dimensi awal.

DKO

adalah dimensi setelah dipanaskan.

42
Universitas Sumatera Utara

3.3.4 Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu
Benda uji berukuran 5 x 5 x 20 cm sebanyak 5 buah untuk kayu rambung yang belum
mengalami pengawetan dan 5 buah untuk kayu rambung yang sudah mengalami pengawetan.
Gambar 3.4 Sampel Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu
Plat Penjepit 7 x 7 x 0.5 cm

Benda uji 5 x 5 x 20 cm

Pengujian kuat tekan sejajar serat kayu akan dilakukan sebagai berikut :


Bentuk benda uji seperti gambar di atas.



Ukur dimensi benda uji lalu catat pada formulir pengujian.



Letakkan benda uji secara sentris terhadap alat pembebanan.



Jalankan mesin uji dengan kecepatan pembebanan konstan merata dan kecepatan
gerakan beban 1 mm per menit.



Lakukan pembebasan sampai beban maksimum.



Baca dan catat data beban.



Gambar retakan-retakan yang timbul untuk pengujian.



Hitung kuat tekan dengan rumus :
=

×

(3.4)

43
Universitas Sumatera Utara

3.3.5 Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat Kayu
Benda uji berukuran 5 x 5 x 15 cm sebanyak 5 buah untuk kayu rambung sebelum
mengalami pengawetan dan 5 buah untuk kayu rambung setelah mengalami pengawetan.
Gambar 3.5 Sampel Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Kayu

Plat penjepit 5 x 7 x 0,5 cm

Benda uji 5 x 5 x 15 cm

Pengujian kuat tekan tegak lurus serat kayu akan dilakukan sebagai berikut :


Bentuk benda uji seperti gambar di atas.



Ukur dimensi benda uji lalu catat pada formulir pengujian.



Letakkan benda uji secara sentris terhadap alat pembebanan.



Jalankan mesin uji dengan kecepatan pembebanan konstan merata dan kecepatan
gerakan beban 0,3 mm per menit.



Lakukan pembebasan sampai beban maksimum.



Baca dan catat data beban.



Gambar retakan-retakan yang timbul untuk pengujian.



Hitung kuat tekan dengan menggunakan persamaan (3.4).

44
Universitas Sumatera Utara

3.3.6 Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat Kayu
Benda uji berukuran seperti Gambar 3.6 dengan bentuk seperti gambar di bawah.
Benda uji sebanyak 5 buah untuk kayu rambung sebelum mengalami pengawetan dan
sebanyak 5 buah untuk kayu rambung setelah pengawetan.
Gambar 3.6
10 cm

Sampel Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat Kayu
9,5 cm

7 cm

9,5 cm

10 cm

2,5 cm

2,5 cm

46 cm

Pengujian kuat tarik sejajar arah serat kayu akan dilakukan sebagai berikut :


Bentuk benda uji seperti gambar di atas.



Ukur dimensi benda uji sebelum dipasang pada alat uji.



Atur jarum penunjuk skala beban sehingga menunjukkan angka nol.



Letakkan benda uji pada mesin tarik dan dijepit pada kedua ujungnya dengan
kedudukan vertikal. Jarak jepitan sejauh 26 cm.



Jalankan mesin uji, kemudian beri beban secara tetap sampai beban maksimum,
dengan kecepatan beban 20 Mpa per menit.



Cantumkan nilai hasil pengujian dan bentuk keretakan ke dalam formulir pengujian.
45
Universitas Sumatera Utara



Hitung besarnya kuat tarik dengan persamaan di bawah :
=

×

(3.5)

Dimana :
Ft

adalah kuat tarik.

P

adalah beban maksimum.

B

adalah lebar (mm).

H

adalah tinggi (mm).

3.3.7 Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Arah Serat Kayu
Benda uji berukuran seperti Gambar 3.7 sebanyak 5 buah untuk kayu rambung
sebelum mengalami pengawetan dan sebanyak 5 buah untuk kayu rambung setelah
mengalami pengawetan.
Gambar 3.7

Sampel Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat Kayu

1,25 2,5 1,25

5 cm

1,25
2,5

5 cm

1,25

46
Universitas Sumatera Utara

Pengujian kuat tarik tegak lurus arah serat kayu akan dilakukan sebagai berikut :


Bentuk benda uji seperti gambar di atas.



Ukur dimensi benda uji sebelum dipasang pada alat uji.



Atur jarum penunjuk skala beban sehingga menunjukkan angka nol.



Letakkan benda uji pada mesin tarik dan dijepit pada kedua ujungnya dengan
kedudukan vertikal. Jarak jepitan sejauh 2,5 cm.



Jalankan mesin uji, kemudian beri beban secara tetap sampai beban maksimum,
dengan kecepatan beban 1 Mpa per menit.



Cantumkan nilai hasil pengujian dan bentuk keretakan ke dalam formulir pengujian.



Hitung besarnya kuat tarik dengan persamaan (3.5).

3.3.8 Pengujian Kuat Lentur Kayu
Benda uji berukuran 5 x 5 x 76 cm sebanyak 5 buah untuk kayu rambung sebelum
mengalami pengawetan dan 5 buah untuk kayu rambung setelah mengalami pengawetan.
Gambar 3.8 Sampel Pengujian Kuat Lentur Kayu

5 cm

5 cm
76 cm

Pengujian kuat lentur kayu akan dilakukan sebagai berikut :


Bentuk benda uji seperti gambar di atas.



Ukur dimensi benda uji sebelum dipasang pada alat uji, kemudian catat pada formulir
pengujian.



Atur jarak tumpuan 71 cm, pasang benda uji pada alat uji.
47
Universitas Sumatera Utara



Letakkan bantalan penekan di tengah bentang benda uji.



Jalankan mesin uji dengan kecepatan gerakan beban 2,5 mm per menit dengan
diperbolehkan ada penyimpangan ± 25 %, dengan besarnya beban maksimum sampai
benda uji mengalami patah, kemudian catat beban maksimumnya.



Tentukan bentuk keretakan yang terjadi pada benda uji.



Hitung kuat lentur dari benda uji menggunakan persamaan di bawah ini :
=

× ×

(3.6)

×

3.3.9 Pengujian Kuat Geser
Benda uji berukuran seperti Gambar 3.9 sebanyak 5 buah untuk kayu rambung
sebelum mengalami pengawetan dan 5 buah untuk kayu rambung setelah mengalami
pengawetan.
Gambar 3.9 Sampel Pengujian Kuat Geser Kayu
3 cm
2 cm

1,3 cm

6,3 cm

5 cm
5 cm

Pengujian kuat geser kayu akan dilakukan sebagai berikut :


Bentuk benda uji seperti di atas.
48
Universitas Sumatera Utara



Ukur dimensi benda uji dan cata pada formulir pengujian.



Pasang benda uji pada alat uji sehingga tidak longgar atau tidak bergerak dengan
mengencangkan skrup penjepit. Dengan demikian benda uji menjadi terjepit di antara
pelat besi B dan pelat besi D.



Beri beban dengan kecepatan gerak beban 0,6 mm permenit untuk kecepatan gerakan
beban yang dapat diukur dan 5000 N per menit untuk kecepatan gerakan beban yang
tidak dapat diukur.



Gambar bentuk keretakan yang terjadi setelah pengujian.



Hitung kuat geser berdasarkan persamaan di bawah :
=

×

(3.7)

49
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Hasil Pengujian Physical Properties Kayu
4.1.1.1 Hasil Pengujian Berat Jenis
Pemeriksaan berat jenis kayu memakai 5 buah sampel masing-masing sebelum
pengawetan dan sesudah pengawetan yang dipilih secara acak. Pengujian ini dilakukan ketika
benda uji sudah mencapai kondisi kering udara. Pengujian dilakukan di Laboratorium
Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Hasil pengujian
tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pemeriksaan di bawah ini :
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Berat Jenis Kayu Sebelum Pengawetan
No. Kode
BJ 1 ASLI
BJ 2 ASLI
BJ 3 ASLI
BJ 4 ASLI
BJ 5 ASLI
Rata-rata
SD

p (mm)
98.2
99
98.3
97.5
98.2
98.24
0.532

l (mm)
47.7
46
48
47.2
47.5
47.28
0.773

t (mm) volume (mm³ )
18
84314.52
17.3
78784.2
19
89649.6
19
87438
19.2
89558.4
18.5
85948.944
0.819
4553.713

BA (gr)
103.84
99.85
106.26
105.93
102.59
103.694
2.627

BB (gr)
103.84
99.85
106.26
105.93
102.59
103.694
2.627

BKO (gr)
89.89
85.42
93.22
92.91
88.81
90.05
3.210

KA (%)
15.519
16.893
13.988
14.014
15.516
15.186
1.219

BJ
1.232
1.267
1.185
1.211
1.146
1.208
0.046

KA (%)
15.721
15.382
15.775
15.596
15.313
15.558
0.204

BJ
1.332
1.413
1.449
1.426
1.375
1.399
0.046

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Berat Jenis Kayu Setelah Pengawetan
No. Kode
BJ 1 AWET
BJ 2 AWET
BJ 3 AWET
BJ 4 AWET
BJ 5 AWET
Rata-rata
SD

p (mm)
97.5
97.5
99
98.2
98.5
98.14
0.650

l (mm)
46.50
47.00
45.70
45.20
46.50
46.18
0.719

t (mm) volume (mm³ )
17.50
79340.625
17.50
80193.750
16.50
74650.950
17.70
78563.928
18.00
82444.500
17.44
79038.751
0.564
2850.550

BA (gr)
105.700
113.340
108.180
112.070
113.330
110.524
3.426

BB (gr)
105.700
113.340
108.180
112.070
113.330
110.524
3.426

BKO (gr)
91.340
98.230
93.440
96.950
98.280
95.648
3.111

50
Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
P

= panjang kayu (mm).

L

= lebar kayu (mm).

T

= tinggi kayu (mm).

BA

= BB = berat awal kayu (gr).

BKO = berat kayu setelah mengalami pengeringan di oven.
KA

= kadar air kayu (%).

BJ

= berat jenis kayu.

SD

= standar deviasi.

Persen kenaikan kuat tarik =

.

.
.

× 100% = 15.801 %.

4.1.1.2 Hasil Pengujian Kadar Air
Pemeriksaan kadar air kayu memakai 8 buah sampel masing-masing sebelum
pengawetan dan sesudah pengawetan yang dipilih secara acak. Pengujian ini dilakukan ketika
benda uji sudah mencapai kondisi kering udara. Pengujian dilakukan di Laboratorium
Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Hasil pengujian
tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pemeriksaan di bawah ini:

51
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kadar Air Kayu Sebelum Pengawetan
No. Kode
KA 1 ASLI
KA 2 ASLI
KA 3 ASLI
KA 4 ASLI
KA 5 ASLI
KA 6 ASLI
KA 7 ASLI
KA 8 ASLI
Rata-rata
SD

p (mm)
101
101.5
101.2
101.5
102
101.2
101.8
101
101.4
0.366

l (mm)
49.3
50.5
50.5
50
49.5
49.2
50
50.2
49.9
0.513

t (mm)
20
20
20
19
20.5
21
20
20
20.063
0.563

volume (mm³ )
99586
102515
102212
96425
103504.5
104559.84
101800
101404
101500.793
2519.525

BA (gr)
67.34
69.78
65.74
66.2
67.02
64.15
63.15
64.99
66.046
2.063

BB (gr)
67.34
69.78
65.74
66.2
67.02
64.15
63.15
64.99
66.046
2.063

BKO (gr)
61.12
63.34
59.57
60.09
60.8
57.86
57.05
58.65
59.81
2.002

KA (%)
10.177
10.167
10.358
10.168
10.230
10.871
10.692
10.810
10.434
0.306

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kadar Air Kayu Setelah Pengawetan
No. Kode
KA 1 AWET
KA 2 AWET
KA 3 AWET
KA 4 AWET
KA 5 AWET
KA 6 AWET
KA 7 AWET
KA 8 AWET
Rata-rata
SD

p (mm)
110
101
101
101.5
101
101
110
101
103.313
4.131

l (mm)
51
51
52
50
51
51
51
50
50.875
0.641

t (mm)
20
21
20
20
21
21
20.2
20
20.4
0.501

volume (mm³ )
112200
108171
105040
101500
108171
108171
113322
101000
107196.875
4486.534

BA (gr)
71.75
68.58
70.28
70.72
66.58
71.99
69.63
72.22
70.219
1.928

BB (gr)
71.75
68.58
70.28
70.72
66.58
71.99
69.63
72.22
70.219
1.928

BKO (gr)
60.55
58.45
59.6
59.54
56.6
60.92
59.16
61
59.478
1.464

KA (%)
18.497
17.331
17.919
18.777
17.633
18.171
17.698
18.393
18.053
0.492

Keterangan :
P

= panjang kayu (mm).

L

= lebar kayu (mm).

T

= tinggi kayu (mm).

BA

= BB = berat awal kayu (gr).

BKO = berat kayu setelah mengalami pengeringan di oven.

52
Universitas Sumatera Utara

KA

= kadar air kayu (%).

BJ

= berat jenis kayu.

SD

= standar deviasi.

Persen kenaikan kuat tarik =

.

.
.

× 100% = 73,01 %.

4.1.1.3 Hasil Pengujian Susut Radial dan Tangensial Kayu
Pemeriksaan kadar air kayu memakai 10 buah sampel masing-masing sebelum
pengawetan dan sesudah pengawetan yang dipilih secara acak. Pengujian ini dilakukan ketika
benda uji sudah mencapai kondisi kering udara (kadar air maksimum 18 %). Pengujian
dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera
Utara. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pemeriksaan di bawah ini :
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Susut Kayu Sebelum Pengawetan

No. Kode

Jenis Kayu

SU 1 ASLI
SU 2 ASLI
SU 3 ASLI
SU 4 ASLI
SU 5 ASLI
SU 6 ASLI
SU 7 ASLI
SU 8 ASLI
SU 9 ASLI
SU 10 ASLI
Rata-rata
SD

Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung

Dimensi Awal
Berat
p (mm) l (mm) t (mm) Awal
100.2
24.3
25
40.09
101.2
25
25.5
43.29
101.2
24.5
25
41.85
100
25
25
42.73
100
25
25.5
41.82
100
25
25
39.49
101
25.2
24.7
43.3
99.2
25.8
24
41.38
99
24.5
24.8
41.16
99
26
25
44.21
100.08 25.03 24.95 41.932
0.850 0.544 0.422 1.484

Arah Susut

Kondisi Kayu

Longitudinal
Tangensial
Longitudinal dan Tangensial
Radial dan Tangensial
Radial dan Longitudinal
Radial dan Tangensial
Radial dan Tangensial
Radial dan Tangensial
Radial dan Tangensial
Longitudinal

Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara

Dimensi Akhir
Berat Kadar Air Persen
(%)
Susut
p (mm) l (mm) t (mm) Akhir
100
24.3 24.3
35.96
11.485
3.086
101.2
25
24.8
38.98
11.057
2.823
99.7
23
25
37.71
10.979
8.124
100
24.5
24
38.62
10.642
6.293
99.5
25
25
37.73
10.840
2.513
100
24.5
24
35.66
10.740
6.293
101
24.5 23.8
39.05
10.883
6.747
99.2
25.2 23.2
37.14
11.416
5.911
99
23
24
37.08
11.003 10.072
98.5
26
25
39.78
11.136
0.508
99.81 24.5 24.31 37.771
11.018
5.237
0.837 0.930 0.619 1.353
0.271
2.924

53
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Susut Kayu Setelah Pengawetan

No. Kode

Jenis Kayu

SU 1 AWET
SU 2 AWET
SU 3 AWET
SU 4 AWET
SU 5 AWET
SU 6 AWET
SU 7 AWET
SU 8 AWET
SU 9 AWET
SU 10 AWET
Rata-rata
SD

Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung
Rambung

Dimensi Awal
Berat
Arah Susut
p (mm) l (mm) t (mm) Awal
100
26
26
42.25 Radial dan Tangensial
100
24.8
26
43.5 Tangensial
100
25
25.8
41.66 Longitudinal dan Tangensial
100
24
25
43.39 Longitudinal
100
25.5
26
44.61 Radial dan Tangensial
99.5
25
25
41.29 Radial dan Tangensial
100.5
25
27
47.05 Longitudinal dan Radial
98.7
25
26
43.96 Longitudinal dan Tangensial
99.5
25
25
40.77 Longitudinal dan Tangensial
101
26
25.5
43.94 Radial dan Tangensial
99.92 25.13 25.73 43.242
0.61246 0.5889 0.629 1.852067

Keterangan

:

P

:

panjang

L

:

lebar

T

:

tinggi

SD

:

standar deviasi

Persen kenaikan kuat tarik =

,

,
,

Kondisi Kayu
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara
Kering udara

Dimensi Akhir
Berat
p (mm) l (mm) t (mm) Akhir
100
25 23.5
37.34
100
24
26
38.48
99.5
25 24.8
36.86
99.2
24
25
38.2
100
24.5 24.5
39.52
99.5
23.8 24.5
36.51
100
25
25
41.62
98
24
26
38.7
99
24
25
35.72
101
25
25
38.87
99.62 24.43 24.93 38.182
0.7955 0.5208 0.726 1.69163

Kadar Air
(%)
13.14944
13.04574
13.02225
13.58639
12.87955
13.0923
13.04661
13.59173
14.13774
13.04348
13.25952
0.38972

Persen
Susut
15.0638
3.33333
4.55503
0.80645
10.454
7.18573
8.54
4.91071
4.69276
6.08
6.56218
4.02439

× 100% = 25,306 %.

4.1.2 Hasil Pengujian Mechanical Properties
4.1.2.1 Hasil Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat Kayu
Pemeriksaan kuat tarik sejajar serat kayu memakai 5 buah sampel masing-masing
sebelum pengawetan dan sesudah pengawetan yang dipilih secara acak. Pengujian ini
dilakukan ketika benda uji sudah mencapai kondisi kering udara. Pengujian dilakukan di
Laboratorium Uji Sifat Mekanis Kayu, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pemeriksaan di bawah ini :

54
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat Kayu Sebelum Pengawetan

No. Kode

Jenis Kayu

TA S 1 ASLI

Rambung

Ukuran
B (mm) H (mm)
10

Kuat Tarik
(Mpa)

Kuat Tarik Ratarata (Mpa)

Keterangan

10
75.651751

TA S 2 ASLI

Rambung

15

15
36.34576

TA S 3 ASLI

Rambung

10

10
51.17363

TA S 4 ASLI

Rambung

15

46.94476229

14.8
17.65956757

TA S 5 ASLI

Rambung

9.5

9.5

Kayu melengkung
73.77420499

TA S 6 ASLI

Rambung

15

15.5

Kayu berlubang kecil
27.06366022

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat Kayu Setelah Pengawetan

No. Kode

Jenis Kayu

Ukuran
B (mm) H (mm)

Kuat Tarik
(Mpa)

TA S 1 AWET Rambung

10

10

43.87536

TA S 2 AWET Rambung

10.5

10

39.90506667

TA S 3 AWET Rambung

10

10.5

72.78612381

Kuat Tarik Ratarata (Mpa)

Keterangan

50.13997374
TA S 4 AWET Rambung

15

14.5

46.86683678
Kayu lentur

TA S 5 AWET Rambung

10

10.5

7

9.8

TA S 6 AWET Rambung

42.52752187

Keterangan

:

B

lebar bidang tarik

:

54.87893333

55
Universitas Sumatera Utara

H

:

tinggi bidang tarik
,

Persen kenaikan kuat tarik sejajar =

,
,

× 100% = 6,81 %.

Menurut tabel klasifikasi kuat kayu dari PKKI 2002, sampel yang tidak

mengalami

pengawetan termasuk kelas kuat E20. Sementara, sampel yang mengalami pengawetan
termasuk kelas kuat E21.
4.1.2.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat Kayu
Pemeriksaan kuat tarik tegak lurus serat kayu memakai 5 buah sampel masing-masing
sebelum pengawetan dan sesudah pengawetan yang dipilih secara acak. Pengujian ini
dilakukan ketika benda uji sudah mencapai kondisi kering udara. Pengujian dilakukan di
Laboratorium Uji Sifat Mekanis Kayu, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pemeriksaan di bawah ini :
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat Kayu Sebelum Pengawetan
Ukuran
B (mm) H (mm)

Kuat Tarik
(Mpa)

Kuat Tarik Rata-rata
(Mpa)

No. Kode

Jenis Kayu

Keterangan

TA TL 1 ASLI

Rambung

22

51

1.328590909

TA TL 2 ASLI

Rambung

23

50

2.538958261

TA TL 3 ASLI

Rambung

21

51.5

1.540669441

TA TL 4 ASLI

Rambung

24

51

2.565072712

Pecah di kaki

TA TL 5 ASLI

Rambung

20

51.5

1.852408738

Pecah di kaki

1.965140012

56
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat Kayu Setelah Pengawetan

No. Kode

Jenis Kayu

Ukuran
B (mm) H (mm)

Kuat Tarik
(Mpa)

TA TL 1 AWET Rambung

20

48

2.451658333

TA TL 2 AWET Rambung

21

48

0.143102183

TA TL 3 AWET Rambung

23

46.5

4.351362319

TA TL 4 AWET Rambung

22.5

48.5

1.562827033

TA TL 5 AWET Rambung

19.8

51

1.64211329

Keterangan

:

B

:

lebar bidang tarik

H

:

tinggi bidang tarik

Persen kenaikan kuat tarik tegak lurus =

,

.
,

Kuat Tarik Rata-rata
(Mpa)

Keterangan

2.030212632

× 100% = 3,31 %.

4.1.2.3 Hasil Pengujian Kuat Lentur Kayu
Pemeriksaan kuat lentur kayu memakai 5 buah sampel masing-masing sebelum
pengawetan dan sesudah pengawetan yang dipilih secara acak. Pengujian ini dilakukan ketika
benda uji sudah mencapai kondisi kering udara. Pengujian dilakukan di Laboratorium Uji
Sifat Mekanis Kayu, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Hasil pengujian
tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pemeriksaan di bawah ini :

57
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Kuat Lentur Kayu Sebelum Pengawetan

No. Kode Jenis Kayu

Ukuran
Beban
Maksimum
(N)
B (mm) H (mm)

Kuat Lentur
(Mpa)

Kuat Lentur Ratarata (Mpa)

Keterangan

L1 ASLI

Rambung

51

52

6363.012

49.14003785

Pecah di pinggir.

L2 ASLI

Rambung

51.8

53

5891.236

43.11958075

Mata kayu, jamur.

L3 ASLI

Rambung

51

51

7737.764

62.12330597

L4 ASLI

Rambung

51.3

52.8

7325.384

54.5500048

Retak halus di pinggir,
mata kayu.

L5 ASLI

Rambung

52

52.5

5187.022

38.54302062

Retak halus di pinggir,
mata kayu, pecah di
pinggir.

49.49519

Retak.

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Kuat Lentur Kayu Setelah Pengawetan

No. Kode Jenis Kayu

Ukuran
Beban
B (mm) H (mm) Maksimum (N)

Kuat Lentur
(Mpa)

Kuat Lentur Ratarata (Mpa)

Keterangan

L1 AWET

Rambung

49.5

50.5

5221.215

44.04871358

Retak halus di pinggir,
mata kayu banyak.

L2 AWET

Rambung

47

51

7214.122

62.84849469

Pecah di pinggir, mata
kayu banyak.

L3 AWET

Rambung

49.5

51.3

5972.965

48.83145316

L4 AWET

Rambung

49.7

51.6

5753.645

46.3059585

Pecah di pinggir, lubanglubang kecil, mata kayu.

L5 AWET

Rambung

50.5

51

6331.06

51.33272351

Retak halus di pinggir,
jamur.

Keterangan

:

B

:

lebar bidang tekan

H

:

tinggi bidang tekan.

50.67346869

Pecah dari pinggir
sepanjang ⅓ bentang,
mata kayu.

58
Universitas Sumatera Utara

,

Persen kenaikan kuat lentur =

,
,

× 100% = 2,38 %.

Menurut tabel klasifikasi kuat kayu dari PKKI 2002, sampel yang tidak

mengalami

pengawetan termasuk kelas kuat E20. Sementara, sampel yang mengalami pengawetan
termasuk kelas kuat E21.
4.1.2.4 Hasil Pengujian Kuat Geser Kayu
Pemeriksaan kuat geser kayu memakai 5 buah sampel masing-masing sebelum
pengawetan dan sesudah pengawetan yang dipilih secara acak. Pengujian ini dilakukan ketika
benda uji sudah mencapai kondisi kering udara. Pengujian dilakukan di Laboratorium Uji
Sifat Mekanis Kayu, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Hasil pengujian
tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pemeriksaan di bawah ini :
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Kuat Geser Kayu Sebelum Pengawetan
Ukuran
Beban Maksimum
(N)
B (mm) H (mm)

Kuat Geser Sejajar
Serat (Mpa)

No. Kode

Jenis Kayu

G1 ASLI

Rambung

47.5

46

10760.266

4.924606865

G2 ASLI

Rambung

48

45.5

11861.767

5.431211996

G3 ASLI

Rambung

47.5

47

9982.648

4.471510862

G4 ASLI

Rambung

48

46.5

10067.073

4.510337366

G5 ASLI

Rambung

47

46.7

11551.242

5.262764591

Kuat Geser Sejajar
Serat Rata-rata (Mpa)

Keterangan

4.920086336

mata kayu

mata kayu

59
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.14 Hasil Pengujian Kuat Geser Kayu Setelah Pengawetan
Ukuran
Beban Maksimum
(N)
B (mm) H (mm)

Kuat Geser Sejajar
Serat (Mpa)

Kuat Geser Sejajar
Serat Rata-rata (Mpa)

No. Kode

Jenis Kayu

G1 AWET

Rambung

50

48

19362.583

8.067742917

serat sejajar arah tekan,
pecah, serat terpisah, alat
bantu uji longgar

G2 AWET

Rambung

49

50.5

13003.147

5.254858355

alat bantu uji longgar

G3 AWET

Rambung

51

48

19174.182

7.832590686

G4 AWET

Rambung

50.5

48.5

14527.972

5.931600286

retak halus, mata kayu, alat
bantu uji longgar

G5 AWET

Rambung

49

49

14727.235

6.13379217

lubang

Persen kenaikan kuat geser =

,

,
,

Bentuk Keretakan

jamur, serat sejajar arah
tekan

6.644116883

× 100% = 35,04 %.

Menurut tabel klasifikasi kuat kayu dari PKKI 2002, sampel yang tidak

mengalami

pengawetan termasuk kelas kuat E20. Sementara, sampel yang mengalami pengawetan
termasuk kelas kuat E21.
4.1.2.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Kayu
4.1.2.4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat
Pemeriksaan kuat tekan sejajar serat kayu memakai 5 buah sampel masing-masing
sebelum pengawetan dan sesudah pengawetan yang dipilih secara acak. Pengujian ini
dilakukan ketika benda uji sudah mencapai kondisi kering udara. Pengujian dilakukan di
Laboratorium Struktur, Politeknik Negeri Medan. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada
tabel hasil pemeriksaan di bawah ini :

60
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.15 Hasil Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu Sebelum Pengawetan
Ukuran
B (mm) H (mm)

Beban
Maksimum (N)

Kuat Tekan (Mpa)

50

86204

34.82989899

50

49.5

83166

33.60242424

Rambung

50

48

98047

40.85291667

TE 4 S ASLI

Rambung

50.5

49

110975

44.84744393

retak halus, mata kayu

TE 5 S ASLI

Rambung

48.5

48

98155

42.16280069

retak halus, mata kayu,
jamur.

No. Kode

Jenis Kayu

TE 1 S ASLI

Rambung

49.5

TE 2 S ASLI

Rambung

TE 3 S ASLI

Kuat Tekan Rata-rata
(Mpa)

Keterangan

berlubang kecil

39.2590969

retak halus, mata kayu

Tabel 4.16 Hasil Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu Setelah Pengawetan
Ukuran
B (mm) H (mm)

Beban
Maksimum (N)

Kuat Tekan (Mpa)

46.5

79249

37.04955587

lubang, mata kayu

47

47.5

91747

41.09608063

jamur

Rambung

47

46

98638

45.62349676

TE 4 S AWET

Rambung

43.5

44.5

90922

46.9699083

retak halus

TE 5 S AWET

Rambung

46

46

68764

32.49716446

lubang, mata kayu,
pecah panjang

No. Kode

Jenis Kayu

TE 1 S AWET

Rambung

46

TE 2 S AWET

Rambung

TE 3 S AWET

Persen kenaikan kuat tekan sejajar =

,

,
,

Kuat Tekan Rata-rata
(Mpa)

40.6472412

Bentuk Keretakan

jamur, pecah

× 100% = 3,53 %.

Menurut tabel klasifikasi kuat kayu dari PKKI 2002, sampel yang tidak

mengalami

pengawetan termasuk kelas kuat E20. Sementara, sampel yang mengalami pengawetan
termasuk kelas kuat E21.

61
Universitas Sumatera Utara

4.1.2.4.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat
Pemeriksaan kuat tekan tegak lurus serat kayu memakai 5 buah sampel masingmasing sebelum pengawetan dan sesudah pengawetan yang dipilih secara acak. Pengujian ini
dilakukan ketika benda uji sudah mencapai kondisi kering udara. Pengujian dilakukan di
Laboratorium Struktur, Politeknik Negeri Medan. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada
tabel hasil pemeriksaan di bawah ini :
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat Kayu Sebelum Pengawetan
Ukuran
Beban Maksimum
(N)
B (mm) H (mm)

Kuat Tekan (Mpa)

Kuat Tekan Rata-rata
(Mpa)

No. Kode

Jenis Kayu

Bentuk Keretakan

TE 1 TL ASLI

Rambung

54

70

69204

18.30793651

TE 2 TL ASLI

Rambung

54

70

62141

16.43941799

TE 3 TL ASLI

Rambung

54.5

70

72513

19.00733945

TE 4 TL ASLI

Rambung

54

70

83794

22.16772487

mata kayu, jamur

TE 5 TL ASLI

Rambung

53

70

70129

18.90269542

retak halus, mata kayu

lubang, mata kayu

18.96502285

mata kayu

Tabel 4.18 Hasil Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat Kayu Setelah Pengawetan
Ukuran
Beban Maksimum
(N)
B (mm) H (mm)

Jenis Kayu

TE 1 TL AWET

Rambung

47

70

68472

20.81215805

TE 2 TL AWET

Rambung

50

70

54669

15.61971429

TE 3 TL AWET

Rambung

50

70

62001

17.71457143

TE 4 TL AWET

Rambung

48

70

87770

26.12202381

retak halus, mata kayu,
pecah

TE 5 TL AWET

Rambung

49

70

54972

16.02682216

retak halus, mata kayu

Persen kenaikan kuat tekan tegak lurus =

,

Kuat Tekan (Mpa)

Kuat Tekan Rata-rata
(Mpa)

No. Kode

,
,

Bentuk Keretakan

retak halus

19.25905795

lubang, retak halus, mata
kayu

× 100% = 1,55 %.
62
Universitas Sumatera Utara

Menurut tabel klasifikasi kuat kayu dari PKKI 2002, sampel yang tidak

mengalami

pengawetan termasuk kelas kuat E20. Sementara, sampel yang mengalami pengawetan
termasuk kelas kuat E21.
4.1.3 Modulus Elastisitas Berdasarkan Hasil Tes Mesin Tensilon
Tabel 4.19 Modulus Elastisitas Kayu Tanpa Diawetkan Berdasarkan Data Output dari Mesin
Tensilon

No. Kode

Modulus Elastisitas (Mpa)

Rata-Rata

LE 1 ASLI
LE 2 ASLI
LE 3 ASLI
LE 4 ASLI
LE 5 ASLI

16600
16700
13800
19500
20300

17380

Tabel 4.20 Modulus Elastisitas Kayu Diawetkan Berdasarkan Data Output dari Mesin
Tensilon

No. Kode

Modulus Elastisitas (Mpa)

Rata-Rata

LE 1 AWET
LE 2 AWET
LE 3 AWET
LE 4 AWET
LE 5 AWET

19900
22700
20500
18800
19000

20180

4.1.4 Modulus Elastisitas Lentur Kayu Berdasarkan Berat Jenis Kayu
Modulus elastisitas lentur berdasarkan atas berat jenis pada kadar air kayu 15 % untuk
kayu berserat lurus tanpa cacat kayu dengan rumus estimasi sebagai berikut :
= 16500 ×

.

63
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.21 Modulus Elastisitas Kayu Sebelum Pengawetan

No. Kode
BJ 1 ASLI
BJ 2 ASLI
BJ 3 ASLI
BJ 4 ASLI
BJ 5 ASLI

Berat Jenis

MOE

MOE rata-rata

1.23
1.27
1.19
1.21
1.15

19090.07
19476.92
18584.85
18871.53
18146.09

18833.89028

Tabel 4.22 Modulus Elastisitas Kayu Setelah Pengawetan

No. Kode
BJ 1 AWET
BJ 2 AWET
BJ 3 AWET
BJ 4 AWET
BJ 5 AWET

Berat Jenis

MOE

MOE rata-rata

1.33
1.41
1.45
1.43
1.37

20169.24
21021.02
21392.53
21157.79
20616.37

20871.38908

Persen kenaikan modulus elastisitas lentur estimasi =

.

,
,

× 100% = 0,108 %.

Menurut tabel klasifikasi kuat kayu dari PKKI 2002, sampel yang tidak

mengalami

pengawetan termasuk kelas kuat E19. Sementara, sampel yang mengalami pengawetan
termasuk kelas kuat E21.
4.1.5 Pengaruh Asam Borat pada Kekuatan Kayu
Faktor biologis perusak kayu yang penting adalah jamur, serangga dan binatang laut.
Kayu yang diserang jamur akan berkurang keteguhan pukul, keteguhan lengkung, keteguhan
tekan, kekerasan serta elastisitasnya karena jamur tumbuh dengan memakan serat-serat pada
kayu. Serat kayu yang telah terinfeksi jamur lama-kelamaan akan merenggang dan
membentuk ruang-ruang kosong pada di dalam kayu. Karena seratnya tidak lagi padat, kayu
akan mudah patah atau retak ketika diberi beban atau tarikan. Dengan melakukan proses

64
Universitas Sumatera Utara

pengawetan pada kayu menggunakan bahan pengawet asam borat maka dinding-dinding sel
kayu terlindung dari jamur dan serangga. Jamur tidak dapat masuk ke serat-serat kayu karena
serat kayu sudah bersifat asam. Sehingga serat kayu akan lebih padat dibanding ketika tidak
diberi bahan pengawet dan kekuatan kayu bertambah.
4.1.6 Kesimpulan Hasil Pengujian Physical dan Mechanical Properties
Dari hasil penelitian physical dan mechanical properties yang telah dibahas di atas,
maka dapat diabulasikan pada tabel 4.19.
Tabel 4.21 Rangkuman Penelitian Physical dan Mechanical Properties
Hasil Penelitian (Mpa)
Sebelum Sesudah
Physical Properties
Berat Jenis
1.208
1.399
Penyusutan
5.237
6.562
Kadar Air
10.434
18.053
Mechanical Properties
Kuat Tarik Sejajar
46.94
50.14
Kuat Tarik Tegak Lurus
1.96
2.03
Kuat Lentur
49.49
50.67
Kuat Tekan Sejajar
39.26
40.64
Kuat Tekan Tegak Lurus
18.96
19.26
Kuat Geser
4.92
6.64
Modulus elastisitas estimasi
18833.89 20871.39
MOE
4.359
5.364
MOR
49.495
50.673
Jenis Penelitian

Menurut ketentuan Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu (PKKI, 2002), kuat acuan
berdasarkan pemilihan mekanis diambil berdasarkan modulus elastisitas, kuat lentur, kuat
tarik sejajar serat, kuat tekan sejajar serat, kuat geser dan kuat tekan tegak lurus serat. Dari
tabel di atas dapat dilihat bahwa menurut ketentuan kuat acuan Tata Cara Perencanaan
Konstruksi (PKKI, 2002) seperti yang tercantum pada tabel 2.2, maka kayu sebelum
mengalami pengawetan dengan modulus elastisitas estimasi 18833,89 Mpa, kuat tarik sejajar
65
Universitas Sumatera Utara

serat 46,94 Mpa, kuat tekan sejajar serat 39,26 Mpa, kuat tekan tegak lurus serat 18,96 Mpa,
kuat geser 4,92 Mpa dan kuat lentur 49,49 Mpa termasuk kayu dengan mutu E20 sedangkan
kayu setelah mengalami pengawetan dengan modulus elatisitas estimasi 20871,39 Mpa, kuat
tarik sejajar serat 50,14 Mpa, kuat tekan sejajar serat 40,64 Mpa, kuat tekan tegak lurus serat
19,26 Mpa, kuat geser 6,64 Mpa, kuat lentur 50,67 Mpa termasuk kayu dengan mutu E21..
Maka kayu mengalami peningkatan kekuatan.

66
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan “Mechanical dan Physical Properties Kayu Rambung Sebelum
dan Sesudah Pengawetan Sesuai dengan SNI no. 3 Tahun 2002” di laboratorium melalui
beberapa tahapan yakni pengawetan, percobaan Physical Properties dan percobaan
Mechanical Properties dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil pengujian sifat-sifat fisik kayu rambung tanpa diberi pengawetan memberikan
nilai kadar air sebesar 10,434 %, berat jenis sebesar 1,208 gr/mm3 dan penyusutan
sebesar 5,237 %. Hasil pengujian sifat-sifat mekanis kayu rambung tanpa diberi
pengawetan memberikan nilai kuat tarik sejajar serat sebesar 46,94 Mpa, kuat tarik
tegak lurus serat sebesar 1,96 Mpa, kuat lentur sebesar 49,49 Mpa, kuat geser sebesar
4,92 Mpa, kuat tekan sejajar serat sebesar 39,26 Mpa, dan kuat tekan tegak lurus serat
sebesar 18,96 Mpa. Berdasarkan PKKI 1979, kayu tergolong mutu E20.
2. Hasil pengujian sifat-sifat fisik kayu rambung dengan diberi pengawetan memberikan
nilai kadar air sebesar 18,053 %, berat jenis sebesar 1,399 gr/mm3 dan penyusutan
sebesar 6,562 %. Hasil pengujian sifat-sifat mekanis kayu rambung dengan diberi
pengawetan memberikan nilai kuat tarik sejajar serat sebesar 50,14 Mpa, kuat tarik
tegak lurus serat sebesar 2,03 Mpa, kuat lentur sebesar 50,67 Mpa, kuat geser sebesar
6,64 Mpa, kuat tekan sejajar serat sebesar 40,64 Mpa dan kuat tekan tegak lurus serat
sebesar 19,26 Mpa. Berdasarkan PKKI 1979, kayu tergolog mutu E21.

67
Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran
1. Penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada konsentrasi pengawetan 10 % sehingga
perlu penelitian lebih lanjut dengan variasi konsentrasi pengawetan di atas 10 %
sehingga diperoleh pengawetan yang optimal.
2. Karena kayu memiliki kekuatan yang berbeda-beda pada setiap bagian sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi bagian-bagian pada batang kayu.
3. Karena sifat bahan kayu yang mudah rusak karena pengaruh cuaca atau serangga
perusak baik selama proses pembuatan maupun masa pelayanan, maka perlu adanya
penelitian lanjutan sebagai pembanding

untuk mengikutsertakan pengaruh

pengawetan bahan terhadap kekuatan balok kayu.
4. Karena tiap proses pengawetan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kenaikan
dan penurunan kekuatan kayu, maka perlu adanya penelitian pembanding dengan
metode pengawetan yang berbeda.

68
Universitas Sumatera Utara