PENDAHULUAN Wayang Kulit: Local Cultural Heritages of Creative Industries

  

PENINGKATAN NILAI TAMBAH INDUSTRI WAYANG KULIT MELALUI

PENYIAPAN DESTINASI WISATA PENDIDIKAN, SENI DAN BUDAYA

Eka Murtiasri, Suharto, Sartono

  Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang, Semarang, 50275 Email: eka.murtiasri@yahoo.com

  

Abstract

There are various problems faced by SMEs leather (puppet) in Sukoharjo in maintaining

quality and improving product quality. In this study will be done thorough approach to SME

development by integrating all aspects of SME activities ranging from production activities,

administration, marketing and preparation of the gallery in a single integrated activities. End

of the program is the establishment of a tourist destination education, arts, culture and

shopping to become a mainstay of Sukoharjo in promoting the region and accounts for

regional revenue. Detailed activities to be performed include: (1) Arrangement of the

production process, spatial planning, structuring a storage area of the skin and educational

space layout; (2) Increasing the number and quality of artisans through training puppet

making "Ayo Nyantrik, Gawe Wayang" skills training ranging from basic to advanced skills

for the young generation of enthusiasts puppet. Cost trainer is the share of owners of SMEs,

while materials and equipment for training (cardboard, leather, color tools) covered with the

team and owners of SMEs (3) Preparation of space gallery to show off the finished product

with the procurement of display cabinets and display tool for displaying puppets and play

puppet (4) manufacturing of manual catalogs as a promotional medium (5) integration of

activities in realizing the tourist destinations of education, culture and art with the setting up

of SMEs as a key industry partners with specific industry areas involving Sukoharjo district.

   Keywords: SMEs, tourism destinations, culture and art, Tatah Sungging

Abstrak

  

Terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi oleh UKM kerajinan kulit (wayang) di

Kabupaten Sukoharjo dalam mempertahankan kualitas dan meningkatkan kualitas produk.

Pada kajian ini akan dilakukan pendekatan pengembangan UKM secara menyeluruh dengan

mengintegrasikan semua aspek kegiatan UKM mulai dari kegiatan produksi, administrasi,

pemasaran dan penyiapan gallery dalam satu kegiatan terpadu. Akhir dari program ini adalah

terbentuknya suatu destinasi wisata pendidikan, seni, budaya dan belanja yang mampu

menjadi andalan Kabupaten Sukoharjo dalam memajukan daerah dan menyumbang PAD.

Detil kegiatan yang akan dilakukan meliputi: (1) Penataan proses produksi, penataan ruang,

penataan tempat penyimpanan kulit serta layout ruang pendidikan; (2) Peningkatan jumlah

dan kualitas tenaga pengrajin melalui kegiatan pelatihan pembuatan wayang

  “Ayo Nyantrik,

Gawe Wayang” mulai dari pelatihan ketrampilan dasar hingga ketrampilan tingkat lanjut bagi

generasi muda peminat wayang. Biaya pelatih merupakan share dari pemilik UKM

sedangkan bahan dan peralatan untuk pelatihan (karton, kulit, alat warna) ditanggung

bersama tim dan pemilik UKM (3) Persiapan ruang gallery pamer produk jadi dengan

pengadaan lemari display dan alat display untuk menampilkan wayang dan lakon wayang (4)

pembuatan katalog manual sebagai media promosi (5) pengintegrasian kegiatan dalam

mewujudkan destinasi wisata pendidikan, budaya dan seni dengan menyiapkan UKM mitra

sebagai industri utama dengan melibatkan industri spesifik daerah Kabupaten Sukoharjo.

  Kata Kunci : UKM, destinasi wisata, budaya dan seni, Tatah Sungging,

  PENDAHULUAN Wayang Kulit: Local Cultural Heritages of Creative Industries

  Wayang, khususnya wayang kulit memberikan arti penting dalam pengembangan industri kreatif berbasis budaya lokal Indonesia. Sejalan dengan pencanangan peta jalan industri kreatif Nasional, industri kerajinan tatah sungging wayang kulit merupakan salah satu produk industri kreatif menyumbang kontribusi besar dalam ekspor secara signifikan yaitu sebesar 18% dari keseluruhan nilai ekspor (2010; Disperindag). Wayang kulit merupakan produk industri kreatif strategis karena berbasis pada nilai-nilai adiluhung budaya lokal Indonesia (local cultural heritages of

  

creative industries ) yang diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia yang perlu

  mendapat perhatian dan pendampingan agar tetap eksis dalam proses perubahan jaman yang semakin modern.

  Ketika seni wayang kulit dilihat dari perspektif budaya popular, wayang kulit lebih

memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi sebuah industri kreatif daripada

ketika seni wayang kulit dilihat dari perspektif budaya tradisi. Konsep dasar agar seni

pertunjukan wayang kulit sebagai media tradisional bisa tetap bertahan dan laku

dijual, maka perlu diproduksi sebagai industri budaya salah satunya berbasis

teknologi. Dengan "digitalisasi, seni pertunjukan wayang kulit akan berkembang

menjadi industri kreatif yang lebih mudah dikonsumsi oleh siapapun yang berminat.

Para kreator seni dan ahli teknologi (terapan dan IT) diharapkan mampu berkolaborasi

agar seni pertunjukan wayang kulit bisa dikonsumsi masyarakat secara nasional

maupun Internasional sehingga dapat memperluas jangkauan segmentasi pasar dan

meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap budaya wayang kulit itu sendiri.

  Berdasar data Produk Domestik Bruto tahun 2010-2013, sumbangan industri kreatif termasuk di dalamnya industri tatah sungging menunjukkan nilai sumbangan produk ekonomi kreatif (termasuk industri wayang kulit) mengalami peningkatan sejak tahun 2010 (tahun awal pencanangan industri kreatif) dari 9% hingga 11% pertahun. Dari sepuluh sektor penyumbang PDB, sektor ekonomi kreatif menyumbang 7% dari seluruh penerimaan PDB pada tahun 2013. Nilai yang cukup signifikan dalam menunjukkan kemampuannya berperan dalam menyumbang pendapatan negara.

  Selain dilihat dari sisi industri kreatif, wayang kulit Indonesia, juga diakui sebagai bentuk kesenian tradisional yang telah mendunia. Negara lain seperti: Australia, Jepang, Suriname dan Belanda memasukkan seni pertunjukan wayang (kulit dan tari) serta gamelan dalam kurikulum studi pengenalan kebangsaan (cross cultural understanding) mereka. Bentuk cross cultural understanding diwujudkan dalam materi perkuliahan pengenalan budaya asing di negara mereka. Setiap tahun, semakin banyak negara asing yang memasukkan wayang dalam kurikulum pempendidikanan, sehingga permintaan produk wayang kulit sebagai media pembelajaran antar negara semakin meningkat.

  Selain peminat wayang kulit dari luar negeri (asing), peminat di dalam negeri juga sangat banyak. Program Pemerintah untuk terus nguri-uri budaya Jawa dengan memasukkan cerita wayang dalam kurikulum pendidikan seni maupun bahasa Jawa mulai menampakkan hasil. Berkembangnya seni pewayangan yang sarat filosofi dan sering dikemas dalam bentuk yang lebih atraktif terbukti mampu mendorong minat generasi muda mencintai wayang melalui pementasan wayang dan tayangan Mahabarata, Ramayana, Syiwa di media elektronik, semakin mempertebal rasa cinta pada budaya wayang yang penuh dengan tuntunan filosofis kehidupan.

  Khusus dalam memenuhi kebutuhan pengembangan pendidikan lintas budaya

  (cross cultural studies), permintaan produk wayang dari beberapa negara seperti Malaysia, Australia dan Suriname meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan permintaan tersebut merupakan wujud dari permintaan para peminat dan pemerhati pertunjukan wayang yang menyaksikan pagelaran wayang kulit oleh para dalang kondang di luar negeri dan dampak dari pengembangan kurikulum pada mata kuliah budaya asing (budaya Asia). Selanjutnya, kebutuhan pemenuhan ekspornya dilimpahkan pada UKM mitra di sentra kerajinan desa Kayen, Kecamatan Sonorejo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (sumber penuturan UKM mitra). Berbagai jenis produk dan jumlah wayang dipesan oleh beberapa Negara melalui perantaraan pihak ketiga kepada UKM mitra.

  Permasalahan UKM Wayang di desa Sonorejo Kabupaten Sukoharjo merupakan bagian yang harus diselesaikan dari serangkaian permasalahan menyeluruh yang dihadapi. Beberapa permasalahan tersebut adalah: 1.

  Adanya keterbatasan dalam kegiatan promosi khususnya dalam perluasan pasar nasional dan internasional.

  2. Perlunya menjaga kontinuitas produksi baik dalam jumlah (kuantitas) maupun dalam segi kualitas.

  3. Belum dilakukan proses pengintegrasian sarana dan prasarana pendukung dalam mewujudkan destinasi wisata pendidikan, seni budaya dan wisata belanja

  4. Belum terbentuknya forum kerja bersama dalam mengembangkan wilayah UKM Mitra sebagi destinasi wisata dengan instansi Pemerintah dan pelaku bisnis serupa.

  Dalam penelitian ini, tujuan penelitian merujuk pada permasalahan yang dihadapi. Oleh karenanya, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mengaktifkan kegiatan promosi khususnya dalam perluasan pasar nasional dan internasional.

  2. Menjaga kontinuitas produksi baik dalam jumlah (kuantitas) maupun dalam segi kualitas melalui program penataan kerja dan penambahan jumlah pengrajin wayang.

  3. Dilakukan proses pengintegrasian sarana dan prasarana pendukung dalam mewujudkan destinasi wisata pendidikan, seni budaya dan wisata belanja

  4. Dilakukan pembahasan tentang pembentukan forum kerja bersama dalam mengembangkan wilayah UKM Mitra sebagai destinasi wisata dengan instansi Pemerintah dan pelaku bisnis serupa.

  METODE PENELITIAN Obyek Penelitian: Industri Tatah Sungging di Kabupaten Sukoharjo

  Nilai strategis UKM Tatah Sungging Wayang di Sentra Kerajinan Kulit Sonorejo, Sukoharjo adalah potensinya dalam memenuhi permintaan produk wayang kualitas premium/ekspor. Melihat berbagai peluang dan nilai strategis yang tercipta, maka UKM Tatah Sungging selain merupakan usaha yang berorientasi laba dan mampu mendatangkan rupiah dari dalam dan luar negeri sehingga secara tidak langsung meningkatkan PAD Kabupaten Sukoharjo, PAD Propinsi Jawa Tengah dan PDB Indonesia.

  Geliat perekonomian daerah Kabupaten Sukoharjo menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan kenaikan PAD sebesar 20 Milyar Rupiah, dengan jumlah IKM sebanyak 16.541 (BPS:2010); pada tahun yang sama besaran volume ekspor Sukoharjo sebesar USD 196 680 879.38. Peta Industri dan UKM unggulan utama Sukoharjo, selain pada sentra mebel rotan, adalah: kerajinan “Tatah Sungging”. Tatah Sungging merupakan ikon kerajinan Jawa Tengah yang memiliki sentra tidak lebih dari 70 UKM yang tersebar yang di daerah: Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, dan Magelang. Tabel 1menunjukkan posisi Kabupaten Sukoharjo dalam sebaran sentra kerajinan tatah sungging di Jawa Tengah.

  Tabel 1 Sebaran Sentra Tatah Sungging Jawa Tengah

  N Desa Kecamatan Kab/Kodia Unit Usaha o

  1 Kayen Sonorejo Kab. Sukoharjo 20

  2 Punduhsari Manyaran Kab. Wonogiri 9

  3 Sidowarno Wonosari Kab. Klaten 18

  4 Sumber Dukun Kab. Magelang 20 Sumber: Data Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jateng, 2012

  Kecamatan Sonorejo merupakan sentra pengrajin sungging terbesar Sukoharjo yang memiliki 20 UKM pengrajin wayang kulit untuk hiasan maupun wayang kulit untuk pertunjukan. Usaha yang dilakukan UKM Mitra, UKM Marwanto dan UKM Suwandi selain berorientasi pada profit, juga merupakan usaha yang berorientasi menjaga kearifan lokal dalam upaya turut serta nguri-uri budaya Jawa yang adiluhung. Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah mewujudkan UKM yang mampu menembus pasar dunia melalui destinasi wisata budaya, seni dan pendidikan. Secara makro, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah melestarikan budaya bangsa (national heritage) yang selanjutnya menjadi tugas bersama Pemerintah Daerah dan Pusat untuk menjaganya, secara mikro menjadikan UKM menjadi kuat dan mandiri.

  Metode Pemecahan Masalah

  Berdasar tujuan dari kegiatan ini, upaya pendampingan terhadap UKM Tatah sungging dilakukan melalui berbagai program secara bertahap dengan prioritas pembuatan produk kualitas premium melalui pendekatan menjaga dan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, penerapan sains dan teknologi tepat guna, peningkatan kompetensi pengrajin tatah sungging, pengelolaan manajemen dan pengembangan pasar sasaran terutama pasar produk di luar negeri (ekspor) melalui pembuatan media promosi dengan mewujudkan suatu destinasi wisata pendidikan, budaya, seni dan belanja.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Mempertahankan Kualitas Produk Wayang Kulit

  Kualitas produk merupakan harga yang akan dibayar oleh pembeli di samping pelayanan. Untuk dapat mempertahankan kualitas wayang premium, dilakukan kegiatan: a.

  Penataan ruang kerja dan penyimpanan peralatan kerja dengan memenuhi indikator: kerapian, kecukupan sirkulasi udara dan layout ruang. b.

  Menjaga kondisi bahanbaku kulit dari kerusakan karena peletakan yang ditumpuk-tumpuk menjadikan kulit siap pakai menjadi lembab (berjamur), kotor dan rusak.

  c.

  Penyimpanan secara khusus pola master wayang, agar pengrajin tidak kehilangan gambar master. Dilakukan pendekatan teknologi desain pada UKM secara sederhana. Pola “master wayang” digambar secara manual (berdasarkan pemahaman filosofis).

  d.

  Pembuatan meja kaca untuk mempermudah/mempresisikan proses menjiplak master wayang pada kulit sehingga proses ini tidak perlu dilakukan berulang.

  e.

  Pembuatan media yang memudahkan proses pewarnaan sesuai pakem sehingga diperoleh warna standar, tidak terlalu tebal/tipis, terlalu gelap/terang.

  f.

  Perancangan teknik pengepresan wayang menggunakan alat pres kaca menggantikan pres model lama dengan kaleng cat yang diisi semen.

  Pemenuhan Produksi karena Minimnya Tenaga Pengrajin Tatah Sungging

  Kesinambungan pelatihan pembuatan wayang bagi pengrajin pemula (usia di atas 8 tahun) dan kelompok pemuda desa Kayen merupakan kegiatan yang harus dipertahankan. Pembukaan pelatihan Nyantrik Gawe Wayang telah dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2015. Hingga saat ini (tahun 2016) jumlah peserta pelatihan (cantrik) sebanyak 13 orang, 6 orang cantrik sungging dan 7 orang cantrik tatah. Terdapat seorang cantrik dewasa yang belajar baik tatah maupun warna (sungging). Hingga saat ini sudah banyak hasil produk wayang yang diperoleh dari kegiatan ini. Terdapat 2 orang yang telah sampai pada tahap mahir.

  Gambar 1.Murid/cantrik, karyawan dan mitra berfoto di depan sanggar merangkap bengkel kerja. Jumlah murid saat ini 9 anak dari awal 5 anak

  Hasil Kegiatan Belajar Nyantrik Gawe Wayang

Gambar 2. hasil pelatihan tatah setelah 2 bulan, peserta mampu membuat tatah wayang halus

pada media bahan kertas karton sesuai ukuran wayang sebenarnya hingga memberi warna sesuai

dengan pakem wayang sebenarnya

.

  Adapun Jadwal Pelatihan Tingkat Dasar hingga mahir ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 2

  Jadwal Pelatihan Tingkat Dasar hingga mahir

  Perte Kegiatan Target Target Hasil muan

waktu

  Kegiatan teori Pengenalan tentang 2 minggu Siswa mengenal tokoh wayang kulit

  1 wayang, sifat dan dan filosofi sifat setiap tokoh wayang jenisnya

  2 Penjelasan tentang 1 minggu Siswa mampu memahami tahap- proses pembuatan tahap pembuatan wayang kulit mulai

wayang dan pengenalan dari pengerokan kulit sampai

alat-alat tatah dan alat pemasangan gapit sungging Pengenalan alat-alat 1 minggu Siswa mampu mengenal nama dan

  3

tatah dan alat sungging memfungsikan alat-alat yang

digunakan untuk menatah dan mewarnai/sungging Kegiatan Tatah: tatah sandangan, jamang, mahkota dan gaman

  2 minggu

Praktek 1: Tatah gambar Siswa mampu menatah corak

  4 corak sumping sumping 2 minggu

  5 Praktek 2: Tatah Siswa mampu menatah gordan/garuda mungkur gordan/garuda mungkur 2 minggu

  6 Praktek 3: Tatah probo Siswa mampu menatah probo 2 minggu

  7 Praktek 4: Tatah isen- Siswa mampu menatah isen-isen isen patran patran 2 minggu

  8 Praktek 5: Tatah Siswa mampu menatah kunco/wiron/jarik kunco/wiron/jarik 2 minggu

  9 Praktek 6: Tatah seritan Siswa mampu menatah seritan rambut rambut

  10 Praktek 7: Tatah Wajah 2 minggu Siswa mampu menatah Wajah

  7 Praktek 3: isen-isen inten-intenan

2 minggu

  UKM mitra masih merasa kesulitan dalam mekanisme pembentukan cara publikasi yang efektif. Buku profil ini berisikan pengenalan terhadap UKM Mitra yang meliputi sejarah pendirian UKM, tenaga kerja, proses kerja, pemasaran, keunggulan dan hasil produksi wayang. Dengan dicetaknya buku profil ini diharapkan dapat menjadi alat promosi yang efektif karena mampu mendekatkan pelanggan pada mitra. Dicetak dengan edisi lux dengan ukuran A3, buku ini cukup memadai dalam mempromosikan produk premium UKM Mitra.

  Pembuatan Buku Profil UKM sebagai Media Promosi

  Di samping jadwal tersebut, akan dibuat jadwal pelatihan singkat bagi pengunjung apabila wisata budaya yang direncanakan akan tereliasasikan.

  Sumber: Hasil diskusi dengan pelatih, 2015

  ngalusi

2 minggu

Siswa mampu mewarnai secara halus

  Siswa mampu menggunakan prodo mas

  9 Praktek 5: penggunaan prodo mas

2 minggu

  Siswa mampu menggunakan prodo grenjeng

  8 Praktek 4: penggunaan prodo grenjeng

2 minggu

  Siswa mampu memberi isen-isen inten-intenan

  Siswa mampu mengisi mas-masan

  11 Praktek 8: Tatah Gaman/ senjata 1 minggu

  6 Praktek 3: isen-isen mas-masan

2 minggu

  Siswa mampu mewarnai rambut/seritan dengan teliti

  5 Praktek 2: warna seritan/rambut

2 minggu

  2 minggu Siswa mampu memberi warna dasar, menghapus bila terjadi kesalahan dan mewarnai kembali

  4 Praktek 1: Mutihi (memberi warna dasar putih)

  1 minggu Siswa mampu menyebutkan jenis warna, alat yang digunakan untuk mewarnai, dan jenis-jenis prodo yang digunakan

  3 Pengenalan warna, alat mewarnai, jenis prodo (emas/perak)

  2 Teori mewarnai: cara mewarnai, cara menghapus warna, cara mewarnai kembali 2 minggu Siswa mampu menyebutkan tahap- tahap mewarnai dan cara melakukan perbaikan jika proses pewarnaan salah

  2 minggu Siswa mampu mengenali tokoh wayang dan sifatnya dilihat dari warna wajah dan sandangan/penganggo

  1 Teori pengenalan nama, lakon dan sandangan/pakaian wayang pada setiap lakon

  Siswa mampu menatah Gaman/ senjata Kegiatan Sungging/mewarnai

10 Praktek 6: mbabari,

  Gambar 3. Buku profil/Katalog wayang sebagai media promosi

  Untuk menunjang kegiatan promosi, dilakukan pelatihan bagi para operator untuk pengelolaan web versi baru kepada para pengelola web UKM mitra dan UKM lainnya. Pelatihan ini dilakukan untuk beberapa operator, admin dan bidang-bidang terkait dengan pemasaran produk. Pemilik UKM juga akan dibekali teknik pengelolaan web lebih lanjut agar bisa mengembangkan website sesuai kebutuhan UKMnya. Pelatihan ini diselenggarakan satu hari dan merupakan tindak lanjut dari pembuatan web yang telah dilakukan oleh tim pada UKM mitra.

  Pengadaan Lemari Display untuk Memajang Hasil Produk Wayang

  Ruang Pamer/gallery belum didesain dalam tampilan estetika komersial yang baik, ruang pamer terkesan seadanya dan tidak rapi. Produk wayang jadi yang harganya mahal diletakkan begitu saja di meja. Kadang ditemukan produk setengah jadi dan produk jadi tertumpuk jadi satu. Diperlukan suatu penataan ruang sebagai tempat khusus menyimpan produk jadi wayang jenis premium. Dengan desain khusus, diharapkan lemari ini dapat menyimpan wayang dengan baik, sehingga tampilan ruang menjadi rapid dan kualitas wayang terjaga. Lemari pajang yang digunakan untuk mendisplay wayang jadi dirancang secara khusus oleh Tim dengan tambahan latar bahan beludru merah dan lampu di bagian atas untuk memberi kesan mewah sesuai dengan wayang kelas premium yang diproduksi oleh UKM Tatah Sungging. Lemari ini mampu menampung produk wayang.

  

Gambar 4. Lemari pajang untuk mendisplay produk jadi, disiapkan untuk media gallery

pamer tahun 2016

  

Terintegrasinya Sarana dan Prasarana Pendukung, terbentuknya Destinasi wisata

pendidikan, Seni, Budaya dan Belanja

  Penataan showroom merupakan kegiatan terakhir dari berbagai macam kegiatan pendampingan pengembangan UKM mitra yang dilakukan selama 3 (tiga) tahun. Kegiatan ini dimulai dengan penataan ruang kerja yang terintegrasi dengan ruang pelatihan pembuatan wayang dan dengan ruang belanja. Unggulan dari kegiatan pada tahun terakhir ini adalah membentuk UKM mitra menjadai UKM yang mampu tumbuh, berkembang, bersaing, mandiri dan bernilai guna bagi lingkungannya. Pengembangan wisata ini, selain untuk mengembangkan usaha juga menjadi salah satu wujud upaya nguri-uri budaya Jawa melalui pengenalan wayang kulit dalam pertunjukan/tayangan lakon wayang yang disediakan oleh UKM mitra.

  

Gambar 5. Pendopo yang dibangun oleh mitra sebagai wujud komitmen dalam mengembangkan

dan melestarikan wayang kulit sebagai budaya adiluhung.

  Di pendopo inilah rencananya akan ditampilkan atraksi dan display pelatihan pembuatan wayang. Di sisi pendopo akan dijadikan gallery pamer, bengkel kerja, dan tempat pelatihan yang menyatu sebagai wisata budaya, seni dan belanja. Sebagai destinasi wisata yang menarik minat pengunjung, diperlukan pendampingan dalam mengintegrasikan produk pendukung yang berwujud semua potensi daerah yang mampu menunjang keberhasilan kegiatan ini, seperti industri makanan dan minuman khas daerah (jamu beras kencur, kunir asam) Kabupaten Sukoharjo. Di lingkungan UKM terdapat banyak pengrajin minuman jamu.

  SIMPULAN

  Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun ini merupakan kegiatan terakhir dengan obyek UKM Tatah Sungging. Berbagai kegiatan telah dilakukan mulai dari penataan dan perbaikan proses produksi, pelaksanaan kegiatan pelatihan untuk menambah pengrajin wayang, perluasan pasar sasaran hingga pasar internasional, pembuatan web, pembuatan katalog dan buku profil hingga kegiatan akhir mengintegrasikan semua kegiatan tersebut menjadi satu usaha UKM yang mampu mandiri dan berdayasaing di wilayah lokal, regional dan internasional. Setelah selesainya kegiatan ini, diharapkan UKM Tatah Sungging mampu menjadi model UKM yang bisa menjadi pusat pendidikan, belanja dan wisata bidang kerajinan wayang. Apabila tujuan ini tercapai, maka selain UKM mitra mampu mengembangkan proses produksi, sumber daya manusia, pemasaran dan keuangannya juga dapat menjadi bagian yang dapat mengangkat nama baik pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten Sukoharjo.

  DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka

  Ali Hasballah. 2008. Cara Kerja Alat dan Rancang Bangun Mesin Pres untuk Penempelan Kulit dengan Sol Sepatu. Jurnal DINAMIKA. Vol.VI No. 1 Tahun 2008. Edisi Januari

  • – April 2008 Boyd, Walker, Larrache, 2002.

  ”Manajemen Pemasaran” Jilid 2. Erlangga: Jakarta BPS (2012), “Profil PAD dan Mata Struktur Pencarian Penduduk Kab.Sukoharjo”.

  Eko Indrajit, Ricardus. 2003.

  Internet dan Dunia Maya, Ekonomi Digital”.

  Cetakan Kedua, Edisi Kedua. Elex media Komputindo: Jakarta Iwan Hermawan .2008. e-commerce fitur dalam dinamika bisnis. Buletin Sains dan

  Artikel onlineakses 21 Maret2013 Jam: 08.00 wib. Iwan Hermawan .2009. Pemutakhiran Katalog Konvensional ke dalam desain

  Digital dengan Pendekatan Manajemen Koleksi Berbasis 3D sebagai Added Value Strategi Promosi Bagi Produk Cinderamata Bubut Kayu Jati. Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi Vol. 1 No. 1 ISSN 2087-0868.

  Iwan Hermawan .2011. Pengembangan Kemandirian Bidang Pendidikan dan Sosio Ekonomi pada Pesantren Desa Ngrembel dan Unit Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya. Jurnal DIAN MAS. Inovasi dan Aplikasi Ipteks. Volume 1 No.1.

  Maret 2012. ISSN : 2089-9602 Koehler, Wallace (1999) "Digital libraries and World Wide Web sites and page persistence." Inf Research, akses: 5

  April 2010, Jam: 21.00 wib ________ Wikipedia. 2011. Profil Kabupaten Sukoharjo.