PROSIDING HEFA (Health Events for All)
- – Pati Km. 5 Desa Jepang, Mejobo, Kudus Telp (0291) 4248655, Fax (0291) 4248657
Prosiding Health Event of All merupakan Terbitan berkala ilmiah seminar hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan setiap 1 tahun oleh LPPM STIKES Cendekia Utama Kudus.
PROSIDING HEFA (Health Events for All)
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)P ISSN 2581 – 2270 E ISSN 2614 – 6401 Pengarah
Ketua STIKES Cendekia Utama Kudus
Penanggung Jawab
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus
Editors
Eko Prasetyo, S.KM, M.Kes David Laksamana Caesar, S.KM, M.Kes
Ns. Sholihul Huda, S.Kep, M.N.S Ns. Sri Hartini, S.Kep, M.Kes
Dessy Erliani Mugitasari, S.Farm, Apt
Sistem Informasi dan Teknologi
Susilo Restu Wahyuno, S.Kom
Sekretariat :
LPPM SIKES Cendekia Utama Kudus Jl. Lingkar Raya Kudus
Email : lppm.stikescendekiautama@yahoo.com www.stikescendekiautamakudus.ac.id
DAFTAR ISI
Coliform di Depot Air Minum (DAM) pada Wilayah Kerja Puskesmas Mejobo
98
Determinan Kasus Difteri di Jawa Timur
90 Meiana Harfika, Kuntoro, Rachmah Indawati Pemodelan Regresi Linier Berganda untuk Estimasi
83 Ipit Koriah Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Siswa Sekolah Dasar di SD N Wotan 04 Kecamatan sukolilo kabupaten pati
73 Intan Susilo Utami Studi Deskriptif Perilaku Pemberian ASI pada Ibu Bekerja di Desa Lau Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus
64 Himayatul Lutfah Gambaran Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kejadian Obesitas pada Remaja
57 Hidayatun Ni’mah Gambaran Persepsi Pencegahan Seks Pranikah pada
Remaja di MA Abadiyah Kec. Gabus Kab. Pati
Halaman Judul ........................................................................................................... i Dewan Redaksi .......................................................................................................... ii Kata Pengantar Ketua LPPM .................................................................................... iii Daftar Isi..................................................................................................................... iv
Penulis Judul Artikel Halaman Ahmad Rifa’i Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan
40 Galia Wardha Alvita, Solikhul Huda Pengaruh Senam Keseimbangan dengan Resiko Jatuh pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Margomukti Rembang
34 Ema Erniyang Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi pada Bayi
di Desa Tlogoharum Wilayah Kerja Puskesmas
Wedarijaksa II Pati24 Eka Pangestu Wati Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati
17 Dewi Ayu Jamilah Hubungan Antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Balita Usia 1-5 Tahun di
Posyandu Balita “Balai Desa” Dukuhseti Kec.
Dukuhseti Kab. PatiPerbandingan Efektifitas Antibakteri Infusa dan Sirup Daun Rambutan terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus dengan Salmonella typhi secara In Vitro
10 Ariyanti, Eni Masruriati, Desy Tri Jayanti, Siti Kunariyah
1 Ayu Safitri Juniati Hubungan Tingkat Stres dengan Strategi Koping yang digunakan pada Santri Remaja di Pondok Pesantren Nurul Alimah Kudus
Pasien di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
49 Habbshah Oka Nurlaela, David Laksamana Caesar Hubungan Higiene Sanitasi dengan Jumlah Bakteri Meivina Zufiyanti Studi Deskriptif Tingkat Kecemasan Ibu yang 107 Mempunyai Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit Mifta Ariyani Studi Deskriptif Alat Permainan yang Diberikan 115
Orangtua pada Anak Usia Prasekolah di Desa Pringtulis Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Novayani Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap 121
Kusumardiani Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi Puji Rofikhah Implementasi Program Inspeksi Keselamatan dan 129 Hidayah Kesehatan Kerja (K3) sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Unit Paper Mill 10 PT. Pura
Barutama Kudus Putri Rahayu Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian 134 Berliana Keputihan di SMP 2 Mejobo Kudus Rahma Listianawati Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Keselamatan 145
Pasien (patient safety) dengan Sikap Perawat terhadap Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus Renny Wulan Perbedaan Perawatan Luka Post Operasi Bersih 154
Apriliyasari, Noor Menggunakan Balutan Kasa dengan Balutan Faidah, Emma Setiyo Transparan terhadap Waktu Penyembuhan Luka di Wulan RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus Resti Prastika Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian 161
Imunisasi Campak pada Bayi di Posyandu Desa Kayen Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Roi kholik Andika Pengaruh Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien BPJS 169 Yuswantoro Kesehatan Rawat Jalan di Puskesmas Grobogan Rostiami Studi Deskriptif Respon Time Perawat pada Pasien di 177
IGD RSUD dr. Loekmonohadi Kudus Siti Syarifah Aplikasi Primary Survey oleh Perawat terhadap 185 Ketepatan Penentuan Triase Pasien Gawat Darurat di
IGD RSUD dr. Loekmonohadi Kudus Sony Factarun Hubungan Motivasi dan Perilaku Menggosok Gigi 191 dengan Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di MI NU Islahussalafiyah Kudus
Lampiran .................................................................................................................... 201 Pedoman Penulisan Artikel HEFA............................................................................. 202
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI
DENGAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MI
NU ISLAHUSSALAFIYAH KUDUS
Sony Factarun
STIKES Cendekia Utama Kudus
Email:
ABSTRACT
At the age of 6-14 years is the incidence of the turn of deciduous theet to permanent. The
problem of teet and mouth in children is dental caries. The impact of dental caries can
cause teeth resulting in disruption of permanen dental function. Motivation and brushing
behavior of teeth one the important elements for the occurrence of dental caries.The type
of this research is analytical descriptive with cross sectional design. The number of
samples in research 46 respondents with sampling technique using random sampling
technique. Bivariate analysis using chi square. The results showed there was a
relationship of motivation and behavior of brushing teeth dental caries in school age
children MI NU Islahussalafiyah Getas Serabi Gebog District Kudus with p value of
brushing teeth motivation 0.000 and brushing teeth 0.001 ( p < 0.05 ).Correlation
motivation and behavior of brushing teeth with dental caries at school age cild MI NU
Islahussalafiyah Getas Serabi Gebog District Kudus. Parents or teachers should improve
the motivation and behavior of children to brush their teeth.Keywords : Motivation and behavior, Dental caries, School age clildren
INTISARI
Usia 6-14 tahun merupakan proses terjadinya masa pergantian dari gigi susu ke gigi
permanen. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak adalah karies gigi. Dampak dari
karies gigi dapat menyebabkan kerusakan pada gigi sehingga mengakibatkan
terganggunya fungsi gigi permanen. Motivasi dan perilaku menggosok gigi salah satu
unsur penting untuk dapat terjadinya karies gigi. Jenis penelitian deskriptif analitik
rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian 46 responden
dengan menggunakan teknik random sampling. Analisis bivariate menggunakan chi
square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara motivasi dan perilaku
menggosok gigi dengan karies gigi pada anak usia sekolah di MI NU Islahussalafiyah
Getas Serabi Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dengan p value motivasi menggosok
gigi 0.000 dan perilaku menggosok gigi 0.0001 (p < 0.05). Ada hubungan motivasi dan
perilaku menggosok gigi dengan karies gigi pada anak usia sekolah di MI NU
Islahussalafiyah Getas Serabi Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Orang tua atau guru
sebaiknya meningkatkan motivasi dan perilaku anak untuk menggosok gigi.Kata kunci: Motivasi dan perilaku, Karies gigi, Usia sekolah
LATAR BELAKANG
Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Mengacu pada Indikator Oral Health Global Goal 2010 dari World Health Organization (WHO) status kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia pada tahun 1995 dan 2001 target bebas karies gigi pada anak umur 5-6 tahun sebanyak 90% anak umur 12 tahun sebanyak 50% (Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, didapatkan data karies gigi pada anak usia sekolah sekabupaten Kudus sebanyak 81.974 anak, yang terdiri dari laki-laki 42.851 anak dan perempuan 39.123 anak, dalam hal ini jumlah murid yang perlu mendapatkan perawatan gigi masih sangat tinggi, di Kabupaten Kudus jumlah murid yang masih perlu memerlukan perawatan gigi masih cukup tinggi salah satunya adalah di Kecamatan Gebog berjumlah 1373 murid (Dinas Kesehatan Kab.Kudus, 2014).
Karies merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering memengaruhi individu pada segala usia, karies gigi merupakan masalah oral yang utama pada anak- anak dan remaja. Usia yang paling rentan menderita karies gigi adalah 4 sampai 8 tahun untuk gigi primer dan 12 sampai 18 tahun untuk gigi sekunder atau permanen (Wong, 2008).
Penyebab karies gigi disebabkan oleh faktor atau komponen yang saling berinteraksi yaitu komponen dari gigi dan air ludah (saliva), komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu menghasilkan asam melalui peragian yaitu aktinomises, streptococcus dan laktobasil, dan komponen makanan yang sangat berperan adalah makanan yang mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan gula atau makanan yang manis yang mudah menempel pada gigi yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam. (Irma, 2013).
Dari survei awal pengambilan data pada tanggal 09 Maret 2017 di MI NU Islahussalafiyah Getas Serabi Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dengan jumlah sebanyak 86 murid di kelas IV-VI, dan hasil wawancara tidak terstruktur dari 10 anak-anak yang mengalami karies gigi menunjukkan 4 (40%) anak mengatakan masih belum mengetahui cara menggosok gigi dengan benar dan belum mengetahui kapan waktu menggosok gigi yang benar, 3 (30%) orang anak mengatakan bahwa orang tua tidak mengingatkan kepada anaknya untuk menggosok gigi serta tidak ada teguran dari orang tua jika anak tidak melakukan gosok gigi. 3 (30%) orang lainya mengatakan bahwa orang tuanya menyuruh menggosok gigi kepada anaknya, akan tetapi anak tidak melakukan gosok gigi dengan alasan yaitu malas untuk menggosok gigi, serta anak belum mengetahui pentingnya menggosok gigi.
Dampak karies gigi pada anak bila dibiarkan maka akan mengakibatkan karies mencapai pulpa gigi dan menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit akan berdampak pada malasnya anak untuk mengunyah makanan sehingga asupan nutrisi anak akan berkurang dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Karies gigi yang tidak dirawat selain rasa sakit lama-kelamaan juga dapat menimbulkan bengkak akibat terbentuknya nanah yang berasal dari gigi tersebut. Bila kondisi gigi tersebut sangat parah dan akhirnya terpaksa dilakukan pencabutan gigi susu sebelum waktunya tanggal maka hal ini akan mengakibatkan bergesernya ruang bagi gigi tatap yang akan tumbuh sehingga bisa menimbulkan malposisi gigi tatap. Mengingat sedemikian besarnya dampak karies gigi yang diterapi maka sebaiknya segeralah ke dokter gigi untuk dilakukan penambalan gigi yang mengalami karies (Suherni, 2014).
Langkah pemerintah lewat pelaksanaan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) ini diharapkan dapat memudahkan penanganan terhadap gangguan kesehatan karies gigi, karena tanpa adanya penanganan yang baik pada penyakit karies gigi, nantinya akan menimbulkan tingkat keparahan kerusakan pada gigi anak, dengan adanya upaya kesehatan baik di lingkungan sekolahan maupun lingkungan masyarakat dapat meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolahan maupun di lingkungan masyarakat binaan yang di tunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik maupun masyarakat) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012).
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis anatara hubungan motivasi dan perilaku menggosok gigi dengan karies gigi pada anak usia sekolah di MI NU Islahussalafiyah Kudus.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross
Sectional. Populasi penelitian 86 anak dan sampel menggunakan teknik sampling
secara random sampling (sampel acak) yaitu 46 anak. Penelitian dilakukan pada tanggal 15 Mei sampai 15 Juni 2017. Tempat penelitian di MI NU Islahussalafiyah Getas Serabi Kec Gebog Kab Kudus. Instrument yang digunakan penelitian ini adalah kuesioner untuk variabel motivasi dan perilaku menggosok gigi dan observasi untuk kejadian karies gigi.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisa Univariat dan Bivariat. Dalam penelitian ini analisa Univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian yaitu motivasi dan perilaku menggosok gigi dengan karies gigi. Sedangkan untuk analisa Bivariat menggunakan uji ststistik chi square.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Motivasi Menggosok Gigi
Motivasi Frekuensi Presentase % Tinggi
30
65.2 Rendah
16
34.8 Total 46 100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar motivasi menggosok gigi tinggi sebanyak 30 responden (65.2%) dan motivasi menggosok gigi rendah sebanyak 16 responden (34.8%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Perilaku Menggosok Gigi
Perilaku Frekuensi Presentase %Baik
33
71.7 Tidak Baik
13
28.3 Total 46 100
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar perilaku menggosok gigi baik sebanyak 33 responden (71.7%) dan perilaku menggosok gigi tidak baik sebanyak 13 responden (28.3%)
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Karies Gigi
Karies gigi Frekuensi Presentase %Tidak karies gigi
34
73.9 Karies gigi
12
26.1 Total 46 100
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar karies gigi tidak mengalami karies gigi sebanyak 34 responden (73.9%) dan karies gigi sebanyak 12 responden (26.1%)
Tabel 4
Motivasi Menggosok Gigi Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah
Di MI NU Islahussalafiyah Kudus
Karies gigiTotal p value Motivasi Tidak karies gigi Karies gigi F % F % F %
Tinggi
29
96.7
1 3.3 30 100 0.000 Rendah
5
31.2 11 68.8 16 100 Total
34
73.9 12 26.1 46 100
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari 30 responden yang mempunyai motivasi tinggi sebagian besar anak tidak mengalami karies gigi sebanyak 29 orang (96.7%), mengalami karies gigi sebanyak 1 orang (3.3%) dan dari 16 responden yang mempunyai motivasi rendah sebagian besar anak mengalami karies gigi sebanyak 11 orang (68.8%) dan tidak mengalami karies gigi sebanyak 5 orang (31.2%).
Tabel 5
Perilaku Menggosok Gigi Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah
Di MI NU Islahussalafiyah Kudus
Karies gigiTotal p value Perilaku Tidak karies gigi Karies gigi
F % F % F %
Baik
29
87.9 4 12.1 33 100 0.001 Tidak Baik
5
38.5 8 61.5 13 100 Total
34
73.9 12 26.1 46 100
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari 33 responden yang mempunyai perilaku baik sebagian besar anak tidak mengalami karies gigi sebanyak 29 orang (87.9%), mengalami karies gigi sebanyak 4 orang (12.1%) dan dari 13 responden yang mempunyai perilaku tidak baik sebagian besar anak mengalami karies gigi sebanyak 8 orang (61.5%) dan tidak mengalami karies gigi sebanyak 5 orang (38.5%).
Hasil penelitian tentang hubungan motivasi menggosok gigi dengan karies gigi di MI NU Islahussalafiyah Kudus, didapatkan hasil bahwa dari 30 responden yang mempunyai motivasi tinggi sebagian besar anak tidak mengalami karies gigi sebanyak 29 orang (96.7%), mengalami karies gigi sebanyak 1 orang (3.3%) dan dari 16 responden yang mempunyai motivasi rendah sebagian besar anak mengalami karies gigi sebanyak 11 orang (68.8%) dan tidak mengalami karies gigi sebanyak 5 orang (31.2%).
Anak yang memiliki motivasi menggosok gigi tinggi tetapi masih mengalami karies gigi sebanyak 1 (3.3%) responden dikarenakan seringnya anak mengkonsumsi makan-makanan yang menyebabkan karies gigi seperti permen, coklat, es krim dan orang tua yang tidak mengingatkan menggosok gigi kepada anaknya setelah makan-makanan manis yang dapat menyebabkan karies gigi pada anak. Menurut Tilong (2012) bakteri yang ada didalam mulut sangat menyukai makanan yang manis yang kita konsumsi, karena bakteri yang melekat setelah kita makan seperti makanan yang manis dapat mengakibatkan pembusukan pada gigi. Sedangkan menurut Sariningsih (2012) memotivikasi anak agar menyikat gigi dengan teratur setelah makan-makanan manis dapat mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulutdengan cara menyikat gigi secara benar, akan lebih mudah dan lebih murah dari pada mengobati penyakit gigi dan mulut.
Anak yang memiliki motivasi menggosok gigi rendah tetapi masih ada anak yang tidak mengalami karies gigi sebanyak 5 (31.2%) responden hal itu dikarenakan anak mengetahui makanan apa saja yang baik dalam perawatan gigi dan makanan apa saja yang tidak baik terlalu sering dikonsumsi karena dapat merusak gigi mereka. Selain itu anak juga mengetahui waktu penyikatan gigi yang tepat yaitu setiap kali setelah makan dan sebelum tidur, dan dalam penyikatan juga harus menggunakan pasta gigi yang mengandung flour, karena flour merupakan senjata yang paling ampuh untuk menambah kekuatan email dan dentin yang merupakan lapisan pelindung gigi sehingga menambah daya tahan terhadap serangan asam yang menyebabkan terjadinya karies, serta dapat mengurangi sifat kariogenik plak. Menurut Sariningsih (2012), penggunaan
fluoride secara teratur dapat melindungi gigi dari karies gigi sebesar 15-30%,
fluoride dapat memperbaiki kerusakan gigi sampai batas-batas tertentu dengan
cara mengganti mineral-mineral gigi yang hilang akibat erosi dan asam.
Berdasarkan uji chi square didapatkan p value sebesar 0.000 dengan taraf signifikan sebesar α 0.05. diketahui bahwa p value < α 0.05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak maka dapat disimpulkan ada hubungan antara motivasi menggosok gigi dengan karies gigi Pada Anak Usia Sekolah di MI NU Islahussalafiyah Getas Serabi Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Melisa (2014) hubungan motivasi ibu tentang kesehatan gigi terhadap early childhood
caries pada gigi anak umur 3-5 tahun yang menyatakan bahwa ada hubungan
yang kuat antara motivasi ibu tentang kesehatan gigi terhadap Early Childhood
Caries dengan nilai 0.693. motivasi ibu diperlukan sebagai pendorong kemauan
untuk melaksanakan perawatan gigi secara baik dan benar. Hal ini mengingat perawatan gigi bukan sesuatu yang sangat mudah melainkan membutuhkan energy dan waktu. Motivasi ibu tentang kesehatan gigi anak sangat penting karena anak akan meniru apa yang akan diajarkan oleh ibunya, jika ibu mengajarkan anak pertama kali sudah salah maka anak bisa beranggapan yang diajarkan oleh ibunya benar. Mengingat hal ini maka tanpa adanya motivasi ibu yang kuat seorang anak akan malas untuk menggosok gigi dan merawat giginya sejak dini.
Berdasarkan penelitian tentang hubungan perilaku menggosok gigi dengan karies gigi pada anak usia sekolah di MI NU Islahussalafiyah Kudus didapatkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 33 responden yang mempunyai perilaku baik sebagian besar anak tidak mengalami karies gigi sebanyak 29 orang (87.9%), mengalami karies gigi sebanyak 4 orang (12.1%) dan dari 13 responden yang mempunyai perilaku tidak baik sebagian besar anak mengalami karies gigi sebanyak 8 orang (61.5%) dan tidak mengalami karies gigi sebanyak 5 orang (38.5%).
Anak yang mempunyai perilaku menggosok gigi baik tetapi mengalami karies gigi sebanyak 4 (12.1%) responden ini bisa juga terjadi karena bentuk morfologi gigi atau daerah gigi yang mudah terjadi plak sehingga mempercepat timbulnya karies pada gigi. Selain itu frekuensi makan dan minum dapat juga menimbulkan kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan manis pada waktu senggang jam makan akan cepat menimbulkan plak yang menumpuk dan menjadi karies. Menurut Putri (2010) bakteri, asam, sisa makan dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang melekat di permukaan gigi, terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler. Lapisan lengket inilah yang di sebut plak yang nantinya akan menyebabkan jaringan keras di gigi dan terbentuklah karies gigi yang mengakibatkan masalah gigi berlubang.
Anak yang memiliki perilaku menggosok gigi tidak baik sebagian besar mengalami karies gigi sebanyak 8 (61.5%) responden ini sesuai dengan teori yang ada terjadinya karies gigi disebabkan oleh peningkatan akumulasi plak. Frekuensi pembersihan gigi banyak dihubungkan dengan efektifitas terjadinya pembentukan plak dan kesehatan gigi. Frekuesi pembersihan gigi banyak pengaruhnya untuk menghilangkan plak. Menyikat gigi yang benar dilakukan dua kali sehari yaitu sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam agar plak yang dapat menyebabkan karies gigi hilang. Setyaningsih (2007) mengatakan bahwa waktu menyikat gigi yang baik adalah sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam, hal ini dapat menjaga agar bakteri didalam mulut tidak berkembang bebas di gigi kita. Penelitian tersebut sependapat dengan penelitian Maulidta (2008) yang mengakatan bahwa faktor yang dapat menyebabkan karies gigi juga diantaranya karena kebiasaan menggosok gigi yang tidak benar. Waktu menggosok gigi yang benar adalah minimal dua kali sehari, yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Sebagian besar anak sudah menggosok gigi dua kali sehari tetapi waktu dalam menggosok gigi masih kurang tepat, yaitu bersamaan dengan mandi pagi dan mandi sore.
Berdasarkan uji chi square didapatkan p value sebesar 0.001 dengan taraf signifikan sebesar α 0.05. diketahui bahwa p value < α 0.05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak maka dapat disimpulkan ada hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan karies gigi Pada Anak Usia Sekolah di MI NU Islahussalafiyah Getas Serabi Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus
Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Permatasari tahun (2014) tentang hubungan perilaku menggosok gigi dan pola jajan anak dengan kejadian karies gigi pada murid sd negeri 157 palembang yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara perilaku menggosok gigi pada anak dengan kejadian karies gigi, (p<0,05)
Anak yang mempunyai perilaku menggosok gigi tidak baik akan tetapi tidak mengalami karies gigi sebanyak 5 (38.5%) responden dikarenakan anak tidak suka mengkonsumsi makan-makanan yang menyebabkan karies gigi atau makan- makanan yang manis yaitu seperti coklat, es krim dan permen. Menurut Putri (2010) perubahan pola makan dengan penegendalian karies sebagai ukuran kesehatan umum dianggap sudah gagal. Perubahan pola makan baru dapat menjadi efektif jika pasien tersebut termotivasi dan diawasi. Bukti adanya aktivitas karies baru pada pasien remaja dan dewasa mengidentifikasi perlunya konsultasi pola makan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sumber sukrosa dan zat yang mengandung asam dalam makanan dan untuk mengurangi asupan sukrosa. Perubahan kecil pada pola makan, seperti mengganti konsumsi makanan ringan dengan yang bebas gula. makanan bersukrosa memiliki dua efek yang sangat merugikan. Pertama, seringnya asupan makanan yang mengandung sukrosa sangat berpotensi menimbulkan kolonisasi Steptococcus mutans, meningkatkan potensi karies. Kedua, plak lama yang sering terkena sukrosa dengan cepat termetabolisme menjadi asam organic, menimbulkan penurunan pH plak yang drastis. Aktivitas karies sangat dipengerahui oleh frekuensi, bukan kualitas sukrosa yang berlebihan yang menyebabkan karies telah tersebardan diketahui oleh banyak orang. Penelitian ini diperkuat oleh peneliti Yulisetyaningrum & Rujianto (2016) tentang Hubungan Konsumsi Jenis Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak di SDN Kradon Kudus didapatkan hasil anak yang tidak mengkonsumsi makan-makanan penyebab karies gigi atau kariogenik yang tidak mengalami karies gigi yaitu sebanyak 5 (50%).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Dari hasil penelitian tentang hungan motivas dan perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah MI NU Islahussalafiyah Getas Serabi Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus tahun 2017 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara motivasi menggosok gigi dengan karies gigi Pada Anak Usia Sekolah di MI NU Islahussalafiyah Getas Serabi Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dengan nilai p value sebesar 0.000
2. Ada hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan karies gigi Pada Anak Usia Sekolah di MI NU Islahussalafiyah Getas Serabi Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dengan nilai p value sebesar 0.001
Saran
1. Bagi Peneliti Bagi peneliti sebaiknya dapat mengembangan perencaan keperawatan anak, tentang motivasi dan perilaku menggosok gigi untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut yang bertujuan untuk mencegah terjadinya karies gigi.
2. Bagi Sekolah Bagi sekolah sebaiknya pihak sekolah khususnya guru dapat lebih meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut pada anak agar dapat mengurangi angka kejadian karies gigi pada anak khususnya usia sekolah di MI NU Islahussalafiyah Getas Serabi Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus.
3. Bagi Siswa Bagi siswa sebaiknya dapat melakukan cara menggosok gigi yang benar, alat yang digunakan untuk menggosok gigi dan waktu menggosok gigi yang benar baik dalam kebersihan gigi dan mulut. Sehingga dapat mengurangi terjadinya karies gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A Aziz. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika: Jakarta
Amri, Khaerun. (2015). ‘Perbedaan Kemampuan Menggosok Gigi Sebelum dan Sesudah dilakukan Pendidikan Kesehatan dalam upaya Mencegah Karies Gigi pada Anak Sekolah di SDN 0 3 Pagi Lubang Buaya Jakarta Timur’.
Jurnal Kesehatan Akademi Keperawatan RSP TNI AU. Vol 01(01). ISSN 2460-7290. Agustus, p. 105.
Arianto, Zahroh Shaluhiyah, Priyadi Nugraha. (2014). ‘Perilaku Menggosok Gigi pada Siswa Sekolah Dasar Kelas V dan VI di Keca matan Sumberejo’.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Vol 9/ No.2. Agustus, p.1-9.
Asmaul Husna. (2016). ‘Peranan Orang Tua dan Perilaku Anak dalam Menyikat Gigi dengan Kejadian Karies Gigi’. Jurnal Keperawatan Gigi. Vol 2, No 1.
Januari. P221-227. Cintya Dewi Rizki, Anisa Oktiawati, Lintang Dewi Saputri. (2015). Teori &
Konsep Tumbuh Kembang Bayi, Toddler, Anak dan Usia Remaja. Nuha
Medika: Yogyakarta Dinkes. (2012). Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah: Semarang _____. (2014). Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus. Pemerintah
Kabupaten Kudus DINAS KESAHATAN: Kudus _____. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah: Semarang D Tilong, Adi. (2012). Keajaiban-keajaiban Tubuh Manusia. DIVA Press:
Yogyakarta Ferry Erwanal, Agam. (2013). Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut. Rapha
Publishing: Yogyakarta Hiranya Putri Megananda, Eliza Herijulianti, Neneng Nurjannah. (2010). Ilmu
Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. EGC:
Jakarta Irma Z, Indah & S. Ayu Intan. (2013). Penyakit Gigi, Mulut, dan THT. Nuha
Medika: Yogyakarta Isro’in, Laily & Sulistyo Andarmoyo. (2012). Personal Hygiene Konsep, Proses
dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Graha Ilmu: Yogyakarta Kemenkes RI. (2012). Pedomana Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).
Kementrian Kesehatan RI: Jakarta ___________. (2014). Situasi Kesehatan GIGI DAN MULUT. Pusat Data Dan
Informasi: Jakarta Kyle Terri & Susan Carman. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Vol 1,
Edisi 2. EGC: Jakarta
Marimbi, Hanum. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi & Imunisasi Dasar pada
Balita. Nuha Medika: Yogyakarta
Maulidta. (2008). ‘Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dan Kebiasaan Mengkonsumsi Jajanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak- kanak Pondok Beringin Semarang’: Undip
Melisa Anastasia Pranoto, Sandy Christiono, Recita Indraswary. ‘Hubungan Motivasi Ibu tentang Kesehatan Gigi Terhadap Early Childhood Caries pada Anak Umur 3- 5 Tahun’. Medali Jurnal. Volume 2 Edisi 1. Mei. p1-5. Naomi Nisari Rosdewi. (2015). ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa tentang
Karies Gigi dan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Siswa Kelas 3 dan 4 SDN Caturtunggal 4 Depok Sleman Yogyakarta’.
Jurnal Medika Respati. Volume X Nomer 2. April. p.1-10.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta
Novaria Pay Mery, Sri Widiati, Niken Widyanti Sriyono. (2016). ‘Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak dalam Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut: Studi Pusat Pengembangan Anak Agape Sikumana Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia’. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. ISSN 2460-0164. April. p.28. .
Nursalam. (2007). Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu
Setyaningrum, Dwi. (2007). Menjaga Kesehatan Gigi Mulut. CV. Sinar Cemerlang Abadi: Jakarta
Makanan Kariorganik dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak di SDN KRANDON KUDUS’. University Research Colloquium. ISSN 2407-9189. p. 132-134. Wong, L, Donna.et.al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6, Volume
<http://m.detik.com/health/read/2014/02/03/134244/2485499/1556/ancaman -penyakit-akibat-karies-pada-gigi-anak-usia-prasekolah>. Sopiyudin Dahlan, M. (2016). Statistik Kedokteran dan Kesehatan, (e-book), diakses pada tanggal 11 April 2017, dari <https://books.google.co.id>. Taringan, Rasinta. (2014). Karies Gigi. Edisi II. EGC: Jakarta Yulisetyaningrum dan Rujianto, Eko. (2016). ‘Hubungan Konsumsi Jenis
Prasekolah, (detikhealth), diakses pada tanggal 28 April 2017, dari
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung Suherli. (2014). Ancaman Penyakit Akibat Karies Gigi pada Gigi Anak Usia
Pendekatan Praktis. Erlangga: Jakarta
Suarli, S & Yanyan Bahtiar. (2010). Manajemen Keperawatan dengan
Sariningsih, Endang. (2012). Merawat Gigi Anak Sejak Dini. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia: Jakarta
Keperawatan:Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
ISSN 1907-3046 vol 9, nomer 2,p. 162-169
Pemeliharaan Kesehatan Gigi terhadap Status Kesehatan Gigi pada Siswa/I Kelas III-A SD Swasta Cerdas Bangsa. Jl Titi Kuning Namorambe Ling. VI Sidorek so Deli Tua’. Jurnal Keperawatan Gigi Poltekes Kemenkes Medan.
Yogyakarta Rosdiana T Simaremare & Asnita Bungaria. (2014). ‘Motivasi Anak dalam
Pelajar: Yogyakarta Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitiian Kesehatan. Nuha Medika:
Tua untuk Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Pustaka
Bandung Rikesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta Riyadi, Sujono & Intarti Ratnaningsih. (2012). TUMBANG Cara Praktik Orang
Permatasari Indah & Dhona Andhini. (2014). ‘Hubungangan Perilaku Menggosok gigi dan Pola Jajan Anak dengan Kejadian Karies Gigi pada Murid SD Negeri 157 Palembang’.ISSN 2355-5459. April. p39. Pratiwi. (2009). Gigi Sehat dan Cantik. PT. Kompas Medha Nusantara: Jakarta Ramadhan. (2012). Serba-serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Bukune: Jakarta Riduwan. (2014). Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Alfabeta:
1.ECG:Jakarta
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL PEMAKALAH SEMINAR KESEHATAN “HEALTH EVENTS FOR ALL” LPPM STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS A. Ketentuan Artikel
Artikel disusun sesuai format baku terdiri dari: Judul Artikel, Nama
Penulis, Abstrak(bahasa inggris), Intisari(bahasa Indonesia), Latar Belakang, Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.
Naskah maksimal 8 halaman, tulisan times new roman ukuran 12 font, ketikan 1 spasi , diketik dalam 1 kolom, jarak tepi 3 cm, dan ukuran kertas A4. Naskah menggunakan bahasa Indonesia baku, setiap kata asing diusahakan dicari padanannya dalam bahasa Indonesia baku, kecuali jika tidak ada, tetap dituliskan dalam bahasa aslinya dengan ditulis italic.
B. Format Penulisan
Judul Naskah
Judul ditulis secara jelas dan singkat dalam bahasa Indonesia yang menggambarkan isi pokok/variabel, maksimum 20 kata. Judul diketik dengan huruf Book Antique, ukuran font 13, bold UPPERCASE, center, jarak 1 spasi.
Nama Penulis
Meliputi nama lengkap penulis utama tanpa gelar dan anggota, disertai nama institusi/instansi, alamat institusi/instansi, kode pos, PO Box, dan e-mail penulis. Data Penulis diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran font 11, center, jarak 1spasi
Abstrak dan Intisari
Ditulis dalam bahasa inggris dan bahasa Indonesia, dibatasi 250-300 kata dalam satu paragraf, bersifat utuh dan mandiri.Tidak boleh ada referensi. Abstrak terdiri dari: latar belakang, tujuan, metode, hasil analisa statistik, dan kesimpulan. Disertai kata kunci/keywords.
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Intisari dalam Bahasa Indonesia diketik dengan hurufTimes New Roman, ukuran font 11, jarak 1 spasi. Abstrak Bahasa Inggris diketik dengan huruf
Times New Roman , ukuran font 11, italic, jarak 1spasi.
Latar Belakang
Berisi informasi secara sistematis/urut tentang: masalah penelitian, skala masalah, kronologis masalah, dan konsep solusiyang disajikan secara ringkas dan jelas.
Metode Penelitian
Berisi tentang: jenis penelitian, desain, populasi, jumlah sampel, teknik
sampling , karakteristik responden, waktu dan tempat penelitian, instrumen
yang digunakan, serta uji analisis statistik yang digunakan disajikan dengan jelas.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian hendaknya disajikan secara berkesinambungan dari mulai hasil penelitian utama hingga hasil penunjang yang dilangkapi dengan pembahasan. Hasil dan pembahasan dapat dibuat dalam suatu bagian yang sama atau terpisah. Jika ada penemuan baru, hendaknya tegas dikemukakan dalam pembahasan. Nama tabel/diagram/gambar/skema, isi beserta keterangannya ditulis dalam bahasa Indonesia dan diberi nomor sesuai dengan urutan penyebutan teks. Satuan pengukuran yang digunakan dalam naskah hendaknya mengikuti sistem internasional yang berlaku.
Simpulan dan Saran
Kesimpulan hasil penelitian dikemukakan secara jelas.Saran dicantumkan setelah kesimpulan yang disajikan secara teoritis dan secara praktis yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.
Ucapan Terima Kasih(apabila ada)
Apabila penelitian ini disponsori oleh pihak penyandang dana tertentu, misalnya hasil penelitian yang disponsori oleh KEMENRISTEK DIKTI, DINKES, dsb.
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Daftar Pustaka
Sumber pustaka yang dikutip meliputi: jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, dan sumber pustaka lain yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Sumber pustaka disusun berdasarkan sistem Harvard.Jumlah acuan minimal 10 pustaka (diutamakan sumber pustaka dari jurnal ilmiah yang uptodate 10 tahun sebelumnya). Nama pengarang diawali dengan nama belakang dan diikuti dengan singkatan nama di depa nnya. Tanda “&” dapat digunakan dalam menuliskan nama-nama pengarang, selama penggunaannya bersifat konsisten. Cantumkan semua penulis bila tidak lebih dari 6 orang. Bila lebih dari 6 orang, tulis nama 6 penulis pertama dan selanjutnya dkk. Daftar Pustaka diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran font 12, jarak 1 spasi.
C. Tata Cara Penulisan Naskah
Anak Judul : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 12, Bold UPPERCASE
Sub Judul : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 12, Bold, Italic Kutipan : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 10, italic Tabel : Setiap tabel harus diketik dengan spasi 1, font 11 atau disesuaikan.
Nomor tabel diurutkan sesuai dengan urutan penyebutan dalam teks (penulisan nomor tidak memakai tanda baca titik “.”).Tabel diberi judul dan subjudul secara singkat.Judul tabel ditulis diatas tabel.Judul tabel ditulis dengan huruf Times New Roman dengan font 11, bold (awal kalimat huruf besar) dengan jarak 1 spasi, center.Antara judul tabel dan tabel diberi jarak 1 spasi.Bila terdapat keterangan tabel, ditulis dengan font 10, spasi 1, dengan jarak antara tabel dan keterangan tabel 1 spasi.Kolom didalam tabel tanpa garis
vertical . Penjelasan semua singkatan tidak baku pada tabel ditempatkan pada catatan kaki.
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Gambar : Judul gambar diletakkan di bawah gambar. Gambar harus diberi
nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam teks. Grafik maupun diagram dianggap sebagai gambar. Latar belakang grafik maupun diagram polos. Gambar ditampilkan dalam bentuk 2 dimensi. Judul gambar ditulis dengan huruf Times New dengan font 11, bold (pada tulisan
Roman “gambar 1”), awal
kalimat huruf besar, dengan jarak 1 spasi, center Bila terdapat keterangan gambar, dituliskan setelah judul gambar.
Rumus :ditulis menggunakan Mathematical Equation, diketik center
D.Teknis Pelaksanaan Seminar Pemakalah
Pemakalah
Seminar Kesehatan “Health Events for All” LPPM STIKES
Cendekia Utama Kudus dapat memilih pelaksanaan seminar dalam bentuk: 1.
Oral Presentasi (format PPT maksimal 10 halaman) atau 2. Poster (sesuai ketentuan pembuatan/ penatakelolaan poster)
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) PENATAKELOLAAN POSTER SEMINAR KESEHATAN “HEALTH EVENTS FOR ALL”
Poster yang akan dicetak dan diseminarkan di
Seminar Kesehatan “Health Events for All” dibuat dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut: a. poster dalam bentuk cetak berjumlah 1 (satu) lembar ukuran tinggi x lebar adalah 70 cm x 70 cm dipasang secara vertikal; b. poster harus dapat terbaca dengan baik dalam jarak maksimum 7 kaki atau sekitar 2 meter; c. jumlah kata maksimum 250; d. pedoman tipografi: 1. teks ditulis rata kiri (left justified), kecuali ada pengaturan ruang antar kata); dan
2. diketik dengan jarak 1,2 spasi (line spacing).
e. sub-judul ditulis dengan ukuran lebih besar daripada teks (dapat juga ditulis dengan memberi garis bawah (underline) atau dengan menggunakan cetak tebal (bold); f. panjang kolom tidak boleh lebih dari 11 kata; g. jenis huruf (font) tidak boleh lebih dari 2 jenis typeface; h. tidak diperkenankan untuk menggunakan huruf kapital (capital letter) semua; i. margin harus disesuaikan dengan besar kolom; j. desain lay-out poster harus memperhatikan prinsip keseimbangan formal dan non-formal, yang mencakup:
1. aspek simetris dan asimetris; 2. prinsip kesatuan pengaturan elemen gambar, warna, latar belakang, dan gerak; dan
3. mampu mengarahkan mata pembaca mengalir ke seluruh area poster. k. pertimbangkan hirarki dan kontras untuk menunjukkan penekanan objek atau aspek-aspek yang mendapat perhatian khusus atau diutamakan; l. isi poster harus dapat terbaca secara terstruktur untuk kemudahan