Index of /files/disk1/20

  ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. Y P

  1 A0 UMUR

  

24 TAHUN DENGAN POST SECTIO CAESSARIA

DI RSU ASSALAM GEMOLONG

KARYA TULIS ILMIAH

  Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

  Disusun Oleh :

  

Tri Utami

NIM B12161

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

  

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny.Y P

  1 A0

UMUR 24 TAHUN DENGAN POST SECTIO CAESSARIA

DI RSU ASSALAM GEMOLONG

  Diajukan Oleh :

  

Tri Utami

NIM B12161

  Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal Juni 2015

  Pembimbing

  Kartika Dian Listyaningsih.,S.ST.,M.Sc NIK 200884032

  HALAMAN PENGESAHAN

  1 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny.Y P A UMUR 24 TAHUN DENGAN POST SECTIO CAESSARIA DI RSU ASSALAM GEMOLONG Karya Tulis Ilmiah

  Diajukan Oleh :

  Tri Utami NIM B12161

  Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan

  Pada tanggal Penguji I Penguji II

  Anis Nurhidayati, S.ST.,M.Kes Kartika Dian L.,S.ST.,M.Sc NIK 200685025 NIK 200884032

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

  1

  yang berjudul ”Asuhan Kebianan Ibu Nifas pada Ny. Y P A Umur 24 Tahun dengan Post Sectio Caessaria di RSU Assalam Gemolong”.

  Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

  2. Retno Wulandari, SST, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

  3. Kartika Dian L.,S.ST.,M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

  4. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

  5. dr. Wiwiek Irawati, M.Kes selaku direktur RSU Assalam Gemolong yang telah memberikan ijin dalam melakukan studi pendahuluan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

  7. Ny. Y yang telah bersedia menjadi subyek dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.

  8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

  Surakarta, Mei 2015 Penulis Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 Tri Utami B 12 161

  1 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. Y P A

UMUR 24 TAHUN DENGAN POST SECTIO CAESSARIA

DI RSU ASSALAM GEMOLONG

  xii + 92 halaman + 13 lampiran + 1 tabel

  

INTISARI

Latar Belakang : Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

  tahun 2012 AKI di Indonesia sebesar 359 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Di negara-negara berkembang presentase operasi Sectio Caessarea sekitar 10-15 % dari semua proses persalinan. Nifas dengan persalinan Sectio Caessarea mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi yaitu perdarahan dan infeksi. Berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam medik RSU Assalam Gemolong tahun 2014 telah didapatkan bulan September 2013 – September 2014 terdapat 141 (22,3%) jumlah bersalin dengan Sectio Caessaria dengan indikasi KPD 25 (3,95%) persalinan, post term 34 (5,3%) persalinan, presbo 15 (2,3%) persalinan, solusio plasenta 2 (0,3%) persalinan, partus lama 26 (4,1%) persalinan, gemeli 1 (0,1%) persalinan, CPD 3 (0,4%) persalinan, PER 17 (2,6%) persalinan, PEB 8 (1,2%) persalinan, inersia uteri 8 (1,2%) persalinan, eklamsi 1 (0,1%) persalinan dan lintang 1 (0,1%) persalinan.

  

Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan post Sectio Caessaria

dengan manajemen 7 langkah Varney.

Metode : Jenis studi kasus dengan metode observasional deskriptif. Dilakukan di

  RSU Assalam Gemolong tanggal 16–20 April 2015. Subyek studi kasus ini Ny. Y P

1 A umur 24 tahun hari pertama nifas dengan post Sectio Caessaria, dengan teknik

  pengumpulan data menggunakan pemeriksaan fisik, wawancara dan observasi serta format asuhan kebidanan ibu nifas, lembar status atau dokumentasi pasien tentang kesehatan sebelumnya dan lembar observasi.

  

Hasil : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari diperoleh hasil keadaan

  ibu baik, luka bersih, kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan post

  

Sectio Caessaria, pasien diperbolehkan pulang pada hari keempat dan kontrol satu

minggu lagi.

  

Kesimpulan : Ada kesenjangan antara teori dan praktik pada langkah pelaksanaan

  pada kasus ibu nifas dengan post Sectio Caessaria pada Ny. Y P

  1 A umur 24 tahun Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Nifas, Post Sectio Caessaria

  MOTTO

  1. Jika Allah menimpakan suatu kemudahan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia sendiri (Al-An’am ;17)

  2. Prepare yourself, I’m about to take you another level in your life (Jesus)

  3. Bukan yang paling tajam tapi yang paling bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil (Ahmad Fuadi)

  4. Lawan yang pandai lebih baik daripada teman yang bodoh (Penulis)

  5. Success consists of going from failure to failure without loss of enthusiasm (Penulis)

  PERSEMBAHAN

  Dengan segala rendah hati, karya tulis ini saya persembahkan kepada :

  1. Ayah dan ibu tercinta, terima kasih atas do’a dan dukungan dari beliau untuk saya selama ini.

2. Semangatku (mbak pur, mbak Sri, mas

  Goman, mas Sugeng, Salsa, Nanda dan Metin) yang selalu ada disetiap keluh kesah ku.

  3. Teman-teman kost dan kakak-kakak kost ku kebersamaan kita menjadikan arti sebuah sahabat yang menghargai satu dengan lainya.

  4. Teman-teman Akbid angkatan 2012 thanks for everyday all, tears and fears, laugh and thought, I’m grow up with you all.

CURICULUM VITAE

  Nama : Tri Utami Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 23 Maret 1993 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan

02 Alamat : Sawahan /

  01 Karungan Plupuh Sragen

  Riwayat Pendidikan :

  1. SD N 1 Karungan tahun 2005

  2. SMP N 1 Plupuh tahun 2008

  3. SMA N 1 Sukodono tahun 2011

  4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

  

INTISARI. ....................................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ................................................................ vii

CURICULUM VITAE. .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

  

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 3 C. Tujuan Studi Kasus ..................................................................... 3

  1. Umum ................................................................................. 3

  2. Khusus ................................................................................ 3

  D. Manfaat Studi Kasus ................................................................... 5

  E. Keaslian Studi Kasus .................................................................. 6

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ................................................................................. 8 B. Teori Manajemen Kebidanan ..................................................... 26 C. Landasan Hukum ........................................................................ 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi ................................................................................... 46 B. Lokasi Studi Kasus ..................................................................... 46 C. Subjek Studi Kasus ...................................................................... 46

  G. Alat-alat yang dibutuhkan ............................................................ 51

  H. Jadwal Penelitian .......................................................................... 52

  BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ............................................................................ 53 B. Pembahasan ................................................................................. 82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 89 B. Saran ............................................................................................ 91 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan angka kecukupan energi ....................................... 17

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Surat Prsetujuan Menjadi Responden Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara Lampiran 9. Lembar Observasi Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 11. Leaflet Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus Lampiran 13. Lembar Konsultasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdaskan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

  2012 AKI di Indonesian sebesar 359 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Rata- rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Sementara target yang ingin dicapai sesuai tujuan MDGs (Meleium Development Goals) pada tahun 2015 AKI (Angka Kematian Ibu) turun menjadi 102 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Menurut WHO (World Health Organization ) dalam Manuba 2012, di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan dan nifas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan bahwa persalinan dengan bedah Sectio Caessarea adalah sekitar 10-15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Peningkatan persalinan Sectio Caessarea di Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dari 5% menjadi 20% dan tercatat dari 35,7%-55,3% ibu melahirkan dengan proseses Sectio Caessarea (Manuaba, 2012).

  Tindakan operasi merupakan salah satu jalan untuk menolong tindakan operasi sudah dapat diterima masyarakat, bahkan sering dijumpai permintaan persalinan dengan operasi Sectio Caessaria, dengan insisi dibagian bawah dan persalinan berikut dilakukan dengan tindakan yang sama serta diikuti sterilisasi memakai teknik vasektomi tuba (Ma) (Manuaba, 2009). Menurut Wiknjosastro 2005, Seksio Sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu inisisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.

  Ada beberapa penyebab yang sering terjadi dan harus dilakukan Caesar yaitu partus lama, partus tak maju, panggul sempit dan janin terlalu besar, sehingga jalan satu-satunya adalah caesar. jika tidak dilakukan caesar akan membahayakan nyawa ibu dan nyawa janin (Wiknjosastro, 2007).

  Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah Sectio

  

Caessaria yaitu adanya komplikasi yang dapat terjadi antara lain cedera

  kandung kemih, cedera pada pada pembuluh darah, cedera pada usus dan infeksi pada rahim. Dalam hal ini bakteri merupakan sumber penyebab infeksi yang mengakibatkan terhambatnya proses penyembuhan luka (Maulana, 2012). Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas Post Sectio Caessarea meliputi pemberian Analgesia, pemeriksaan tanda-tanda vital, terapi cairan dan diet, ambulasi, perawatan luka, pemeriksaan laboratorium dan perawatan payudara.

  Berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam medik RSU Assalam persalinan dan jumlah bersalin dengan Sectio Caesaria 141 (22,3%). Indikasi persalinan dengan sectio caesaria yaitu dengan KPD 25 (3,95%) persalinan, post term 34 (5,3%) persalinan, presbo 15 (2,3%) persalinan, solusio plasenta 2 (0,3%) persalinan, partus lama 26 (4,1%) persalinan, gemeli 1 (0,1%) persalinan, CPD 3 (0,4%) persalinan , PER 17 (2,6%) persalinan, PEB 8 (1,2%) persalinan, inersia uteri 8 (1,2%) persalinan, eklamsi 1 (0,1%) persalinan dan lintang 1 (0,1%) persalinan.

  Berdasarkan angka kejadian Sectio Caessaria di RSU Assalam lumayan tinggi, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada NY.Y P

  1 A umur 24 tahun dengan Post Sectio Caessaria di RSU Assalam Gemolong 2014”.

  B. Perumusan Masalah

  “Bagaimana asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.Y P

  1 A umur 24 tahun dengan post Sectio Caessaria di RSU Assalam Gemolong 2015?”.

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan umum 1.

  Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny.Y P

  1 A umur 24 tahun dengan Post Sectio Caessaria dengan metode 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu : 1) Melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada ibu nifas Ny.

  Y P 1 A umur 24 tahun dengan post Sectio Caessaria. 2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny. Y P

  1 A umur 24 tahun dengan post Sectio Caessaria.

  3) Menemukan diagnosa potensial yang dapat terjadi pada ibu nifas Ny. Y P 1 A umur 24 tahun dengan post Sectio Caesaria. 4) Menemukan dan melakukan tindakan segera pada ibu nifas Ny.

  Y P 1 A umur 24 tahun dengan post Sectio Caessaria. 5) Merencanakan tindakan menyeluruh sesuai dengan kondisi pada ibu nifas Ny. Y P

1 A umur 24 tahun dengan post sectio caessaria.

  6) Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu nifas Ny. Y P

  1 A umur 24 tahun dengan post Sectio Caessaria.

  7) Melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan pada ibu nifas Ny. Y P 1 A umur 24 tahun dengan post Sectio Caessaria.

  b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan.

  c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan pasien.

D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan pengalaman penulis dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan post Sectio Caessaria.

  2. Bagi Profesi Memberikan wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainya dalam menangani kasus pada ibu nifas dengan post Sectio Caessaria sesuai dengan standar Asuhan Kebidanan.

  3. Bagi Institusi

  a. Rumah Sakit Meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan post Sectio

  Caessaria.

  b. Pendidikan Menambah referensi dan sebagai wacana bagi mahasiwa di perputakaan mengenai Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan post

  Sectio Caessaria.

E. Keaslian Penelitian

  Keaslian penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan post Sectio Caessaria dilakukan oleh nama:

1. Histrani (2012) STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul “Asuhan

  Kebidanan pada ibu nifas dengan post Sectio Caessaria di bangsal dahlia RSUD Pandanarang Boyolali”. Asuhan kebidanan yang diberikan yaitu mengobservasi keadaan umum, tanda – tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan, menganjurkan mobilisasi dini, merawat luka jahitan dengan kassa betadine, memberikan injeksi Alinamin F 1 ampul/IV, Metronidazole 1 flakon, Transamin 1 ampul/IV, injeksi Vitamin B Compleks 2cc/24 jam secara IM, injeksi vit C 1 ampul/12 jam, Tramadol 1 ampul/8 jam.

  Hasil dari laporan kasus pada ibu nifas post Sectio Caessaria yaitu setelah dilakukan selama 4 hari diperoleh hasil keadaan umum ibu baik, luka bersih, kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada bekas luka post Sectio Caessaria.

  Aini (2008) STIKes Aisyiah Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan 2. Ibu Nifas dengan Post Sectio Caesarea pada Ny. T di Bangsal Mawar 1 RSU Dr Moewardi surakarta.” Asuhan kebidanan yang diberikan yaitu mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan, menganjurkan mobilisasi dini, merawat

  Cefotaxime 1 gram/8 jam IV, Metronidazole 500 mg/8 jam drip, Asam Traneksamat 5ml/8 jam IV, Vitamin C 1cc/12 jam IV dan Alinamin F 10cc/8 jam.

  Hasil laporan kasus pada ibu nifas post Sectio Caesarea yaitu potensial terjadinya infeksi pada luka jahitan operasi. Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 6 hari dengan perawatan luka secara steril dan pemberian terapi. Maka tidak terjadi infeksi luka jahitan operasi sebelumnya di dalam asuhan kebidanan terhadap diagnosa potensial terjadinya infeksi dan dihasilkan kesimpulan bahwa dengan penatalaksanaanya yang cepat dan tepat tidak terjadi komplikasi.

  Perbedaan studi kasus tersebut dengan studi kasus yang dilakukan penulis terletak pada subyek, tempat, dan waktu yang diambil. Persamaan studi kasus tersebut dengan penulis terletak pada asuhan ibu nifas post Sectio Caessaria.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI MEDIS

1. Nifas

  a. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi kembali seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Menurut Prawirohardjo (2010), masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2006).

  Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) (Sulistyawati, 2009).

  b. Periode nifas Ambarwati dan Wulandari (2010), menyatakan bahwa nifas dibagi

  1) Puerpurium dini.

  Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerpurium intermedial.

  Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

  3) Remote puerpurium.

  Waktu yang diperlukan waktu untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

c. Perubahan masa nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

  a) Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil (Sulistyawati, 2009).

  b) Bekas implantasi plasenta (1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.

  (2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan thrombosis disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim. (3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.

  (4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam benntuk jaringan nekrosis bersama dengan lokia.

  (5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. (6) Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu.

c) Lokhea Lokhea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas.

  Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang

  nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

  Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-

  beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi

  Macam-macam lokhea : (1) Lokhea rubra / merah (kruenta)

  Lokhea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

  (2) Lokhea Sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta

  berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum (Sulistyawati, 2009).

  (3) Lokhea Serosa Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

  serum, leukosit dan robekan,/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (4) Lokhea alba/putih

  Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

  selaput lendir serviks dan serabut jaringan mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum (Sulistyawati, 2009).

d) Serviks

  Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah

  2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, serviks sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009).

  Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.

  e) Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

  f) Perineum Sulistyawati (2009), bahwa, pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil. 2) Perubahan Sistem Pencernaan

  Sulistyawati (2009), bahwa ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.

  3) Perubahan Sistem Perkemihan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan

  edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami

  kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung (Sulistyawati, 2009).

  4) Ligamen, fasia dan diafragma Pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundun menjadi kendor. Stabilisasi sedara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

  5) Perubahan Sistem Endokrin Menurut Sulistyawati (2009), perubahan sistem endokrin pada masa nifas yaitu : a) Hormon plasenta Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

  HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam sehingga hari ke-7 post

  partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke-3 post partum.

  b) Hormon pituitary

  FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

  c) Hypotalamik pituitary ovarium Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogren dan progesteron.

  d) Kadar estrogen Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapaat mempengaruhi kelenjar mammae dalam menghasilkan ASI.

6) Perubahan Tanda-Tanda Vital

  Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), peubahan tanda- tanda Vital yaitu : a) Suhu badan 24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C-

  38°C) sebagai akibat keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.

b) Nadi

  c) Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya preeklamsi post partum.

  d) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.

  7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan SC, pengeluaran dua kali lipatnya. perubahan terdiri dari volume darah dan kadar HmT (haematokrit). Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan beban jantubg dan menimbulkan decompensatiocardis pada pasien dengan vitum cardio (Sulistyawati, 2009).

  8) Perubahan Sistem Hematologi Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah persalinan biasanya semuanya akan akan kembali pada keadaan semula (Sulistyawati, 2009).

  d. Kebutuhan dasar ibu nifas

1) Gizi

  Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, kerena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

  Sulistyawati (2009), mengatakan beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain : a) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori.

  b) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin.

  c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui.

  d) Mengonsumsi tablet zat besi selama nifas.

  e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

Tabel 2.1 Perbandingan angka kecukupan energi

  10

  10

  25

  10

  14 Kalsium (mg) 500 400 400 400

  15 Fosfor (mg) 450 200 300 200

  16 Besi (mg)

  26

  20

  2

  2

  17 Seng (mg)

  15

  5

  10

  13 Vitamin C (mg)

  18 Yodium (mg) 150

  25

  50

  50

  19 Selenium (mg)

  55

  15

  25

  20 Sumber : Ambarwati dan Wulandari (2010)

  Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan (Sulistyawati, 2009).

  Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), keunungan early

  ambulation adalah : a) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.

  b) Faal usus dan kandung kencing lebih baik.

  c) Dapat lebih mungkin dalam mengajari ibu untuk merawat atau

  60

  12 Piidoksin (mg) 1,6 0,6 0,5 0,5

  NO Zat Gizi Wanita Dewasa

  5

  Ibu Hamil

  Ibu Menyusui 0-6 bulan 7-12 bulan

  1 Energi (kkal) 2200 285 700 500

  2 Protein (g)

  48

  12

  16

  12

  3 Vitamin A (re) 500 200 350 300

  4 Vitamin D (mg)

  5

  5

  5

  5 Vitamin E (mg)

  40

  8

  2

  4

  2

  6 Vitamin K (mg) 6,5 6,5 6,5 6,5

  7 Tiamin (mg) 1,0 0,2 0,3 0,3

  8 Riboflavin (mg) 1,2 0,2 0,4 0,3

  9 Niasin (mg) 9 0,1

  3

  3

  10 Vitamin B12 (mg)

  1,0 0,3 0,3 0,3

  11 Asam Folat (mg) 150 150

  50

2) Ambulasi dini (Early Ambulation)

  perawatan. Kontra indikasi : Klien dengan penyulit, misalnya : anemia, penyakit jantung, penyakit paru, dll.

  3) Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil (Sulistyawati, 2009). Ambarwati dan Wulandari (2010), mengatakan biasanya 2-3 hari post Partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ke tiga belum juga buang air besar maka diberikan laksan suposioria dan minum air hangat. 4) Kebersihan Diri

  Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang data dipenuhi melalui istirahat malam dan siang (Sulistyawati, 2009). 5) Senam nifas

  Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali (Anggraini, 2010). 6) Keluarga Berencana

  Ambarwati dan Wulandari (2010), mengatakan :

  a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang- kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.

  b) Biasanya ibu post partum tidak akan menghasilkan telur karena itu Amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan.

  c) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu, meliputi : bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta metodenya, kelebihan dan keuntungan, efek samping, kekuranganya, bagaimana memakai metode itu, dan kapan metode itu dapat digunakan untuk wanita pasca persalinan yang menyusui.

  d) Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu denganya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan melihat metode tersebut bekerja dengan baik.

2. Konsep Dasar Sectio caessaria

  a. Pengertian Suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Wiknjosastro, 2005). Seksio adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan membuka dinding rahim melalui sayatan pada dinding perut (Maulana, 2012).

  b. Macam – macam operasi sectio caessaria (Manuaba, 2012) 1) Sectio caessaria Klasik. a) Sectio Caessaria yang diikuti dengan sterilisasi.

  b) Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan segmen bawah rahim dan perdarahan.

  c) Pada letak lintang.

  d) Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi.

2) Sectio Caessaria Transperitoneal Profunda

   Sectio Caessaria, yang merupakan persalinan dengan

  morbiditas dan mortalitas rendah, adalah persalinan yang konservatif. Sebagai pertimbangan, sectio caessaria dapat dilakukan atas dasar :

  a) Indikasi yang berasal dari ibu : (1) Primigravida dengan kelainan letak.

  (2) Primipara tua disertai dengan PRM-ERM, kelainan letak, disproporsi sefalo-pelvik.

  (3) Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk. (4) Terdapat kesempitan panggul. (5) Plasenta previa terutama pada primigravida. (6) Solusio plasenta tingkat I-II. (7) Atas permintaan.

  b) Indikasi yang berasal dari janin : (1) Fetal distress / gawat janin.

  (4) Kegagalan persalinan vakum atau forsep ekstraksi.

3) Sectio Caessaria diikuti dengan histerektomi menurut Porro

  Dilakukan secara histerektomi supravaginal untuk menyelamatkan ibu dan janin, dengan indikasi : a) Sectio Caessaria disertai infeksi berat.

  b) Sectio Caessaria dengan antonia uteri dan perdarahan.

  c) Sectio Caessaria disertai uterus Counvelaire (Solusio plasenta).

  d) Sectio Caessaria disertai tumor pada otot rahim. 4) Sectio Caessaria ekstraperitoneal.

  Operasi tipe ini tidak dikerjakan lagi karena perkembangan antibiotika dan untuk menghindari kemungkinan infeksi yang dapat ditimbulkanya. Tujuan dari Sectio Caessaria ekstraperitoneal adalah menghindari kontaminasi kavum uteri oleh infeksi yang terdapat di luar uterus. 5) Sectio Caessaria vaginalis

  Menurut sayatan pada rahim, sectio caessaria dapat dilakukan sebagai berikut : a) Sayatan memanjang (longitudinal).

  b) Sayatan melintang (transversal).

  c) Sayatan huruf T (T insicion).

c. Indikasi

  Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2012), ada 2 indikasi untuk melakukan Sectio Caessaria yaitu : 1) Indikasi yang berasal dari ibu (etiologi) yaitu pada primi gravid dengan kelainan letak, primi para tua disertai letak ada, disporporsi sefalo pelvic (disproporsi janin/panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solusio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).

2) Indikasi yang berasal dari janin

   Fetal distress / gawat janin, prolapsus tali pusat dengan

  pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau foseps ekstraksi.

  Manuaba (2009), menyatakan alasan umum yang menjadi dasar tindakan operasi makin liberal adalah keinginan mencapai “well born baby dan well health mother” sehingga tindakan operasi per vagina yang sulit dapat diganti dengan operasi

d. Komplikasi

  Menurut Jithowiyono dan Kristiyanasari (2012), komplikasi dalam post sectio caessaria ada 4 yaitu : 1) Infeksi puerperal

  Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dsb. 2) Perdarahan

  Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena antonia uteri.

  3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru dan sebagainya sangat jarang terjadi.

  4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture uteri.

e. Penatalaksanaan ibu nifas post sectio caessaria

  Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2012), penatalaksanaan pada ibu nifas post sectio caessaria :

1) Analgesia

  Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (IM) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk

a) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.

  b) wanita dengan ukuran besar dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.

  c) Obat-obatan antiemetic, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik. 2) Tanda-tanda Vital

  Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa. 3) Terapi cairan dan Diet

  Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh dibawah 30 ml/ jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua. 4) Vesika Urinarius dan Usus

  Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan harinya setelah operasi. biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari

  5) Ambulasi Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari ke dua pasien dapat berjalan dengan pertolongan.

  6) Perawatan Luka Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternative ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

  7) Laboratorium Secara rutin hematokrit diukur setelah pagi operasi hematogrit tersebut harus di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.

  8) Perawatan Payudara Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memustukan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan

  9) Memulangkan Pasien dari Rumah Sakit seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan hari ke lima operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan orang lain.

B. Teori Asuhan Kebidanan

  1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapanyang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien (Sulistyawati, 2009).

  2. Manajemen kebidanan 7 langkah Varney

a. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan data sekunder)

  Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

1) Data Subyektif

  Data subyektif adalah catatan kualitatif atau kuantitatif dari segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah. Data ini Data yang dterpercaya diperoleh dari pasien sendiri (Wiknjosastro, 2005).

a) Biodata

  Ambarwati dan Wulandari (2010) mengatakan, biodata adalah hal-hal yang mencangkup identitas pasien.

  Identitas meliputi : (1) Nama : nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.

  (2) Umur : dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. terjadi perdarahan. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.

  (3) Agama : untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.

  (4) Pendidikan : berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya.

  (5) Suku / Bangsa : berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.

  (6) Pekerjaan : gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (7) Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

  b) Keluhan Utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Ambarwati dan wulandari, 2010). Pada kasus sectio caessaria keluhan bisa muncul yaitu rasa nyeri pada perut, badan terasa lemah, pusing, sulit mobilisasi (Manuaba, 2012).

  c) Riwayat Kesehatan (1) Riwayat kesehatan sekarang

  Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi (Jitowiyono dan Kristiyanasari,2012). (2) Riwayat kesehatan yang lalu

  Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

  (3) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

  d) Riwayat Perkawinan Ambarwati dan Wulandari (2010) mengatakan, yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.

  e) Riwayat Obstetrik Riwayat obstetrik meliputi : (1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

  Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

  (2) Riwayat persalinan sekarang.

  Untuk mengetahui apakah proses persalinan ini normal atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ini riwayat persalinan sekarang f) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).