LAMPIRAN I DATA RESUME PARTISIPAN I

  LAMPIRAN

  LAMPIRAN I DATA RESUME PARTISIPAN I

  135

DATA RESUME PARTISIPAN 1

  1. IDENTITAS

  Nama : Aulia Usia : 49 Tahun Tanggal pemeriksaan : September s/d Januari 2012 Tempat pemeriksaan : Home visite

  2. KELUHAN

  Aulia mengeluhkan dirinya selalu merasa takut, cemas dan gelisah setiap kali membayangkan vonis, segala tindakan medis dan pengobatan yang harus ia lakukan demi memulihkan kondisi kesehatannya. Ia merasa bahwa kanker payudaranya tidak akan mungkin pulih dengan segera meski ia rutin melakukan pengobatan, sehingga hanya akan memperjelas statusnya sebagai wanita yang tidak sempurna, yakni wanita sekarat yang hanya memiliki satu payudara. Kondisi tersebut diperparah ketika ia diperlakukan istimewa oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, yang membuatnya merasa sedih, marah, dan kecewa pada diri sendiri. Ia tidak ingin dianggap lemah dan dianggap tidak berdaya dengan kondisi kesehatannya.

  3. HASIL ASESMEN

  a. Kesimpulan Observasi

  Aulia tampil dengan sikap yang terkesan kaku, cenderung tertutup, dan hanya akan bercerita kepada orang-orang yang ia anggap dekat atau kepada orang-orang yang ia percaya. Ia terlihat berusaha keras menyembunyikan permasalahan yang tengah ia hadapi walaupun ekspresi wajah dan gerakan tubuhnya tidak cukup berhasil menyembunyikan kondisinya tersebut. Ia tidak cukup tenang, terlihat gelisah, murung, takut, sedih, dan kecewa ketika bercerita mengenai hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Saat pelaksanaan tes berlangsung, Aulia cukup kooperatif, dan tidak mengalami kesulitan dalam memahami instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya.

  b. Kesimpulan Wawancara 1) Data Autoanamnesa

  Aulia berasal dari keluarga besar yang harmonis dengan delapan orang bersaudara yang hidup dengan kesederhanaan, dan dibesarkan dengan pola asuh orang tua yang

  136

  disiplin dan tegas. Ia memiliki ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarga, dengan menafkahi dan selalu meluangkan waktu mendampingi keluarga meski ayah sibuk dengan pekerjaannya. Begitu juga dengan ibu yang berperan baik sebagai istri dan ibu bagi Aulia dan para saudaranya. Kondisi tersebut membuat Aulia tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, pekerja keras, dan disiplin, yang kemudian menuntunnya untuk berhasil dalam pendidikan dan pekerjaan. Akan tetapi keberhasilannya tersebut, tidak dibarengi dengan keberhasilannya dalam menjalin hubungan kekasih. Beberapa kali dekat dan berpacaran dengan teman laki-lakinya, selalu berujung perpisahan sampai akhirnya ia bertemu Sofyan yang kemudian dinikahinya. Bersama Sofyan, Aulia merasa diterima apa adanya, membuatnya merasa nyaman, dan tidak terhakimi oleh sikapnya yang terkadang mengabaikan pasangan ketika bekerja. Semuanya berjalan lancar, meski usia pernikahan mereka yang telah memasuki usia sebelas tahun belum juga dikaruniai keturunan. Keduanya tetap bersabar, saling mendukung dan tetap berusaha untuk memperoleh keturunan. Aulia tetap bahagia menjalankan perannya sebagai istri dan wanita yang berhasil dalam karirnya.

  Hingga pada tahun 2003, Aulia diberitahu oleh temannya bahwa ada yang tidak beres dengan bentuk payudaranya yang di sebelah kiri yang ketika diraba oleh Aulia ada benjolan sebesar kacang merah pada payudaranya ketika mereka berada di ruang ganti selesai melakukan olah raga. Merasa tidak memiliki keluhan, Aulia tetap memeriksakan dirinya ke dokter dan mengambil hasil biopsi keesokan harinya. Berdasarkan hasil biopsi yang diperoleh, Aulia divonis mengidap kanker payudara di sebelah kiri, sehingga dokter menyarankan untuk segera melakukan operasi pengangkatan payudara agar sel kanker tidak menyebar. Akan tetapi Aulia tidak ingin melakukan pembedahan yang akan membuatnya tidak sempurna sebagai perempuan yang hanya memiliki satu payudara. Ia lebih memilih untuk menjalani berbagai macam pengobatan alternatif guna memulihkan kondisi kesehatannya. Akan tetapi tiga tahun berlalu, benjolan pada payudaranya semakin membesar hingga pecah dan mengeluarkan nanah. Aulia pada dasarnya tetap ingin mempertahankan payudaranya dan yakin bahwa ia tetap dapat pulih tanpa melakukan pembedahan, namun atas desakan Sofyan pada akhirnya Aulia memutuskan untuk menjalani pembedahan.

  Tidak hanya menjalani pembedahan, Aulia juga masih harus melakukan serangkaian tindakan radiasi dan kemoterapi sebanyak 8 kali di luar negeri, namun Aulia merasa tidak sanggup melanjutkan kemoterapi setelah kemoterapi yang ketiga.

  137

  Selanjutnya Aulia memilih untuk melakukan pengobatan medis dengan herbal di dalam negeri, setelah mendapat persetujuan dari dokter sebelumnya. Tindakan medis yang dijalani Aulia, membuatnya memiliki banyak memiliki keterbatasan dan juga ditambah dengan rasa kaku dan bengkak pada tangan kirinya yang sulit untuk digerakkan. Selain itu, tindakan medis dengan mengangkat sebelah payudaranya membuat Aulia merasa tidak menarik secara fisik, yang kemudian membuatnya tidak percaya diri untuk bertemu banyak orang, bahkan jika harus bertemu dan berhadapan dengan orang-orang di rumahnya, termasuk Sofyan. Aulia merasa rendah diri, malu, dan kehilangan gairah di hadapan Sofyan sehingga akhirnya memutuskan untuk tidak lagi melakukan hubungan suami istri. Sofyan memahami kondisi Aulia dan terus mendukungnya, namun Aulia merasa kecewa dengan hidupnya yang tidak sempurna sebagai perempuan, karena penyakit yang ia derita tidak hanya membuat perannya terbatas, namun juga aktivitasnya dan tidak memungkinkannya untuk memiliki keturunan. Menyadari kondisinya tersebut, ia dan Sofyan akhirnya memutuskan untuk mengasuh seorang anak di tahun 2007. Kehadiran anak tersebut, membuat Aulia merasa hidupnya berarti dan harus diperjuangkan. Ia kemudian beranjak pulih dari penyakitnya, dan kembali bekerja. Aulia merasa kebahagiaannya kembali dengan perannya sebagai istri, ibu, dan wanita yang mandiri. Akan tetapi di akhir tahun 2011, Aulia merasakan ada yang tidak beres dengan lengan kirinya selesai berolahraga. Ia mulai curiga bahwa sel kankernya kembali tumbuh, sehingga di hari yang sama ia kembali memeriksakan payudaranya ke dokter. Hasil pemeriksaan dan biopsi dokter menyatakan bahwa kankernya telah tumbuh di ketiak/aksila sebelah kiri, sehingga dokter menyarankannya untuk melakukan kemoterapi sebanyak 12 kali. Aulia merasa sangat ketakutan dengan vonis dokter mengenai kondisi kesehatannya, yang mengharuskannya kembali menjalani kemoterapi.

  Selama 11 kali menjalani kemoterapi, Aulia memutuskan untuk tidak menyelesaikan kemoterapinya dan menyisakan satu kali lagi kemoterapi. Bayangan akan vonis, segala tindakan medis dan pengobatan yang harus ia lakukan demi memulihkan kondisi kesehatannya membuatnya merasa takut, cemas dan gelisah. Ia merasa bahwa kanker payudaranya tidak akan mungkin pulih dengan segera meski ia rutin melakukan pengobatan, sehingga hanya akan memperjelas statusnya sebagai wanita yang tidak sempurna, yakni wanita sekarat yang hanya memiliki satu payudara. Kondisi tersebut diperparah ketika ia merasa diperlakukan istimewa oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, yang membuatnya merasa sedih, marah dan kecewa pada diri sendiri. Ia

  138

  merasa tidak nyaman dengan bantuan orang lain, ia tidak ingin dianggap lemah dan dianggap tidak berdaya dengan kondisi kesehatannya, yang ia rasa semakin hari semakin memburuk.

2) Data Alloanamnesa

  Diperoleh dari : Sheira* (47 tahun, perempuan) Hubungan dengan Aulia : Sahabat dan rekan kerja

  Sheira merupakan sahabat sekaligus rekan kerja Aulia di kantor, yang merupakan salah satu orang terdekat yang dipercaya Aulia untuk berbagi cerita dan keluh kesahnya. Menurut Sheira, semenjak didiagnosa kanker payudara oleh dokter, dan disarankan untuk mengikuti serangkaian tindakan medis ada banyak hal yang berubah dari Aulia. Ia menjadi pemurung, penyendiri, tidak bersemangat dan tidak lagi aktif dalam banyak kegiatan dan pertemuan, terutama untuk kegiatan informal yang menjadi kegiatan favoritnya sebelum sakit. Selain itu, Aulia juga selalu menghindari pembicaraan yang mengarah pada kondisi kesehatannya. Perubahan tersebut semakin bertambah ketika dokter mendiagnosa kankernya kembali tumbuh dan disarankan untuk kembali menjalani beberapa tindakan medis, diantaranya kemoterapi. Aulia pernah mengatakan bahwa ia kecewa dan putus asa dengan pengobatan yang tidak berhasil membuat kondisi kesehatannya membaik. Ia takut ke depan kondisi kesehatannya semakin memburuk, dengan diagnosa baru dan kembali menjalani pengobatan medis. Ia sudah sangat kecewa dan putus asa dengan vonis dan tindakan medis saat ini yang telah membatasi peran dan aktivitasnya, sehingga tidak dapat membayangkan kondisi yang lebih parah dari saat sekarang yang membuatnya dibayangi rasa takut hari demi hari. Semenjak itu, ia semakin jarang aktif dalam berbagai kegiatan informal favoritnya, dan menghindari pertanyaan serta pembicaraan seputar kesehatannya. Ia juga semakin sangat sensitif dalam keseharian, mudah tersinggung dengan perlakuan yang diberikan oleh rekan-rekan kerja di kantor. Perlakuan biasa dianggap Aulia sebagai perlakuan istimewa yang merendahkannya sebagai karyawan dengan status kesehatannya.

  Diperoleh dari : Nina* (29 tahun, perempuan) Hubungan dengan Aulia : Pekerja yang dianggap teman Nina merupakan pekerja rumah tangga yang telah bekerja dengan Aulia saat Aulia divonis kanker payudara yang pertama. Menurut Nina, kondisi Sofyan yang dari awal lebih banyak menghabiskan waktu di luar kota untuk bekerja, membuat Aulia juga lebih banyak mengisi harinya untuk bekerja di kantor meski Aulia sudah di vonis kanker payudara oleh dokter. Akan tetapi semenjak divonis kankernya tumbuh kembali dan

  139

  menjalani pengobatan medis yang terakhir, Aulia lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Aulia sering mengalami suasana hati yang tidak menyenangkan karena dibayangi ketakutan-ketakutan akan vonis dan pengobatan medis selanjutnya jika kondisi kesehatannya semakin memburuk. Hal tersebut membuat Aulia menjadi murung, tidak bersemangat dalam keseharian, dan menghindari tamu yang datang ke rumah baik itu keluarga maupun teman kerja, Aulia juga terkadang keberatan dan merasa tidak nyaman dengan pekerjaan-pekerjaan rumah yang dikerjakan sehingga memilih untuk mengerjakannya sendiri, meski setelah itu ia butuh istirahat lebih lama untuk memulihkan kondisi fisiknya yang lelah.

c. Kesimpulan Tes 1) Tes Inteligensi

  Berdasarkan hasil pemeriksaan inteligensi menunjukkan bahwa Aulia memiliki kapasitas kecerdasan yang berfungsi pada taraf rata-rata atas (Full Scale IQ=114 menurut skala Wechsler). Pada kemampuan verbal, hal yang menonjol adalah kemampuan Aulia dalam perkembangan konsep berbahasa, kelancaran dalam hal verbal, memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan secara mudah dan fleksibel, dan memiliki

  

long term memory yang cukup baik. Untuk kemampuan performance, kemampuan yang

  paling menonjol adalah kemampuan dalam hal identifikasi dan perhatian visual, kesadaran terhadap detail dalam lingkungan, dan kemampuan untuk membedakan objek. Meskipun demikian, daya ingat jangka pendeknya cenderung kurang baik, ia kurang dapat berkonsentrasi dan mempertahankan perhatian, terkadang mudah terdistraksi atau mengalami gangguan rentang perhatian, dan visual motorik yang kurang baik. Hal ini membuatnya sulit berkonsentrasi dan beradaptasi terhadap hal-hal baru, sehingga membuatnya rentan mengalami kecemasan.

2) Tes Kepribadian

  Berdasarkan hasil tes kepribadian, dapat dikatakan bahwa Aulia memiliki konsep diri yang cenderung negatif. Ia cemas, lelah dan bosan dalam menghadapi tuntutan dalam hidupnya (TAT). Tuntutan tersebut berkaitan dengan kondisi kesehatannya, yang ia yakini dipengaruhi oleh kemampuan, minat, usaha dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya (TAT, HLOC). Ia kurang mampu, butuh waktu dan kenyamanan, serta perhatian, kepedulian dan dukungan untuk membantunya terlepas dari permasalahan yang ada (HT, TAT). Dalam berinteraksi, Aulia cenderung lebih mudah dan menyenangi interaksi dengan orang-orang yang lebih muda dibandingkan dengan orang-orang yang lebih tua

  140

  dan seumuran dengannya. Dengan orang-orang yang lebih muda, Aulia lebih dapat bersikap peduli dan menyayangi, dibandingkan dengan orang-orang yang seumuran dan lebih tua darinya. Hal ini berkaitan dengan kebutuhannya yang ingin diperhatikan, dipahami dan dipedulikan (TAT).

  4. GAMBARAN PSIKOLOGIS

  Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, masalah yang dihadapi Rima dapat dijelaskan dengan teori humanistik dari tokoh Carl Rogers. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa isi self Aulia adalah disiplin, tanggung jawab dan memiliki keinginan/tekad yang kuat. Isi self tersebut berkembang dari riwayat keluarganya yakni Aulia yang berasal dari keluarga besar yang harmonis dengan pola asuh orang tua yang disiplin dan tegas. Dia menyenangi ayah yang memiliki tanggung jawab terhadap keluarga, dengan menafkahi dan selalu meluangkan waktu mendampingi keluarga meski ayah sibuk dengan pekerjaannya. Begitu juga dengan ibu yang berperan baik sebagai istri dan ibu bagi Aulia dan para saudaranya. Kondisi tersebut membuatnya mengembangkan ideal self berupa menjadi wanita yang berhasil dalam pekerjaan, menjadi istri yang melayani suami dengan baik dan sebagai ibu dengan memiliki anak dan mendampingi mereka tumbuh dewasa.

  Dalam perjalanan hidup selanjutnya, Aulia memilih dan memutuskan menikah dengan Sofyan yang ia anggap dapat dijadikan pasangan hidup yang mampu memahami dan menerimanya dengan segala kondisi yang ada padanya. Bersama Sofyan, membuat Aulia merasa bahwa ideal selfnya akan terpenuhi. Akan tetapi beberapa tahun berselang, kehidupannya berubah ketika ia divonis menderita kanker payudara dan harus menjalani beberapa tindakan medis guna penyembuhan dan pemulihan kondisi kesehatannya. Mulai saat itu, Aulia merasa sulit dan terhambat menjalankan perannya. Kondisi ini tidak sesuai dengan ideal self yang ada padanya. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan (anxiety), yang didasari oleh hambatannya untuk melakukan organismic valuing process ketika ia berperan sebagai wanita, istri dan ibu dalam kondisi sakit. Ia menyadari kondisi tersebut, namun ia terhambat dalam mengevaluasi keadaan berkaitan dengan kondisi kesehatannya sehingga menimbulkan persepsi bahwa dengan kondisi kesehatan yang kemungkinan semakin memburuk, membuatnya tidak mampu menjalankan peran yang sesuai dengan nya. Kondisi ini terjadi dipengaruhi oleh condition of worth yang merupakan

  ideal self

  perkembangan positive regard ke positive self regard yang dimilikinya, dimana ia memiliki tuntutan yang tinggi pada diri sendiri. Hal ini dikembangkan dari pengalaman

  141

  yakni ketika dalam kondisi sesulit apapun, ia mampu menyelesaikannya. Misalnya ketika ia berhasil mencapai posisi terbaik yang ia inginkan dalam pekerjaan dan ketika ia berhasil mempertahankan posisinya tersebut.

  Pengalaman-pengalaman tersebut membuat Aulia tidak dapat menerima/menolak keadaannya saat ini yang memiliki masalah berkaitan dengan kondisi kesehatannya sehingga memicunya untuk mengalami ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan. Ia mengembangkan defensive berupa distortion, dengan membiarkan pengalaman muncul ke kesadaran tetapi dalam bentuk yang sesuai dengan self. Kondisi ini membuatnya menjadi semakin sensitif, mudah marah dan mudah sedih, hingga akhirnya menjadi sering berselisih paham dengan orang-orang terdekatnya. Ia merasa dikasihani karena penyakitnya, dan hal tersebut membuatnya merasa tidak nyaman.

  5. DIAGNOSA

  Axis I : 293.84 Anxiety Disorder Due to General Medical Condition Axis II : V71.09 No Diagnosis, represi (menekan perasaan untuk menghindari konflik) Axis III : Carcinoma mamae with metastase pulmo Axis IV : Occupational problem; difficult work condition (sulit/terhambat melakukan tugas-tugas rumah dan tugas-tugas kantor) Axis V : 65

  6. SARAN

  Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, disarankan agar Aulia mengikuti well

  

being therapy . Tujuan dari terapi ini adalah agar Aulia mampu meminimalisir/mereduksi

  emosi-emosi negatif dan meningkatkan emosi-emosi positif dalam dirinya berkaitan dengan kondisi kesehatannya, sehingga Aulia lebih terbuka dan mampu untuk menerima kondisinya saat ini dan menjalin hubungan yang positif dengan orang-orang di sekitarnya.

LAMPIRAN II DATA RESUME PARTISIPAN II

  142

DATA RESUME PARTISIPAN II

  7. IDENTITAS

  Nama : Rheina Usia : 39 Tahun Tanggal pemeriksaan : September s/d Januari 2012 Tempat pemeriksaan : Home visite

  8. KELUHAN

  Rheina selalu merasa takut, cemas dan gelisah setiap kali ada bagian tubuhnya yang terasa nyeri dan sakit. Ia merasa khawatir bahwa penyakit kanker payudara yang ia derita telah menyebar dan menggerogoti bagian tubuhnya yang lain, sehingga akan kembali membuat kondisinya tidak berdaya dan memperjelas statusnya sebagai perempuan yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan yang ia maksud adalah menjadi hanya memiliki sebelah payudara, dan terbatas dalam menjalankan peran sebagai istri untuk membantu suami menafkahi keluarga dan sebagai ibu yang mendampingi anak- anaknya tumbuh dewasa. Kondisi ini membuatnya lebih sensitif dan sering berselisih paham dengan orang-orang terdekatnya.

  9. HASIL ASESMEN

d. Kesimpulan Observasi

  Rheina bersikap ramah dan ingin selalu terlihat ceria meski ia sedang dihadapkan pada permasalaha hidup berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Ia cenderung tertutup, dan hanya akan bercerita kepada orang-orang yang dianggap dekat atau orang-orang yang ia percaya. Selama pemeriksaan, ia cukup ekspresif untuk menunjukkan emosi-emosi negatif yang ada dalam dirinya, seperti ketika mengekspresikan perasaan sedih, perasaan kesal, perasaan takut, perasaan marah, dan perasaan kecewanya. Perasaan-perasaan tersebut tergambar jelas ketika ia bercerita mengenai keluhan dan permasalahan yang ia alami. Ia juga tidak mengalami kesulitan untuk memahami instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya.

  143

e. Kesimpulan Wawancara 1) Data Autoanamnesa

  Rheina berasal dari keluarga besar dengan ayah yang dua kali kembali menikah setelah ibunya meninggal dunia, dan kenyataan bahwa ia yang masih berusia 11 tahun waktu itu harus mengasuh adiknya yang masih kecil dan tinggal terpisah dari ayahnya meski ayah mencukupi kebutuhan hidup mereka. Rheina tumbuh dalam kondisi ayah yang jarang ada bersama mereka dan ibu pengganti yang tidak mampu berperan menjadi sosok ibu yang diharapkan. Sosok ibu yang diharapkan yang ia maksud adalah sosok ibu yang menyayangi, mendampingi, dan memenuhi segala kebutuhan Rheina dan saudaranya. Kondisi tersebut membuatnya tumbuh mandiri dengan peran sebagai kakak sekaligus ibu bagi adiknya. Ketekunan dan kerja keras membuatnya berhasil menyelesaikan pendidikan dengan nilai yang cukup memuaskan, meski butuh kesabaran sebelum akhirnya ia berhasil mendapatkan pekerjaan.

  Rheina sempat menjalin hubungan dengan beberapa pria, namun pada akhirnya selalu berakhir dengan kesedihan dan kecewaan. Rheina kemudian bertemu dengan Rudy yang dianggap memahami dan menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Ia kemudian menikah dengan Rudy dan mereka pun dikaruniai dua orang anak. Kehidupan pernikahannya berjalan harmonis meski kesulitan ekonomi dan campur tangan dari pihak keluarga Rudy sering kali menjadi permasalahan tersendiri di keluarga kecil mereka. Rheina yang ikut membantu Rudy mencari nafkah, membuatnya mengabaikan rasa lelah dan tidak pernah mengeluh. Ia tidak pernah mengalami keluhan-keluhan berkaitan dengan fisiknya sampai suatu hari di bulan Maret 2007, Rheina merasa nyeri di payudaranya sebelah kanan dan ia mudah lelah ketika menjalani aktivitasnya. Rheina berusaha mengabaikan keluhan fisiknya sampai kondisinya semakin hari semakin mengkhawatirkan, sehingga Rudy membawanya memeriksakan diri ke dokter. Setelah pemeriksaan, diketahui bahwa Rheina memiliki tumor jinak yang tumbuh di sebelah kanan payudaranya sehingga harus dilakukan operasi untuk pengangkatan tumor jinak tersebut. Rheina merasa sedih, shock, namun ia berusaha bersikap tegar setelah mendapat dukungan dari suami, anak-anak, dan keluarganya. Saat itu ia berpikir bahwa ia harus tetap sehat demi keluarganya, meski kesehatannya harus melalui operasi untuk mengambil penyakit dari tubuhnya.

  Setelah operasi pengangkatan, Rheina tidak mengalami keluhan yang signifikan pada payudaranya seperti sakit atau nyeri, dan yang lainnya. Ia merasa gembira karena

  144

  kembali dapat bekerja dan beraktivitas seperti sebelumnya. Akan tetapi pada bulan September di tahun yang sama, ia kembali merasakan keluhan di payudara sebelah kanannya yang dirasa sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pada awalnya ia abaikan sampai akhirnya suami memaksanya kembali memeriksakan diri ke dokter. Hal yang mengejutkan Rheina dari pemeriksaan tersebut adalah ketika dokter kembali memberitahu Rheina bahwa telah tumbuh tumor ganas/kanker pada payudaranya yang di sebelah kanan. Hal ini membuat Rheina harus melakukan operasi pengangkatan pada seluruh payudara sebelah kanannya. Rheina merasa kecewa, sedih, shock, dan tidak terima atas ujian kesehatan yang menimpanya. Ia merasa ujian yang ditujukan padanya sangat berat untuk dipikul, membuatnya tidak berdaya sehingga pada akhirnya ia menyerah dengan kondisi yang mengharuskannya hanya memiliki sebelah payudara. Setelah pembedahan, Rheina menjadi tidak percaya diri dengan bentuk payudaranya, terutama ketika meraba bagian payudaranya, ketika berhadapan dengan suami, dan ketika melihat bentuk payudara wanita lain yang masih utuh. Akan tetapi, Rheina masih tetap melakukan hubungan suami istri dengan Rudy, meski ia sering kali merasa tidak nyaman dengan bentuk payudaranya. Rheina sering menyamarkan bentuk payudaranya dengan segala cara seperti menambahkan ganjalan di dalam bra yang ia pakai, dengan memakai jilbab yang menjuntai ke bawah menutupi payudaranya dan dengan memakai pakaian yang longgar dari yang biasa ia pakai.

  Selain pembedahan, Rheina juga masih harus mengikuti radiotherapy sebanyak 25 kali, dan kemoterapi sebanyak 11 kali yang membuatnya sulit tidur, merasakan mual, muntah, panas, kaku, nyeri, rambut rontok, dan sebagainya, sebagai efek radiotherapy dan kemoterapi yang ia jalani. Rheina merasa beban dan ujian hidupnya semakin berat, membuatnya semakin tidak berdaya dan merasa tersakiti dengan vonis dan segala tindakan medis yang harus ia lakukan demi memulihkan kondisi kesehatannya. Akan tetapi dari semua hal yang terjadi berkaitan dengan pemulihan kesehatannya, baginya hal yang tidak mampu dipulihkan adalah kondisinya yang tidak lagi sebagai wanita sempurna, yakni wanita yang menderita penyakit kanker payudara yang hanya memiliki satu payudara. Ia tidak menyukai bentuk payudara dimana satu payudara sudah tidak ada lagi, dan sering kali bersedih dan menjadi lebih sensitif dalam keseharian. Meski demikian, Rheina berupaya untuk tetap terlihat tegar dan termotivasi berkat dukungan keluarga, terutama dari suami dan anak-anaknya. Ketika melihat kedua anaknya, ia dapat menjadi lebih kuat karena ia tidak ingin anak-anaknya tumbuh dengan kekurangan kasih sayang ibu seperti

  145

  ketika dulu ia di masa kanak-kanak. Hal tersebut membuat Rheina membiasakan diri dengan penyakit dan payudaranya yang hanya tinggal sebelah, membuatnya kembali beraktivitas, dan menjalankan perannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Meski demikian perasaan sedih dan kecewa dalam dirinya masih saja sering muncul.

  Pada tahun 2011, Rheina kembali merasakan keluhan pada bagian lengan kanannya yang terasa nyeri dan tegang ketika digerakkan. Selain itu, ia sering merasa sesak dan sulit bernafas ketika ia telah lelah beraktivitas. Kondisi tersebut membuatnya khawatir dan takut jika ia menderita penyakit baru. Rheina yang kemudian ditemani oleh suaminya, kembali memeriksakan diri ke dokter. Kekhawatiran Rheina pun terjawab ketika dokter kembali memvonis bahwa kankernya kembali tumbuh di ketiak/aksila sebelah kanan, meski massanya tidak terlalu besar. Selain itu, sel kanker yang ada di tubuh Rheina telah mulai menyebar hingga ke paru yang terkadang membuatnya sesak dan sulit bernafas. Kondisi ini membuat Rheina harus kembali mengikuti kemoterapi sebanyak 6 kali, yang jadwalnya akan berakhir pada bulan September 2012. Kemoterapi tahap lanjut yang dijalani Rheina, sangat menguras energi dan keikhlasannya. Ia merasakan efek fisik dan mental yang lebih parah dibandingkan kemoterapi tahap sebelumnya. Saat ini Rheina menjadi sangat hati-hati dan menjadi sangat perasa ketika ia merasakan nyeri, sakit atau hal yang tidak beres pada tubuhnya. Ia menjadi takut, cemas dan gelisah, merasa khawatir bahwa penyakit kanker payudara yang ia derita telah menyebar dan menggerogoti bagian tubuhnya yang lain. Ia tidak ingin kembali sakit yang membuatnya tidak berdaya dan memperjelas statusnya sebagai perempuan yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan yang ia maksud adalah menjadi hanya memiliki satu payudara dan terbatas dalam menjalankan peran sebagai istri yang membantu suami menafkahi keluarga, dan sebagai ibu yang mendampingi anak-anaknya tumbuh dewasa. Di satu sisi Rheina menyadari bahwa penyakit yang dideritanya membuatnya banyak memiliki keterbatsaannya, namun di sisi lain ia merasa tidak nyaman jika harus meminta bantuan dan perhatian dari orang lain meski ia merasa membutuhkannya. Kondisi tersebut membuat Rheina lebih sensitif, menjadi mudah marah dan mudah sedih, sehingga menjadi sering berselisih paham dengan orang-orang terdekatnya.

  146

2) Data Alloanamnesa

  Diperoleh dari : Rudy* (43 tahun, laki-laki) Hubungan dengan Rheina : Suami

  Menurut Rudy, vonis kanker payudara dan serangkaian tindakan medis yang dilakukan oleh dokter telah membuat banyak perubahan pada Rheina, dari yang dulunya bersemangat dalam banyak hal, ceria, banyak bicara dan terbuka, berubah menjadi murung, banyak memiliki ketakutan, bersikap tertutup dan sensitif untuk hal-hal yang tidak pada tempatnya dan terkadang sensitif tanpa alasan yang jelas. Kadang Rheina mengawali hari dengan ceria dan bersemangat untuk mempersiapkan barang dagangannya, namun mendadak marah ketika Rudy dan kedua anak mereka membantunya tanpa diminta. Akan tetapi di waktu lain ketika Rudy melihat Rheina mengawali hari dengan ceria dan semangat, maka ia dan kedua anaknya menunggu waktu kapan mereka harus membantu, namun hal tersebut malah membuat Rheina marah. Rudy sering mendapati Rheina murung, dan ketika ditanya atau ketika Rudy mencoba menghiburnya, maka Rheina malah lebih murung, bahkan juga terkadang memicu kemarahan Rheina. Kondisi perubahan yang terjadi pada Rheina sering membuat Rudy bingung dalam bersikap dan sering kali memicu perselisihan mulut diantara ia dan Rheina. Rheina sulit diajak bicara dengan baik-baik, dan selalu berpikir bahwa orang-orang yang ada di sekitarnya terutama keluarga tidak ada yang peduli dan perhatian padanya. Rudy mencoba memahami kondisi kesehatan Rheina, dan memberi pengertian kepada kedua anak mereka untuk juga memahami dan sabar dalam menghadapi Rheina, serta terus mendukung agar Rheina bisa sehat, ceria dan bersemangat lagi seperti sebelumnya.

  Diperoleh dari : Reza dan Erna* (15 dan 11 tahun, laki-laki dan perempuan) Hubungan dengan Rheina : Anak Menurut Reza dan Erna, Rheina banyak berubah sikap semenjak bermasalah dengan kondisi kesehatanannya. Perubahan sikap tersebut seperti mudah sensitif dalam keseharian, dan khawatir yang berlebih terhadap segala hal yang terkait dengan perubahan-perubahan yang Rheina rasakan dalam tubuhnya. Rheina sering sensitif untuk hal yang tidak pada tempatnya, dan seringnya tanpa alasan yang bisa dimengerti oleh Reza dan Erna. Rheina juga sering berpikir kalau ia menghadapi sendiri penyakitnya, tanpa ada satu orang pun yang peduli dan mengerti dia, padahal Rheina yang sering kali menganggap salah kepedulian dan perhatian yang diberi. Kondisi ini membuat hubungan yang mereka jalani dengan Rheina kurang harmonis. Perubahan tersebut kadang membuat

  147

  keduanya bingung dalam mencari cara terbaik untuk memperlakukan ibunya tersebut, agar tetap semangat melawan penyakitnya.

f. Kesimpulan Tes 1) Tes Inteligensi

  Hasil pemeriksaan inteligensi menunjukkan bahwa Rheina memiliki kapasitas kecerdasan yang berfungsi pada taraf rata-rata atas (Full Scale IQ=110 menurut skala Wechsler). Pada kemampuan verbal, hal yang menonjol adalah kemampuan Rheina dalam perkembangan konsep berbahasa, kelancaran dalam hal verbal, memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan secara mudah, dan memiliki long term memory yang cukup baik. Namun ia kurang memiliki kemampuan dalam penalaran angka dan komputansi, kurang dapat mengingat hal-hal yang sifatnya jangka pendek, tidak mampu berfikir fleksibel sehingga rentan mengalami kecemasan. Untuk kemampuan performance, kemampuan yang paling menonjol adalah kemampuannya dalam hal identifikasi dan perhatian visual, serta kesadaran terhadap detail. Sedangkan kemampuan yang kurang dapat dilakukannya adalah kemampuan untuk membedakan atau menghubungkan antara satu objek dengan objek lainnya, kemampuan dalam hal visual motorik, dan kemampuan untuk belajar dan merespon hal baru, sehingga ia mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada persoalan-persoalan baru di dalam kehidupannya.

2) Tes Kepribadian

  Hasil tes kepribadian menunjukkan bahwa Rheina memiliki konsep diri yang cenderung negatif. Ia merasa tidak yakin dan cemas akan ketidakmampuannya dalam mewujudkan apa yang menjadi keinginan dan harapannya (TAT). Hal ini terkait dengan kondisi kesehatannya, yang ia yakini dipengaruhi oleh kemampuan, minat, usaha, nasib/takdir dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya untuk mendukung dan mendengarkannya, untuk menyayangi, perhatian dan peduli padanya (HT, HLOC, TAT). Akan tetapi ia merasa lingkungan sekitar meninggalkannya, mengabaikannya dan menolaknya (TAT). Ia cenderung lebih mudah dan menyenangi interaksi dengan orang- orang yang lebih tua darinya yang membuatnya mampu bersikap menyayangi dan menunjukkan kepeduliannya, dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda dan seumuran dengannya. Meski pada dasarnya ia juga dapat bersikap menyayangi dan peduli pada orang-orang yang lebih muda dan seumur dengannya, namun terkadang pengabaian dan penolakan dari mereka membuatnya merasa khawatir dan mengalami kekecewaan (TAT). Ia butuh waktu dan memiliki toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan labil

  148

  secara emosi sehingga ia rentan mengalami kecemasan terutama ketika dihadapkan pada permasalahan-permasalahan baru di dalam kehidupannya (HT, TAT)

  10. GAMBARAN PSIKOLOGIS

  Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, masalah yang dihadapi Rheina dapat dijelaskan dengan teori humanistik dari tokoh Carl Rogers. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa isi self yang dimiliki Rheina adalah tanggung jawab, punya keinginan/tekad yang kuat. Isi self ini berkembang dari riwayat keluarganya. Rheina memiliki ideal self berupa untuk menjadi seseorang yang bertanggung jawab dengan berperan sebagai istri yang membantu menafkahi keluarga, dan sebagai ibu yang menyayangi dan mendampingi anak- anaknya hingga tumbuh dewasa.

  Dalam perjalanan hidup Rheina selanjutnya, setelah beberapa kali pacaran yang berakhir karena pasangan Rheina menganggap Rheina wanita yang kurang peduli pada pasangan, Rheina akhirnya menikah dengan Rudy dan mereka pun dikaruniai dua orang anak. Rudy mampu memahami dan menerimanya, dan bersama Rudy membuat Rheina merasa bahwa akan terpenuhi ideal selfnya. Akan tetapi beberapa tahun berselang, kehidupan Rheina berubah ketika ia divonis menderita kanker payudara dan harus menjalani beberapa tindakan medis guna penyembuhan dan pemulihan kondisi kesehatannya. Mulai saat itu, Rheina merasa sulit dan terhambat menjalankan perannya. Kondisi ini tidak sesuai dengan ideal self yang ada pada Rheina, dan menimbulkan kecemasan (anxiety) pada dirinya. Hal ini didasari oleh hambatannya untuk melakukan

  

organismic valuing process ketika ia berperan sebagai ibu dalam kondisi sakit. Ia

  menyadari kondisinya, namun ia tidak mau mengevaluasi keadaan berkaitan dengan kondisi kesehatannya sehingga menimbulkan persepsi bahwa dengan kondisi kesehatannya yang kemungkinan semakin memburuk, membuatnya tidak mampu menjalankan peran sebagai istri dan ibu sesuai dengan ideal selfnya. Kondisi ini terjadi dipengaruhi oleh condition of worth yang merupakan perkembangan positive regard ke

  

positive self regard yang dimiliki oleh Rheina, dimana ia memiliki tuntutan yang tinggi

  pada dirinya. Hal ini dikembangkan dari pengalamannya yakni ketika dalam kondisi sesulit apapun, Rheina mampu menyelesaikannya. Misalnya ketika ia berhasil berperan menjadi sosok ibu bagi saudaranya saat mereka tidak memiliki sosok ibu, dan ketika ia berhasil mendampingi suami dan keluarga saat keluarga besar suami melecehkan kondisi mereka yang sulit di awal pernikahan.

  149

  Pengalaman-pengalaman tersebut membuat Rheina tidak dapat menerima/menolak keadaannya saat ini yang memiliki masalah berkaitan dengan kondisi kesehatannya sehingga memicunya untuk mengalami ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan setiap kali merasakan sakit dan nyeri atau hal yang tidak beres pada tubuhnya. Apa yang terjadi pada Rheina berkaitan dengan kondisi kesehatannya, merupakan defensive yang muncul pada dirinya. Defensive yang dikembangkan oleh Rheina yaitu denial. Rheina mempersiapkan struktur self dari ancaman dengan menolak munculnya pengalaman yang menimbulkan kecemasan tersebut. Kondisi ini membuat Rheina menjadi semakin sensitif, mudah marah dan mudah sedih, hingga akhirnya menjadi sering berselisih paham dengan orang-orang terdekatnya. Rheina merasa perhatian dan penghargaan dari orang-orang di sekitarnya tidak tulus dan hanya untuk membuatnya senang. Rheina merasa dirinya dikasihani karena penyakitnya, dan hal tersebut membuat Rheina merasa tidak nyaman. Ia merasa dirinya menjadi beban orang-orang di sekitarnya.

  11. DIAGNOSA

  Axis I : 293.84 Anxiety Disorder Due to General Medical Condition Axis II : V71.09 No Diagnosis Axis III : Carcinoma mamae with metastase pulmo Axis IV : Occupational problem; stressful work schedule (sulit/terhambat melakukan pekerjaan rumah dan pekerjaan sebagai pedagang), stressful

  work schedule (jadwal tugas/pekerjaan yang padat dalam keseharian)

  Axis V : 63

  12. SARAN

  Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, disarankan agar Rheina mengikuti well

  

being therapy . Tujuan dari terapi ini adalah agar Rheina memiliki kemampuan untuk

  meminimalisir/mereduksi emosi-emosi negatif dan meningkatkan emosi-emosi positif dalam dirinya berkaitan dengan kondisi kesehatannya, sehingga ia mampu untuk menerima kondisinya saat ini dan menjalin hubungan yang positif dengan orang-orang terdekat dan dengan orang-orang di sekitarnya.

LAMPIRAN III MODUL/RANCANGAN WELL-BEING THERAPY

  150

MODUL/RANCANGAN WELL-BEING THERAPY UNTUK PENDERITA

KANKER PAYUDARA

  

MODUL I

Initial Session (Pembukaan)

  

Sesi 1. Pembukaan dan Identifikasi Masalah

Tujuan:

  Partisipan mendapatkan insight untuk meminimalisir dan bahkan menghilangkan pikiran dan keyakinan (interupsi premature) yang menghambatnya memperoleh well yang optimal.

  being Waktu: 120 menit Teknik: Diskusi dan self monitoring Kegiatan: 1.

  Peneliti menjelaskan cara penggunaan lembar “Suasana Hati” 2. Peneliti memberikan informasi dan pemahaman pada partisipan mengenai terapi yang akan diberikan (alasan, tujuan, waktu/durasi, peran terapis dan peran partisipan)

  3. Peneliti menjelaskan mengenai episodes of well-being dan meminta partisipan untuk memberikan contoh dalam hidupnya. Setelah partisipan memberikan contoh yang benar, peneliti dapat menjelaskan tentang self observation, diikuti dengan contoh dari partisipan. Terapis meminta partisipan untuk memberikan contoh kejadian dengan intensitas dari sangat buruk, buruk, cukup, baik, sangat baik

  Alat bantu: 1.

  Alat tulis 2. Lembar Suasana Hati 3. Lembar Observasi Diri

MODUL II

  

Intermediate session (cognitive resctructuring)

Sesi 2. Cognitive resctructuring: self-acceptance 1

Tujuan:

  Partisipan mendapatkan insight untuk memiliki sikap positif terhadap dirinya, dan merasa positif dengan hal yang terjadi.

  Waktu: 120 menit Teknik: Diskusi dan self report

  151 Kegiatan: 1.

  Pemeriksaan tugas episodes well-being. Tugas diperiksa dan didiskusikan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman partisipan akan episodes of well being dan menuntunnya agar mendapat insight akan potensi yang ia miliki.

  2. Peneliti meminta partisipan untuk menceritakan bagaimana ia mengatasi situasi-situasi dimana ia merasa tidak beruntung (menderita sakit)

  3. Peneliti memperkenalkan dan mengajarkan penggunaan Lembar Potensiku kepada partisipan yang dapat membantu partisipan menganalisa potensi yang ia miliki saat dihadapkan pada situasi-situasi dimana ia merasa tidak beruntung (menderita sakit) 4. Dari hasil pengisian Lembar Potensiku, partisipan dapat memiliki sikap menerima diri apa adanya dari segi positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap kondisi kesehatannya

  Alat bantu: 1.

  Alat tulis 2. Lembar Potensiku

MODUL III

  

Intermediate session (cognitive resctructuring)

Sesi 3. Cognitive resctructuring: self-acceptance 2

Tujuan:

  Partisipan dapat memiliki sikap menerima diri apa adanya dari segi positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap situasi saat ini dan situasi di masa depan

  Waktu: 120 menit Teknik: Diskusi dan self report Kegiatan: 1.

  Pemeriksaan tugas episodes well-being. Tugas diperiksa dan didiskusikan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman partisipan akan episodes of well being dan menuntunnya agar mendapat insight akan hikmah dari kondisi kesehatannya 2. Peneliti meminta partisipan menceritakan situasi-situasi dimana partisipan merasa puas dengan dirinya, senang dengan apa yang terjadi dan memiliki hal yang sesuai dengan harapannya. Lalu partisipan juga diminta untuk menceritakan situasi-situasi dimana partisipan merasa tidak puas dengan dirinya, kecewa dengan apa yang terjadi dan harapannya dalam kondisi sekarang.

  3. Peneliti memperkenalkan dan mengajarkan pengunaan Lembar Caraku Bersyukur kepada partisipan untuk membantunya menganalisa hal-hal positif dan negatif yang terjadi semenjak bermasalah dengan kondisi kesehatan. Lalu menyebutkan apa yang sepantasnya dilakukan.

4. Peneliti bersama partisipan mendiskusikan hasil dari lembar Caraku Bersyukur

  152 Alat bantu: 1.

  Alat tulis 2. Lembar Caraku Bersyukur

MODUL IV

  

Intermediate session (cognitive resctructuring)

Sesi 4. Cognitive resctructuring: positive relation with other

Tujuan:

  Partisipan dapat memiliki insight untuk memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat dan orang-orang di sekitarnya.

  Waktu: 90 menit Teknik: Diskusi dan self report Kegiatan: 1.

  Pemeriksaan tugas episodes well being. Tugas diperiksa dan didiskusikan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman partisipan akan episodes of well being dan menuntunnya agar mendapat insight akan hubungan yang positif dengan orang- orang yang ada di sekitarnya

  2. Peneliti meminta partisipan menceritakan situasi-situasi dimana ia merasa tidak memiliki hubungan yang positif, hangat dan dapat percaya dan mengidentifikasi pikiran dan keyakinannya terhadap situasi-situasi tersebut 3. Peneliti memperkenalkan dan mengajarkan penggunaan Lembar Saling Memberi dan

  Menerima kepada partisipan yang dapat membantunya memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat dan orang-orang di sekitarnya

  Alat bantu: 1.

  Alat tulis 2. Lembar Saling Memberi dan Menerima

  

MODUL V

Final session (Penutupan)

  

Sesi 5. Evaluasi dan terminasi

Tujuan:

1. Partisipan mampu memahami bagaimana mengelola episodes of well being yang terjadi padanya.

  2. Partisipan mampu memanfaatkan hal-hal dan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan untuk meningkatkan psychological well being dalam dirinya berkaitan dengan kondisi

  153

  kesehatannya, serta meningkatkan hubungan positif dengan orang lain yang ada disekitarnya.

  Waktu: 90 menit Teknik: Diskusi dan self report Kegiatan: 1.

  Evaluasi tugas episodes of well-being 2. Mengisi lembar evaluasi diri sebelum dan setelah menjalani terapi 3. Terminasi

  Alat bantu: 1.

  Alat tulis 2. Lembar Evaluasi Diri

  154 LEMBAR “SUASANA HATI” Petunjuk pengisian: Tuliskan setiap perasaan yang kamu alami berkaitan dengan kondisi kesehatanmu.

  Perasaan tersebut dikategorikan menjadi dua, yakni perasaan-perasaan positif dan perasaan-perasaan negatif dengan mengisi kolom di bawah ini.

  NO. PERASAAN POSITIF PERASAAN NEGATIF LEMBAR “OBSERVASI DIRI” Petunjuk pengisian:

  Tuliskan situasi/pengalaman sulit yang pernah kamu hadapi berkaitan dengan kondisi kesehatanmu beserta pikiran dan perasaan yang muncul ketika itu. Lalu silahkan kategorikan situasi/pengalaman tersebut dengan memilih salah satu alternatif kategori berikut: SBR=Sangat Buruk, BR=Buruk, C=Cukup, BK=Baik, dan SBK=Sangat Baik. NO. SITUASI PIKIRAN/PERASAAN KATEGORI

  SBR BR C BK SBK

  155 LEMBAR “POTENSIKU” Petunjuk pengisian:

  Pada kolom yang tersedia, tulislah situasi sulit yang pernah kamu alami berkaitan dengan kondisi kesehatanmu. Lalu tuliskan juga hal yang menjadi kelebihan dan kekuranganmu dalam menghadapi situasi sulit tersebut.

  NO. SITUASI KELEBIHAN YANG KEKURANGAN YANG DIMILIKI (POSITIF) DIMILIKI (NEGATIF)

  LEMBAR “CARAKU BERSYUKUR” Petunjuk pengisian:

  Tulislah situasi/pengalaman yang pernah kamu hadapi berkaitan dengan kondisi kesehatanmu, dengan menyertakan pikiran/perasaan yang muncul ketika itu. Selanjutnya kategorikan hal tersebut sesuai dengan intensitasnya dengan menuliskan salah satu dari kategori; sangat buruk, buruk, cukup, baik, dan sangat baik, serta apa yang dapat kamu lakukan sebagai caramu bersyukur. NO. SITUASI PIKIRAN/PERASAAN KATEGORI CARA BERSYUKUR

  156 LEMBAR “SALING MEMBERI DAN MENERIMA” Petunjuk pengisian:

  Pada kolom berikut silahkan Anda tuliskan situasi/pengalaman kondisi kesehatan Anda yang berkaitan dengan orang-orang di sekeliling Anda, beserta pikiran dan perasaan yang muncul ketika itu. Lalu silahkan kategorikan hal tersebut dengan memilih salah satu kategori dari sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat baik. Terakhir, silahkan tuliskan hal yang dapat Anda lakukan berkaitan dengan kondisi tersebut. NO. SITUASI PIKIRAN/PERASAAN KATEGORI YANG DAPAT

  DILAKUKAN

  157 LEMBAR EVALUASI DIRI Petunjuk pengisian: Silahkan tuliskan gambaran kondisi Anda sesuai dengan kolom yang tersedia.