DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 1 SOKO

DI SMA NEGERI 1 SOKO

Lilik Endrawati, Ririn Andriayani, Siti Khanifah

SMAN 1 Soko e-mail: lilikindra.97@gmail.com

Abstrak: Studi ini menerapkan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Studi ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa XI IPS 3 SMA Negeri 1 Soko. Berda- s arkan hasil penelitian dapat diketahui dan dipahami dengan menggunakan metode Contextual and Teaching Learning (CTL) motivasi belajar meningkat dengan dibuktikan siswa aktif dalam pem- belajaran. Selain itu, dalam melakukan eksplorasi, inkuiri, evaluasi, dan generalisasi terhadap masalah dalam materi pembelajaran siswa cenderung tekun. Lebih lanjut siswa juga menunjukkan minatnya terhadap pemecahan masalah. Sesuai dengan pendapat A.M. Sardiman (2003:83) motivasi memiliki beberapa ciri, salah satunya tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). Ciri yang lain yakni, mewujudkan minat terhadap pemecahan masalah. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan motivasi belajar mulai dari pra-siklus, siklus I sampai pada siklus II. Data yang diperoleh dari hasil observasi awal (pra-siklus) menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas XI IPS 3 SMAN 1 Soko motivasi tinggi sebanyak 19,36%. Sedangkan tingkat skala motivasi situasional pada siklus I yakni kategori motivasi belajar s iswa tinggi sebanyak 45,16%. Peningkatan motivasi terlihat signifikan pada proses pembelajaran s iklus II. Kategori motivasi belajar siswa tinggi pada siklus II sebanyak 87,10%. Berdasarkan hasil penelitian, selain ada peningkatan motivasi belajar siswa, juga ada peningkatan hasil belajar siswa dari pra-siklus, siklus I dan siklus II. Data perolehan hasil belajar pra-siklus dapat diidentifikasi peserta didik yang memperoleh nilai tuntas 3 orang atau setara dengan 11,11%. Sedangkan pada s iklus I data dapat diidentifikasi peserta didik yang memperoleh nilai tuntas 12 orang atau setara dengan 38,70%. Peningkatan hasil belajar secara signifikan hasil belajar siswa yakni pada siklus II. Berdasarkan data dapat diidentifikasi siswa yang memperoleh nilai tuntas 29 orang atau setara dengan 93,55%.

Kata Kunci: contextual teaching and learning, motivasi, hasil belajar, penelitian tindakan kelas Abstract : This study applies learning method Contextual Teaching and Learning using Classroom

Action Research method. This study was conducted with the aim of improving students’ motivation and learning outcomes XI IPS 3 SMA Negeri 1 Soko. Based on the results of research can be known and understood by using the method of Contextual and Teaching Learning (CTL) learning motiva- tion increases with proven active students in learning. In addition, in conducting exploration, in- quiry, evaluation, and generalization of problems in student learning materials tend to be diligent. Furthermore students also showed interest in the solution of the problem. In accordance with the opinion A.M. Sardiman (2003: 83) motivation has several traits, one of them diligently facing the task (can work continuously in a long time, never stopped before completion). Another feature that is, realize interest in solving the problem. Based on the results of the study there is an increase in learning motivation from pre-cycle, cycle I to cycle II. Data obtained from the results of prelimi- nary observation (pre-cycle) shows that the motivation of students in class XI IPS 3 SMAN 1 Soko high motivation as much as 19.36%. While the scale of situational motivation in cycle I is high student motivation category as much as 45,16%. Increased motivation seen significant in the learn- ing process cycle II. Category of students’ learning motivation is high in cycle II as much as 87.10%.

Education and Human Development Journal, Vol. 3, No. 1, April 2018

Based on the results of the study, in addition there is an increase in student learning motivation, there is also an increase in student learning outcomes from pre-cycle, cycle I and cycle II. Data acquisition of pre-cycle learning outcomes can be identified learners who get a complete value of 3 people or equivalent to 11,11%. While in the first cycle of data can be identified learners who get

a complete value of 12 people or equivalent to 38,70%. Increased learning outcomes significantly student learning outcomes that is on cycle II.

Keyword: contextual teaching and learning, motivation, learning outcomes, classroom action re- search method

PENDAHULUAN

hingga memunculkan problem baru yakni sulit M

mengubah mindset belajar dari satu sumber otivasi belajar merupakan problem krusial

menjadi belajar dari beragam sumber, pembela- dalam proses belajar sehingga perlu mendapat

jaran satu arah menjadi pembelajaran dua arah. perhatian secara tepat. Motivasi belajar yang

Inkulturasi anggapan materi ajar merupakan rendah berseberangan dengan design kurikulum

tugas dan harus disampaikan oleh guru dapat 2013. Esensi kurikulum 2013 berorientasi pada

‘membunuh’ kreativitas siswa, termasuk mele-

4 C meliputi character, creativity, communica- mahkan motivasi belajar siswa. Proses belajar

tion, collaboration, dan HOTs (Higher Order Thinking) yang bermakna bahwa siswa dituntut

yang harusnya membentuk human being justru tidak tampak karena ilmu pengetahuan cende-

memiliki motivasi tinggi dalam proses pembela- rung diposisikan bersifat taken for granted (pem-

jaran. Siswa memiliki peran dominan dalam berian – guru). Kondisi ini membuat siswa

proses belajar, dan guru sebagai fasilitator. Peng- teralianiasi dari proses belajar yang sesungguh-

integrasian 4 C, HOTs, dan literasi dalam proses

nya.

pembelajaran didasarkan pada permendikbud Pembelajaran yang menggunakan prinsip

tentang content kurikulum pendidikan dasar dan teacher center berbeda dengan pembelajaran

menengah (permendikbud 21, 22, 23, dan 24). student center yang cenderung mendukung moti-

Problem yang ditemukan di kelas Sosiologi vasi belajar siswa. Pada hakikat pembelajaran

umumnya adalah proses pembelajaran cenderung student center mengedepankan siswa sebagai

masih teacher center. Fenomena ini menjadi s

s ubjek pembelajaran yang dididik untuk mampu alah satu indikator rendahnya motivasi belajar

s menentukan sendiri proses dan hasil belajarnya.

iswa. Pola pembelajaran teacher center sekadar Dengan demikian, guru memiliki peran dalam

proses transfer of knowledge, sehingga siswa proses belajar-mengajar sebagai penyampai pe-

tidak diberi kesempatan untuk berpikir dan ngetahuan, pelatih kemampuan, mitra belajar,

mengemukakan pendapat menjadikan siswa lebih dan pengarah (Trisdiono, 2015). Guru sebagai

pasif dan jenuh. Pengajaran seluruh kelas meng- fasilitator pengetahuan bermakna bahwa guru

acu pada gaya mengajar di mana guru terlibat menyampaikan pengetahuan baru yang harus

aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada s

dielaborasi siswa, sehingga dengan menggunakan iswa. Isi pelajaran disampaikan secara langsung

pengetahuan yang sudah dimiliki, siswa mampu kepada seluruh siswa. Artinya, guru memegang

membangun pengetahuan baru. Guru sebagai kendali penuh terhadap proses pembelajaran di

pelatih kemampuan memiliki peran sentral agar kelas (Ramdhani, 2014). Pandangan bahwa ‘guru

s s iswa mampu berproses memiliki kemampuan

ebagai sumber belajar’ telah membudaya, se-

Lilik Endrawati, Ririn Andriayani, Siti Khanifah, Penerapan Metode Pembelajaran Contextual and Teaching Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Soko

yang cukup dan diperlukan dalam kehidupannya. dalam proses pembelajaran diskusi hanya dido- Guru sebagai mitra belajar, maka siswa memiliki

minasi oleh siswa tertentu. Mayoritas siswa teman yang dapat diajak untuk berproses dalam

hanya mengikuti diskusi tanpa memberikan argu- penguasaan kompetensinya. Sedang guru sebagai

mentasi dan berpartisipasi dalam proses diskusi. pengarah/pembimbing berarti guru mengarahkan

Proses diskusi berjalan layaknya pentas “drama”, s iswa menguasai kompetensi tertentu dalam

di mana beberapa actor memainkan peran untuk persiapan menghadapi tantangan saat ini dan

menghibur kerumunan audiens. Dominasi dalam yang akan datang dengan bimbingan guru.

kegiatan diskusi menunjukkan tidak ada konsis- Student center menekankan siswa aktif,

tensi siswa dalam mengerjakan tugas yang mem- kreatif , inovatif, kritis dan juga skeptic terhadap

buktikan rendahnya motivasi belajar. materi yang dipelajarinya. Siswa lebih menikmati,

M enggantungkan teman dalam mengerjakan metode ceramah layaknya mendengarkan “do-

tugas termasuk salah satu problem yang sering ngeng sebelum tidur”. Persepsi yang berkembang

dijumpai dalam proses pembelajaran. Secara yakni proses belajar merupakan rangkaian

umum, masalah tersebut dianggap sebagai sesua- “transfer of knowledge”, dengan memosisikan

tu hal yang wajar dan tak dianggap sebagai guru sebagai sumber ilmu. Anggapan bahwa

masalah. Namun, pada dasarnya hal tersebut pemberi materi ajar merupakan tugas guru,

merupakan masalah yang tidak mencerminkan melanggengkan rendahnya motivasi belajar siswa

karakter siswa dengan motivasi belajar tinggi. melalui harapan siswa mengetahui dan mema-

Problem-problem tersebut ditemukan dalam hami materi ajar hanya dari satu sumber (guru).

proses pembelajaran pada siswa kelas XI IPS 3 Problem lainnya yakni lemahnya literasi.

SMA Negeri 1 Soko, khususnya pada mata Literasi mengilustrasikan motivasi belajar siswa.

pelajaran sosiologi. Hal tersebut menjadi bukti Selain itu, literasi menggerakkan rasa ingin tahu

masih rendahnya motivasi belajar sosiologi di s iswa sehingga bersedia berusaha mencari jawab-

kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Soko yang berten- an dari rasa keingintahuan. Namun, problem

tangan dengan karakteristik belajar dengan moti- yang dijumpai siswa cenderung hanya mengandal-

vasi tinggi. Menurut Herward dalam Darmadi kan sumber yang disediakan oleh sekolah. Hal

(2010) terdapat beberapa karakteristik belajar ini menjadi salah satu indikator lemahnya moti-

dengan motivasi tinggi. Pertama, konsisten me- vasi belajar siswa. Kondisi ini tentunya berbeda

ngerjakan tugas-tugas yang diminatinya. Kedua, dengan siswa yang memiliki motivasi belajar

s enang mengerjakan tugas secara independen tinggi akan cenderung senang menyelidiki dan

dengan sedikit pengarahan. Ketiga, ingin belajar, menggali informasi-informasi baru. Upaya meng-

menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi. gali informasi baru dapat mendorong siswa me-

Keempat, memiliki kemampuan di atas rata- menuhi hasrat untuk mencapai prestasi. Sebagai-

rata dalam hal pembelajaran, seperti mudah mana Clayton Alderfer dalam H. Nashar (2004:

menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya

42) motivasi belajar adalah kecenderungan siswa nalar, daya konsentrasi baik, dan lain sebagainya. dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong

Sedangkan menurut Sardiman A. M ciri-ciri oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil

motivasi belajar pertama, tekun menghadapi belajar sebaik mungkin.

tugas-tugas dan dapat bekerja terus-menerus Keterlibatan siswa dalam proses belajar

s ampai pekerjaannya selesai. Kedua, ulet dan yang rendah menjadi problem lain, salah satunya

tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesu-

Education and Human Development Journal, Vol. 3, No. 1, April 2018

litan. Ketiga, memungkinkan memiliki minat contextual teaching and learning meningkatkan terhadap pemecahan berbagai macam masalah

aktivitas siswa. Artinya, ada peningkatan motivasi bermacam-macam masalah. Keempat, lebih

belajar siswa pada mata pelajaran IPA di sekolah s ering bekerja secara mandiri. Kelima, cepat

dasar. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bosan dengan tugas-tugas rutin. Keenam, jika

s ebelumnya mendukung yang akan dilakukan s udah yakin dapat mempertahankan pendapat-

oleh peneliti.

nya. Ketujuh, tidak akan melepaskan sesuatu Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh yang telah diyakini. Kedelapan, sering mencari

Prof. Dr. Avni Yazid dengan judul Reflection dan memecahkan masalah soal-soal (2003:83).

from the Analytical Geometry Courses Based Ciri motivasi belajar tinggi baik menurut Her-

on Contextual Teaching and Learning through w ard maupun Sardiman A.M. belum tercapai

Geogebra Softwere. Hasil penelitian menunjuk- s ecara maksimal, bahkan cenderung bertolak

kan bahwa metode pembelajaran kontekstual belakang. Hal dibuktikan dengan berbagai pro-

dapat mengisi gap antara teori dan praktik dalam blema yang telah dipaparkan sebelumnya.

kehidupan nyata. Hasil Penelitian yang dilakukan Guru sebagai fasilitator juga memiliki peran

oleh Prof. Dr. Avni Yazid menunjukkan Pembel- penting dalam kegiatan pembelajaran, khususnya

ajaran kontekstual bisa mengisi gap antara dalam meningkatkan hasil belajar. Oleh karena

abstrak konsep matematika dan praktik kehi- itu, diperlukan model pembelajaran yang efektif

dupan nyata. Geometri analitik termasuk yang guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar

mengisi celah dalam hal ini. Apalagi bila ada s iswa. Guru juga perlu melakukan refleksi dan

literatur yang relevan.

evaluasi terhadap metode pembelajaran yang Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh dilakukan di kelas. Hal ini diperlukan dengan

Rita Pramujiyanti Khotimah dan Masduki yang tujuan meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga

berjudul Improving Teaching Quality and Pro- dapat mencapai hasil maksimal. Mendasar pada

blem Solving Ability through Contextual Teach- permasalahan yang dilakukan dalam proses

ing and Learning in Differential Equations: A pembelajaran peneliti tertarik melakukan peneli-

Lesson Study Approach. Penelitian ini mencoba tian tantang “Penerapan Metode Pembelajaran

menerapkan metode Contextual Teaching and Contextual Teaching and Learning Untuk Me-

Learning untuk meningkatkan kemampuan me- ningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sosiologi

mecahkan masalah kontekstual pada pembel- Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Soko.

ajaran Matematika materi persamaan diferensial. Pembelajaran Contextual Teaching and

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Learning efektif digunakan dalam pecahan masa-

peneliti sebelumnya metode pembelajaran Con- lah persamaan diferensial pada mahasiswa pendi-

textual Teaching and Learning (CTL) relevan dikan Matematika di Universitas Surakarta.

untuk meningkatkan kemampuan memecahkan Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah dan

masalah kontekstual. Kemampuan pemecahan M asduki (2016) juga menunjukkan bahwa pem-

masalah merupakan komponen penting untuk belajaran Contextual Teaching and Learning me-

memecahkan masalah kontekstual pada persa- ningkatkan kemampuan pemecahan masalah

maan diferensial. Tujuan penelitian ini adalah mahasiswa dalam persamaan diferensial. Peneli-

mendeskripsikan CTL pada pembelajaran persa- tian sejenis juga dilakukan oleh Glynn dan Win-

maan diferensial, meningkatkan kemampuan ter (2004), membuktikan bahwa pembelajaran

dosen dalam mengimplementasikan pembel-

Lilik Endrawati, Ririn Andriayani, Siti Khanifah, Penerapan Metode Pembelajaran Contextual and Teaching Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Soko

ajaran CTL, serta meningkatkan kemampuan

METODE PENELITIAN

pemecahan masalah mahasiswa dalam persamaan Penelitian ini merupakan penelitian tindak

diferensial. kelas yang dilakukan melalui proses kerja kolabo-

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan rasi dengan guru mata pelajaran serumpun, ke-

oleh peneliti terdahulu metode pembelajaran pala sekolah dan peneliti. Menurut Hopkins

contextual teaching and learning relevan untuk dalam Rochiati Wiriaatmadja (2006:11) peneli-

menutup gap antara teori dan praktik dalam tian tindak kelas adalah penelitian yang mengom-

pembelajaran matematika. Selain itu, metode binasikan prosedur penelitian dengan tindakan

pembelajaran contextual teaching and learning s ubstantif, suatu usaha untuk memahami perma-

juga relevan untuk meningkatkan kemampuan s alahan kelas ditandai dengan adanya perbaikan

mahasiswa untuk memecahkan masalah. Berda- terus-menerus sehingga tercapai sasaran dari

s arkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pene- penelitian tersebut. Tahap awal dalam penelitian

liti terdahulu, peneliti tertarik menerapkan meto- peneliti menentukan permasalahan penelitian,

de tersebut pada pembelajaran sosiologi. Dari tujuan penelitian, dan merencanakan tindakan.

keberhasilan yang dilakukan oleh peneliti terda- Rencana yang telah disusun dilaksanakan untuk

hulu, peneliti tertarik menerapkan contextual melakukan observasi dan mencatat segala sesua-

teaching and learning untuk menemukan solusi tu yang terjadi pada saat pembelajaran sosiologi.

dari permasalahan motivasi dan hasil belajar Pada saat pelaksanaan tindakan dilakukan terus-

s iswa kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Soko, menerus sehingga mencapai tujuan yang telah

khususnya pada materi masalah sosial.

ditentukan.

Secara teoretis penelitian ini bertujuan Penelitian tindakan kelas diterapkan di kelas

mengimplementasikan model pembelajaran con-

XI IPS 3 SMA Negeri 1 Soko. Pelaksanaan textual teaching and learning. Melalui implemen-

penelitian direncanakan pada semester ganjil tasi model tersebut, secara khusus penelitian

tahun ajaran 2017/2018 yakni pada bulan Sep- bertujuan sebagai bagian dari refleksi model

tember sampai selesai. Kelas XI IPS 3 dipilih pembelajaran yang dilakukan oleh guru, untuk

s ebagai subjek penelitian dengan argumentasi menciptakan kondisi belajar yang efektif, kreatif,

bahwa ditemukan masalah-masalah dalam proses inovatif, dan membangun sikap berpikir kritis

pembelajaran, khususnya mengenai motivasi guru dan siswa. Secara metodologis penelitian

belajar. Masalah yang ditemukan di kelas XI ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan bela-

IPS 3 SMA Negeri 1 Soko mengenai rendahnya jar siswa melalui metode pembelajaran contex-

motivasi belajar memengaruhi hasil belajar. Me- tual teaching and learning. Secara teoretis pene-

nurut Dalyono (2009: 55–60) salah satu faktor litian ini mengaplikasikan dan memperkaya teori

internal yang memengaruhi hasil belajar yakni yang berkaitan dengan studi ini, khususnya con-

minat dan motivasi belajar. Seseorang yang bel- textual teaching and learning. Selain itu, hasil

ajar dengan motivasi yang tinggi, akan melaksana- s tudi ini diharapkan dapat digunakan sebagai

kan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sung- bahan pembanding bagi peneliti lainnya dalam

guh, penuh gairah dan semangat. melakukan penelitian yang sejenis dan sebagai

Penelitian ini menggunakan teknik pengum- acuan akademik dalam mengembangkan ilmu

pulan data melalui observasi. Observasi merupa- pengetahuan. Secara metodologi penelitian ini

kan pengamatan dan pencatatan secara sistematis mencoba mengembangkan studi sebelumnya.

Education and Human Development Journal, Vol. 3, No. 1, April 2018

terhadap gejala yang tampak pada objek peneli- ong, 2012:330) membedakan empat bentuk tri- tian (Margono 2004: 158). Observasi dilakukan

angulasi sebagai teknik pemeriksaan yang me- dengan tujuan agar diperoleh gambaran secara

manfaatkan penggunaan sumber, metode, penyi- langsung proses pembelajaran di kelas. Untuk

dik dan teori.

memperkuat data yang diperoleh dari hasil obser- Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam vasi, peneliti membuat rangkaian instrument

penelitian ini menggunakan triangulasi dengan untuk mengetahui tingkat motivasi dan hasil

s umber dan triangulasi dengan metode. Menurut belajar. Instrumen yang dibuat berupa kuesioner

Patton (dalam Lexy J. Moleong, 2012:330) tri- s kala motivasi dan instrumen tes hasil belajar.

angulasi dengan sumber “berarti membandingkan Selain melakukan observasi pengumpulan data

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu dapat diperoleh dari catatan lapangan. Catatan

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat lapangan merupakan salah satu teknik yang men-

yang berbeda dalam penelitian kualitatif ”. Selan- dukung dalam pengumpulan data. Menurut Mo-

jutnya triangulasi dengan metode menurut Patton leong (2005: 209) catatan lapangan adalah per-

(dalam Lexy J. Moleong, 2012:330) terdapat nyataan tentang semua peristiwa yang dialami

dua strategi. Pertama, pengecekan derajat keper- didengar dan dilihat serta tidak boleh berisi

cayaan penemuan hasil penelitian beberapa tek- penafsiran. Catatan lapangan hanya berisi catatan

nik pengumpulan data. Kedua, pengecekan dera- tentang kondisi riil.

jat kepercayaan beberapa sumber data dengan Aspek penting yang dilakukan dalam pe-

metode yang sama. Melalui teknik triangulasi ngumpulan data yakni dokumentasi. Menurut

dengan sumber, peneliti membandingkan hasil Suharsimi Arikunto (2002: 206) dokumentasi

quesioner yang diperoleh dari masing-masing adalah suatu metode untuk mencari data menge-

s umber atau informan penelitian sebagai pem- nai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

banding untuk mengecek kebenaran informasi transkrip, buku, agenda, dan sebagainya. Selain

yang didapatkan. Teknik lain yang dilakukan itu, komponen penting dalam teknik pengum-

peneliti yakni melakukan pengecekan derajat pulan data pada penelitian tindakan kelas yaitu

kepercayaan. Kepercayaan melalui teknik tri- dengan melakukan tes. Tes adalah serentetan

angulasi dengan metode, yaitu dengan melakukan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digu-

pengecekan hasil penelitian dengan teknik pe- nakan untuk mengukur keterampilan, penge-

ngumpulan data yang berbeda yakni wawancara, tahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang

observasi, dan dokumentasi sehingga derajat dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,

kepercayaan data dapat valid. 2002: 127). Peneliti menggunakan tes tertulis dalam bentuk uraian.

Teknik Analisis Data

Teknik validasi keabsahan data yang diguna- kan dalam penelitian ini adalah teknik Triangu-

Pada penelitian tindakan kelas ini analisis lasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan

data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Ana- keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lisis kualitatif dilakukan dengan metode alur lain di luar data untuk keperluan pengecekan

yaitu data dianalisis sejak tindakan pembelajaran atau sebagai pembanding terhadap data (Mo-

dilaksanakan, dikembangkan selama proses pem- leong 2012:330). Denzin (dalam Lexy J. Mole-

belajaran. Menurut Miles dan Hubberman (Suta- ma, 2000: 104), alur yang dilalui meliputi reduksi

Lilik Endrawati, Ririn Andriayani, Siti Khanifah, Penerapan Metode Pembelajaran Contextual and Teaching Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Soko

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

atau verifikasi. Reduksi data adalah proses pemi-

Deskripsi Lokasi Penelitian

lihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari

Sekolah yang dipilih menjadi tempat peneli- catatan-catatan tertulis di lapangan.

tian adalah SMA Negeri 1 Soko. Lokasi pene- Penerapan pembelajaran contextual teach-

litian dapat dikategorikan strategis, terletak di ing and learning dapat dikatakan berhasil apabila

Jl. Raya Mentoro - Kecamatan Soko, Kabupaten adanya peningkatan motivasi belajar siswa dalam

Tuban 62372. Lokasi SMA Negeri 1 menghu- s etiap pembelajaran dari pra-siklus, siklus I sam-

bungkan kecamatan Rengel, kecamatan Pareng- pai siklus II. Pencapaian dikatakan berhasil apa-

an, dan Kabupaten Bojonegoro. Letak lokasi bila 80% siswa menjawab questioner skala moti-

penelitian yang strategis menjadi keunggulan vasi situasional yang mengarah pada tingkat

dan kelemahan tersendiri. Keunggulannya yakni motivasi belajar tinggi. Pengukuran tingkat

lokasi mudah dijangkau dengan cara mudah. motivasi diperoleh melalui instrument questioner

Sehingga menjadi salah satu faktor pendorong dengan menggunakan penghitungan z-score.

bagi calon peserta didik baru untuk memilih Seorang siswa dikatakan memiliki motivasi apa-

SMA Negeri 1 Soko sebagai sekolah pilihan. bila ada ciri-ciri motivasi belajar yang melekat

Kelemahannya SMA Negeri 1 Soko harus ber- pada dirinya. Menurut AM. Sardiman (2003:83)

s aing dengan sekolah-sekolah di wilayah yang motivasi memiliki beberapa ciri. Ciri yang di-

terhubung, yakni kecamatan Rengel, kecamatan maksud yakni tekun menghadapi tugas, ulet

Parengan, dan Kabupaten Bojonegoro. Kondisi menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa),

ini menuntut SMA Negeri 1 Soko harus memiliki lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada

daya saing yang tinggi sehingga memperoleh tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan

input siswa yang unggul.

pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang Kondisi lingkungan SMA Negeri 1 Soko diyakini, serta senang mencari dan memecahkan

dapat dilihat dari cara mengatur dan memelihara s oal-soal. Keberhasilan pembelajaran dengan me-

ruang kelas, ruang kerja, ruang perpustakaan, tode contextual teaching and learning dapat

aula, halaman sekolah, UKS, kamar mandi dan dikatakan berhasil apabila mencapai 80% siswa

kantin sekolah. Kebersihan dan kerapian ruang memperoleh hasil belajar tuntas. Ketuntasan

s elalu diperhatikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar dapat dicapai siswa apabila mem-

adanya jadwal piket kebersihan yang dilaksana- peroleh nilai ≥ 75. kan oleh siswa setiap masing-masing kelas. Ke-

Langkah-langkah penelitian diilustrasikan bersihan lingkungan sekolah juga didukung de- dalam siklus yang berupa modifikasi dari

ngan adanya petugas kebersihan sekolah. Kemmis dan Mc. Taggart (Sutama, 2000: 92).

Ditinjau dari kuantitas gurunya, SMA Prosedur penelitian melalui beberapa langkah.

Negeri 1 Soko mempunyai 49 orang guru, dengan Langkah yang dilakukan mulai dari tahap iden-

13 guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) tifikasi masalah, perencanaan solusi masalah,

dan 36 guru berstatus guru tidak tetap (GTT). perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

Tingkat pendidikan para guru di SMA Negeri 1 observasi, refleksi.

Soko mayoritas bergelar sarjana (S1). Keadaan s iswa SMA Negeri 1 Soko, secara kuantitas terdiri dari 21 kelas, yaitu kelas X sampai

Education and Human Development Journal, Vol. 3, No. 1, April 2018

dengan XII. Rata-rata banyaknya siswa tiap s iswa dominan memiliki motivasi sedang dengan kelas berjumlah 33 siswa. Jumlah siswa yang

argumentasi bahwa idealnya rata-rata siswa me- menjadi subjek dalam penelitian ini yakni kelas

miliki motivasi belajar tinggi. Motivasi belajar

XI IPS 3 berjumlah 31 siswa. yang tinggi dapat mendukung peningkatan bela- jar siswa. Argumentasi ini sesuai dengan pen- dapat Clayton Alderfer dalam H. Nashar (2004:

Hasil dan Pembahasan Pra-Siklus

42) bahwa motivasi belajar merupakan kecende- Peneliti melakukan observasi awal sebelum

rungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerap-

yang didorong oleh hasrat untuk mencapai pres- kan metode pembelajaran contextual teaching

tasi atau hasil belajar sebaik mungkin. and learning (CTL). Observasi awal secara kon-

Temuan awal hasil belajar pra-siklus pada vensional dikenal dengan istilah pra-siklus dila-

rencana pembelajaran Contextual Teaching and kukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi

Learning (CTL) dapat dilihat pada tabel berikut. berbagai permasalahan-permasalahan yang ter-

jadi pada saat berlangsungnya proses pembel-

Tabel 2 Ketuntasan Hasil Belajar Sosiologi Pra-Siklus Tabel

ajaran sosiologi di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri

1 Soko. Observasi dilakukan dengan melihat

Persentase Keterangan

Ketuntasan

Siswa

fokus peserta didik dalam memperhatikan guru

1 Tuntas

s aat menyampaikan materi pembelajaran, keak-

2 Belum tuntas

tifan siswa yang menunjukkan motivasi belajar

3 Jumlah 31 100%

s iswa dan hasil belajar peserta didik pada materi pokok masalah sosial.

Berdasarkan data perolehan hasil belajar Hasil temuan awal observasi motivasi bela-

pra-siklus dapat diidentifikasi peserta didik yang jar siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

memperoleh nilai tuntas 3 orang atau setara dengan 11,11%. Hasil tersebut belum mencapai

Tabel 1 Skala Motivasi Situasional Pra-Siklus

ketuntasan belajar secara klasikal, maka peneliti melakukan rencana pembelajaran dengan meng-

No. Kategori Jumlah Siswa Persentase

1 Tinggi 6 19,36%

gunakan metode contextual teaching and learn-

ing pada pembelajaran Sosiologi kelas XI IPS 3 3 Rendah

2 Sedang 18 58,06%

SMA Negeri 1 Soko.

4 Jumlah 100%

Rata-rata hasil belajar Sosiologi berdasarkan hasil test pra-siklus masih relatif rendah dengan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil s kor rerata 44,26. Rata-rata nilai siswa diperoleh

observasi awal menunjukkan bahwa motivasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

belajar siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1

Σx

Soko sekitar 22,58% memiliki motivasi rendah.

Persentase siswa yang memiliki motivasi sedang

Σ x = Total nilai

s ebanyak 58,06%, sedangkan siswa yang memi-

N = jumlah siswa

liki motivasi tinggi sebanyak 19,36%. Persentase tersebut menunjukkkan bahwa motivasi belajar

M otivasi dan hasil belajar pada pra-siklus s iswa dapat dikategorikan rendah, meskipun

relatif rendah dikarenakan beberapa faktor. Per-

Lilik Endrawati, Ririn Andriayani, Siti Khanifah, Penerapan Metode Pembelajaran Contextual and Teaching Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Soko

tama, penerapan model pembelajaran yang ku-

2. Menyusun lembar pengamatan guru dan sis- rang sesuai. Proses pembelajaran selama ini

w a.

cenderung teacher center sehingga siswa cende-

3. Menyiapkan media yang akan digunakan rung pasif. Pasif dalam pembelajaran cenderung

dalam perbaikan pembelajaran. Membuat alat membuat siswa cepat jenuh. Implikasi dari pem-

evaluasi berupa tes dan kunci jawabannya. belajaran yang hanya didominasi oleh guru dapat menekan pengembangan berpikir kritis siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kedua, kurangnya memberikan motivasi siswa Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini

menjadi salah satu penyebab rendahnya motivasi adalah melaksanakan pembelajaran sesuai de-

belajar siswa. Rendahnya pemberian motivasi ngan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

cenderung memengaruhi hasil belajar. Ketiga, telah disusun sesuai dengan rencana pelaksanaan

motivasi belajar dan hasil belajar siswa juga pembelajaran yang telah dirumuskan. Langkah-

dipengaruhi oleh faktor internal siswa misalnya langkah pembelajaran pada siklus I sebagai beri-

minat atau ketertarikan siswa terhadap mata

kut.

pelajaran, khususnya sosiologi. Hasil belajar yang diperoleh dari pra-siklus menunjukkan belum tercapainya ketuntasan belajar. Hal ini ditunjuk-

Tahap Awal

kan dengan rendahnya kemampuan siswa yang dibuktikan dengan hasil belajar cenderung ba-

– Dengan karakter religius guru memberi nyak yang tidak tuntas. Kondisi ini berbeda

s alam kepada peserta didik dan mengajak dengan hasil belajar yang diharapkan, yakni

untuk berdoa bersama sebelum memulai s iswa mampu menangkap, memahami, memiliki

pelajaran.

pengetahuan materi pelajaran. Sesuai dengan – Peserta didik menyanyikan salah satu lagu

argumen Catharina Tri Anni (2002:4) melalui w ajib (cinta tanah air).

hasil belajar, dapat diketahui seberapa jauh siswa – Guru melakukan presensi, memeriksa

dapat menangkap, memahami, memiliki pengeta- kesiapan peserta didik (disiplin), dan me-

huan materi pelajaran tertentu. meriksa kebersihan serta kelengkapan ke-

las (cinta lingkungan).

Hasil dan Pembahasan Siklus I

– Guru membuka pelajaran diteruskan de- ngan tanya jawab mengungkap pengeta-

a. Perencanaan

huan awal peserta didik tentang masalah Tahap perencanaan diawali dengan kegiatan

kemiskinan.

observasi awal untuk mengidentifikasi masalah – Siswa diberi penjelasan tentang pokok ba- s ehingga diperoleh permasalahan. Adapun peren-

hasan, pengertian, contoh, pemahaman canaan-perencanaan yang akan disusun pada

materi yang akan dipelajari. kegiatan siklus I meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) pada mata pelajaran pendidikan sosio-

Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, logi.

mendengarkan penjelasan guru dalam tentang tujuan akhir dari pembelajaran.

Education and Human Development Journal, Vol. 3, No. 1, April 2018

Kegiatan Inti

1) Hasil Observasi Motivasi Belajar Siklus I

– Guru memberikan motivasi, memusatkan Berdasarkan observasi yang telah dilakukan perhatian, menyampaikan kompetensi, tujuan

oleh peneliti terhadap motivasi dan hasil belajar pengarahan rambu-rambu pembelajaran.

pada Siklus I diperoleh data-data berikut. – Guru membimbing, menuntun, mengarahkan

Tabel 3 Motivasi Situasional Siklus I

s iswa dalam melakukan eksplorasi, inkuiri, evaluasi, dan generalisasi.

No.

Kategori Jumlah Siswa Persentase

– Peserta didik berpartisipasi dalam belajar 1 Tinggi 14 45,16% kelompok dan individual.

2 Sedang 12 38,71%

3 Rendah 5 – Peserta didik mengonstruksi pengetahuan 16,13%

100% s endiri.

4 Jumlah

– Peserta didik melakukan identifikasi, inves- Berdasar pada perolehan hasil questioner

tigasi, hipotesis, generalisasi dan menemukan. s kala motivasi situasional, dapat diketahui bahwa

– Review dan tindak lanjut. terjadi peningkatan motivasi belajar siswa diban-

– Penilaian autentik selama proses pembelajaran dingkan dengan pra-siklus. Peningkatan motivasi

dilakukan dengan objektif. belajar dapat dilihat dengan membandingkan

tabel skala motivasi situasional pada pra-siklus

Kegiatan Akhir

dengan siklus I. Kategori motivasi belajar siswa - Dengan cara tanya jawab, dilakukan kegiatan

tinggi sebanyak 45,16%. Siswa yang memiliki menyimpulkan dan memberi penekanan pada

motivasi belajar dengan kategori sedang sebanyak materi masalah sosial kemiskinan.

38,71%. Skala motivasi situasional siswa dengan - Memberi kesempatan pada siswa untuk berta-

kategori rendah sebanyak 16,13%. nya tentang materi yang kurang dipahami.

Peningkatan motivasi belajar siswa didorong - Refleksi kegiatan pembelajaran.

dengan metode pembelajaran yang sesuai dan - Guru mengingatkan siswa untuk membaca

penerapan lebih tepat dibanding dengan pra- dan memahami materi berikutnya.

s iklus. Proses pembelajaran siklus I mengguna- - Dengan karakter religius, guru mengajak ber-

kan metode pembelajaran contextual teaching doa dan memberi salam untuk mengakhiri

and learning (CTL). Metode ini mengembangkan pelajaran pada pertemuan hari itu.

proses belajar yang penuh makna bagi siswa. Argumentasi ini sepakat dengan konsep pembela- jaran Contextualized teaching and learning

c. Tahap Pengamatan

(CTL), or the concept of relating subject matter Pada pelaksanaan siklus I dilaksanakan ob-

content to meaningful situations that are rele- s ervasi terhadap motivasi belajar peserta didik

vant to students’ lives, offers one promising dengan menggunakan lembar pengamatan yang

approach to helping students learn more effec- telah dibuat. Pengamat memberikan petunjuk

tively (Elaine DeLott Baker, Laura Hope, and pengisian questioner dengan cara melingkari

Kelley Karandjeff, 2009).

s kor yang dipilih oleh responden terhadap aspek Penerapan metode Contextual Teaching and motivasi yang dimiliki.

Learning (CTL) dalam penelitian tindakan kelas,

Lilik Endrawati, Ririn Andriayani, Siti Khanifah, Penerapan Metode Pembelajaran Contextual and Teaching Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Soko

peneliti juga bertujuan meningkatkan hasil bela- Pencapaian yang kurang optimal menjadi dasar jar. Berdasarkan hasil belajar siswa pada pra-

peneliti untuk melakukan refleksi agar penelitian s iklus, maka peneliti merencanakan siklus I.

tahap selanjutnya mencapai hasil yang terhadap Hasil siklus I akan menjadi acuan bagi peneliti

penelitian siklus I sebagai bahan penelitian maka untuk melanjutkan siklus selanjutnya. Berdasar-

peneliti harus memperbaiki pembelajaran pada kan hasil tes pada siklus I diperoleh data sebagai

s iklus selanjutnya. Siswa yang mencapai ketun- berikut.

tasan belum masih kurang dari 50%. Hasil capaian ini belum menunjukkan motivasi dan

Tabel 4 Ketuntasan Hasil Belajar Sosiologi Siklus I

hasil belajar yang hendak dicapai.

Aspek Jumlah

Refleksi pada tahap siklus I meliputi dua

No.

Persentase Keterangan

Ketuntasan Siswa

aspek, yaitu aspek guru dan siswa. Hasil refleksi

dari penelitian pada siklus I diperoleh hasil

2 Belum tuntas

s ebagai berikut.

3 Jumlah 100%

Berdasarkan data dapat diidentifikasi pe-

a. Aspek Perilaku Guru

s erta didik yang memperoleh nilai tuntas 12

1. Guru cukup menguasai materi pembelajaran. orang atau setara dengan 38,70%. Hasil tersebut

2. Guru kurang mampu mengondisikan kelas masih belum mencapai ketuntasan belajar secara

s elama proses pembelajaran. Hal ini mengaki- klasikal, maka peneliti melakukan rencana pem-

batkan terjadi kegaduhan sehingga guru harus belajaran siklus II dengan menggunakan metode

menenangkan kelas kembali. Kegaduhan tam- contextual teaching and learning pada pembel-

pak ketika terjadi pembentukan kelompok ajaran Sosiologi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1.

dan pada saat diskusi kelompok berlangsung. Terjadinya kegaduhan juga menjadikan pem-

d. Refleksi Siklus I

belajaran tidak efektif.

3. Guru cukup menguasai konsep metode con- Tahap akhir dari siklus I ini adalah tahap textual teaching and learning tetapi kendala refleksi. Pada tahap refleksi peneliti menganalisis yang dihadapi guru adalah perlunya penjelasan hasil angket motivasi dan hasil test siswa sebagai model ini pada siswa. Kesalahpahaman terjadi dasar refleksi. Hasil observasi menunjukkan ketika siswa mengira bahwa model pembel- kategori motivasi belajar siswa tinggi sebanyak ajaran ini adalah model pembelajaran diskusi, 45,16%. Siswa yang memiliki motivasi belajar s ehingga fokus pada diskusi dan beberapa dengan kategori sedang sebanyak 38,71%. Skala s iswa kurang aktif dalam pembelajaran. motivasi situasional siswa dengan kategori rendah

4. Guru cukup menguasai fasilitas pembelajaran s ebanyak 16,13%.

yang tersedia.

Berdasarkan analisis hasil test siswa yang

5. Guru kurang optimal memotivasi siswa dalam memperoleh nilai lebih dari 75 meningkat jum-

proses pembelajaran. Hal ini tampak dari lahnya menjadi 12 orang dengan persentase

masih banyaknya siswa kurang bersemangat ketuntasan 38,70%. Hasil ini belum menunjuk-

dalam pembelajaran.

kan motivasi belajar siswa tinggi dan ketuntasan

6. Guru cukup mampu menyimpulkan dan s ecara klasikal belum mencapai hasil optimal.

mengevaluasi pembelajaran.

Education and Human Development Journal, Vol. 3, No. 1, April 2018

7. Guru kurang optimal dalam pengelolaan ruhi oleh motivasi belajar yang rendah. Se- w aktu, apalagi ketika proses pembelajaran

mentara dari faktor guru, guru kurang mam- berlangsung yaitu siswa cenderung gaduh dan

pu memotivasi dan mengondisikan kelas. perlu waktu untuk menenangkan mereka.

Guru kurang mampu memotivasi siswa agar mereka tidak malu dan terbiasa mengatakan gagasannya dalam pembelajaran. Selain itu,

b. Aspek Perilaku Siswa

s emangat literasi menjadi salah satu indikator

1. Kerjasama motivasi siswa. Siswa yang aktif dalam proses Pada siklus I ini kerjasama kelompok maupun

pembelajaran hanya siswa tertentu, dan yang antar kelompok masih kurang. Kerjasama

lain cenderung pasif. Hal ini menunjukkan dalam melakukan eksplorasi, inkuiri, evaluasi,

rendahnya semangat literasi sehingga motivasi dan generalisasi terhadap masalah dalam

dan hasil belajar dicapai relatif rendah. Ber- materi pembelajaran belum tampak. Siswa

dasarkan hasil refleksi peneliti merencanakan tertentu yang aktif selama proses eksplorasi,

untuk melakukan perbaikan tindakan yang inkuiri, evaluasi, dan generalisasi. Kurangnya

akan dilakukan pada siklus II. kerjasama kelompok juga ditunjukkan siswa

belum banyak yang berinisiatif dalam kerja

Hasil dan Pembahasan Siklus II

kelompok, mereka masih cenderung bergan- tung pada siswa lain tanpa adanya proses

a. Perencanaan

diskusi yang optimal. Tahap ini diawali dengan kegiatan observasi

2. Mengungkapkan ide awal untuk mengidentifikasi masalah sehingga M asih banyak siswa yang kurang mampu

diperoleh permasalahan. Adapun perencanaan- dan mau menyumbangkan ide mereka. Hal

perencanaan yang akan disusun pada kegiatan ini tampak dari kegiatan mereka berdiskusi.

ini meliputi hal-hal sebagai berikut. Dari aktivitas mereka tampak masih sedikit

1. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran s iswa yang mau menyumbangkan ide atau

(RPP) pada mata pelajaran sosiologi. ketika guru meminta argumentasi mengenai

2. Menyusun lembar pengamatan guru dan sis- topik diskusi cenderung tidak memberikan

w a.

respons, hanya beberapa siswa yang aktif.

3. Menyiapkan media yang akan digunakan da-

3. Pemahaman materi lam perbaikan pembelajaran. Membuat alat Siswa yang memperoleh nilai tuntas dalam

evaluasi berupa tes dan kunci jawabannya. proses pembelajaran siklus I sebanyak 12

s iswa dari jumlah 31 siswa atau setara dengan 38,70%. Siswa dinyatakan tuntas apabila

b. Pelaksanaan Tindakan

memperoleh nilai lebih dari 75. Hasil ini Kegiatan yang dilakukan pada siklus II ada- menunjukkan ketuntasan belajar masih ren-

lah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan dah. Rendahnya hasil belajar yang rendah

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah menjadi indikator bahwa siswa masih belum

dirumuskan. Langkah-langkah pembelajaran memahami materi pembelajaran secara opti-

pada siklus I sebagai berikut. mal. Hasil belajar yang rendah juga dipenga-

Lilik Endrawati, Ririn Andriayani, Siti Khanifah, Penerapan Metode Pembelajaran Contextual and Teaching Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Soko

Tahap awal

Kegiatan akhir

– Dengan cara tanya jawab, dilakukan kegiatan – Dengan karakter religius guru memberi salam

menyimpulkan dan memberi penekanan pada kepada peserta didik dan mengajak untuk

materi masalah sosial kemiskinan. berdoa bersama sebelum memulai pelajaran.

– Memberi kesempatan pada siswa untuk berta- – Peserta didik menyanyikan salah satu lagu

nya tentang materi yang kurang dipahami w ajib (cinta tanah air).

– Refleksi kegiatan pembelajaran. – Guru melakukan presensi, memeriksa kesiap-

– Guru mengingatkan siswa untuk membaca an peserta didik (disiplin) dan memeriksa

dan memahami materi berikutnya. kebersihan serta kelengkapan kelas (cinta

– Dengan karakter religius, guru mengajak ber- lingkungan).

doa dan memberi salam untuk mengakhiri – Guru membuka pelajaran, diteruskan dengan

pelajaran pada pertemuan hari itu. tanya jawab mengungkap pengetahuan awal peserta didik tentang masalah kemiskinan.

c. Tahap Pengamatan

– Siswa diberi penjelasan tentang pokok bahas- an, pengertian, contoh, dan pemahaman ma-

Pada pelaksanaan siklus II dilaksanakan teri yang akan dipelajari.

observasi terhadap motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat. Pengamat memberikan petunjuk

Rambu-rambu belajar

pengisian questioner dengan cara melingkari Siswa mendengarkan penjelasan guru ten-

s kor yang dipilih oleh responden terhadap aspek tang tujuan akhir dari pembelajaran materi pada

motivasi yang dimiliki.

hari itu.

1) Hasil Observasi Motivasi Belajar Siklus II Kegiatan Inti

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan – Guru memberikan motivasi, memusatkan per-

oleh peneliti terhadap motivasi dan hasil belajar hatian, menyampaikan kompetensi, tujuan

pada siklus I diperoleh data-data berikut. pengarahan rambu-rambu pembelajaran.

Tabel 5 Motivasi Situasional Siklus II

– Guru membimbing, menuntun, mengarahkan s iswa dalam melakukan eksplorasi, inkuiri,

No. Kategori Jumlah Siswa Persentase

evaluasi, dan generalisasi.

1 Tinggi 27 87,10%

– Peserta didik berpartisipasi dalam belajar ke-

2 Sedang 3 9,67% 3 Rendah 1 3,23%

lompok dan individual.

4 Jumlah

– Peserta didik mengonstruksi pengetahuan sen- diri.

Berdasar pada perolehan hasil questioner – Peserta didik melakukan identifikasi, investi-

s kala motivasi situasional, dapat diketahui bahwa gasi, hipotesis, generalisasi dan menemukan.

terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Pe- – Review dan tindak lanjut.

ningkatan motivasi belajar dapat membandingkan – Penilaian autentik selama proses pembelajaran

tabel skala motivasi situasional siklus I dengan dilakukan dengan objektif.

s iklus II. Kategori motivasi belajar siswa tinggi

Education and Human Development Journal, Vol. 3, No. 1, April 2018

s ebanyak 87,10%. Siswa yang memiliki motivasi melakukan rencana pembelajaran hanya sampai belajar dengan kategori sedang sebanyak 9,67%.

pada tahap siklus II.

Skala motivasi situasional siswa dengan kategori Ketuntasan yang diperoleh siswa di dorong rendah sebanyak 3,23%. Motivasi belajar siswa

oleh peningkatan motivasi belajar siswa. Selain dapat meningkat karena beberapa faktor baik

itu, proses belajar yang dialogis dan humanis, internal maupun eksternal.

telah memosisikan siswa sebagai subjek dan Peningkatan motivasi belajar siswa didorong

bukan sebagai objek mendorong siswa belajar dengan metode pembelajaran yang sesuai dan

s ecara mandiri. Proses belajar yang dilakukan menarik bagi siswa. Proses pembelajaran siklus

dengan memberikan ruang bagi siswa menjadi

II menggunakan metode yang sama dengan s alah satu stimulus bagi siswa untuk giat belajar metode pembelajaran pada siklus I, yakni con-

dan memperoleh hasil yang optimal. Rangsangan textual teaching and learning (CTL). Metode ini

atau stimulus menjadi salah satu faktor yang mengembangkan proses belajar yang penuh

memengaruhi motivasi belajar, dan motivasi me- makna bagi siswa. Argumentasi ini sepakat

rupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. dengan konsep pembelajaran Contextualized

Senada dengan pemikiran Dalyono (2009: 56– teaching and learning (CTL), or the concept of

60) salah satu faktor intern yang berpengaruh

relating subject matter content to meaningful

terhadap hasil belajar adalah motivasi. situations that are relevant to students’ lives ,

Penerapan pembelajaran contextual teach- offers one promising approach to helping stu-

ing and learning menawarkan sesuatu hal yang dents learn more effectively (Bakker, 2016).

berbeda. Contextual teaching and learning pada Penerapan metode contextual teaching and

praktiknya membantu guru menguraikan materi learning (CTL) dalam penelitian tindakan kelas,

pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari peneliti juga bertujuan meningkatkan hasil

s ehingga mendorong peserta didik untuk aktif belajar. Berdasarkan hasil belajar siswa pada

dalam proses belajar. Sebagaimana pendapat pra-siklus dan siklus I maka peneliti melakukan

Suprijono (2009: 79–80) contextual teaching perencanaan pembelajaran siklus II. Berdasarkan

and learning (CTL) merupakan suatu konsep hasil test pada siklus II diperoleh data sebagai

yang membantu guru mengaitkan antara materi berikut.

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan

Tabel 6 Ketuntasan Hasil Belajar Sosiologi Siklus II

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

No. Aspek Jumlah

penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota

Persentase

Keterangan

Ketuntasan Siswa

masyarakat. Pembelajaran yang mendorong pe-

1 Tuntas

2 6, 45% <75 s erta didik membuat hubungan antara pengeta-

2 Belum tuntas

3 Jumlah 100%

huan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mampu membangun motivasi,

Berdasarkan data dapat diidentifikasi siswa karena motivasi sendiri adalah penggerak. Clay- yang memperoleh nilai tuntas 29 orang atau

ton Alderfer dalam H. Nashar (2004:42) berpen- s etara dengan 93,55%. Sedangkan siswa yang

dapat bahwa motivasi belajar merupakan kecen- belum mencapai ketuntasan sebanyak 2 siswa

derungan siswa dalam melakukan kegiatan bela- atau 6,45%. Hasil tersebut telah mencapai

jar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, maka peneliti

prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. De-

Lilik Endrawati, Ririn Andriayani, Siti Khanifah, Penerapan Metode Pembelajaran Contextual and Teaching Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Soko

ngan demikian, penerapan pembelajaran con- buktikan lebih aktif dibandingkan dengan textual teaching and learning (CTL) mampu

s iklus I.

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa,

4. Guru cukup menguasai fasilitas pembelajaran khususnya pada mata pelajaran sosiologi yang

yang tersedia.

diterapkan di XI IPS 3 SMA Negeri 1 Soko.

5. Guru cukup memberikan motivasi siswa da- lam proses pembelajaran. Hal ini tampak dari keaktifan siswa, meskipun ada beberapa

d. Refleksi Siklus II

s iswa yang masih pasif.

6. Guru cukup mampu menyimpulkan dan tivasi belajar siswa tinggi sebanyak 87,10%.

Hasil observasi menunjukkan kategori mo-

mengevaluasi pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi belajar dengan

kategori sedang sebanyak 9,67%. Skala motivasi s

b. Aspek Perilaku Siswa

ituasional siswa dengan kategori rendah seba- nyak 3,23%. Berdasarkan analisis hasil test siswa

1. Kerjasama

yang memperoleh nilai lebih dari 75 (KKM) Pada siklus II ini kerjasama kelompok mau- meningkat jumlahnya menjadi 29 siswa dengan

pun antar-kelompok lebih tampak. Kerjasama persentase ketuntasan 93,55%. Hasil ini belum

yang lebih kooperatif dalam melakukan eksplora- menunjukkan motivasi belajar siswa tinggi dan

s i, inkuiri, evaluasi, dan generalisasi terhadap ketuntasan secara klasikal belum mencapai hasil

masalah dalam materi pembelajaran. Siswa optimal. Pencapaian yang kurang optimal menjadi

dominan aktif selama proses eksplorasi, inkuiri, dasar peneliti untuk melakukan refleksi agar

evaluasi, dan generalisasi dan masih terdapat penelitian tahap selanjutnya mencapai hasil yang