Prediksi Soal Tes Cakep

PREDIKSI SOAL TES SELEKSI
CALON KEPALA SEKOLAH
TINGKAT TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA

I.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Standar kepala sekolah/madrasah diatur dalam peraturan menteri Nomor ....... tahun ........
2. Menurut peraturan menteri tersebut syarat kepala sekolah SD/MI adalah .......
3. Menurut peraturan menteri tersebut kepala sekolah harus memiliki kompetensi apa saja?
Sebutkan.

4. Sebutkan dan jelaskan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) kepala sekolah sebagai :
a. Kepala sekolah sebagai Pendidik ( Educator).

b. Kepala sekolah sebagai Manajer ( Manager).

c. Kepala sekolah sebagai Pengelola Administrasi ( Adiminstrator).

d. Kepala sekolah sebagai Penyelia ( Supervisor).


e. Kepala sekolah sebagai Pemimpin ( Leader).

f. Kepala sekolah sebagai Pembaharu ( Inovator).

g. Kepala sekolah sebagai Pendorong ( Motivator).

5. Standar Nasional Pendidikan adalah …………………

6. Standar pengelolaan pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
adalah …………

7. Standar kompetensi lulusan …………………….

8. Standar isi .......................

9. Standar proses ............................

10. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah .........................

11. Standar sarana dan prasarana adalah ................................


12. Standar pembiayaan adalah ....................................

13. Standar penilaian pendidikan adalah ................................

14. RKT adalah .......................

15. Tenaga kependidikan adalah .....................

16. Pendidik adalah ................................

17. Komite sekolah/madrasah adalah ........................

18. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah ..............................

19. Standar penilaian pendidikan adalah ..............

20. Penilaian pendidikan adalah ...............

21. Ulangan adalah ..........................


22. Ulangan harian adalah ......................

23. Ulangan tengah semester adalah ………………...

24. Cakupan ulangan meliputi ……………………..

25. Ulangan akhir semester adalah ………………..

26. Ulangan kenaikan kelas adalah ……………………

27. Ujian sekolah/madrasah adalah ……………...

28. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah …………………….

29. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah ……………………….

Untuk mengurangi risiko gagal dalam tes wawancara , ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan.
1. Cara berpakaian, sebaiknya sesuaikan dengan situasi dan suasana.
2. Kerapian dan kesopanan berpakaian juga dipertimbangkan.

3. Bersikap wajar saja, tidak dibuat-buat, tetapi juga tidak tegang atau gugup.
4. Kesopanan yang sesuai dengan norma.
5. Menjawab pertanyaan tidak bertele-tele, langsung pada inti masalah.
6. Kemudian menjawab secara jujur, tidak perlu ditutup-tutupi
7. Tidak usah menggurui,
8. Tidak sombong,

Persyaratan Administrasi
(berdasarkan Pasal 2 ayat 2 Permendiknas No. 28 Tahun 2010)

1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
Kependidikan atau nonkependidikan perguruan tinggi yang terakreditasi;
3. Berusia setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu pengangkatan pertama
sebagai kepala sekolah/madrasah; atau setinggi-tingginya 54 tahun pada saat mengajukan
lamaran.
4. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dari dokter Pemerintah;
5. Tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan/atau berat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
6. Memiliki sertifikat pendidik;

7. Pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenis dan jenjang
sekolah/madrasah masing-masing, kecuali di taman kanak-kanak/raudhatul athfal/taman
kanak-kanak luar biasa (TK/RA/TKLB) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya
3 (tiga) tahun di TK/RA/TKLB;
8. Memiliki golongan ruang serendah-rendahnya III/c bagi guru pegawai negeri sipil (PNS) dan
bagi guru bukan PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau
lembaga yang berwenang dibuktikan dengan SK inpasing;
9. Memperoleh nilai amat baik untuk unsur kesetiaan dan nilai baik untuk unsur penilaian
lainnya sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi pegawai (DP3) bagi PNS atau penilaian
yang sejenis DP3 bagi bukan PNS dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan memperoleh nilai baik
untuk penilaian kinerja sebagai guru dalam 2 (dua) tahun terakhir.

Persyaratan administrasi di atas didukung dengan dokumen administrasi sebagai berikut:
1. Daftar Riwayat Hidup.
2. Pas foto terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak 4 lembar. Latar belakang warna merah, pria berdasi
dan wanita memakai blasér.
3. Fotocopy SK CPNS dan SK PNS yang telah dilegalisasi.
4. Fotocopy SK GTY (SK Guru Tetap Yayasan) yang telah dilegalisasi.
5. Fotocopy SK Pangkat terakhir yang telah dilegalisasi.
6. Fotocopy ijazah pendidikan tertinggi yang telah dilegalisasi.

7. Fotocopy Sertifikat Pendidik yang telah dilegalisasi.
8. Fotocopy bukti kepemilikan NUPTK.
9. Fotocopy KTP.
10. Fotocopy Penilaian Kinerja dua tahun terakhir.
11. Fotocopy DP3 dua tahun terakhir
12. Surat keterangan melaksanakan tugas mengajar dari kepala sekolah/madrasah.
13. Surat Keterangan sehat dari dokter Rumah Sakit pemerintah.
14. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).

PETUNJUK :

1. Surat lamaran terpisah dari kelengkapan lamaran
2. Kelengkapan lamaran dijilid dengan menggunakan cover sebagaimana contoh kecuali syarat
no.9 dan 10.
3. Urutan dalam penjilidan adalah:
a. Cover
b. Identitas calon kepala sekolah
c. Kelengkapan lainnya
d. a. Format Rekomendasi kepala sekolah maupun pengawas sekolah dikirimkan ke
sekolah-sekolah bersamaan dengan pengumuman penerimaan calon kepala sekolah dari

kepala dinas.
e. Selanjutnya guru yang berminat menyerahkan kedua rekomendasi tersebut masingmasing kepada kepala sekolah dan pengawas sekolah.
f. Pengawas dan kepala sekolah menyerahkan kembali rekomendasi tersebut kepada guru
yang bersangkutan dalam keadaan tertutup dan disegel.
g. Format rekomendasi yang masih dalam keadaan tertutup dan disegel diserahkan kepada
panitia seleksi administrasi untuk dihimpun dan dibawa pada seleksi akademik.
h. Format rekomendasi akan dibuka dan dinilai saat seleksi akademik.
4. Panitia seleksi administrasi memberikan instrumen AKPK kepada setiap guru saat yang
bersangkutan menyerahkan surat lamaran dan kelengkapannya serta rekomendasi kepala
sekolah dan pengawas sekolah yang telah diisi dalam keadaan tertutup dan disegel.
Instrumen AKPK diisi oleh calon kepala sekolah dan diserahkan oleh mereka yang
dinyatakan lulus seleksi administrasi pada saat seleksi akademik. Instrumen AKPK terlampir

ANALISIS KEBIJAKAN PERSYARATAN CALON KEPALA SEKOLAH

PENDAHULUAN
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan maka Pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah. Dalam pasal 1 ayat 1 berbunyi sebagai berikut: “Untuk diangkat sebagai

kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala sekolah/madrasah yang
berlaku nasional”. Sekaitan dengan hal tersebut di atas Kami penulis tertarik untuk membuat
paper ini yang berjudul “Analisis Kebijakan Persyaratan Calon Kepala Sekolah”, dimana
persyaratan untuk jadi Kepala sekolah ini berlaku secara nasional, disamping sebagai pemenuhan

tugas mata kuliah Pengambilan Keputusan yang dibina oleh Dosen PPs UNP prodi Administrasi
Pendidikan Ibu Nurhizrah Gistituanti, M.Ed.,Ed.D.
Sekolah berada di titik sentral kehidupan masyarakat, maka Kepala Sekolah berada di titik yang
paling sentral dari kehidupan sekolah. Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam
menampilkan kinerjanya secara memuaskan banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan
Kepala Sekolah. Sejauh manakah kepala sekolah mampu menampilkan kepemimpinan yang baik
berpengaruh langsung tehadap kinerja sekolah. Kinerja sekolah ditunjukkan oleh; 1). Iklim
kehidupan sekolah, 2). Etos belajar, 3). Semangat kerja guru, 4. Prestasi belajar siswa dan 5).
Disiplin sekolah secara keseluruhan (Dedi Supriadi,1998;346).
Wildavsky yang dikutip Sudarwan Danim mengemukakan bahwa salah satu preposisi tentang
kebijakan pendidikan bagi kepala sekolah atau calon kepala sekolah, bahwa “Kompetensi
minimal seorang kepala sekolah adalah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
keadministrasian sekolah; keterampilan hubungan manusiawi dengan staf, siswa dan masyarakat,
dan keterampilan teknis instruksional dan non instruksional”. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh Kantz bahwa dalam keseluruhan mekanisme kerja manajemen sekolah sebagai proses sosial,

mengemukakan tiga jenis keterampilan yang hendaknya dimiliki oleh kepala sekolah atau calon
kepala sekolah yaitu : 1). Keterampilan teknis, adalah keterampilan yang berhubungan dengan
pengetahuan, metode dan teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan tupoksi. 2). Keterampilan
manusiawi, adalah keterampilan yang menunjukkan kemampuan seorang manajer dalam bekerja
sama dengan orang lain secara efektif dan efisien. 3). Keterampilan konseptual, merupakan
keterampilan yang behubungan dengan cara kepala sekolah memandang sekolah, keterkaitan
sekolah dengan struktur di atasnya dan dengan pranata-pranata kemasyarakatan, serta program
kerja sekolah secara keseluruhan.
Sebelum menetapkan suatu pilihan karier seorang calon kepala sekolah hendaklah terlebih dahulu
mengenal tipe kepribadian, model-model lingkungan pekerjaan, corak hidup dan selfconcept atau
penilaianya terhadap dirinya sendiri. Dewa Ketut Sukardi (1993:vi) menyebutkan “Pada intinya
teori ini menganggap bahwa suatu karier merupakan hasil dari suatu interaksi antara faktor
heriditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, dan orang lain yang dianggap
memiliki peranan penting”. Mortimer R. Feinberg,dkk. (1994:17) alih bahasa oleh R. Turman
Sirait dalam buku mereka yang berjudul Psikologi Manajemen menyebutkan “Pokok-pokok gaya
manajemen adalah sebagai berikut: 1) tentukan tujuan-tujuan anda, 2) perolehlah secukupnya
masukan dari bawahan anda, 3) dalam kerangka yang luas, susunlah pekerjaan dan tugas itu
untuk bawahan, 4) bicara dan bekerjalah dengan bawahan untuk menolong mereka melaksanakan
pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya”. Jadi ini merupakan pendekatan terhadap suatu gaya
kepemimpinan manajemen yang sehat, tidak perlu keras tetapi harus dengan jiwa yang teguh.

Kebijakan yang erat kaitannya tentang kekepalasekolahan adalah sebagai berikut: 1)
Kepmendikbud No. 0489/U/1992 untuk SMU dan Kepmendikbud No.054/U/1993 untuk SLTP
tentang Fungsi dan tugas kepala sekolah, 2) Kepmendikbud RI nomor : 0296/U/1996 tanggal 1
Oktober 1996 tentang Penugasan Guru Pegawai Negeri Sipil sebagai Kepala Sekolah di
lingkungan Depdikbud, 3) Kepmendiknas RI Nomor 162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah, 4) Peraturan Mendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tertanggal 17 April
2007 tentang Kualifikasi dan kompetensi Kepala Sekolah / Madrasah.
Dalam Paper ini penulis coba untuk mengangkat masalah yang berkaitan dengan isyu yang
berkembang dikalangan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya kepala sekolah seputar 1)
kualifikasi dan kompetensi calon kepala sekolah serta permalahannya, 2) rekrutmen dan lembaga
berwenang yang dapat mengeluarkan sertifikat calon kepala sekolah, 3) masa jabatan kepala
sekolah, 4) tupoksi kepala sekolah, 5) imbal jasa jabatan kepala sekolah.

PEMBAHASAN
Kualifikasi dan Kompetensi Calon Kepala Sekolah
Pengertian Kompetensi

Menurut kamus Bahasa Indonesia “Kompetensi adalah kewenangan unutuk memutuskan atau
bertindak”. Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwadarminta kompetensi adalah
“Kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal”. Menurut Len

Holmes (1992) yang dikutip oleh Akhmad Sudrajat diakses tanggal 4 Nopember 2008 pukul
01:01:51 “A competence is a description of something which a person who works in a given
occupational area should be able to do. It is a description of an action, behavior or outcome which
a person should be able to demonstrate”. Maksudnya kompetensi adalah suatu gambaran dari
seseorang yang bekerja dalam suatu area yang diberikan kesempatan untuk berbuat atau bekerja.
Yaitu gambaran perbuatan atau tindakan, tingkah laku atau dampak yang dapat ditunjukkan oleh
seseorang. Kemudian Louise Moqvist (2002) yang dikutip oleh Akhmad Sudrajat diakses tanggal
4 Nopember 2008 pukul 01:01:51 mengemukakan “competency has been defined in the light of
actual circumstances relating to the individual and work”. Kompetensi didevinisikan dalam
lingkungan atau hubungan yang nyata individu dan pekerjaan.
Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 menyebutkan pengertian
Kompetensi sebagai berikut: “Seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan bukti nyata dari
tindakan seseorang sesuai dengan kewenangannya yang didasari dengan adanya kemampuan
yang dapat ditunjukkan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dengan
bidang pekerjaannya.
Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah
Bertitik tolak dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 38 ayat (5) perlunya menetapkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional
tentang standar kepala sekolah / madrasah, maka lahirlah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
menyebutkan bahwa Kwalifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah sebagai berikut:
KUALIFIKASI
Kualifikasi Umum Kepala Sekolah:
Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (DIV) kependidikan atau
nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi
Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggitingginya 56 tahun
Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah
masing-masing, kecuali di Taman Kanakkanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman
mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA
Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS
disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.
Kualifikasi khusus Kepala Sekolah:
1. Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru TK/RA
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA
c. Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
2. Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru SD/MI;
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI
c. Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
3. Kepala Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) adalah sebagai
berikut:
a. Berstatus sebagai guru SMP/MTs
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs

4.

5.

6.

7.

c. Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru SMA/MA
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA
c. Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai
berikut:
a. Berstatus sebagai guru SMK/MAK
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK; dan
c. Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa/Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB;
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB
c. Memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut:
a. Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah;
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan pendidikan
c. Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.

B. KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH
1. Kompetensi Kepribadian
Rincian Kompetensi adalah :
Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak
mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
1.2 Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
1.3 Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.
1.4 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
1.5 Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala
sekolah/madrasah.
1.6 Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
2. Kompetensi Manajerial
Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah
secara optimal.
Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajaran
yang efektif.
Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran
peserta didik.
Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide,
sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.
Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan
pengembangan kapasitas peserta didik.

Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan
pendidikan nasional.
Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan, dan efisien.
Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan
sekolah/madrasah.
Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan
kegiatan peserta didik disekolah/madrasah.
Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan.
Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah
dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
Kompetensi Kewirausahaan
3.1 Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
3.2 Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar
yang efektif.
3.3 Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
3.4 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah/madrasah.
3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah
sebagai sumber belajar peserta didik.
4. Kompetensi Supervisi
4.1 Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
4.2 Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat.
4.3 Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
5. Kompetensi Sosial
5.1 Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah
5.2 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
5.3 Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
( sumber: Permen No. 13 tahun 2007 )
Jadi dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah adalah; 1). Dimensi
Kompetensi Kepribadian, 2). Dimensi Kompetensi Manajerial, 3). Dimensi Kompetensi
Kewirausahaan, 4). Dimensi Kompetensi Supervisi, dan 5). Dimensi Kompetensi Sosial. Dari
rincian kompetensi di atas jelas terlihat bahwa dimensi kompetensi supervisi menunjukkan untuk
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru disamping dimensi kompetensi
manajerial point 2.6 yaitu “Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal”.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) yang dikutip
dalam web blog Akhmad Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa “Kepala Sekolah sebagai
pengelola memiliki tugas pengembangan kinerja personal, terutama meningkatkan kompetensi
profesional guru”. Karena untuk menjadi guru yang profesional itu tidak mudah, dibutuhkan
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang dilatar belakangi oleh motif dan cita-cita guru
yang bersangkutan untuk menjadi guru yang berkompeten. Dengan demikian Kepala Sekolah
hendaknya mampu memberikan motivasi ekstrinsik pada guru-guru yang berada di bawah unit
kerjanya sesuai dengan pendapat di atas dan itu merupakan salah satu tugas dari Kepala Sekolah.
Permendiknas yang dinyatakan mulai berlaku tanggal 17 April 2007 tersebut juga tidak
memberikan masa transisi sehingga rawan pelanggaran terhadap Permen tersebut. Dengan

“wajib”nya dipenuhi standar kepala sekolah yang berlaku nasional tersebut dikaitkan dengan
belum terlaksananya Uji Sertifikasi Guru dan pemberian sertifikatnya, maka tertutuplah pintu
bagi Cakep (Calon Kepala Sekolah) yang sudah memiliki Sertifikat Diklat Cakep namun belum
memiliki Sertifikat Pendidik sebagai Guru untuk diangkat sebagai Kepala Sekolah. Karena salah
satu persyaratan untuk diangkat sebagai kepala sekolah yakni memiliki sertifikat pendidik
sebagai guru belum terpenuhi. Jika Bupati / Walikota mengangkat Kepala Sekolah yang berasal
dari guru yang belum disertifikasi maka hal itu bisa dianggap bertentangan dengan Permendiknas
tentang Standar Kepala Sekolah ini.
Di sisi lain penetapan Standar Kepala Sekolah ini memang sangat positif dimasa keterbukaan
dengan akuntabilitas publik yang semakin baik sekarang ini. Permen ini tentu tidak berdiri sendiri
sebagai satu piranti hukum dalam mengatur dan upaya meningkatkan mutu Standar Pendidikan
Nasional kita. Ditjen PMPTK telah menyusun suatu pedoman tentang Pengembangan Mutu
Kepala Sekolah untuk kedua jalur yakni dari rekruitment calon kepala sekolah dan jalur
peningkatan mutu kepala sekolah yang sudah dan sedang menjabat.
Untuk bisa diangkat sebagai Kepala Sekolah seorang guru yang lulus seleksi harus mengikuti
Sertifikasi melalui Diklat Cakep 900 jam yang diakhiri dengan Uji Kompetensi. Jika dinyatakan
lulus sebagai Cakeppun masih harus melalui Uji Publik di hadapan beberapa unsur stake-holders
dimana sekolah itu berada. Jika uji publik (semacam pemaparan visi dan misi lengkap dengan
beberapa perencanaan) ini dapat dilalui barulah yang bersangkutan dapat diangkat dan
ditempatkan di suatu sekolah sebagai kepala sekolah definitif. Sedangkan bagi kepala sekolah
yang sedang menjabat, prosesi peningkatan mutu dilakukan dengan Uji Kompetensi.
Akankah Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 ini dapat diimplementasikan dalam pengangkatan
dan peningkatan kinerja kepala sekolah di setiap kabupaten / kota ? Ataukah dengan perundangundangan yang menyangkut Otonomi Daerah maka Permendiknas ini akan dapat dimandulkan.
Entahlah ! Apapun yang tersurat pada Permendiknas ini menunjukkan adanya telaahan dan
langkah menuju profesionalisasi Kepala Sekolah yang memang belum punya organisasi profesi
seperti PGRI, ABKIN, APSI, dan organisasi profesi lainnya. Siapa tahu, bulan depan atau tahun
depan, atau lima tahun ke depan terbentuk Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia ( AKSI ), sehingga
pengembangan tugas dan fungsi kepala sekolah akan lebih efektif lagi.
Permasalahan Kualifikasi dan kompetensi calon kepala sekolah di atas menurut hemat Penulis
secara bertahap bisa dicapai, ketentuan calon kepala sekolah yang tertuang dalam permen No. 13
tahun 2007 ini merupakan standar minimal untuk seorang menejer sekolah. Secara bertahap
pemerintah sudah mulai melakukan rekrutmen terpusat untuk calon kepala sekolah, ini baru
diujicobakan untuk sekolah kejuruan.
Rekrutmen dan Lembaga Berwenang yang Dapat Mengeluarkan Sertifikat Calon Kepala Sekolah
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 41 ayat (2)
berbunyi “Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan diatur
oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal”. Dalam
UU guru dan dosen pertanyaan yang banyak muncul di masyarakat luas adalah : “ Untuk siapa
UU Guru dan Dosen tersebut ? “ hal ini mengemuka karena ada kekhawatiran UU tersebut tidak
dapat memayungi seluruh guru. Dengan kata lain ditakutkan adanya proses diskriminasi antara
guru PNS dan guru swasta. Khusus posisi guru swasta selama ini memang seolah-olah tidak
dipayungi oleh UU yang ada meskipun secara eksplisit sudah tercantum dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dari sudut UU kepegawaian jelas tidak
menkhususkan untuk guru, karena yang diatur adalah pegawai pemerintah (PNS) sedangkan dari
sudut UU Ketenagakerjaan juga akan sangat sulit karena penyelenggara pendidikan adalah
yayasan. Sehingga guru tidak dapat dikatagorikan sebagai tenaga kerja atau buruh. Bisa
dikatakan sebelum UU Guru dan Dosen disahkan, guru-guru tidak mempunyai payung hukum
yang jelas. Yang memang mengatur segala sesuatu secara khusus yang menyangkut guru, seperti
halnya dengan UU Tenaga Kerja dan UU Kepegawaian.
C.E Beeby (1981) dalam bukunya “Pendidikan di Indonesia” menguraikan tentang masih
rendahnya kemampuan Kepala Sekolah baik di Sekolah Dasar maupun di Sekolah Lanjutan,

meski diakui Kepala Sekolah Lanjutan lebih tinggi kualitasnya karena umumnya berkualifikasi
Sarjana, namun tetap saja Kinerja/Kepemimpinan Kepala Sekolah masih dianggap gagal dimana
“sebab utama dari kegagalan dalam kepemimpinan para Kepala Sekolah ini terletak pada
organisasi intern Sekolah lanjutan itu sendiri”. Sementara Sherry Keith dan Robert H. Girling
(1991) mengutip laporan Coleman Report menyebutkan bahwa dalam penelitian efektifitas
sekolah 32% prestasi siswa dipengaruhi kualitas manajemen sekolah. Ini berarti bahwa kinerja
kepala sekolah dalam manajemen pendidikan akan juga berdampak pada prestasi siswa yang
terlibat di dalam sekolah tersebut.
Untuk melahirkan seorang kepala sekolah yang profesional dibutuhkan sistem yang kondusif,
baik rekrutmen maupun pembinaan. Dari proses rekrutmen yang sarat KKN mustahil dilahirkan
seorang kepala sekolah yang profesional. Dibutuhkan sistem rekrutmen yang berfokus pada
kualitas dan pembinaan yang berorientasi pada kinerja dan prestasi dengan ”reward &
punishment” yang tegas dan konsekuen untuk melahirkan seorang kepala sekolah yang tangguh.
Pengadaan kepala sekolah merupakan proses mendapatkan calon kepala sekolah yang paling
memenuhi kualifikasi dalam rangka mengisi formasi kepala sekolah dalam satuan pendidikan
tertentu. Rangkaian kegiatan pengadaan kepala sekolah terdiri dari : penetapan formasi,
rekrutmen calon, seleksi calon dan pengangkatan calon yang paling memenuhi kualifikasi. Tahap
rekrutmen dan seleksi merupakan tahap yang paling krusial, yang jika terjadi salah langkah pada
tahap ini bisa berakibat fatal bagi sekolah yang mendapat kepala sekolah yang kurang kompeten.
Tidak sedikit sekolah yang sebenarnya memiliki potensi besar karena siswa yang masuk
merupakan siswa berprestasi tapi tidak berkembang, stagnan, bahkan mengalami kemunduran
akibat kepala sekolah yang tidak kompeten.
Untuk melahirkan kepala sekolah yang profesional, Depdiknas sedang menggodok Peraturan
Menteri Tentang Pedoman Dan Panduan Pelaksanaan Pengadaan Kepala Sekolah, untuk
dijadikan pegangan bagi daerah dalam pengadaan kepala sekolah. Beberapa prinsip rekrutmen
yang penting dalam pengadaan kepala sekolah menurut depdiknas adalah :
1. Rekrutmen calon kepala sekolah dilakukan secara rutin pada awal tahun berdasarkan hasil
analisis dan penetapan formasi jabatan kepala sekolah
2. Rekrutmen calon kepala sekolah dilakukan secara proaktif dalam rangka mendapatkan guru
yang paling menjanjikan untuk menjadi kepala sekolah. Rekrutmen calon kepala sekolah
hendaknya dilakukan melalui proses pencarian secara aktif kepada semua guru yang dipandang
memiliki kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah, sehingga guru-guru yang memiliki
kualifikasi dan kompetensi yang paling menjanjikan banyak melamar dan mengikuti seleksi calon
kepala sekolah.
3. Rekrutmen calon kepala sekolah dilakukan secara terbuka melalui surat kabar lokal dalam
rangka memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru yang memenuhi kualifikasi.
(Depdiknas : 2007)
Seleksi merupakan tahap ketiga dalam pengadaan kepala sekolah. Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional nomor : 162/U/2003, tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, pasal
5 menyebutkan tahap-tahap seleksi kepala sekolah yang meliputi : 1)Seleksi administratif, 2)Test
Tulis dan 3)Paparan makalah. Sementara dalam rancangan Peraturan Mendiknas tentang
Pedoman dan Panduan Pengadaan Kepala Sekolah seleksi terdiri dari : seleksi administratif,
seleksi akademik, uji kompetensi dan uji akseptabilitas.
Mengingat strategisnya peran kepala sekolah dalam peningkatan kualitas pendidikan maka proses
pengadaan kepala sekolah, baik rekrutmen mapupun seleksi menjadi salah satu faktor terpenting
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Sekaitan dengan rekruitmen dan lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan sertifikan kepala
sekolah sampai saat ini belum diatur secara rinci, tapi system rekruitmen kepala sekolah di SMK
sudah dilakukan secara nasional. Piloting ini mudah-mudahan bisa juga diterapkan untuk
mengangkat colon kepala sekolah pada jenjang dan jenis pendidikan yang lainnya. Sebelum
otonomi pendidikan recruitment calon kepala sekolah ini dilakukan oleh Dinas Pendidikan
Propinsi, kemudian setelah diberlakukannya UU otonomi daerah seleksi calon kepala sekolah

dilakukan oleh Kontor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota masing-masing daerah. Dinas ini
langsung menerbitkan SK Kepala Sekolah sebagai bukti autentik jabatannya. Bagaimana dengan
kompetensi calon kepala sekolah yang diangkat tersebut ?, Penulis kira tidak dapat dipertanyakan
itulah adanya.
Di negara-negara maju masalah kepala sekolah ditangani oleh lembaga tersendiri yang khusus
melatih kemampuan kepala sekolah dan mempersiapkan calon kepala sekolah. Di Singapura ada
lembaga ”Leadership School” khusus untuk melatih kepala sekolah dan mempersiapkan caloncalon kepala sekolah. Lembaga ini sudah go internasional. Begitu juga di Malasyia, Korea
Selatan, Australia dan negara-negara Eropa memiliki lembaga sejenis.
Dalam penerbitan sertifikat calon kepala sekolah sebaiknya dilakukan secara nasional dengan
membentuk tiem seleksi dan pelatihan juga melibatkan LPTK yang ada untuk masing-masing
rayon di wilayah Indonesia ini. Dengan demikian diharapkan akan meningkat kualitas sekolah
secara nasional, sebab salah satu faktor yang dominan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
di sekolah banyak dipengaruhi oleh kualitas kepala sekolahnya.
Masa Jabatan Kepala Kekolah
Proses rekrutmen kepala sekolah yang baik belum cukup untuk menghasilkan kepala sekolah
yang tangguh dan profesional jika tidak disertai pembinaan yang baik, yaitu pembinaan yang
berorientasi pada kinerja dan prestasi dengan ”reward & punishment” yang tegas dan konsisten.
Pembinaan kepala sekolah seperti yang berlaku selama ini ’kepala sekolah berprestasi maupun
tidak berprestasi tetap aman menjadi kepala sekolah’, bahkan kepala sekolah yang sarat dengan
masalahpun tetap aman pada posisinya sampai pensiun, kecil kemungkinan lahir kepala sekolah
yang tangguh dan profesional. Dibutuhkan sistem pembinaan yang menimbulkan motivasi
berprestasi, seperti penghargaan dan promosi bagi kepala sekolah berprestasi dan sebaliknya
peninjauan kembali jabatan kepala sekolah bagi mereka yang tidak berprestasi.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 0296/U/1996, tanggal 1 Oktober 1996
tentang Penugasan Guru Pegawai Negeri Sipil sebagai Kepala Sekolah di lingkungan Depdikbud
dan disempurnakan dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 162/U/2003 tentang
Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah telah mengarah pada sistem pembinaan di
atas. Ada dua aspek penting dalam kedua Kepmen tersebut yaitu : Kepala Sekolah adalah guru
yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah dan masa jabatan Kepala Sekolah selama
4 (empat) tahun serta dapat diperpanjang kembali selama satu masa tugas berikutnya bagi kepala
sekolah yang berprestasi sangat baik. Status Kepala Sekolah adalah guru dan tetap harus
menjalankan tugas-tugas guru, mengajar dalam kelas minimal 6 jam dalam satu minggu di
samping menjalankan tugas sebagai seorang manajer sekolah. Begitu juga ketika masa tugas
tambahan berakhir maka statusnya kembali menjadi guru murni dan kembali mengajar di
sekolah.
Pada tataran praktis implementasi kedua Kepmen tersebut tidak berjalan mulus. Banyak daerah
yang tidak memperdulikannya. Kepmen 0296/U/1996 yang berlaku saat pengelolaan pendidikan
dilaksanakan secara terpusat disiasati dengan memutihkan masa jabatan kepala sekolah setiap
terjadi rotasi. Kepala Sekolah yang hampir habis masa jabatannya dirotasi dan masa jabatannya
kembali ke nol tahun. Nasib Kepmen 162/U/2003 tidak jauh berbeda walaupun relatif lebih baik.
Beberapa daerah sudah mulai melaksanakan Kepmen tersebut. Namun masih banyak yang belum
merealisasikan permen tersebut karena benturan kepentingan dan sulitnya merubah kultur.
Periodisasi masa jabatan Kepala sekolah yang dilaksanakan secara konsisten dengan penilaian
kinerja yang akuntabel serta transfaran akan mendorong peningkatan mutu pendidikan di
sekolah-sekolah. Kepala Sekolah akan bekerja keras untuk meningkatkan prestasi sekolahnya
sebagai bukti prestasi kinerjanya, sehingga masa jabatannya bisa diperpanjang atau mendapat
promosi jabatan yang lebih tinggi. Prestasi yang diraih sekolah-sekolah akan meningkatkan mutu
pendidikan di daerah dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Tidak ada lagi istilah berprestasi atau tidak berprestasi, bermasalah atau tidak bermasalah tetap
aman. Hanya ada dua pilihan, turun dengan predikat tidak berprestasi atau turun dengan
terhormat karena sudah menjalani periode maksimal bahkan mendapat promosi.

Keberhasilan pelaksanaan periodisasi masa jabatan kepala sekolah sangat tergantung pada
akuntabilitas penilaian kinerja kepala sekolah. Penilaian yang berbau KKN tidak akan
memberikan perubahan yang berarti bagi peningkatan mutu pendidikan. Penilaian harus
dilakukan secara objektif, transfaran dan melibatkan guru sekolah yang kepala sekolahnya dinilai.
Keterlibatan guru dalam penilaian kinerja kepala sekolah mutlak karena gurulah yang paling tahu
kenerja kepala sekolah sehari-harinya. Dengan demikian objektifitas penilaian akan terjaga
karena penilaian tidak hanya bersifat administratif dari atasan saja, tetap penilaian dilakukan
secara autentik, sehingga subjektifitas penilaian seperti kedekatan dengan atasan dapat dihindari.
Penilaian yang transfaran dan objektif dengan melibatkan guru akan memaksa kepala sekolah
memaksimalkan kinerjanya dan akan mendorong peningkatan kinerja sekolah, sehingga prestasi
sekolah dan mutu pendidikan akan meningkat.
Tupoksi Kepala Sekolah
Slamet PH (2002) menyebutkan kompetensi yang wajib dimiliki seorang kepala sekolah untuk
dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal sebagai berikut : kepala sekolah harus
memiliki wawasan ke depan (visi) dan tahu tindakan apa yang harus dilakukan (misi) serta
paham benar cara yang akan ditempuh (strategi), memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan
menserasikan seluruh sumberdaya terbatas yang ada untuk memenuhi kebutuhan sekolah yang
umumnya tidak terbatas, memiliki kemampuan pengambilan keputusan dengan terampil,
memiliki kemampuan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan dan mampu
menggugah bawahannya untuk melakukan hal-hal penting bagi tujuan sekolahnya. Disamping itu
kemampuan untuk membangun partisipasi dari kelompok-kelompok kepentingan sekolah (guru,
siswa, orangtua siswa, ahli, dsb.) sehingga setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan
partisipatif.
A.Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0296/U/1996, merupakan landasan
penilaian kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan
untuk membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan non guru, membimbing peserta
didik, mengembangkan tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek dan memberi
contoh mengajar.
Kemampuan membimbing guru, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dan
pelaksanaan program pembelajaran dan bimbingan konseling (BK), penilaian hasil belajar peserta
didik dan layanan bimbingan konseling, analisis hasil penilaian belajar dan layanan bimbingan
konseling, serta pengembangan program melalui kegiatan pengayaan dan perbaikan
pembelajaran.
Kemampuan membimbing tenaga kependidikan nonguru dalam penyusunan program kerja, dan
pelaksanaan tugas sehari-hari, serta mengadakan penilaian dan pengendalian terhadap kinerjanya
secara periodik dan berkesinambungan. Penilaian dan pengendalian kinerja secara periodik dan
berkesinambungan penting dilakukan untuk mencapai peningkatan kualitas kerja secara kontinue
(continuous quality improvement).
Kemampuan membimbing peserta didik, terutama berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler,
partisipasi dalam berbagai perlombaan kesenian, olah raga, dan perlombaan matapelajaran.
Kemampuan membimbing peserta didik ini menjadi sangat penting bila dikaitkan dengan
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Dalam MPMBS, kepala sekolah tidak
hanya dituntut untuk meningkatkan prestasi akademis, tetapi juga harus mampu meningkatkan
berbagai prestasi peserta didik dalam kegiatan nonakademis, baik di sekolah maupun di
masyarakat.
Kemampuan mengembangkan tenaga kependidikan, terutama berkaitan dengan pemberian
kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan
secara teratur; revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Guru
Pembimbing (MGP), dan Kelompok Kerja Guru (KKG); diskusi, seminar, lokakarya, dan
penyediaan sumber belajar. Dalam rangka pengembangan tenaga kependidikan, kepala sekolah
juga harus memperhatikan kenaikan pangkat dan jabatannya.

Kemampuan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dapat ditingkatkan
melalui pendidikan dan latihan; pertemuan profesi seperti Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS); mengikuti diskusi, seminar, dan lokakarya dalam profesinya; menganalisis dan
mengkaji berbagai bahan bacaan; serta menelusuri perkembangan informasi melalui media
elektronika, seperti komputer dan internet.
Kemampuan memberi contoh model pembelajaran dan bimbingan konseling yang baik, dengan
mengadakan analisis terhadap materi pelajaran (AMP), program tahunan (PT), program semester
(PS), dan program pembelajaran (PP) atau satuan pelajaran (SP), serta mengembangkan daftar
nilai peserta didik dan program layanan bimbingan konseling. Kepala sekolah juga dituntut untuk
memiliki kemampuan memberikan alternatif model pembelajaran yang efektif, dengan
mendayagunakan berbagai metode dan sumber belajar secara bervariasi, seperti pendayagunaan
komputer, OHP, LCD, dan Tape Recorder dalam pembelajaran.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta
didik dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Pertama; mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk menambah wawasan
para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Misalnya memberikan kesempatan bagi para guru yang belum mencapai jenjang
sarjana untuk mengikuti kuliah di universitas terdekat dengan sekolah, yang pelaksanaannya
tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah harus berusaha untuk mencari
beapeserta didik bagi para guru yang melanjutkan pendidikan, melalui kerjasama dengan masyarakat, dengan dunia usaha atau kerjasama lain yang tidak mengikat.
Kedua; kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik
untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di
papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat
belajar dan meningkatkan prestasinya.
Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru
untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta
memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.
Kepala Sekolah sebagai Manajer
Kemampuan menyusun program sekolah harus diwujudkan dalam (1) pengembangan program
jangka panjang, baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun
waktu lebih dari lima tahun; (2) pengembangan program jangka menengah, baik program
akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun; (3)
pengembangan program jangka pendek, baik program akademis maupun nonakademis, yang
dituangkan dalam kurun waktu satu tahun (program tahunan), termasuk pengembangan rencana
anggaran pendapatan belanja sekolah (RAPBS) dan Anggaran Biaya Sekolah (ABS). Dalam pada
itu, kepala sekolah harus memiliki mekanisme yang jelas untuk memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan program secara periodik, sistemik, dan sistimatik.
Kemampuan menyusun organisasi personalia sekolah harus diwujudkan dalam pengembangan
susunan personalia sekolah; pengembangan susunan personalia pendukung, seperti pengelola
laboratorium, perpustakaan, dan pusat sumber belajar (PSB); serta penyusunan kepanitiaan untuk
kegiatan temporer, seperti panitia penerimaan peserta didik baru (PSB), panitia ujian, dan panitia
peringatan hari-hari besar keagamaan.
Kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah harus diwujudkan dalam
pemberian arahan secara dinamis, pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan
tugas, pemberian hadiah (reward) bagi mereka yang berprestasi, dan pemberian hukuman
(punisment) bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugas.
Kemampuan mendayagunakan sumber daya sekolah, yang harus diwujudkan dalam
pendayagunaan serta perawatan sarana dan prasarana sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga
kependidikan, dan pengembangan program peningkatan profesionalisme.

Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah sebagai Manajer
Pertama; memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif dimaksudkan
bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus
mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala sekolah harus mau dan mampu
mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta
berusaha untuk senantiasa mempertanggung jawabkan setiap tindakan. Kepala sekolah harus
mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik dan konseptual, dan
harus senantiasa berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk
mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua.
Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya,
sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati.
Dalam hal ini kepala sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada
seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya
memberi kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai
penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala harus
berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di
sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas
keunggulan, asas mupakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban, dan
asas integritas.
Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kemampuan mengelola kurikulum harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data
administrasi pembelajaran; penyusunan kelengkapan data administrasi bimbingan konseling;
penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan praktikum; dan penyusunan kelengkapan
data administrasi kegiatan belajar peserta didik di perpustakaan.
Kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus diwujudkan dalam penyusunan
kelengkapan data administrasi peserta didik; penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan
ekstrakurikuler; dan penyusunan kelengkapan data administrasi hubungan sekolah dengan orang
tua peserta didik.
Kemampuan mengelola administrasi personalia harus diwujudkan dalam pengembangan
kelengkapan data administrasi tenaga guru; serta pengembangan kelengkapan data administrasi
tenaga kependidikan nonguru, seperti pustakawan, laporan, pegawai tata usaha, penjaga sekolah,
dan teknisi.
Kemampuan mengelola administrasi sarana dan prasarana harus diwujudkan dalam
pengembangan kelengkapan data administrasi gedung dan ruang; pengembangan data administrasi meubeler; pengembangan kelengkapan data administrasi alat mesin kantor (AMK);
pengembangan kelengkapan data administrasi buku atau bahan pustaka; pengembangan
kelengkapan data administrasi alat laboratorium; serta pengembangan kelengkapan data
administrasi alat bengkel dan workshop.
Kemampuan mengelola administrasi kearsipan harus diwujudkan dalam pengembangan
kelengkapan data administrasi surat masuk; pengembangan kelengkapan data administrasi surat
ke luar; pengembangan kelengkapan data administrasi surat keputusan; dan pengembangan
kelengkapan data administrasi surat edaran.
Kemampuan mengelola administrasi keuangan harus diwujudkan dalam pengembangkan
administrasi keuangan rutin; pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari
masyarakat dan orang tua peserta didik; pengembangan administrasi keuangan yang bersumber
dari pemerintah, yakni uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), dan dana bantuan
operasional (DBO); pengembangan proposal untuk mendapatkan bantuan keuangan, seperti hibah

atau block grant; dan pengembangan proposal untuk mencari berbagai kemungkinan dalam
mendapatkan bantuan keuangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat.
Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikannya
khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif.
Salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan
tenaga kependidikan.
Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai
supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah.
Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru.
Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak
mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.
Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan
balik.
Adanya penguatan dan umpan balik dan kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan
perilaku guru yang positip sebagai hasil pembinaan.
Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan
suatu masalah.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan
melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan
menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi
kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan program
supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi
pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi
nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan kemampuan
memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi
untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan hasil supervisi untuk
mengembangkan sekolah.
E. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari
kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan
mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya
din, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi
yang stabil, (7) teladan.
Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuan (1)
memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan nonguru), (2) memahami kondisi dan
karakteristik peserta didik, (3) menyusun program pengembangan tenaga kependidikan, (4)
menerima masukan, saran