Counseling Services for Women in Marriage Age

  2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6880 2337-6880 2337-6880

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Online: http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 2 Nomor 3, November 2014, Hlm 31-36 Volume 2 Nomor 3, November 2014, Hlm 31-36 Volume 2 Nomor 3, November 2014, Hlm 31-36 dan dan dan

  ISSN Online:

  ISSN Online:

  Info Artikel: Diterima 06/11/2014 Direvisi 12/11/2014 Dipublikasikan 30/11/2014

  Ikatan Konselor Indonesia (IKI)

Co Counseling Services for Women in Marriage Age

  Frischa Meivilona Yendi, Zadrian ian Ardi & Ifdil Universitas Negeri Padang

  Abstract

Marriage is a bond betwee een the outer and inner man as a husband who has not age ged 25 years and

women 21 years old wife ife is not with the purpose of achieving happiness. Marria rriage and family

counseling is a profession th n that will be developed in Indonesia. Counseling emphasiz asizes on changes

contained in the family sy system. Stages counseling, theory and dynamics as well ell as the use of

counseling skills in marria rriage and family counseling has similarities with individ ividual counseling and group counseling.

  Keyword: Marriage age, Adultho lthood, Family counseling

  ___________________________ ________________________________________________ _____________________ Copyright © 2014 IICE - Multika tikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselo lor Indonesia - All Rights Reserved

  Indonesian Institute for Counselin ling and Education (IICE) Multikarya Kons PENDAHULUAN

  Masa dewasa merupakan an salah satu periode dalam rentangan kehidupan man anusia, dimana individu meninggalkan masa remajanya. M . Masa dewasa merupakan masa atau periode yang terpanj njang dalam keseluruhan rentang hidup seorang individu, y , yaitu antara lebih kurang 18 tahun hingga individu itu me meninggal dunia. Namun, sama halnya dengan masa remaj aja, para ahli menemukan kesulitan untuk menentukan k kapan masa dewasa itu dimulai. Hal ini karena setiap ke kebudayaan berbeda-beda dalam menentukan kapan sese eseorang mencapai status dewasa secara formal. Pada sebag bagian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai apabila ila pertumbuhan pubertas telah selesai atau setidak-tidakny nya sudah mendekati selesai dan apabila organ kelamin in anak telah mencapai kematangan serta mampu berpro produksi. Desmita (2008:3) menjelaskan bahwa dalam m kebudayaan Amerika, seorang anak dipandang belum m mencapai status dewasa kalau ia belum mencapai usia 2 21 tahun. Sementara itu dalam kebudayaan Indonesia, se seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa ap apabila sudah menikah, meskipun usianya belum mencapa pai 21 tahun.

  Menurut Santrock (2002:4 2:4) setidaknya ada dua kriteria yang harus terpenuhi untu ntuk menunjukkan akhir masa remaja dan permulaan dari ari masa dewasa, yaitu kemandirian ekonomi dan keman andirian dalam membuat keputusan. Kemandirian ekonomi mi ditandai dengan pekerjaan yang berpenghasilan yang d g dimiliki oleh seseorang yang telah menginjak usia dew ewasa. Sedangkan kemandirian dalam membuat keputu putusan ditandai dengan kemantapan seseorang dalam peng engambilan keputusan yang berhubungan dengan cinta atau tau pasangan hidup.

  Terlepas dari perbedaan da dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasaan te tersebut, pada umumnya psikolog membagi masa dewasa a a atas tiga periode, seperti yang dijelaskan oleh Feldman (da (dalam Santrock, 2007:6), yaitu early adulthood (masa dewa wasa awal) sekitar usia 20 tahun dan berlangsung sampai se i sekitar usia 40-45 tahun;

  

middle adulthood (pertengahan m masa dewasa) sekitar usia 40-45 sampai sekitar usia 65 tah tahun; dan old age (masa

dewasa lanjut atau masa tua) sekita kitar usia 65 tahun sampai meninggal.

  Masa dewasa awal disebu but usia reproduktif karena pada masa ini sebagian bes besar individu cenderung dan hidup berkeluarga merupaka kan tugas yang sangat banyak, sangat penting dan sanga gat sulit diatasi. Dengan demikian, tugas perkembangan pa pada periode dewasa awal adalah memilih pasangan hidup idup, membentuk keluarga dan mengelola sebuah rumah tang ngga.

  PERNIKAHAN USIA MUDA Pengertian Pernikahan Usia Muda uda

  Pernikahan merupakan pr proses awal pembentukan suatu rumah tangga yang ke kelangsungannya sangat tergantung dari kesiapan, kematan tangan dan kualitas mental. Untuk mencapai pernikahan ya yang bahagia diperlukan persiapan baik dari pihak pria mau aupun pihak wanita. Oleh karena itu, baik pria maupun wa wanita harus sudah benar- benar siap dan matang baik secara ara fisik maupun psikis untuk melakukan pernikahan.

  Pernikahan atau perkawina inan merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaru aruhi proses pendewasaan pada seseorang. Lebih lanjut lagi d gi diterangkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 ten tentang Perkawinan Pasal

  7 Ayat 1 bahwa “Perkawinan hany anya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan ilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 6 (enam belas) tahun.” Selanjutnya dalam Peraturan Me Menteri Agama Republik Indonesia No. 11 Tahun 2007 ten tentang Pencatatan Nikah Pasal 8 dijelaskan bahwa “Apabila abila seorang calon suami belum mencapai umur 19 (sembila bilan belas) tahun dan seorang calon isteri belum menca ncapai umur 18 (delapan belas) tahun, harus mendapat dis dispensasi dari pengadilan”. Pasal-pasal tersebut sangat gat jelas hampir tak ada alternatif penafsiran, bahwa usia y ia yang diperbolehkan menikah di Indonesia untuk pria 19 9 (sembilan belas) tahun dan untuk wanita 16 (enam belas) s) atau 18 (delapan belas) tahun.

  Berdasarkan peraturan ters tersebut, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana N a Nasional atau disingkat menjadi BKKBN melalui promos osi di media cetak dan media eletronik pada tahun 2013 3 mengemukakan bahwa usia yang ideal untuk melakukan p n pernikahan adalah usia antara 21-25 tahun bagi wanita da dan usia 25-30 tahun bagi pria. Menurut beberapa sumber da data menunjukkan usia wanita menikah di Indonesia masih asih tergolong usia muda, yaitu di bawah 21 tahun. Pernika ikahan di bawah 21 tahun sering disebut sebagai pernikah kahan usia muda. Hal ini disebabkan secara kesehatan repro produksi bisa dikatakan masih terlalu muda, secara mental tal sosial belum siap dan secara ekonomi juga biasanya b a belum mapan. Sejalan dengan hal itu, Peraturan Men enteri Agama Republik Indonesia No. 11 Tahun 2007 ten tentang Pencatatan Nikah Pasal 7 juga telah menjelaskan ba bahwa “Apabila seorang calon mempelai belum mencapai ai umur 21 (dua puluh satu) tahun, harus mendapat izin te tertulis kedua orangtua”. Izin ini sifatnya wajib, karena usia sia itu dipandang masih memerlukan bimbingan dan pengaw awasan orangtua/wali.

  Sebelum memasuki jenjan jang pernikahan, seseorang sudah dihadang oleh persoa oalan yang berhubungan dengan penyesuaian, baik terhada adap calon istri atau suami, maupun terhadap orang-orang ng lain yang mempunyai hubungan, beserta norma-norma a dan nilai-nilai sosial yang berlaku. Demikian juga se selama menjalani hidup berumah tangga, sering timbul m l masalah yang berhubungan dengan konflik dalam kehid hidupan pernikahan yang dipicu oleh banyak faktor. Selain it in itu, berdasarkan wawancara dengan salah seorang Bidan y n yang bertugas di Klinik Nasywa Kota Sungai Penuh Prov rovinsi Jambi pada tanggal 21 Juni 2013 diperoleh inform ormasi bahwa kurangnya kesiapan mental pada beberapa ca calon ibu dalam menghadapi kelahiran anaknya dan sikapn apnya terhadap kehamilan merupakan masalah-masalah yang ng sering timbul pada masa dewasa awal ini.

  Jumlah kasus perceraian d di Indonesia meningkat tajam. Salah satu faktor yang me mempengaruhinya adalah pernikahan di usia muda. Hal ters tersebut disampaikan oleh Sudibyo Alimoeso, selaku pelaks laksana tugas (Plt) Kepala BKKBN pada Forum Bakohumas as “Hari Keluarga” dengan tema Membangkitkan Kebers ersamaan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Halim Perda rdanakusumah, Jakarta Timur, Kamis 30 Mei 2013 (dalam lam nasional.inilah.com/-

  read/detail/1994675/bkkbn-ajak-m k-masyarakat-hindari-pernikahan-usia-dini#.Ug8mJ1r-LtJ LtJ , 2013). Tidak jauh ,

  berbeda dengan hasil observasi si awal yang dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2013 3 di Pengadilan Agama Kabupaten Kerinci, bahwa sepan anjang tahun 2011-2012 terjadi 48 kasus perceraian di K i Kecamatan Air Hangat Timur, yang paling banyak dialam lami oleh pasangan dengan usia 20-25 tahun.

  Berdasarkan observasi awa wal yang dilakukan peneliti pada tanggal 26 Juni 2013 di di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci dipero roleh informasi bahwa dari 170 peristiwa pernikahan di di Kantor Urusan Agama

  (KUA) Kecamatan Air Hangat T t Timur Kabupaten Kerinci pada tahun 2012/2013, seban banyak 118 wanita yang menikah pada usia di bawah 21 1 tahun, yaitu 23 wanita pada usia 20 tahun, 26 wanita p ita pada usia 19 tahun, 32 wanita pada usia 18 tahun, 26 wan anita pada usia 17 tahun, dan 11 wanita pada usia 16 tahun hun. Hal ini menunjukkan rata-rata wanita di kecamatan ter tersebut masih menikah pada usia di bawah 21 tahun. M . Menurut salah seorang petugas di KUA tersebut, jumlah h wanita yang menikah di usia muda selalu mengalami pen peningkatan dari tahun ke tahun.

  Faktor Penyebab Terjadinya Pe Pernikahan Usia Muda

  Banyak faktor yang mempe pengaruhi keputusan wanita untuk menikah pada usia terse rsebut, diantaranya adalah faktor sosial, ekonomi dan budaya aya. Faktor sosial yang berpengaruh terhadap perkawinan n usia muda pada wanita adalah faktor pendidikan. Rendah ahnya pendidikan orangtua dan remaja mendorong untuk tuk melakukan pernikahan pada usia di bawah 21 tahun, per perempuan remaja yang tidak melanjutkan sekolah akhirny irnya menganggur, karena sulitnya mencari pekerjaan.

  Faktor ekonomi yang me mempengaruhi pernikahan adalah jumlah pendapatan ora orangtua. Orangtua yang berpendapatan rendah biasanya tid tidak mampu membiayai sekolah anaknya sehingga orangtu gtua ingin anaknya segera menikah, ingin lepas dari tangg ggungjawab dan orangtua berharap mendapat bantuan n secara ekonomi. Pada umumnya mereka hanya tamat SD t SD, SMP atau SMA. Berdasarkan data catatan pernikahan an dari KUA Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Ker Kerinci tahun 2012-2013 diperoleh keterangan tentang jenj enjang pendidikan wanita yang mengalami pernikahan usia sia muda, yaitu 45 wanita yang tamat SMA, 50 wanita ya yang tamat SMP, dan 26 wanita yang tamat SD. Denga ngan kondisi tersebut daripada menjadi beban keluar arga akhirnya orangtua menganjurkan anaknya untuk sege egera menikah.

  Faktor budaya yang mem empengaruhi perkawinan adalah tradisi di daerah setem mpat. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang ang Ibu dari wanita yang menikah usia muda pada tang tanggal 10 Agustus 2013 diperoleh keterangan bahwa pern ernikahan usia muda yang dialami oleh putrinya dipeng ngaruhi oleh lingkungan setempat yang berpendapat bahwa wa malu menjadi perawan tua, lebih baik jadi janda muda da daripada perawan tua. Jadi, konotasi perawan tua merup upakan momok bagi sebagian masyarakat yang tinggal di di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci.

  Beberapa wanita di Kecam camatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci telah men enikah pada usia muda. Berdasarkan hasil wawancara de dengan petugas KUA Kecamatan Air Hangat Timur Ka Kabupaten Kerinci pada tanggal 15 Agustus 2013 diperole oleh keterangan bahwa faktor penyebab terjadinya pernikah ahan usia muda berbeda- beda, diantaranya rendahnya pend ndidikan orangtua dan remaja di Kecamatan Air Hangat Tim Timur Kabupaten Kerinci mendorong untuk melakukan pern ernikahan pada usia di bawah 21 tahun. Selama menjalani ni hidup berumah tangga, sering timbul masalah yang berhu rhubungan dengan konflik dalam kehidupan pernikahan ya yang dipicu oleh banyak faktor. Selain itu, kurangnya kesia siapan mental pada beberapa calon ibu dalam menghadapi pi kelahiran anaknya dan sikapnya terhadap kehamilan, jug juga merupakan masalah-masalah yang sering timbul pada da masa dewasa awal ini dengan adanya pernikahan usia mu muda pada wanita di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupa paten Kerinci.

  Kondisi Pribadi Wanita pada Pe Pernikahan Usia Muda

  Pernikahan usia muda terja rjadi pada wanita usia dibawah 21 tahun. Pada usia rentanga gan usia 16-20 tahun, seorang wanita mulai menemukan an nilai-nilai hidup baru, sehingga semakin jelaslah pemaha haman tentang keadaan diri sendiri. Menurut Kartono (200 2006:66) pada periode ini seseorang mulai bersikap kritis ter terhadap objek-objek di luar dirinya dan ia mampu mengam gambil sintese antara dunia luar dan dunia internal. Pada per perkembangan ini dibangun dasar-dasar yang akan m menentukan pembentukan kepribadiannya. Oleh karena itu itu, periode usia tersebut merupakan perjuangan terakhir ba bagi remaja menjelang kedewasaannya.

  Masa dewasa awal sebenar arnya merupakan kelanjutan dari masa remaja. Menurut San Santrock (2007:4), setidaknya ada dua kriteria yang h g harus terpenuhi untuk menunjukkan akhir masa remaja dan dan permulaan dari masa dewasa, yaitu kemandirian ekonom omi dan kemandirian dalam membuat keputusan.

  Hal tersebut sesuai dengan an pendapat Sigmund Freud (dalam Prayitno, 2006:4) meng ngungkapkan seseorang yang telah dewasa itu mampu berta ertanggung jawab terhadap segala tingkah laku dan pekerjaa jaan atau karir yang dilakukannya sehari-hari dan terha rhadap cintanya yang telah dinyatakannya pada seseorang. P . Pada fase dewasa awal ini manusia menjadi matang dalam lam berpikir untuk memikul tanggung jawab dan cinta terhad hadap pasangannya yang telah menjadi pilihannya, selanjutn jutnya akan melakukan pernikahan dan membentuk keluarga rga.

  Sejak seseorang menyandan dang status dewasa, ia diharapkan memiliki kesiapan untuk tuk menerima kewajiban dan tanggung jawab sebagai orang ng dewasa, yang ditunjukkan dengan pola-pola tingkah laku laku sebagaimana yang berlaku pada kebudayaan sekitarny rnya. Sampai saat ini belum ada rumusan tugas-tugas perke kembangan yang khas bagi orang dewasa sesuai dengan k n karakteristik kebudayaan Indonesia, secara teoritis rumusa usan tugas-tugas perkembangan yang diajukan oleh leh Robert J. Havighurst agaknya dapat dijadikan acuan. Da Dalam hal ini, Havighurst (dalam Santrock, 2007:16) menyeb yebutkan 8 tugas perkembangan orang dewasa awal, yaitu: itu:

  a. Memilih jodoh

  b. Belajar hidup bersama dengan an suami atau istri

  c. Mulai hidup berkeluarga

  d. Membesarkan anak

  e. Mengelola rumah tangga

  f. Mulai bekerja

  g. Memikul tanggung jawab sosia sial h. Menemukan kelompok sosial y ial yang cocok dengan nilai-nilai yang dianutnya.

  Tugas perkembangan perio riode dewasa awal yang ditandai kemandirian secara karir d ir dan cinta dapat dicapai dengan optimal oleh seorang indiv dividu apabila tugas perkembangan pada periode sebelumny nya, yaitu periode remaja akhir telah terpenuhi. Oleh sebab itu b itu, disarankan bagi wanita untuk tidak menikah pada usia sia dibawah 21 tahun.

  Masalah dalam Pernikahan Usia sia Muda Masalah akan dialami seseo seorang apabila hal yang terjadi padanya tidak sesuai denga ngan yang diharapkannya.

  Menurut Winkel (1997:334) masa asalah adalah suatu kondisi, situasi suasana yang tidak me mengenakkan yang dapat mengganggu berjalan dan berkemb mbangnya kehidupan.

  Wanita yang menikah pa pada usia muda menghadapi problem atau masalah. Ch Charoters, et al. (dalam Kertamuda, 2009:31) mengemuka kakan bahwa dampak dari seorang wanita yang melahirkan an di usia muda memiliki perasaan sangat mendalam pada a anak yang dilahirkannya. Hal tersebut sering membuat uat mereka dibebani oleh tanggung jawab sebagai orangtua, a, termasuk sebagai pengasuh dan model bagi anak-anakny nya.

  Untuk mengatasi masalah lah yang terjadi, maka ibu muda perlu menyeimbangkan a n antara tanggung jawab sebagai orangtua dan kebutuhan an akan pendidikan lanjut, menjaga keamanan sosial eko konomi, serta memenuhi kebutuhan, baik semosional dan fi fisik dari anaknya. Hal ini tidak mudah karena menurut Fu t Furstenberg, et al. (dalam Kertamuda, 2009:32) remaja yan ang menjadi orangtua sering menghadapi lingkungan yang ang tidak nyaman karena mereka berperan sebagai orangtu gtua dan juga bertanggung jawab untuk memenuhi sega gala kebutuhan, padahal mereka tidak mempunyai pendidik idikan yang cukup dan tidak pula bekerja.

  Berdasarkan uraian terseb ebut dapat dihubungkan dengan pendapat Mooney (dala alam Prayitno dan Amti, 1994:242) yang mengidentifikasi asi 330 masalah yang sering terjadi pada seseorang indiv individu kemudian dibagi kembali oleh Prayitno dkk (1996:2 6:2) dalam beberapa bidang masalah melalui Alat Ungkap M p Masalah (AUM) Umum Masyarakat, yaitu:

  a. Jasmani dan Kesehatan (JDK) K)

  b. Diri Pribadi (DPI)

  c. Hubungan Sosial dan Kemasya syarakatan (HSK)

  d. Ekonomi dan Keuangan (EDK K)

  e. Keadaan dan Hubungan dalam lam Keluarga (KHK)

  f. Pendidikan, Karir, dan Pekerja rjaan (PKP)

  g. Agama, Nilai, dan Moral (ANM NM)

  h. Hubungan dengan jenis Kelam lamin lain dan Perkawinan (HKP) i. Waktu Senggang (WSG).

BIMBINGAN DAN KONSELIN

  Pernikahan di usia yang m masih muda dapat menimbulkan resiko kesehatan bagi w i wanita, terutama apabila terjadi kehamilan di usia muda.

  a. Menurut Kertamuda (2009:31) hal tersebut dikarenak akan kematangan secara biologis yang belum betul-betul se l sempurna dapat mengakibatkan kematian saat melahirkan. n. Selain itu, kematangan secara pribadi juga masih belum lum maksimal. Untuk itu, setiap pasangan perlu matang ng secara pribadi dalam menghadapi lingkungan yang berb erbeda satu sama lain. Keluarga besar terkadang memiliki ki peran yang kuat dalam kehidpan rumah tangga pasang angan suami istri, sehingga keputusan keluarga cende nderung lebih dominan. Permasalahan-permasalahan yang ng terjadi perlu disikapi secara matang untuk menghind indari hal-hal yang tidak diinginkan dari pasangan tersebut. ut.

  Selain itu, terdapat hambata atan-hambatan yang dihadapi sebagai seorang remaja yang ng harus berperan sebagai ibu muda, diantaranya adalah ben bentuk identitas, kegelisahan pada kemandirian dan puberta ertas. Pada kenyataannya tidak mudah menjadi orangtua d a di usia muda karena dapat meningkatkan resiko megatif gatif pada mereka untuk menjadi orangtua yang cakap. Ap pabila pasangan tidak dapat menangani apa yang terjadi p i pada kehidupan mereka, maka sudah pasti kehidupan pernik rnikahan mereka akan goyah.

  Penanganan secara intensif sif perlu diberikan kepada pasangan suami istri muda yan ang menghadapi masalah dalam pernikahannya. Hough da dan Stevens (dalam Kertamuda, 2009:32) menggaris ba bawahi dua tipe sistem dukungan, yaitu formal dan inform ormal. Sistem informal termasuk kerabat, teman-teman da dan tetangga. Sedangkan, dukungan formal termasuk institus titusi, agensi atau program-program di luar keluarga yang me mendukung.

  Salah satu cara yang dapa pat ditempuh diantaranya adalah konsultasi dan konseling ing yang mendalam pada pasangan, ini merupakan salah sat satu jalan untuk dapat membantu menyelesaikan masalah y h yang dihadapi. Menurut Kertamuda (2009:32) hal tersebu ebut bertujuan agar memperoleh gambaran secara jelas d dampak psikologis dari peristiwa yang menimpa dirinya ya dan keluarganya. Sehingga melalui konseling diharapk apkan dapat memberikan bantuan atau pertolongan terhad hadap keadaan, perasaan serta kondisi psikologisnya da dan juga rencana masa depannya.

  Masalah yang dihadapi ole oleh pasangan dalam pernikahan dapat dientaskan melalui la lui layanan bimbingan dan konseling. Prayitno dan Amti (19 (1994:100) mengemukakan bahwa bimbingan adalah pros roses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ng ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, ba baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang ang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan diriny inya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan n individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangka kan; berdasarkan norma- norma yang berlaku. Lalu Prayitn itno dan Amti (1994:106) menjelaskan bahwa konseling ad adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui w i wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor lor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masala salah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masa salah yang dihadapi oleh klien. Dengan demikian, layanan nan bimbingan dan konseling adalah proses pemberian ian bantuan oleh seorang konselor kepada klien dengan tu tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki kl klien dan mengentaskan masalah yang dialami klien.

  Konseling pernikahan dan an keluarga merupakan suatu profesi yang baru akan ber erkembang di Indonesia. Menurut Kertamuda (2009:119) k ) konseling ini menekankan pada perubahan sistem yang te terdapat dalam keluarga. Tahapan konseling, teori dan dina inamika serta penggunaan keterampilan konseling pada ko konseling pernikahan dan keluarga memiliki persamaan deng engan konseling individual dan konseling kelompok.

  Prayitno (2004) menjelask laskan tentang konseling individual sebagai salah satu la layanan yang diberikan kepada seorang individu yang m mengalami permasalahan peribadi dan diharapkan perma masalahan tersebut dapat terentaskan. Sedangkan, konselin eling kelompok adalah layanan yang diberikan kepada a sejumlah orang untuk membahas salah satu masalah prib ribadi anggota kelompok.

  Berdasarkan uraian terseb sebut dapat disimpulkan bahwa bentuk bimbingan dan n konseling yang dapat diberikan pada pernikahan dan kelu keluarga adalah layanan konseling individual, konseling ke kelompok, konsultasi dan mediasi.

  PENUTUP

  Kehidupan dalam pernikah ahan dan berkeluarga tidak akan selalu berjalan dengan mu mulus. Hal ini disebabkan masalah akan timbul selama kehid ehidupan berjalan. Masalah-masalah yang timbul dapat m t mengakibatkan pasangan suami istri merasa tidak bahagia. O ia. Olson dan DeFrain (dalam Kertamuda, 2009:122) menyeb yebutkan bahwa pasangan dan keluarga yang menunjukkan an gejala ada masalah dalam hubungannya dengan pasan sangan sebaiknya segera mencari bantuan pada konselor a r atau terapis pernikahan. Pasangan suami istri dapat mene enerima bantuan sebelum masalah yang dialami menjadi i bertambah parah sehingga akan mempunyai kesempata patan untuk menghadapi kesulitan dan membangun hubung ngan yang kuat.

  Sehubungan dengan hal te l tersebut perlu dilakukan kajian mengenai kondisi pribadi, di, masalah yang dialami dan kebutuhan terhadap layanan b n bimbingan dan konseling pada wanita dalam pernikahan an usia muda. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tenta tentang “Kondisi Pribadi, Masalah yang Dialami dan Lay Layanan Bimbingan dan

  

Konseling yang Dibutuhkan W n Wanita dalam Pernikahan Usia Muda” terutama di K i Kecamatan Air Hangat

Timur Kabupaten Kerinci.

DAFTAR PUSTAKA

  Desmita. (2008). Psikologi Orang ng Dewasa . Batusangkar: STAIN Batusangkar Press Hurlock, Elizabeth B. (2012). Psik sikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Ren entang Kehidupan (Edisi

  Kelima) (Alih Bahasa: Istiw tiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga

  Kartono, Kartini. (2006). Psikolog logi Wanita 1; Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dew ewasa . Bandung: Mandar Maju

  Kertamuda, Fatchiah E. (2009). Ko Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia . Jakarta: Sa ta: Salemba Humanika Peraturan Menteri Agama No. 11

  1 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah Prayitno & Amti, Erman. (1994). D ). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikb ikbud Prayitno, dkk. (1996). Pedoman A n AUM Umum Masayarakat . Padang: IKIP Padang Prayitno, Elida. (2006). Psikologi gi Orang Dewasa . Padang: Angkasa Raya Santrock, John W. (2002). Life Sp Span Development: Perkembangan Masa Hidup (Jilid I) I) (Alih Bahasa: Achmad

  Chusairi dan Juda Damanik nik). Jakarta: Erlangga Santrock, John W. (2007) Adolesc lescence, Eleventh Edition (Alih Bahasa: Benectine Widyasin asinta). Jakarta: Erlangga Undang-Undang No. 1 Tahun 197 974 tentang Perkawinan Winkel, WS. (1997). Bimbingan d n dan Konseling di Institusi Pendidikan . Jakarta: Gramedia W ia Widiasarana Indonesia

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa) SEBAGAI BAHAN ABRASIF DALAM PASTA GIGI Utilization of Waste Shells of Blood (Anadara granosa) as Abrasive Ingredients in Toothpaste

0 1 11

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN SAWAH DAN TEGALAN DI KECAMATAN ULAWENG, KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN Income Analysis of Corn Farming in The Paddy Fields and Moorland in District Ulaweng, Bone Regency South Sulawesi

0 0 11

PEMANFAATAN AGENSI HAYATI DALAM MENGENDALIKAN PERTUMBUHAN PERAKARAN DAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM CABAI BESAR (Capsicum annum L) Utilization of biological agencies in controlling root growth and fusarium wilt in chili (Capsicum annuum L)

0 0 10

Analysis of Farmers’ Belief in The Integrated Rice Crop Management Program in The Palopo City of South Sulawesi

0 0 6

KARAKTERISASI ANTOSIANIN KUBIS MERAH SEBAGAI INDIKATOR PADA KEMASAN CERDAS Characterization Antosianin of Red Cabbage as a Indicator in Smart Packaging

0 1 10

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DAN STRUKTUR KOMODITAS HORTIKULTURA DI KECAMATAN TINGGIMONCONG KABUPATEN GOWA BERDASARKAN LOCATION QUOTIENT (LQ) DAN KLASSEN TYPOLOGY (KT) Determination of the Leading Commodities and Commodity Structure of Horticulture in dis

0 0 11

POLA DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN BAWANG MERAH DI KOTA PAREPARE Distribution Pattern and Margin of Shallot Marketing in Parepare City

0 1 7

INFEKSI PARASIT ANISAKIS PADA IKAN TUNA DAN CAKALANG DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR Anisakis Parasitic Infection of Yellowfin Tuna and Skipjack in Makassar Strait

0 0 8

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK OLAHAN AYAM DI KOTA MAKASSAR Analysis of Consumer Preferences on Chicken Products in Makassar

0 4 11

KONTRIBUSI PENERAPAN SISTEM TANAM LEGOWO TERHADAP PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN TANETE RIATTANG KABUPATEN BONE The Contribution of The Legowo Plant System on Income and Feasibility of Rice Farming in The Tanete Riattang District Bon

0 0 8