IMPLEMENTASI IPv6, THE NEXT IP ADDRESS Daniel Dedytia Nina Sevani Fakultas Teknik Jurusan Elektro Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Tanjung Duren Raya No. 4 nina.sevani@ukrida.ac.id Abstract - Implementasi IPv6 The Next IP Address

  

IMPLEMENTASI IPv6, THE NEXT IP ADDRESS

Daniel Dedytia Nina Sevani

  Fakultas Teknik Jurusan Elektro Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Tanjung Duren Raya No. 4 nina.sevani@ukrida.ac.id

  

Abstract

The expansion of the network, in local scope or in global scope, like internet has delivered a new

scheme of addressing. IPv6 helps to solve problems concerned with the amount of address needed

by users, security reason and the simplicity of configuration. Nowadays, users of the network still

use IPv4. With 32 bit long, IPv4 discontent the amount of the address needed. Security becames

another reason for users to replace IPv4. With 96 bit longer than IPv4, IPv6 supply more address

for users. IPsec in IPv6 can be the answer to the security problem concerned with process of

transmitting and exchange data and information. With new header format, IPv6 became more

flexible because it enables users to add new feature depending with the size of the package itself.

  

IPv6 also compatible with the technology, media, and network component used today. We can use

both IPv4 and IPv6 in the same host.

  Keywords : IPv4, IPv6, bits, security, compatible.

1. PENDAHULUAN

  Pembentukan jaringan baik dalam skala lokal seperti dalam sebuah gedung sampai dengan skala global seperti internet, membutuhkan proses pengalamatan yang baik. Alamat diperlukan untuk dapat menghantarkan data menuju lokasi yang tepat. Alamat ini wajib dimiliki oleh setiap host yang ada dalam jaringan. Host adalah sebutan bagi setiap komponen yang terhubung ke jaringan.

  Sejak awal keberadaan jaringan, setiap alamat yang diberikan kepada host haruslah bersifat unik sehingga tidak terjadi konflik pengalamatan. Alamat-alamat yang digunakan dalam jaringan dapat berupa alamat fisik atau MAC address (Media Access Control

  

address) serta alamat logikal atau IP address (Internet Protocol address). Setiap alamat

  tersebut mempunyai format tersendiri yang pada akhirnya juga menentukan karakteristik dari masing-masing jenis alamat. Dalam proses pertukaran dan penghantaran data serta informasi di jaringan, kedua jenis alamat tersebut akan digunakan bersama-sama sesuai dengan posisi mereka masing-masing pada model TCP/IP (Transmission Control

  Protocol/Internet Protocol) yang digunakan.

  Berbicara tentang penggunaan IP address, mulai dari awal penggunaan jaringan sampai dengan saat ini, IP address yang digunakan adalah IP versi 4 (IPv4). IPv4 ini terdiri dari 32 bit yang dibagi menjadi 4 oktet. Namun seiring dengan perkembangan jaringan yang terjadi, diikuti dengan pertambahan jumlah pengguna jaringan yang pesat membuat IPv4 dirasa kurang dapat memenuhi berbagai kondisi yang ada. Alasan pertumbuhan jumlah pengguna jaringan dan alasan keamanan merupakan alasan utama yang mendasari para ilmuwan untuk memikirkan sebuah alamat baru sebagai pengganti

  IPv4. Alamat baru tersebut tentunya harus tetap compatible dengan IPv4 maupun dengan segala bentuk teknologi, media, dan komponen yang digunakan saat ini.

  Berdasarkan berbagai alasan tersebut, maka pada saat ini mulai digunakan versi terbaru dari IP address, yang disebut sebagai IPv6. IPv6 ini mempunyai format yang sedikit berbeda dengan IP versi terdahulu, yaitu IPv4. IPv6 tetap compatible dengan berbagai macam teknologi dan media yang sebelumnya digunakan oleh IPv4. Dengan panjang total 128 bit, IPv6 dapat menyediakan alamat yang jauh lebih banyak daripada

  IPv4. Pengembangan pada header IPv6 juga membuat penggunaan IPv6 ini dirasa lebih aman. Sehingga pada akhirnya akan dapat memenuhi kebutuhan pengguna jaringan saat ini maupun perkembangan yang mungkin terjadi di masa mendatang.

2. LANDASAN TEORI

  TCP/IP. Sebuah paket IP akan membawa data aktual yang dikirimkan melalui jaringan dari satu titik ke titik lainnya. Metode yang digunakannya adalah connectionless yang berarti ia tidak perlu membuat dan memelihara sebuah sesi koneksi. Internet Protocol memiliki lima fungsi utama dalam sebuah jaringan berbasiskan TCP/IP yaitu [1] : a. Mendefinisikan paket yang merupakan unit dasar transmisi di internet.

  e. Identification, flags, dan Frament Offset, berisi beberapa data yang berhubungan dengan fragmentasi paket.

  

address digunakan untuk mengirimkan paket data menuju ke satu host. Multicast,

  Berdasarkan jumlah tujuan pengiriman data, alamat IPv4 terbagi menjadi tiga jenis alamat, yaitu unicast, multicast, dan broadcast. Dalam pengalamatan unicast, sebuah IP

  IP versi 4 atau IPv4 adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protocol jaringan TCP/IP. Panjang total IPv4 adalah 32-bit, yang secara teoritis dapat memberikan alamat hingga 4 miliar host komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia. Jumlah host tersebut didapatkan dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4 (karena terdapat 4 oktet) sehingga nilai maksimal dari alamat IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai dihitung dari nol sehingga nilai-nilai host yang dapat ditampung adalah 256x256x256x256=4.294.967.296 host.

  2.2 Internet Protocol Versi 4 (IPv4)

  h. Header Checksum, berisi nilai checksum yang dihitung dari seluruh field dari header paket IP. i. Source IP Address, berisi address IP dari host pengirim. j. Destination IP Address, berisi address IP dari host tujuan.

  g. Protokol, mengandung angka yang mengidentifikasikan protocol layer atas yang akan menerima isi data dari paket IP ini.

  f. Time to Live atau TTL, berisi jumlah hop maksimal yang boleh dilewati paket IP.

  d. Total length, panjang total datagram dalam ukuran byte..

  b. Mendefinisikan skema pengalamatan internet.

  2.1 Internet Protocol (IP) Protocol IP merupakan salah satu protocol kunci di dalam kumpulan protocol

  IHL atau Header Length, berisi panjang header paket.

  b.

  

Gambar 1. Susunan Paket protocol IP

a. Ver atau Version berisi versi dari protocol IP yang dipakai.

  e. Melakukan fragmentasi dan penyusunan ulang paket. Gambar 1 berikut ini menunjukkan susunan dari sebuah paket IP dan keterangannya [2] :

  d. Melakukan routing paket.

  c. Memindahkan data antara Transport Layer dan Network Access Layer.

  c. TypeOfService, berisi kualitas layanan yang dapat mempengaruhi cara penanganan paket IP ini. memungkinkan sebuah IP address digunakan untuk mengirimkan paket data menuju ke sekelompok host yang berada pada segmen jaringan yang sama. Sedangkan pada

  

broadcast, sebuah IP address digunakan untuk mengirimkan paket data menuju ke

seluruh host pada jaringan [3].

  IPv4 dibagi menjadi 2 bagian yaitu Network ID dan Host ID, dengan panjang keseluruhan 32 bit yang kemudian dibagi menjadi 4 oktet (masing-masing sepanjang 8

  

bit). Network ID yang akan menentukan address dalam jaringan (network address). Host

  ID menentukan address dari peralatan jaringan yang sifatnya unik untuk membedakan antara satu mesin dengan mesin lainnya.

2.3 Internet Protocol Versi 6 (IPv6)

  IPv6 address atau IP address versi 6 atau Next Generation IP address (IPng) adalah IP address yang digunakan pada protokol IPv6. IPv6 atau Internet Protocol

  

version 6, merupakan protokol IP terbaru yang dicadangkan untuk keperluan masa

mendatang.

  Perbedaan antara IPv6 dengan IPv4, sebagai IP versi terdahulu terletak pada

  

headernya. Header IPv6 jauh lebih sederhana. Perbedaan yang paling mencolok tampak

  pada kolom alokasi address (source dan destination address) sepanjang 128 bit, yang memungkinkan untuk alokasi IP address yang sangat besar. Gambar 2, menunjukkan format header pada IPv6, termasuk perbedaannya dengan header IPv4, seperti pada Gambar 2(a).

  (a) Perbedaan Header IPv4 dan IPv6 (b) Format Header IPv6 Gambar 2. Header IPv6

  Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing field pada IPv6 [4] : a. Version (4 bit ) – menunjukkan versi dari IP yaitu 6.

  b. Traffic Class (8 bit) – menunjukkan kelas atau prioritas dari paket IPv6.

  Traffic Class mempunyai fungsi yang sama dengan Type of Service pada IPv4.

  c. Flow Label (20 bit) –memberi label pada paket-paket yang membutuhkan penanganan khusus dari IPv6 router, seperti Quality of Service yang bukan

  default atau service-service yang bersifat real-time (seperti voice dan video). Host atau router yang tidak mendukung fungsi ini akan menset field Flow Label ke nilai 0.

  d. Payload Length (16 bit) – Menunjukkan panjang dari payload IPv6.

  e. Next Header (8 bit) – Mengidentifikasi tipe header yang langsung mengikuti header IPv6 baik itu extension header yang pertama (jika ada) atau protocol yang ada pada upper layer PDU (seperti TCP,UDP, atau ICMPv6).

  f. Hop Limit (8 bit) – Angka di field ini akan dikurangi 1 oleh setiap node yang melewatkan paket. Paket akan dibuang apabila nilai hop limit 0.

  g. Source Address (128 bit).

  h. Destination Address (128 bit).

  Kelas-kelas pada IPv6 sedikit berbeda dengan kelas yang ditemukan pada IPv4. Beberapa kelas IPv6 yang cukup penting adalah [5] : a. Aggregatable Global Unicast Addresses.

  Alamat ini secara global dirujuk oleh host-host di internet dengan menggunakan proses routing. Aggregatable Global Unicast Addresses dapat dikenali dengan bit awal 001 atau prefix 2000::/3..

  b. Link-Local Unicast Addresses.

  Merupakan alamat yang digunakan oleh hostt dalam subnet yang sama. Termasuk di dalamnya adalah address IPv6 dengan bit awal 1111 1110 10 atau prefix FE80::/64.

  c. Site-Local Unicast Addresses.

  Alamat ini dapat dianalogikan dengan private IP address pada IPv4. Site-

  Local Unicast Addresses dapat dikenali jika bit awal 1111 1110 11 atau prefix FEC0::/48.

  d. Multicast Addresses.

Termasuk di dalamnya adalah address IPv6 dengan bit awal 1111 1111.

3. ANALISA IPv4 DAN IPv6

  Pada awal penggunaan IPv4, para peneliti tidak membayangkan besarnya pertambahan jumlah pengguna jaringan serta kebutuhan seperti keamanan atau QoS (Quality of Service). Namun kebutuhan jaringan hari ini jauh lebih besar dari sekedar halaman web dan email. Perkembangan yang sangat cepat dalam perangkat jaringan dan komunikasi bergerak, dan juga adaptasi akan teknologi jaringan yang baru, tidak dapat ditahan IPv4. Kondisi seperti inilah yang pada akhirnya telah memunculkan ide tentang

  

Next Generation Internet Protocol (IPng) yang sekarang disebut sebagai Internet

Protocol version 6 (IPv6). IPv6 dikembangkan setelah melihat keberhasilan IPv4 sebagai

  protokol standart dalam dunia internet, dimana di satu sisi keberhasilan tersebut telah menyebabkan meledaknya ruang alamat yang dibutuhkan yang tidak dapat ditangani oleh

  IPv4.

3.1 Kelemahan IPv4

  Meskipun IPv4 telah berhasil menjadi protokol standar dalam dunia internet, namun masih ada beberapa kelemahan-kelemahan pada IPv4. Berdasarkan observasi serta studi pustaka yang dilakukan ditemukan beberapa kelemahan-kelemahan yang ada pada

  IPv4 antara lain: a. Alokasi pengalamatan yang terbatas.

  Internet Protocol version 4 (IPv4) yang digunakan sebagai alamat komputer online di seluruh dunia, diperkirakan akan habis terpakai pada tahun 2011. Hal

  ini disebabkan karena IPv4 yang dirancang dengan 32-bit ruang alamat hanya dapat menyediakan 4,294,967,296 alamat,. Jumlah ini diperkirakan akan segera habis terpakai diseluruh dunia. Akibatnya IPv4 menjadi langka di masa sekarang, dan memaksa banyak organisasi menggunakan Network Address Translator (NAT) untuk memetakan satu alamat publik IP menjadi banyak alamat privat IP. Walaupun penggunaan NAT dapat mengurangi masalah alamat IP, tetapi di sisi lain NAT juga menimbulkan masalah performance dan banyak aplikasi yang bermasalah.

b. Kebutuhan konfigurasi yang lebih sederhana.

  Konfigurasi IPv4 dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan

  Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP). Karena semakin banyaknya host-host yang ada, maka diperlukan pula konfigurasi yang lebih sederhana dan konfigurasi otomatis alamat tanpa bergantung dari infrastruktur DHCP yang merupakan fungsi tambahan saja pada IPv4.

c. Persyaratan keamanan pada level IP.

  Pada IPv4 tidak terdapat modul keamanan yang built-in misalnya autentikasi pada protokolnya. Meskipun telah ada fungsi keamanan pada layer aplikasi seperti untuk e-mail, tetap diperlukan fungsi keamanan pada layer jaringan. Pada IPv4 sendiri tidak terdapat fungsi keamanan ini.

3.2 Pengembangan Pada IPv6

  Untuk mengatasi berbagai kelemahan dari IPv4 serta untuk dapat memenuhi kebutuhan pengguna jaringan, maka para ilmuwan berusaha menemukan alamat baru yang dapat mengatasi berbagai kelemahan tersebut. Alamat baru ini dikenal sebagai IPv6.

  IPv6 dikembangkan berdasarkan IPv4, sehingga masih compatible dengan IPV4. Beberapa pengembangan yang dilakukan pada IPv6 adalah : a. Format header baru.

  Header pada IPv6 memiliki format yang baru yang dirancang untuk menjaga

  agar overhead header minimum. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan fields yang tidak diperlukan serta beberapa field optional yang ditempatkan setelah

  header IPv6. Akan tetapi header pada IPv4 dan IPv6 sama sekali tidak dapat

  berinteroperasi. IPv6 bukan merupakan superset dari fungsionalitas yang kompatibel dengan IPv4. Maka itu, suatu host atau router harus mengimplementasikan kedua protokol IPv4 dan IPv6 agar dapat mengenal dan memproses format header keduanya. Header IPv6 sendiri besarnya adalah hanya dua kali dari besar header dari IPv4, meskipun alamat IPv6 empat kali lebih besar dari IPv4.

  b. Range alamat yang sangat besar.

  IPv6 memiliki panjang sebesar 128-bit atau 16-byte. Meskipun secara logika 128 bit telah dapat menampung sekitar 3.4 x 1038 kemungkinan kombinasi, tetapi pada IPv6 juga dapat diimplementasikan berbagai level subnetting dan alokasi alamat dari backbone internet ke subnet individual atau organisasi. Baru sebagian kecil dari sekian banyak alamat yang dapat dipakai dalam IPv6, sehingga masih tersedia cukup banyak alamat untuk penggunaan dimasa mendatang. Dengan tersedianya sedemikian banyak alamat yang dapat digunakan, maka teknik konservasi alamat seperti NAT tidak lagi diperlukan.

  c. Pengalamatan secara efisien dan hierarkis serta infrastruktur routing.

  Alamat global dari IPv6 yang digunakan pada porsi IPv6 di internet, dirancang untuk menciptakan infrastruktur routing yang efisien, hierarkis, dan mudah dipahami oleh pengembang. Pada jaringan IPv6, router backbone memiliki table routing yang lebih kecil berdasarkan infrastruktur ruting dari ISP (Internet Service Provider).

  d. Konfigurasi pengalamatan secara stateless dan statefull.

  Untuk mempermudah konfigurasi, IPv6 mendukung konfigurasi pengalamatan secara statefull, seperti konfigurasi alamat menggunakan server DHCP, atau secara stateless tanpa menggunakan server DHCP. Pada konfigurasi

  stateless, host secara otomatis mengkonfigurasi dirinya sendiri dengan alamat

  IPv6 untuk link yang disebut dengan alamat link-lokal dan alamat yang diturunkan dari prefik yang ditransmisikan oleh router lokal. Bahkan, tanpa adanya router sekalipun, host yang berada pada link yang sama dapat secara otomatis mengkonfigurasi dirinya sendiri dengan alamat link lokal dan berkomunikasi tanpa harus mengkonfigurasi secara manual.

  e. Built-in security.

  Dukungan terhadap IPsec (Internet Protokol Security) merupakan kebutuhan yang telah ada pada protokol IPv6 ini. Kebutuhan ini memberikan dukungan terhadap keamanan jaringan yang diperlukan dan menawarkan interoperabilitas antara implementasi IPv6 yang berbeda.

f. Ekstensibilitas.

  IPv6 dapat dengan mudah ditambahkan fitur baru dengan menambahkan

  header ekstensi setelah header IPv6. Tidak seperti yang ada pada header IPv4,

  yang hanya mendukung 40 byte, ukuran dari header ekstensi IPv6 ini hanya terbatasi oleh ukuran dari paket IPv6 itu sendiri.

  3.3 Jenis Node

  Berdasarkan mekanisme transisi pada IPv6, maka didefinisikan beberapa jenis dari node berikut [6] :

  a.

  IPv4- only node.

  b.

  IPv6- only node.

  c.

  IPv6/IPv4 node.

  d.

  IPv4 node.

  e.

  IPv6 node.

  3.4 Teknologi Transisi IPv4 Menuju IPv6

  Migrasi dari IPv4 ke IPv6 tidak dapat langsung terjadi. Akan ada suatu masa di mana kedua protokol akan digunakan pada infrastruktur yang sama. Karena itu perancangan dari IPv6 telah menciptakan berbagai teknologi transisi dan jenis alamat yang berbeda sehingga node IPv6 dapat berkomunikasi dengan node IPv6 lain yang berada pada infrastruktur yang berbeda.

  Teknologi transisi yang berbeda tersebut diantaranya : a. Arsitektur Dual IP layer.

  b. Arsitektur Dual Stack.

  c.

  IPv6 over IPv4 tunneling.

  d. Intra-site Automatic Tunnel Addressing Protocol (ISATAP).

  e. 6to4.

  f. Teredo tunneling.

  g.

  IPv6 Automatic Tunneling.

  h. 6over4.

  3.5 Mekanisme Transisi

  Transisi protokol secara khas disebarluaskan dengan cara install dan melakukan konfigurasi protokol baru ke semua node yang berada dalam jaringan dan melakukan verifikasi bahwa operasi dari semua node dan router bekerja dengan baik. Berikut merupakan mekanisme transisi yang digunakan pada infrastruktur IPv4 dan IPv6 :

a. Menggunakan IPv4 dan IPv6

  Untuk menggunakan IPv4 dan IPv6 secara bersamaan pada host yang sama,

  host IPv6/IPv4 dapat menggunakan arsitektur sebagai berikut:

  1. Arsitektur Dual IP layer

  Sebuah arsitektur Dual IP layer terdiri dari IPv4 dan IPv6 internet layer dengan implementasi tunggal dari Transport Layer Protocol seperti TCP/ UDP.

  2. Arsitektur Dual Stack

  IPv4 dan IPv6 address dapat berjalan bersamaan di satu perangkat di semua layer protokol. Sehingga perangkat memiliki dua alamat yakni IPv4 dan IPv6 tanpa saling bertindihan satu sama lainnnya serta memiliki gateway yang berbeda pula. Gambar 3 (a) berikut menunjukkan aristektur Dual IP layer, sedangkan Gambar 3 (b) menunjukkan arsitektur Dual Stack.

  (a) Arsitektur Dual IP layer (b). Arsitektur Dual Stack

Gambar 3. Mekanisme Transisi IPv4 dan IPv6

b. Infrastruktur DNS (Domain Name System)

  1. Configured (Konfigurasi Manual)

  Intra-site Automatic Tunnel Addressing Protocol (ISATAP), 6to4, Teredo, IPv6 Automatic Tunneling, 6over4.

  IPv6, dan logical tunnel interface. Contoh dari konfigurasi otomatis adalah :

  Pada konfigurasi otomatis, setiap akhir dari tunnel pada tunnel otomatis ditentukan oleh penggunaan rute, alamat next-hop berdasarkan tujuan dari alamat

  2. Automatic (Otomatis)

  add v6v4tunnel.

  Pada configured tunnel, alamat IPv4 pada akhir tunnel tidak diperoleh dari alamat yang di-encode pada alamat next-hop ketika mengirim atau melewatkan paket.. Contohnya untuk membuat tunnel dengan konfigurasi manual untuk protocol IPv6 pada Windows dapat menggunakan perintah netsh interface ipv6

  Terdapat dua jenis tipe dari tunnel yaitu [9] :

  Sebuah infrastruktur DNS (Domain Name System) diperlukan untuk keberhasilan kerjasama antara IPv4 dengan IPv6. Upgrade infrastruktur DNS adalah dengan cara mengisi DNS server dengan catatan yang mendukung

  

Gambar 4. IPv6 over IPv4 tunneling

  IPv6 ke dalam format tunnel IPv4 untuk dikirim ke penerima dan dibuka lagi bungkusnya (decapsulate) yang sebelumnya terlebih dahulu di dilakukan setting koneksi tunnel IPv4 ini dari pengirim ke penerima serta sebaliknya. Gambar 4 berikut menunjukkan IPv6 over IPv4 tunneling.

  Prinsip dasar tunneling ini adalah membungkus (encapsulate) packet data

  Metode ini juga umum digunakan untuk menghubungkan jaringan IPv6 dengan jaringan IPv6 lainnya melalui jaringan IPv4 yang memiliki perangkat-perangkat yang tidak mendukung untuk operasional IPv6.

  c. IPv6 over IPv4 tunneling

  IPv6 name-to-address dan resolusi address-to-name. Setelah alamat-alamat diperoleh dengan menggunakan DNS name query, maka node pengirim harus memilih alamat mana yang akan digunakan untuk komunikasi.

4 IMPLEMENTASI IPv6

  IPv6 dapat diimplementasikan pada berbagai sistem operasi. Pada sistem operasi dari Microsoft Corporation, IPv6 dapat diterapkan pada sistem operasi untuk client maupun server. Untuk sistem operasi client, IPv6 dapat diterapkan pada beberapa jenis sistem operasi seperti Windows XP, Windows Vista, sampai dengan Windows Seven. Untuk sistem operasi open standard seperti Linux, IPv6 dapat diterapkan pada berbagai distro Linux. Terkadang sebelum dapat menggunakan IPv6 pada Linux, diperlukan proses aktivasi terhadap modul IPv6 terlebih dahulu. Pada tulisan ini, implementasi IPv6 akan dilakukan pada sistem operasi Windows XP dan sistem operasi Linux Ubuntu.

4.1 Implementasi IPv6 Pada Windows XP

  

pack ataupun tanpa service pack. Meskipun secara default Windows XP sudah

  5. Klik Microsoft TCP/IP version 6 dan klik OK.

  disabled}] [[siteprefixlength=]Integer] [[store=]{active | persistent}]

  [[siteid=]Integer] [[metric=]Integer] [[firewall=]{enabled |

  4. Ketik set interface [interface=]String [[forwarding=]{enabled | disabled}] [[advertise=]{enabled | disabled}] [[mtu=]Integer]

  3. Ketik interface ipv6, kemudian Enter

  

2. Pada Command Prompt, ketik netsh, kemudian Enter

  1. Buka Command Prompt

  Untuk melakukan konfigurasi atribut-atribut interface pada perintah netsh, lakukan langkah-langkah sebagai berikut :

  Konfigurasi IPv6 pada Windows XP Menggunakan Perintah netsh.

  a.

  Setelah Ipv6 terinstall, maka dapat dilakukan konfigurasi terhadap IPv6 yang ada, seperti pemberian alamat. Berikut ini adalah tahapan untuk melakukan konfigurasi dan pemberian alamat IPv6 dengan konfigurasi secara manual pada sistem operasi Windows XP.

  4. Pilih Protocol pada network components box kemudian klik tombol Add.

  mendukung penggunaan IPv6, namun diperlukan proses instalasi sebelum menggunakan

  IPv6 dapat diimplementasikan pada Windows XP yang menggunakan service

  2. Pada tampilan Network Connection, klik kanan pada local area connection, dan klik Properties.

  

1. Klik Start, pilih Control Panel, pilih Network Connections.

  pack, atau dapat juga melalui Local Area Connection Properties. Cara install IPv6 melalui LAN Properties adalah:

  Untuk install IPv6 pada Windows XP dengan Servicepack 1, 2, dan 3 dapat melalui command prompt seperti pada komputer yang tidak install service

  b. Install IPv6 pada Windows XP dengan Service Pack 1, 2 dan 3.

  2. Setelah muncul Command Prompt, ketik netsh interface ipv6 install dan tekan tombol Enter.

  1. Buka Command Prompt, dengan cara klik Start, kemudian Run, ketik cmd, dan tekan tombol Enter.

  Untuk install IPv6 pada Windows XP tanpa Service Pack lakukan langkah- langkah sebagai berikut:

  a. Install IPv6 pada Windows XP tanpa Service Pack.

  IPv6. Proses instalasi dapat dilakukan melalui Network Connection pada Control Panel atau melalui command prompt dengan perintah netsh. Berikut ini adalah beberapa cara untuk melakukan instalasi IPv6 pada Windows XP.

  3. Kemudian klik Install.

  b.

  Pemberian Alamat IPv6 pada Windows XP Secara Manual

  Berikut ini adalah langkah-langkah konfigurasi IPv6 dengan alamat manual : 1. Buka Command Prompt.

  

2. Pada Command Prompt, ketik netsh, kemudian Enter.

  3. Ketik interface ipv6, kemudian Enter.

  4. Ketik add address [interface=]String [address=]alamatIPv6

  4.2 Implementasi IPv6 Pada Linux Ubuntu

  Pada sistem operasi Linux Ubuntu, diperlukan proses aktivasi terhadap modul

  IPv6 yang ada pada sistem library Ubuntu. Proses aktivasi dapat dilakukan dengan menggunakan perintah insmod IPv6, yang diketikkan pada mode root. Modul IPv6 dinyatakan aktif apabila alamat IPv6 telah ada yang diberikan secara default tergantung pada alamat IPv6 host yang lain (apabila memiliki host lainnya) serta alamat MAC

  address ethernet.

  Berikut ini adalah tahapan konfigurasi IPv6 pada Linux Ubuntu :

  a. Pada tampilan desktop Linux Ubuntu klik Application, kemudian pilih Terminal (version command prompt pada Windows XP).

  b.

  Pada mode root, ketik perintah berikut : ifconfig eth0 add 2002:2::192.168.1.1/32 up. Dimana 2002:2::192.168.1.1/32 merupakan contoh alamat IPv6 pada Linux Ubuntu. Untuk memeriksa modul IPv6 yang telah diaktifkan, ketik perintah ifconfig eth0 pada mode root. Contoh penulisannya adalah sebagai berikut [root@ test root]# ifconfig eth0 Contoh hasil eksekusi perintah ifconfig eth0 tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.

  

Gambar 5. Tampilan Hasil Eksekusi Perintah “ifconfig eth0” Untuk Konfigurasi IPv6 default.

  Konfigurasi alamat IPv6 secara manual dengan cara menggunakan perintah : ifconfig eth0 add 2002:2::192.168.1.1/32 up pada mode

  root. 2002:2::192.168.1.1 merupakan contoh alamat IPv6 dengan scope

global. Contoh penulisan perintah tersebut adalah sebagai berikut :

  [root@test root]# ifconfig eth0 add 2002:2::192.168.1.1/32 up

  4.3 Verifikasi Hasil Konfigurasi IPv6

  Verifikasi hasil konfigurasi IPv6 dilakukan untuk memeriksa hasil konfigurasi yang dilakukan. Perintah untuk melakukan verifikasi konfigurasi adalah ipconfig pada Windows XP dan ifconfig pada Linux Ubuntu. Keduanya dieksekusi melalui command prompt.

  Untuk verifikasi konfigurasi pada Windows XP, juga dapat menggunakan perintah netsh yang dieksekusi melalui command prompt. Contoh penulisan sebagai berikut C:/> netsh interface ipv6 show address.Gambar 6 (a) dan (b) merupakan contoh tampilan hasil eksekusi perintah ipconfig dan netsh pada Windows

  XP.

  (a) Verifikasi Dengan ipconfig (b) Verifikasi Dengan netsh

Gambar 6. Hasil Eksekusi Perintah Verifikasi

4.4 Pengujian Koneksi

  Pengujian koneksi merupakan tahap berikut setelah konfigurasi dan verifikasi hasil konfigurasi dilakukan. Untuk pengujian koneksi dapat dilakukan dengan perintah ping. Perintah ping ini dilakukan ke alamat loopback maupun ke suatu IP address tertentu. Untuk menunjukkan adanya hubungan antara IPv4 dan IPv6, maka pengujian dengan perintah ping ini juga dapat dilakukan terhadap host yang dikonfigurasi dengan IPv4 dan juga dengan IPv6.

  Berikut ini adalah langkah-langkah pengujian koneksi menggunakan IPv6: b.

  Pada command prompt, ping alamat loopback dengan mengetik ping::1. Jika perintah ping gagal, verifikasi alamat ::1 ada pada interface dengan nama Loopback Pseudo-Interface.

  c.

  Gunakan perintah berikut ini untuk melakukan ping alamat IPv6 link- local dari komputer: pingAddress%ZoneID. Dimana Address merupakan alamat link-local dan ZoneID merupakan index

  interface untuk suatu interface dimana alamat link-local diberikan. Alamat link-local dimulai dengan FE80.

  d.

  Gunakan perintah berikut ini untuk melakukan ping alamat link-local dari host lain yang juga berada dalam satu link (disebut sebagai subnet): pingAddress%ZoneID

  Dimana Address merupakan alamat link-local dari host lain dan ZoneID merupakan index interface untuk interface dimana kita ingin mengirim paket ping. Perintah ping ke alamat loopback ini dapat digunakan untuk pengujian koneksi

  IPv6 pada Windows XP dan juga pada Linux Ubuntu. Perbedaaannya hanya terdapat pada cara penulisan perintah ping. Pada Linux Ubuntu, perintah ping ini dituliskan pada mode root, dengan format sesuai contoh berikut ini [root@test root]# ping6 ::1 –c 5

  Sedangkan untuk pengujian koneksi ke suatu host dengan IPv6 menggunakan perintah ping, juga dilakukan pada mode root, dengan format sesuai contoh berikut ini : [root@test root]# ping6 2002:2::192.168.1.1 –c 5. Gambar 7 (a) dan (b) menunjukkan tampilan hasil eksekusi perintah ping ke alamat loopback dan suatu host dengan alamat IPv6 tertentu.

  (a) ping ke Alamat Loopback (b) ping ke Suatu Alamat IPv6 Gambar 7. Hasil Eksekusi Perintah ping

  5 KESIMPULAN

  Berdasarkan observasi dan analisa terhadap IPv4 dan IPv6, serta implementasi yang dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diperoleh antara lain adalah :

  a. IPv6 merupakan pengembangan dari IPv4, sehingga dengan menggunakan arsitektur Dual Stack, memungkinkan bagi suatu host untuk memiliki dua

  internet protokol sekaligus tanpa saling mengganggu satu sama lain.

  b. Mekanisme automatic tunneling pada IPv6 telah memungkinkan dilakukannya hubungan bagi IPv4 dan IPv6.

  c. Penggunaan IPv6 dapat memperbaiki kelemahan yang ada pada IPv4.

  Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan performance dan mobilitas dari suatu jaringan. Hal ini dapat dari alokasi alamat pada IPv6 yang lebih banyak dibandingkan dengan IPv4 dan keamanan yang lebih terjamin pada

  IPv6 sehingga mampu mendukung perkembangan tekonologi jaringan pada masa ini dan yang akan datang.

  d. IPv6 dapat diimplementasikan menggunakan sistem operasi Windows XP dan Linux Ubuntu.

  6 REFERENSI

  [1] http://sanyasyari.com/2006/09/26/transmission-control-protocolinternet- protocol -tcpip [2] Sofana, Iwan., “Membangun Jaringan Komputer”, INFORMATIKA, 2008. [3] [4] [5] [6] RFC 2893