Revolusi Industri Inggris pelopor revolusi
Revolusi Industri Inggris
Gerakan Menuju Perubahan Pola Ekonomi Dunia
A. Pendahuluan
Pada abad ke 18, dunia mengalami perubahan besar-besaran terhadap sistem ekonomi.
Tatanan sistem ekonomi dunia yang agraris berubah menjadi industri. Kejadian besar
yang memengaruhi perubahan besar-besaran ini adalah revolusi industri di Inggris. 1
Sebelum revolusi, masyarakat Eropa banyak mendirikan home industry, dimana rumah
menjadi pusat produksi barang. Kemuian para pemilik modal membuat gedung besar
yang dilengkapi oleh alat kerja. Proses pengerajannya masih dikerjakan oleh manusia,
manufaktur.
Akibatnya, para pemilik home industry tergeser oleh adanya sistem
manufaktur seperti ini. Kebutuhan akan alat-alat manufaktur membuat orang-orang
berpikir untuk mencari solusi dan membuka gerbang kepada revolusi industri.
Ketika keadaan masyarakat semakin membutuhkan alat untuk memajukan perusahaan
manufaktur mereka, Eropa sedang mengalami renaisans, masa pencerahan dimana rasio
dan manusia diangkat setinggi-tingginya. Maka muncullah pemikiran-pemikiran
pendorong revolusi industri yang menjadi pondasi-pondasi dalam cara berpikir
masyarakat Eropa ketika itu untuk menciptakan perubahan besar pada Eropa bahkan
dunia yang pengaruhnya bisa kita rasakan hingga hari ini.
B. Pengertian
Revolusi adalah perubahan mendasar dalam kekuasaan atau organisasi struktur
yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat. 2 Revolusi bisa mencangkup semua
bagian, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Revolusi mengakibatkan perubahan besar
pada banyak aspek kehidupan yang bisa menyebar ke seluruh dunia hingga menciptakan
transisi peradaban. Sedangkan pengertian Revolusi Industri yaitu perubahan yang cepat
di bidang ekonomi yaitu dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang
1 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta:Sinar Grafika, 2009),
hlm. 3.
2 Repcheck, Jack (2007) Copernicus' Secret: How the Scientific Revolution Began Simon
Schuster, New York, ISBN 978-0-7432-8951-1
1
menggunakan mesin dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi
Industri telah mengubah cara kerja manusia dari penggunaan tangan menjadi
menggunakan mesin. Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels
dan Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19.
C. Landasan Pemikiran Menuju Revolusi Industri Inggris
a. Antroposentris
Antroposentris atau manusia sebagai pusat adalah kesadaran baru modern yang
menggerakkan manusia di zaman itu untuk terus maju. Pada abad pertengahan manusia
kurang dihargai sebagai manusia, manusia dianggap sebagai perusak, penghancur dan
penuh dosa. Tetapi setelah memasuki renaisans, kesadaran antroposentrisme mulai
tertanam pada jiwa masyarakat yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang luar biasa,
bahwa seluruh alam semesta yang ada di dunia adalah diciptakan untuk manusia untuk
menciptakan dunianya.3 Segi pandang manusia adalah subyek-obyek, manusia sebagai
pusat, yakni bahwa segala sesuatu harus diukur sesuai dengan manusia. Mereka
meninggalkan metafisika, mereka tidak percaya pada hal-hal mistis seperti pada abad
pertengahan.4 Pada akhirnya pandangan manusia terhadap alam adalah untuk
memanfaatkan sebaik-baiknya untuk menuai keuntungan yang besar dengan usaha yang
kecil.
b. Subyektifitas
Manusia adalah makhluk yang istimewa. Semua dikembalikan pada pandangan
masing-masing. Manusia berubah posisi menjadi subyek dari obyek. Pada abad
pertengahan manusia sering dijadikan obyek, obyek dari Tuhan yang mengatur manusia.
Manusia harus melakukan segala sesuatu yang diatur oleh Tuhan seakan-akan hidup ini
telah diatur dan tidak bisa dirubah. Tapi begitu kesadaran subyektifitas muncul yang
dipelopori oleh Rene Descartes yang menjadi tokoh utama rasionalisme, dengan
jargonnya, cogito ergo sum, aku berpikir maka itu aku ada.5 manusia mulai memandang
dirinya sebagai subyek, yakni bahwa manusia adalah penentu jalan hidupnya, jika
3 Harry Hamersma. (1992). Tokoh-tokoh filsafat barat modern. Jakarta: Gramedia, hlm. 3
4 K. Bertens. (1998). Ringkasan sejarah filsafat. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 44-45
5 Anton Bakker. (1986). Metode-metode filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm. 68
2
mereka tidak menaikkan level hidupnya maka kehidupannya tidak akan maju. Mereka
mulai meninggalkan hal-hal spiritual karena menurut mereka itu adalah omong kosong
yang tidak berguna. Manusia jika ingin kaya harus bekerja, jika ingin pintar belajar
bukan berdo’a dan memohon pada Tuhan karena itu tidak akan merubah apapun.
Manusia sebagai subyek yang terus bergerak, yang harus disesuaikan dengan segala
kondisi bukan menyesuaikan kondisinya dengan alam atau hal-hal metafisis yang lain.
c.
Kritik dan Kemajuan
Kehidupan Eropa pada abad pertengahan sangat religius dan sangat terikat dengan
aturan gereja, gereja pada waktu itu menjadi anti kritik, barangsiapa yang mengkritik
gereja maka akan dihukum mati atau barang siapa yang tidka sejalan dengan gereja akan
dihukum mati. Semua serba keras, tidak ada kemajuan, manusia memandang ke
belakang karena maju dengan rasio berarti melanggar petuah gereja dan barangsiapa
yang melanggar akan dikenakan hukuman mati. Tapi ketika memasuki era modern,
kesadaran modern menjadi semangat peradaban Eropa waktu itu, mereka memusatkan
perhatian pada kemajuan. Kehidupan ini terus bergerak, hidup tidak bisa diam, maka
karena hidup ini terus bergerak harus ada pergerakan kemajuan bukannya kemunduran.
Di kesadaran baru tersebut masyarakat membuka diri selebar-lebarnya untuk menerima
kritik karena kritik adalah langkah menuju kemajuan. Jika orang merasa benar, tak ada
kritik yang boleh menyerangnya maka bisa dipastikan ia akan mundur dan takkan
berkembang. Dari sini masyarakat mulai memiliki kesadaran evolutif bahwa segala
sesuatu berubah maka dari itu watu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
d. Humanisme
Dari kesadaran-kesadaran tersebut muncullah ideologi besar yang mendorong
munculnya
revolusi
industri
yaitu
humanisme.
Konsep
humanisme
adalah
antroposentris, manusia menjadi pusat. Menurut H.J Blackham, manusia disebut
humanis jika perilaku seseorang itu lahir dari kesadaran bukan paksaan. Pada abad
pertengahan Eropa dalam kekuasaan gereja. Semua pergerakannya diatur oleh gereja,
kebebasan dikekang sekuat-kuatnya. Pandangan kehidupan mereka untuk kehidupan
setelah mati. Tapi pandangan-pandangan itu semuanya dibalikkan ketika Eropa
memasuki renaisans. Menurut humanis, hidup hari ini adalah segala-galanya, orang yang
terikat dengan masa lalunya bukanlah seorang humanis. Di samping kebebasan yang
3
diberi
oleh
Humanisme,
Humanisme
juga
mengharuskan
seseorang
agar
bertanggungjawab atas perbuatannya, tanggungjawab bukan hanya untuk dirinya tapi
untuk orang lain agar tetap terjaga keharmonisan.6
D. Faktor-Faktor Revolusi Industri Inggris
Menurut Joel Mokyr, kemunculan perubahan besar-besaran ini adalah sebuah
estimasi dari perubahan cara pandang peran dari inovasi, teknologi dan kreatifitas di
sektor manufaktur.7 Berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga ditunjangnya dengan
adanya hak paten dan lembaga riset dalam ilmu pengetahuan dan teknologi ikut
mendorong masyarakat untuk melakukan revolusi industri seperti Royal Society of
England (1662) dan Royal Society for Improving Natural Knowledge. Di samping itu
keamanan dan politik dalam negeri yang kuat, daerah jajahan Inggris yang melimpah,
munculnya perdagangan bebas dan liberal serta berkembangnya kegiatan wiraswasta
dari masyarakat kaya dan pemilikmodal sehingga memunculkan minat masyarakat pada
industri manufaktur juga ikut memengaruhi terwujudnya revolusi industri ini.
E. Wujud Revolusi Industri
Revolusi industri ditandai dengan keberhasilan penggunaan mesin dan teknologi
dalam meningkatkan ekonomi.8 Dari tahun 1760 sampai 1870 muncul penemuanpenemuan teknologi untuk meningkatkan kualitas ekonomi. Dari penemuan ini, sistem
pabrik muncul. Sebab, mesin pemintal benang, kerangka air, penggulung benang dan
lainnya adalah mesin besar dan berat yang tidak bisa dipasang di kedai yang
dioperasionalkan oleh seorang pekerja. Lahan dan dana yang besar dibutuhkan disini..
Untuk itulah, maka pada pertama kalinya, tahun 1771, Ricard A, penemu mesin
6 Corlis Lammont. (1997).The Philosophy of Humanism. New York: Humanist Press USA. Hlm.
84
7 Lihat, in particular, Joel Mokyr, The Lever of Riches. Technological Creativity and Economic
Progress (Oxford, 1990); Joel Mokyr, ‘Technological Change, 1700-1830’, in R Floud and D
McCloskey, eds., The Economic History of Britain since 1700 (Cambridge, 2nd edn. 1994),
Hal. 13.
8 J. J. Fazy, Principes d'organisation industrielle pour le développement des richesses en
France (Paris, 1830), hal 271,
4
kerangka air, mendirikan sebuah pabrik .Perkembangan selanjutnya ditemukan mesin
uap yang bisa dipergunakan sebagai penggerak mesin berat, sistem pabrik menjadi
semakin berkembang. Sistem kerja mesin-mesin dalam pabrik ini kemudian melahirkan
temuan-temuan mesin baru yang mendorong lahirnya industri-industri besar berikutnya.9
Ada beberapa tahap yang diperlu dilalui unutk mencapai pada sistem pabrik, yang
pertama adalah sistem kerajinan rumah tangga. Pengrajin memproduksi barang di rumah
sendiri secara manual dan hasil dijual kepada pengusaha. Lalu selanjutnya adalah
industry manufaktur. Rumah majikan dijadikan tempat untuk bekerja dengan mesin
sederhana yang masih digerakkan oleh manusia. RUmah majikan sebagai tempat
tinggal, bekerja dan berjualan. Lalu sistem pabrik. Barang diproduksi secara missal,
mnggunakan mesin, rumah pemilik dan pabrik terpisah.
F. Dampak Revolusi Industri
Dampak revolusi industri bagi umat manusia adalah munuclnya industri dalam
jumlah besar. Kehidupan manusia menjadi lebih dinamis karena manusia bisa
menciptakan barang sendiri unutk memenuhi kebutuhannya. Ketika barang-barang
sudah menjadi banyak, harga-harga menjadi murah dengan kemudahan yang didapatkan.
Dari sini keapitalisme modern mulai berkembang dan mendesak pemerintah unutk
menjalankan imperialisme modern. Di samping perkembangan teknologi yang pesat,
upah buruh atau pekerja tergolong rendah sehingga menciptakan kesenjangan.
Untuk memperbaiki nasib buruh dan pekerja, maka undang-undang tentang
kemanusiaan pun bermunculan.
1. Abolition Bill (1833) berisi penghapusan system perbudakan di daerah jajahan
Inggris.
2.
Factory Act (1833) yang menetapkan:
9 Friedrich Engels, The Condition of the Working Class in England. Ed. with introduction,
David McLellan (Oxford, 1993), hal 20
5
a.
Anak-anak berusia 9 tahun tidak boleh dipekerjakan sebagai buruh perusahaan
dan tambang.
3.
Poor Law (1834) berisi pendirian rumah-rumah bagi pengemis dan penganggur
agar tidak berkeliaran. Bantuan bagi yang berusia lanjut serta perawatan bagi
penganggur dan pengemis yang cacat atau sakit.
G. Penutup
Revolusi industri di Inggris telah berlalu ratusan tahun yang lalu tetapi pengaruh dan
perkembangannya selalu bisa kita rasakan hingga hari ini. Semua pergerakan besar yang
menciptakan perubahan pola ekonomi Eropa bahkan meluas hingga dunia tersebut diawali
dengan landasan berpikir yang baru, kuat dan menyeluruh. Semua perubahan besar berawal
dari sebuah pemikiran besar dan kemauan unutk berubah. Dengan mengkonstruksi cara
berpikir maka akan lahir praksis dan kesadaran baru yang bisa memiliki pengaruh yang luar
biasa.
6
Daftar Pustaka
Anton Bakker. (1986). Metode-metode filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta:Sinar Grafika, 2009)
Corlis Lammont. (1997).The Philosophy of Humanism. New York: Humanist Press USA.
Friedrich Engels, The Condition of the Working Class in England. Ed. with introduction, David
McLellan (Oxford, 1993)
Harry Hamersma. (1992). Tokoh-tokoh filsafat barat modern. Jakarta: Gramedia
J. J. Fazy, Principes d'organisation industrielle pour le développement des richesses en France
(Paris, 1830)
Joel Mokyr, ‘Technological Change, 1700-1830’, in R Floud and D McCloskey, eds., The
Economic History of Britain since 1700 (Cambridge, 2nd edn. 1994), Hal. 13.
K. Bertens. (1998). Ringkasan sejarah filsafat. Yogyakarta: Kanisius
Repcheck, Jack (2007) Copernicus' Secret: How the Scientific Revolution Began Simon
Schuster, Lever of Riches. Technological Creativity and Economic Progress (Oxford,
1990);
7
Gerakan Menuju Perubahan Pola Ekonomi Dunia
A. Pendahuluan
Pada abad ke 18, dunia mengalami perubahan besar-besaran terhadap sistem ekonomi.
Tatanan sistem ekonomi dunia yang agraris berubah menjadi industri. Kejadian besar
yang memengaruhi perubahan besar-besaran ini adalah revolusi industri di Inggris. 1
Sebelum revolusi, masyarakat Eropa banyak mendirikan home industry, dimana rumah
menjadi pusat produksi barang. Kemuian para pemilik modal membuat gedung besar
yang dilengkapi oleh alat kerja. Proses pengerajannya masih dikerjakan oleh manusia,
manufaktur.
Akibatnya, para pemilik home industry tergeser oleh adanya sistem
manufaktur seperti ini. Kebutuhan akan alat-alat manufaktur membuat orang-orang
berpikir untuk mencari solusi dan membuka gerbang kepada revolusi industri.
Ketika keadaan masyarakat semakin membutuhkan alat untuk memajukan perusahaan
manufaktur mereka, Eropa sedang mengalami renaisans, masa pencerahan dimana rasio
dan manusia diangkat setinggi-tingginya. Maka muncullah pemikiran-pemikiran
pendorong revolusi industri yang menjadi pondasi-pondasi dalam cara berpikir
masyarakat Eropa ketika itu untuk menciptakan perubahan besar pada Eropa bahkan
dunia yang pengaruhnya bisa kita rasakan hingga hari ini.
B. Pengertian
Revolusi adalah perubahan mendasar dalam kekuasaan atau organisasi struktur
yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat. 2 Revolusi bisa mencangkup semua
bagian, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Revolusi mengakibatkan perubahan besar
pada banyak aspek kehidupan yang bisa menyebar ke seluruh dunia hingga menciptakan
transisi peradaban. Sedangkan pengertian Revolusi Industri yaitu perubahan yang cepat
di bidang ekonomi yaitu dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang
1 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta:Sinar Grafika, 2009),
hlm. 3.
2 Repcheck, Jack (2007) Copernicus' Secret: How the Scientific Revolution Began Simon
Schuster, New York, ISBN 978-0-7432-8951-1
1
menggunakan mesin dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi
Industri telah mengubah cara kerja manusia dari penggunaan tangan menjadi
menggunakan mesin. Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels
dan Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19.
C. Landasan Pemikiran Menuju Revolusi Industri Inggris
a. Antroposentris
Antroposentris atau manusia sebagai pusat adalah kesadaran baru modern yang
menggerakkan manusia di zaman itu untuk terus maju. Pada abad pertengahan manusia
kurang dihargai sebagai manusia, manusia dianggap sebagai perusak, penghancur dan
penuh dosa. Tetapi setelah memasuki renaisans, kesadaran antroposentrisme mulai
tertanam pada jiwa masyarakat yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang luar biasa,
bahwa seluruh alam semesta yang ada di dunia adalah diciptakan untuk manusia untuk
menciptakan dunianya.3 Segi pandang manusia adalah subyek-obyek, manusia sebagai
pusat, yakni bahwa segala sesuatu harus diukur sesuai dengan manusia. Mereka
meninggalkan metafisika, mereka tidak percaya pada hal-hal mistis seperti pada abad
pertengahan.4 Pada akhirnya pandangan manusia terhadap alam adalah untuk
memanfaatkan sebaik-baiknya untuk menuai keuntungan yang besar dengan usaha yang
kecil.
b. Subyektifitas
Manusia adalah makhluk yang istimewa. Semua dikembalikan pada pandangan
masing-masing. Manusia berubah posisi menjadi subyek dari obyek. Pada abad
pertengahan manusia sering dijadikan obyek, obyek dari Tuhan yang mengatur manusia.
Manusia harus melakukan segala sesuatu yang diatur oleh Tuhan seakan-akan hidup ini
telah diatur dan tidak bisa dirubah. Tapi begitu kesadaran subyektifitas muncul yang
dipelopori oleh Rene Descartes yang menjadi tokoh utama rasionalisme, dengan
jargonnya, cogito ergo sum, aku berpikir maka itu aku ada.5 manusia mulai memandang
dirinya sebagai subyek, yakni bahwa manusia adalah penentu jalan hidupnya, jika
3 Harry Hamersma. (1992). Tokoh-tokoh filsafat barat modern. Jakarta: Gramedia, hlm. 3
4 K. Bertens. (1998). Ringkasan sejarah filsafat. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 44-45
5 Anton Bakker. (1986). Metode-metode filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm. 68
2
mereka tidak menaikkan level hidupnya maka kehidupannya tidak akan maju. Mereka
mulai meninggalkan hal-hal spiritual karena menurut mereka itu adalah omong kosong
yang tidak berguna. Manusia jika ingin kaya harus bekerja, jika ingin pintar belajar
bukan berdo’a dan memohon pada Tuhan karena itu tidak akan merubah apapun.
Manusia sebagai subyek yang terus bergerak, yang harus disesuaikan dengan segala
kondisi bukan menyesuaikan kondisinya dengan alam atau hal-hal metafisis yang lain.
c.
Kritik dan Kemajuan
Kehidupan Eropa pada abad pertengahan sangat religius dan sangat terikat dengan
aturan gereja, gereja pada waktu itu menjadi anti kritik, barangsiapa yang mengkritik
gereja maka akan dihukum mati atau barang siapa yang tidka sejalan dengan gereja akan
dihukum mati. Semua serba keras, tidak ada kemajuan, manusia memandang ke
belakang karena maju dengan rasio berarti melanggar petuah gereja dan barangsiapa
yang melanggar akan dikenakan hukuman mati. Tapi ketika memasuki era modern,
kesadaran modern menjadi semangat peradaban Eropa waktu itu, mereka memusatkan
perhatian pada kemajuan. Kehidupan ini terus bergerak, hidup tidak bisa diam, maka
karena hidup ini terus bergerak harus ada pergerakan kemajuan bukannya kemunduran.
Di kesadaran baru tersebut masyarakat membuka diri selebar-lebarnya untuk menerima
kritik karena kritik adalah langkah menuju kemajuan. Jika orang merasa benar, tak ada
kritik yang boleh menyerangnya maka bisa dipastikan ia akan mundur dan takkan
berkembang. Dari sini masyarakat mulai memiliki kesadaran evolutif bahwa segala
sesuatu berubah maka dari itu watu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
d. Humanisme
Dari kesadaran-kesadaran tersebut muncullah ideologi besar yang mendorong
munculnya
revolusi
industri
yaitu
humanisme.
Konsep
humanisme
adalah
antroposentris, manusia menjadi pusat. Menurut H.J Blackham, manusia disebut
humanis jika perilaku seseorang itu lahir dari kesadaran bukan paksaan. Pada abad
pertengahan Eropa dalam kekuasaan gereja. Semua pergerakannya diatur oleh gereja,
kebebasan dikekang sekuat-kuatnya. Pandangan kehidupan mereka untuk kehidupan
setelah mati. Tapi pandangan-pandangan itu semuanya dibalikkan ketika Eropa
memasuki renaisans. Menurut humanis, hidup hari ini adalah segala-galanya, orang yang
terikat dengan masa lalunya bukanlah seorang humanis. Di samping kebebasan yang
3
diberi
oleh
Humanisme,
Humanisme
juga
mengharuskan
seseorang
agar
bertanggungjawab atas perbuatannya, tanggungjawab bukan hanya untuk dirinya tapi
untuk orang lain agar tetap terjaga keharmonisan.6
D. Faktor-Faktor Revolusi Industri Inggris
Menurut Joel Mokyr, kemunculan perubahan besar-besaran ini adalah sebuah
estimasi dari perubahan cara pandang peran dari inovasi, teknologi dan kreatifitas di
sektor manufaktur.7 Berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga ditunjangnya dengan
adanya hak paten dan lembaga riset dalam ilmu pengetahuan dan teknologi ikut
mendorong masyarakat untuk melakukan revolusi industri seperti Royal Society of
England (1662) dan Royal Society for Improving Natural Knowledge. Di samping itu
keamanan dan politik dalam negeri yang kuat, daerah jajahan Inggris yang melimpah,
munculnya perdagangan bebas dan liberal serta berkembangnya kegiatan wiraswasta
dari masyarakat kaya dan pemilikmodal sehingga memunculkan minat masyarakat pada
industri manufaktur juga ikut memengaruhi terwujudnya revolusi industri ini.
E. Wujud Revolusi Industri
Revolusi industri ditandai dengan keberhasilan penggunaan mesin dan teknologi
dalam meningkatkan ekonomi.8 Dari tahun 1760 sampai 1870 muncul penemuanpenemuan teknologi untuk meningkatkan kualitas ekonomi. Dari penemuan ini, sistem
pabrik muncul. Sebab, mesin pemintal benang, kerangka air, penggulung benang dan
lainnya adalah mesin besar dan berat yang tidak bisa dipasang di kedai yang
dioperasionalkan oleh seorang pekerja. Lahan dan dana yang besar dibutuhkan disini..
Untuk itulah, maka pada pertama kalinya, tahun 1771, Ricard A, penemu mesin
6 Corlis Lammont. (1997).The Philosophy of Humanism. New York: Humanist Press USA. Hlm.
84
7 Lihat, in particular, Joel Mokyr, The Lever of Riches. Technological Creativity and Economic
Progress (Oxford, 1990); Joel Mokyr, ‘Technological Change, 1700-1830’, in R Floud and D
McCloskey, eds., The Economic History of Britain since 1700 (Cambridge, 2nd edn. 1994),
Hal. 13.
8 J. J. Fazy, Principes d'organisation industrielle pour le développement des richesses en
France (Paris, 1830), hal 271,
4
kerangka air, mendirikan sebuah pabrik .Perkembangan selanjutnya ditemukan mesin
uap yang bisa dipergunakan sebagai penggerak mesin berat, sistem pabrik menjadi
semakin berkembang. Sistem kerja mesin-mesin dalam pabrik ini kemudian melahirkan
temuan-temuan mesin baru yang mendorong lahirnya industri-industri besar berikutnya.9
Ada beberapa tahap yang diperlu dilalui unutk mencapai pada sistem pabrik, yang
pertama adalah sistem kerajinan rumah tangga. Pengrajin memproduksi barang di rumah
sendiri secara manual dan hasil dijual kepada pengusaha. Lalu selanjutnya adalah
industry manufaktur. Rumah majikan dijadikan tempat untuk bekerja dengan mesin
sederhana yang masih digerakkan oleh manusia. RUmah majikan sebagai tempat
tinggal, bekerja dan berjualan. Lalu sistem pabrik. Barang diproduksi secara missal,
mnggunakan mesin, rumah pemilik dan pabrik terpisah.
F. Dampak Revolusi Industri
Dampak revolusi industri bagi umat manusia adalah munuclnya industri dalam
jumlah besar. Kehidupan manusia menjadi lebih dinamis karena manusia bisa
menciptakan barang sendiri unutk memenuhi kebutuhannya. Ketika barang-barang
sudah menjadi banyak, harga-harga menjadi murah dengan kemudahan yang didapatkan.
Dari sini keapitalisme modern mulai berkembang dan mendesak pemerintah unutk
menjalankan imperialisme modern. Di samping perkembangan teknologi yang pesat,
upah buruh atau pekerja tergolong rendah sehingga menciptakan kesenjangan.
Untuk memperbaiki nasib buruh dan pekerja, maka undang-undang tentang
kemanusiaan pun bermunculan.
1. Abolition Bill (1833) berisi penghapusan system perbudakan di daerah jajahan
Inggris.
2.
Factory Act (1833) yang menetapkan:
9 Friedrich Engels, The Condition of the Working Class in England. Ed. with introduction,
David McLellan (Oxford, 1993), hal 20
5
a.
Anak-anak berusia 9 tahun tidak boleh dipekerjakan sebagai buruh perusahaan
dan tambang.
3.
Poor Law (1834) berisi pendirian rumah-rumah bagi pengemis dan penganggur
agar tidak berkeliaran. Bantuan bagi yang berusia lanjut serta perawatan bagi
penganggur dan pengemis yang cacat atau sakit.
G. Penutup
Revolusi industri di Inggris telah berlalu ratusan tahun yang lalu tetapi pengaruh dan
perkembangannya selalu bisa kita rasakan hingga hari ini. Semua pergerakan besar yang
menciptakan perubahan pola ekonomi Eropa bahkan meluas hingga dunia tersebut diawali
dengan landasan berpikir yang baru, kuat dan menyeluruh. Semua perubahan besar berawal
dari sebuah pemikiran besar dan kemauan unutk berubah. Dengan mengkonstruksi cara
berpikir maka akan lahir praksis dan kesadaran baru yang bisa memiliki pengaruh yang luar
biasa.
6
Daftar Pustaka
Anton Bakker. (1986). Metode-metode filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta:Sinar Grafika, 2009)
Corlis Lammont. (1997).The Philosophy of Humanism. New York: Humanist Press USA.
Friedrich Engels, The Condition of the Working Class in England. Ed. with introduction, David
McLellan (Oxford, 1993)
Harry Hamersma. (1992). Tokoh-tokoh filsafat barat modern. Jakarta: Gramedia
J. J. Fazy, Principes d'organisation industrielle pour le développement des richesses en France
(Paris, 1830)
Joel Mokyr, ‘Technological Change, 1700-1830’, in R Floud and D McCloskey, eds., The
Economic History of Britain since 1700 (Cambridge, 2nd edn. 1994), Hal. 13.
K. Bertens. (1998). Ringkasan sejarah filsafat. Yogyakarta: Kanisius
Repcheck, Jack (2007) Copernicus' Secret: How the Scientific Revolution Began Simon
Schuster, Lever of Riches. Technological Creativity and Economic Progress (Oxford,
1990);
7