ABSTRACT AN ANALYSIS OF FREE DECISION ON THE CASE NUMBER: 241 Pid.B 2011 PN.Mgl ON CRIME DECENCY PERFORMED BY CHILDREN IN MENGGALA By: Andika Nafi Saputra, Tri Andrisman, Rini Fathonah

  

ABSTRAK

ANALISIS PUTUSAN BEBAS PADA PERKARA NOMOR :

241/Pid.B/2011/PN.Mgl TENTANG TINDAK PIDANA KESUSILAAN

YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI MENGGALA

  

Oleh

Andika Nafi Saputra, Tri Andrisman, Rini Fathonah

  Email : dikanafi@ymail.com Kejahatan yang melibatkan anak sebagai pelaku tindak pidana tentu bukan merupakan hal yang baru terjadi, seperti pada perkara Nomor. 241/Pid.B./2011/PN.Mgl tentang tindak pidana kesusilaan yang pelakunya adalah seorang anak. Majelis Hakim kemudian menjatuhkan putusan bebas terhadap terdakwa dikarenakan dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana anak ditinjau dari hukum pidana? dan (2) Apakah yang menjadi dasar pertimbangan bagi hakim dalam menjatuhkan putusan bebas dalam perkara tindak pidana kesusilaan yang dilakukan oleh anak? Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pertanggungjawaban pidana anak ditinjau dari hukum pidana pada saat ini lebih mengedepankan keadilan restoratif dan diversi terhadap anak yang melakukan tindak pidana. Pada perkara nomor : 241/Pid.B/2011/PN.Mgl terdakwa tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana oleh karena dalam putusan Hakim menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah melakukan tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, ini berarti kesalahan terdakwa tidak terbukti. Oleh karena itu, terdakwa tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana sebab asas dalam pertanggungjawaban pidana adalah “tidak dipidana jika tidak mempunyai kesalahan”. Dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan bebas adalah perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan karena menurut penilaian Hakim seluruh alat bukti yang diajukan tidak cukup atau tidak memadai membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, atau kesalahan yang terbukti juga tidak didukung oleh keyakinan Hakim.

  Kata Kunci : Putusan Bebas, Tindak Pidana Kesusilaan, Anak.

  

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF FREE DECISION ON THE CASE NUMBER: 241 /

Pid.B / 2011 / PN.Mgl ON CRIME DECENCY PERFORMED BY

CHILDREN IN MENGGALA

  

By:

Andika Nafi Saputra, Tri Andrisman, Rini Fathonah

  Email : dikanafi@ymail.com Crimes involving children as criminals is certainly not a new thing happening, as on the case Number. 241 / Pid.B. / 2011 / PN.Mgl on crime decency performed by children. Panel of Judges then imposing acquittal of the defendant because the Prosecutor's indictment was not proven beyond reasonable doubt. The problem in this study were: (1) How do children of criminal liability in terms of criminal law? and (2) What is the basis for the consideration of the judge in imposing acquittal in criminal decency committed by a child? The approach used in this study were normative and empirical jurudical approaches. Based on research and discussion, it can be concluded that the criminal responsibility of children in terms of criminal law emphasizes on restorative justice and diversion of children who committed the crime. On the case number: 241 / Pid.B / 2011 / PN.Mgl defendant can’t received criminal liability because the Judge said the defendant has not proven legally guilty of a criminal offense is prosecuted by the Public Prosecutor, this means the offense the defendant has not proven. Therefore, the defendant can not incur criminal responsibility for criminal accountability is fundamental in "not convicted if does not have an error". Basic considerations in giving free desicion is alleged act to the defendant was not proven legally and convincingly as in the judgment of all the evidence presented was not sufficient or insufficient refute the charges to the accused, or proven error is also not supported by the judge belifes.

  

Keywords: Free Decision, Crime Decency, Children.

  I. Pendahuluan

  Kejahatan yang melibatkan anak sebagai pelaku tindak pidana tentu bukan merupakan hal yang baru terjadi, seperti pada Putusan Nomor. 241/Pid.B./2011/PN.Mgl tentang tindak pidana kesusilaan yang dilakukan oleh anak, Bayu Arif Bin Wakijo diajukan ke pengadilan atas laporan orang tua saksi korban Puji Rahayu Binti Mukidi karena telah melakukan persetubuhan dengan saksi korban pada hari minggu tanggal 15 Mei 2011 sekitar pukul 16.00 WIB di rumah temannya yaitu saksi Hengki Deby Setiawan Bin Jumirin. Atas dasar laporan itu Jaksa Penuntut Umum mendakwa terdakwa Bayu Arif Bin Wakijo dengan Pasal 81 Ayat (2) dan

  Pasal 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak serta menuntut terdakwa dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun penjara dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan denda Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan kurungan. Selama proses persidangan berlangsung pihak keluarga korban dan terdakwa telah membuat perjanjian damai di antara keduanya. Majelis Hakim kemudian menjatuhkan putusan bebas terhadap terdakwa dikarenakan dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

  II. Pembahasan

  1. Nama : Ade Satriawan, S.H., M.H.

  Jabatan : Hakim di Pengadilan Negeri Menggala 2. Nama : Rudiyanto, S.H.

  Jabatan : Jaksa di Kejaksaan Negeri Menggala

  3. Nama : Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H.

  Jabatan : Dosen Pidana di Fakultas Hukum Universitas Lampung

  B. Gambaran Umum Putusan PN Menggala Nomor : 241/PID.B/2011/PN.Mgl Tentang Tindak Pidana Kesusilaan Yang Dilakukan Oleh Anak di Menggala Tentang Duduk Perkara

  Bayu Arif Bin Wakijo seorang anak berusia 16 tahun diajukan kemuka persidangan dengan Dakwaan Alternatif oleh Jaksa Penuntut Umum. Dakwaan pertama Pasal 81 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Dakwaan kedua Pasal 82 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

  Jaksa Penuntut Umum menuntut terdakwa dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun penjara dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan denda Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan kurungan. Jaksa Penuntut Umum mengajukan 7 orang saksi termasuk seorang ahli yang pada pokoknya membenarkan bahwa telah terjadi persetubuhan yang dilakukan oleh terdakwa terhadap korban. Selama proses persidangan pihak keluarga terdakwa dan pihak keluarga korban telah membuat surat perdamaian dan surat pernyataan yang pada pokoknya

A. Karakteristik Responden

  akan menuntut terdakwa serta pihak keluarga korban dan terdakwa sepakat untuk menikahkan mereka berdua. Majelis Hakim menjatuhkan putusan di pengadilan dengan amarnya yang berbunyi yaitu : Menyatakan terdakwa Bayu Arif Bin Wakijo tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam Dakwaan Pertama ataupun dalam Dakwaan Kedua Jaksa Penuntut Umum. Membebaskan terdakwa Bayu Arif Bin Wakijo dari segala dakwaan (vrijspraak). Memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya. Memerintahkan terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan.

  2. Pembelaan Terpaksa / Noodweer (Pasal 49 KUHP).

  2 Tri Andrisman, Buku Ajar Hukum Pidana, Bandar Lampung : Universitas Lampung,

  melakukan tindak pidana tidak mempunyai kesalahan karena dia sesungguhnya belum mengerti atau belum menginsyafi makna perbuatan yang di lakukan. Anak memiliki ciri dan karakteristik kejiwaan yang khusus, yakni belum memiliki fungsi batin yang sempurna. Maka, dia tidak di pidana karena tidak mempunyai kesengajaan atau kealpaan. sebab, menurut Roeslan Saleh, satu unsur kesalahan tidak ada padanya, karenanya dia di pandang tidak bersalah, sesuai dengan asas tidak di pidana tidak ada kesalahan, maka anak

  2 Menurut Roeslan Saleh, anak yang

  4. Melaksanakan Perintah Jabatan (Pasal 51 KUHP).

  3. Melaksanakan Undang-undang (Pasal 50 KUHP).

  1. Daya Paksa / Overmacht (Pasal 48 KUHP).

  Pertanggungjawaban pidana (criminal

  2. Umur yang masih muda. Alasan yang terletak di luar diri orang adalah sebagai berikut :

  1. Pertumbuhan jiwa yang tidak sempurna atau terganggu karena penyakit (Pasal 44 KUHP).

  Alasan yang terletak pada diri orang adalah sebagai berikut :

C. Pertanggungjawaban Pidana Anak Ditinjau dari Hukum Pidana

  dapat bertanggungjawab atas tindak 1 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Edisi pidana yang dilakukan, baik alasan yang terletak pada diri orang tersebut atau alasan yang terletak di luar diri orang itu.

  merupakan implementasi tanggung jawab seseorang untuk menerima setiap resiko atau konsekuensi yuridis yang muncul sebagai akibat tindak pidana yang telah dilakukannya. Pertanggungjawaban pidana ini menuntut adanya kemampuan bertanggung jawab pelaku. Pada prinsipnya pertanggungjawaban pidana ini sama halnya berbicara mengenai kesalahan (culpabilitas) yang merupakan asas fundamental dalam hukum pidana, yang mendalilkan bahwa tiada pidana tanpa kesalahan.

  responsibility) pada dasarnya

1 Ada beberapa alasan seseorang tidak

  belum cukup umur ini pun tidak di pidana.

  3 Pasal 7 UU No. 11 Tahun 2012 tentang

  Sistem Peradilan Pidana Anak menentukan : (1) Pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara Anak di Pengadilan Negeri wajib diupayakan Diversi. (2) Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan :

  a. Diancam dengan pidana penjara dibawah 7 (tujuh) tahun; dan b. Bukan merupakan pengulangan tindak pidana.

  Ketentuan pada Pasal 7 menjelaskan bahwa anak yang melakukan tindak pidana yang ancaman hukumannya lebih dari 7 (tujuh) tahun pidana penjara dan merupakan sebuah pengulangan maka tidak wajib diupayakan diversi, hal ini dirasa penting mengingat jika ancaman hukuman lebih dari 7 (tujuh) tahun tergolong pada tindak pidana berat bagi anak, dan merupakan pengulangan, artinya anak pernah melakukan tindak pidana baik itu sejenis maupun tidak sejenis termasuk tindak pidana yang diselesaikan melalui diversi.

  4

  3 Roeslan Saleh, “Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana” dua pengertian dalam Hukum Pidana, Jakarta : Aksara Baru, 1983, hlm.84 4 M Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum,

  D. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas

  1. Pembuktian Di Persidangan

  Diperlukan pembuktian yang sah menurut undang-undang sehingga seseorang dapat diadili dan dijatuhi pidana, yang mana pembuktian yang sah tersebut adalah sekurang- kurangnya ada dua alat bukti yang sah sebagaimana tercantum dalam Pasal 183 KUHAP. Alat-alat bukti tersebut dapat berupa keterangan saksi; keterangan ahli; surat; petunjuk; maupun keterangan terdakwa; sebagaimana tercantum dalam Pasal 184 Ayat (1) KUHAP. Eddy Rifai menyatakan,

  5

  selain berdasarkan alat-alat bukti tersebut hakim dalam memutus suatu perkara harus memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya sebagaimana tercantum dalam Pasal 183 KUHAP. Dengan kata lain meskipun ada lebih dari dua alat bukti yang sah jika hakim belum atau tidak memperoleh keyakinan bahwa terdakwa benar-benar bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka hakim tidak akan menjatuhkan putusan pidana terhadap terdakwa.

  2. Unsur-unsur dalam Berkas Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

  Sebelum menjatuhkan putusan, Hakim terlebih dahulu mempertimbangkan unsur-unsur dalam berkas dakwaan 5 Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 6 Jaksa Penuntut Umum. Hakim terlebih dahulu akan membuktikan unsur-unsur dakwaan pertama yaitu pasal Pasal 81 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002.

  a. Setiap orang Hakim telah menimbang di dalam persidangan bahwa terdakwa yang bernama Bayu Arif Bin Wakijo dan benar identitasnya sesuai dengan dakwaan penuntut umum. Menurut pengamatan hakim yang selama dalam pemeriksaan di persidangan terdakwa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dapat disidangkan di depan persidangan anak. Dalam hal ini unsur setiap orang telah terpenuhi dan terbukti.

  b. Dengan sengaja Hakim berpendapat bahwa terdakwa terbukti menghendaki dan mengetahui dengan kesadarannya melakukan perbuatan tindak pidana kesusilaan terhadap saksi korban. Dalam hal ini unsur dengan sengaja telah terpenuhi dan terbukti.

  c. Melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain

  Di dalam persidangan saksi korban telah menyatakan bahwa ia melakukan perbuatan tersebut atas dasar suka sama suka dan saksi korban tidak membenarkan adanya bujuk rayu. Oleh karena kesaksian korban yang menyatakan tidak adanya bujuk rayu maka hakim berpendapat unsur melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Karena unsur-unsur di dalam dakwaan pertama Jaksa Penuntut Umum, yaitu melanggar Pasal 81 Ayat (2) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tidak terbukti secara sah dan meyakinkan maka selanjutnya Hakim akan membuktikan unsur-unsur dakwaan kedua yaitu pasal 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002.

  a. Setiap orang Hakim telah menimbang di dalam persidangan bahwa terdakwa yang bernama Bayu Arif Bin Wakijo dan benar identitasnya sesuai dengan dakwaan penuntut umum. Menurut pengamatan hakim yang selama dalam pemeriksaan di persidangan terdakwa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dapat disidangkan di depan persidangan anak. Dalam hal ini unsur setiap orang telah terpenuhi dan terbukti.

  b. Dengan sengaja Hakim berpendapat bahwa terdakwa terbukti menghendaki dan mengetahui dengan kesadarannya melakukan perbuatan tindak pidana kesusilaan terhadap saksi korban. Dalam hal ini unsur dengan sengaja telah terpenuhi dan terbukti.

  c. Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul Hakim berpendapat bahwa terdakwa dan saksi korban melakukan perbuatan itu atas dasar suka sama suka dan terdakwa mengakui bahwa ia tidak mendapatkan ancaman, dipaksa, dibohongi atau dibujuk rayu oleh terdakwa. Dalam hal ini unsur melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

  Majelis Hakim berkeyakinan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan di persidangan, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Dakwaan Pertama ataupun Dakwaan Kedua Penuntut Umum, maka berdasarkan Pasal 191 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, terdakwa harus dinyatakan bebas dari segala dakwaan (vrijspraak). Hal ini didasarkan atas penilaian dan pendapat Hakim, bahwa ;

  1. Kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa sama sekali tidak terbukti, semua alat bukti yang diajukan di persidangan baik berupa keterangan saksi, surat dan petunjuk maupun keterangan terdakwa tidak dapat membuktikan kesalahan yang didakwakan. Berarti perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan karena menurut penilaian Hakim seluruh alat bukti yang diajukan tidak didakwakan kepada terdakwa, atau;

  2. Kesalahan yang terbukti juga tidak didukung oleh keyakinan Hakim.

  Penilaian yang demikian sesuai dengan sistem pembuktian yang dianut Pasal 183 KUHAP yang mengajarkan pembuktian menurut undang-undang secara negatif. Keterbuktian kesalahan yang didakwakan dengan alat bukti yang sah harus didukung oleh keyakinan Hakim. Sekalipun secara formal kesalahan terdakwa dapat dinilai cukup terbukti namun nilai pembuktian yang cukup ini akan lumpuh apabila tidak didukung oleh keyakinan Hakim.

3. Putusan Pengadilan Negeri Menggala

  III. Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Pertanggungjawaban pidana anak ditinjau dari hukum pidana pada saat ini lebih mengedepankan keadilan restoratif dan diversi terhadap anak yang melakukan tindak pidana. Pada perkara nomor : 241/Pid.B/2011/PN.Mgl terdakwa tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana oleh karena dalam putusan Hakim menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah melakukan tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, ini berarti kesalahan terdakwa tidak terbukti. Oleh karena itu, terdakwa tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana sebab asas dalam pertanggungjawaban pidana adalah “tidak dipidana jika

  2. Dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan bebas adalah perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan karena menurut penilaian Hakim seluruh alat bukti yang diajukan tidak cukup atau tidak memadai membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, atau kesalahan yang terbukti juga tidak didukung oleh keyakinan Hakim.

  Daftar Pustaka Buku :

  Andrisman, Tri. 2008. Buku Ajar

  Hukum Pidana . Universitas Lampung: Bandar Lampung.

  Moeljatno. 2008. Asas-asas Hukum

  Pidana Edisi Revisi. Rineka Cipta: Jakarta.

  Saleh, Roeslan. 1983. “Perbuatan

  Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana” dua pengertian dalam Hukum Pidana, Aksara Baru: Jakarta.

  Djamil, M Nasir. 2012. Anak Bukan

  Untuk Dihukum. Sinar Grafika: Jakarta.

  Undang- undang:

  UU No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

  UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

  UU No. 23 Tahun 2002 tentang UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

  Lain-lain :

  Putusan Nomor 241/Pid.B/2011/ PN.Mgl

Dokumen yang terkait

JUST IN TIME PADA INDUSTRI MANUFAKTUR (STUDI EMPIRIS PADA

0 1 16

PEMBUATAN BIOETANOL DARI SEKAM PADI MENGGUNAKAN KOMBINASI SOAKING IN AQUEOUS AMMONIA (SAA) PRETREATMENT – ACID PRETREATMENT – HIDROLISIS – FERMENTASI

0 0 8

PENGATURAN PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP THE REGULATION OF CORPORATE LIABILITY IN ENVIRONMENTAL CRIMINAL ACT

0 0 20

URGENSI PEMBANGUNAN YURISPRUDENSI PEMIDANAAN KORPORASI PELAKU KORUPSI UNTUK EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA URGENCY OF JURISPRUDENCY DEVELOPMENT OF CORPORATION PUNISHMENT OF CORRUPTION ACTORS FOR EFFECTIVENESS OF LAW IN INDONESIA

0 0 24

CONTEMPT OF COURT: PENEGAKAN HUKUM DAN MODEL PENGATURAN DI INDONESIA CONTEMPT OF COURT: LAW ENFORCEMENT AND RULE MODELS IN INDONESIA

0 0 18

PEMBATALAN HUKUMAN CAMBUK BAGI PELAKU JARIMAH PENCABULAN ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 07JN2016MS.Aceh CANING SENTENCE REVERSAL FOR JARIMAH CRIMINAL IN DECISION NUMBER 07JN 2016MS.Aceh

0 0 16

PROBABILITAS MEKANISME SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS DI PENGADILAN AGAMA PROBABILITY OF SMALL CLAIM COURT MECHANISM IN RESOLVING INHERITANCE DISPUTES IN RELIGIOUS COURT

0 0 18

PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK SECARA MUFAKAT DAN DEMOKRATIS DISPUTE RESOLUTION OF INTERNAL POLITICAL PARTIES IN CONSENSUS AND DEMOCRATIC

0 0 12

PERANAN PERADILAN AGAMA DALAM MELINDUNGI HAK PEREMPUAN DAN ANAK MELALUI PUTUSAN YANG MEMIHAK DAN DAPAT DILAKSANAKAN THE ROLE OF RELIGIOUS COURT IN WOMEN AND CHILDREN RIGHTS PROTECTION THROUGH PARTIAL AND EXECUTABLE DECISION

0 0 22

IMPLEMENTATION OF EDUCATION AND TEACHING PROGRAM FOR PRISONERS AS PART RESISTANCE RESISTANCE IN POLICE RESORT OF BANDAR LAMPUNG

0 0 14