PENGERTIAN OBJEK SEGNIFIKANSI FILSAFAT I
FILSAFAT ILMU
PENGERTIAN, OBJEK KAJIAN, DAN SIGNIFIKANSINYA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu :
Erik Sabti Rahmawati, M.A
Oleh :
Kelas D KELOMPOK 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Vendra Irawan
Wahid Firmanto
Linda Nurhasanah
Syauqi Abulkhair Asibi
Ihda Nafisya M.U
Zulfatus Solikhah
Alvina Khoirul Umami
Futuhatul Islamiyah
: 14220115
: 14220116
: 14220117
: 14220118
: 14220119
: 14220120
: 14220121
: 14220122
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
September, 2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat,
inayah, taufik yang telah Ia limpahkan kepada kami hingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk ataupun isi yang
sangat amat sederhana. Semoga makalah ini dapat membantu kita semua
dalam memahami materi yang bersangkutan di mata kuliah kita ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat mendorong pemahaman
kita semua dalam menguasai materi kuliah ini, seingga bisa menjadi dasar
untuk memahami atau menghadapi masalah yang akan timbul dari materi
kuliah ini.
Makalah ini kami akui banyak kekurangannya, karena pengalaman
kami yang masih sangat minim dan terbatas tentang materi kali ini. Oleh
karena itu kami inginkan dari segenap para pembaca untuk memberikan
masukan yang akan mendukung sempurnanya makalah kami.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Filsafat bukanlah ilmu baru yang ada di dunia ini. Bahkan, pada
awalnya filsafat adalah induk Dari segala ilmu. Seiring berkembangnya
zaman, majunya ilmu pengetahuan, bertambah kritisnya pemikiran
manusia, filsafat terbagi atau memunculkan banyak cabang dari pada
filsafat itu sendiri. Diantara cabang filsafat itu adalah : logika; filsafat
teoritis;
filsafat
epistimologi;
praktis;
biologi
filsafat
peotika;
metafisika;
metodologi;
kefilsafatan;
psikologi
kefilsafatan;
antropologi
kefilsafatan; filsafat agama; filsafat ilmu , dan masih banyak lainya.
Dalam kesempatan kali ini pemkalah ingin menyampaikan tentang
cabang filsafat yang berkaitan dengan ilmu, yaitu filsafat ilmu. Selain
sebagai tugas materi makalah dari dosen, filsafat ilmu ini juga berperan
penting bagi mahasiswa pemula seperti pemakalah ini. Filsafat ilmu
menjadi landasan, dasar, dan juga pedoman bagi para mahasiswa
bagaimana berfikir yang baik dalam maslah ilmu. Untuk apa ilmu itu.
Bagaimana ilmu itu dapat bermanfaat. Apa hakikat ilmu itu sebenarnya.
Seperti kita ketahui saat ini, perkembangan ilmu dan teknologi di era
modern sangatlah pesat. Setiap bulannya bahkan minggu ataupun hari
ada suatu hal baru dalam perkembangan teknologi. Ternyata disamping
perkembangan itu tidak diiringi aspek aspek penting dalam majunya
teknollogi dan ilmu sendiri. Contohnya, dalam perkembangan handphone,
selalu ada
pembaruan teknologi dalam HP itu.
Dengan demikian
masyarakat akan selalu ingin untuk memiliki hal baru itu, dengan alasan
tidak tertinggal jaman. Melihat dari sisi hakikat HP adalah untuk
komunikasi. Akibat pergeseran pandangan masyarakat tenteng HP tadi
maka mereka akan cenderung menghabiskan uang untuk hal membeli HP
3
baru dengan teknologi terbaru lupa, dan melupakan manfaat hakiki dari
HP itu.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam kesempatan makalah kali ini pemakalah akan membahas filsafat
ilmu itu tentang :
1. Apa itu filsafat ilmu?
2. Apa kajian dan objek dari pada filsafat ilmu?
3. Bagaimana signifikansi filsafat ilmu dalam kehidupan manusia?
4
DAFTAR ISI
BAB I
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………………………….i
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………………………...ii
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………………………………………………..iii
BAB II
2.1 Pengertian Filsafat Ilmu……………………………………………………………………………………………………………….1
2.2 Kajian Objek Filsafat Ilmu…………………………………………………………………………………………………………….2
2.3 Signifikansi Filsafat Ilmu………………………………………………………………………………………………………………5
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………………..8
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………………………………………..8
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………………………………………..9
5
BAB II
A. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
Defenisi filsafat ilmu terdiri dari dua kata, yaitu kata filsafat dan kata
ilmu. Filsafat yaitu : pengetahuan tentang kebijaksanaan (Sophia), prinsipprinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis, mendalam dan
tuntas (radikal) dalam memperoleh kebenaran. Sedangkan kata filsafat
sendiri berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari akar kata “philos”,
yang berarti cinta, dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan.
Adapun kata ilmu (science) diartikan sebagai pengetahuan tentang
sesuatu atau bagian dari pengetahuan. Menurut J.S. Badudu (1996: 528)
ilmu adalah: pertama, diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara sistematis, contoh: ilmu agama, berarti
pengetahuan tentang ajaran agama atau teologi, ilmu bahasa berarti
pengetahuan tentang hal ikhwal bahasa atau tata bahasa, linguistic dan
lain-lain. Kedua, ilmu diartikan sebagai kepandaian atau kesaktian. Dan
orang yang banyak ilmu pengetahuan mengenai suatu ilmu disebut
‘ilmuan’ atau orang yang ahli dalam bidang tertentu.
Sedangkan Maufur (2008:30), menjelaskan bahwa ilmu adalah
sebagian dari pengetahuan yang memilki dan memenuhi persyaratan
tertentu,
artinya
ilmu
tentu
saja
merupakan
pengetahuan,
tetapi
pengetahuan belum tentu ilmu. Karena pengetahuan untuk dapat
dikategorikan sebagai ilmu harus memenuhi bebrapa persyaratan.
6
Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh suatu pengetahuan untuk dapat
masuk kategori sebagai ilmu pengetahuan, menururt Maufur (2008: 3234) yaitu:
Sistematis
General
Rasional
Objektif
Menggunakan
metode
tertentu
dalam
mempertanyakan
objek
tertentu
Dapat dipertanggungjawabkan debgan menggunakan argumentasi
logis rasional, apalagi jika telah melalui eksperimen yang berulang
kali.
Defenisi filsafat ilmu menurut beberapa ahli:
1. The Liang Gie
Filsafat ilmu merupakan segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasn
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala
manusia.
2. Beerling
Filsafat ilmu
adalah
penyelidikan
tentang
segi kehidupan
cirri-ciri
mengenai
pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan
tersebut.
3. Jujun S. Suriasumantri
Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan atau epistemologi yang
mencoba menjelaskan rahasia alam agar alamiah tersebut tak lagi
merupakan misteri.
4. Lewis White Black
Filsafat ilmu adalah ilmu yang mempertanyakan dan menilai
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai
dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
5. Michael V. Berry
Filasafat ilmu adalah ilmu yang dipakai untuk menelaah tentang
logika,
teori-teori
ilmiah,
serta
upaya
pelaksanaanya
untuk
menghasilkan suatu metode atau teori ilmiah.
7
B. OBJEK KAJIAN FILSAFAT ILMU
Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu yang menjadi
lapangana penyelidikan atau lapangan studinya. Objek ini diperoleh
melalui pendekatan atau cara pandang, metode, dan sistem tertentu.
Adanya objek menjadikan setiap ilmu pengetahuan berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Objek filsafat ilmu menurut Surajiyo (2007: 5), objek
adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau
pembentukan pengetahuan. Menurut Jujun S. Suriasumantri (1986: 2) tiaptiap ilmu pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang
penyangga tubuh pengetahuan yang disusunya. Komponen tersebut
adalah onotologi, epistemology, dan aksiologi.
1. Onotologi
Secara istilah onotologi berasal dari bahasa yunani yaitu taonta
berarti “yang berada” dan logos yang berate “ilmu pengetahuan
atau ajaran yang berada”. Dengan demikian, onotologi berarti ilmu
pengetahuan atau ajaran yang berada. Term onotologi pertama kali
diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M.
2. Epistemology
Epistemology sering juga disebut dengan teori pengetahuan. Secara
etimologi, istilah epitomologi berasal dari kata yunani episteme,
yang artinya pengetahuan, dan logos yang artinya ilmu atau teori.
Epistemology dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang
mempelajari asal mula atau sumber,struktur,metode dan syahnya
(validitas) pengetahuan.
Menurut Conny Semiawan dkk., (2005: 157) epistemology adalah
cabang filsafat yang menjelaskan tentang masalah-masalah filosofis
sekitar teori pengetahuan.
3. Aksiologis
8
Istilah aksiologis berasal dari bahasa yunani axios yang berarti nilai,
dan logos yang berarti ilmu atau teori. Aksiologis adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau
dari sudut pandang kefilsafatan.
Menurut Noeng Muhadjir (2011: 9) objek studi filsafat ilmu dibagi
menjadi dua :
1.
Objek material
Objek material filsafat ilmu overlap dengan semua ilmu, yaitu
membahas fakta dan kebenaran semua disiplin ilmu, serta konfirmasi dan
logika yang digunakan semua disiplin ilmu. Sedangkan menurut Arif
Rohman, Rukiyati dan L. Andriani (2011 : 22) objek material suatu bahan
yang berupa benda, barang, keadaan atau hal yang dikaji. Menurut
Surajiyo (2007: 5), objek material adalah suatu bahan yang menjadi
tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Objek material
juga adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin
ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal kongkret ataupun hal
yang abstrak. Menurut Waryani Fajar Riyanto (2011 :20), objek materi
adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran, atau penelitian
keilmuan. Ia bisa berupa apa saja baik apakah benda-benda material atau
benda-benda non material. Ia tidak terbatas pada apakah hanya di dalam
kenyataan kongret seperti manusia ataupun alam semetesta ataukah
hanya di dalam realitas abstrak seperti Tuhan atau sesuatu yang bersifat
ilahiah lainnya.
2.
Objek formal
Objek formal filsafat ilmu adalah telaah filsafat tentang fakta dan
kebenaran, serta telaah filsafati tentang konfirmasi dan logika. Fakta dan
kebenaran menjadi objek formil substantif, sedangkan konfirmasi dan
logika menjadi objek formil instrumentatif dalam studi filsafat ilmu.
Sedangkan menurut Arif Rohman, Rukiyati dan L. Andriani (2011 : 22)
objek formal adalah sosok objek material yang dilihat dan didekati dengan
9
sudut pandang dan perspektif tertentu atau dalam istilah lain kemampuan
berpikir manusia dalam memperoleh pengetahuan yang benar. Sementara
objek formal menurut Waryani Fajar Riyanto (2011 :20) adalah cara
pandang tertentu, atau sudut pandang tertentu yang dimiliki serta yang
menentukan satu macam ilmu. Menurut Surajiyo (2007: 7), objek formal
filsafat ilmu adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana
objek material itu disorot. Dalam pandangan The Liang Gie (2010: 139),
obyek formal adalah pusat perhatian dalam penelaah ilmuwan terhadap
fenomena itu. Penggabungan antara obyek material dan obyek formal
sehingga
merupakan
pokok
soal
tertentu
yang
dibahas
dalam
pengetahuan ilmiah merupakan objek yang sebenarnya dari cabang ilmu
yang bersangkutan.
PERBEDAAN OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL FILSAFAT ILMU
Dari penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa ada perbedaan antara
objek material dan objek formal filsafat ilmu, antara lain:
1. Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi
tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal
yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu
yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang
abstrak. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada
apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu
baik yang nyata maupun yang abstrak.
2. Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu
segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek formal filsafat
ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Objek
material
mempelajari
secara
langsung
pekerjaan
akal
dan
mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya
10
dengan realisasi praktis yang sebenarnya. Sedangkan Obyek formal
filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam
dalamnya, atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti
kodrat segala sesuatu itu secara mendalam (to know the nature of
everything).
Obyek
formal
inilah
sudut
pandangan
yang
membedakan watak filsafat dengan pengetahuan, karena filsafat
berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya
C. SIGNIFIKANSI FILSAFAT ILMU
Signifikansi Filsafat Ilmu Signifikansi atau arti penting Filsafat ilmu
adalah suatu pendalaman tentang filsafat ilmu. Dimana kami memahami
signifikansi itu dengan penjelasan Manfaat dan Tujuan filsafat ilmu untuk
melengkapi atau memperjelas ilmu.
1. Manfaat Filsafat Ilmu
Semakin majunya perkembangan teknologi dan juga ilmu
pengetahuan,
diperlukan
juga
peran
filsafat
ilmu
untuk
mengimbangi lajunya perkembangan tersebut. Sebagai tolak ukur
bagi setiap ilmuan agar selalu berpegang teguh dengan hakikat ilmu
tanpa mengesampingkannya dengan mengedepankan egonya.
a) Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga
orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
b) Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi , menguji, mengritik
asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderumgan yang terjadi di
kalangan
para
ilmuan
menerapkan
metode
ilmiah
tanpa
memperhatikan struktur ilmu pengeahuan ilmu itu sendiri.
c) Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode
keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dkembangkan harus dapat
dipertanggung jawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami
dandipergunakan secara umum.
2. Tujuan Filsafat Ilmu
11
a) Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh
b)
kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan.
Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan
ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang
proses ilmu kontemporer secara historis.
c) Menjadi pedoman bagi para dosen
dan
mahasiswa
dalam
mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan
persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
d) Mendorong pada calon ilmuwan dan ilmuan untuk. konsisten dalam
mendalami ilmu dan mengembangkannya.
e) Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara
ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
3. Signifikasi Filsafat Ilmu bagi Studi Islam
Pemikir filosofi ke dalam Islam mengakibatkan agama dikaji dengan
pespektif rasional. Pemikir itu, Al-kindi, Al-farabi, dan Ibn-Sina mencoba
melihat agama ini dengan rasional, kendati konsepsinya berbeda-beda.
Munculnya teolog-teolog yang tidak respek terhadap filsafat seperti AlGazali, mengiring interaksi antara pemikiran filsafat dan dogma tersebut
kearah runtuhnya rasionalisme teologis. Bahkan bukan hanya Al-Ghazali
yang melarang umat islam untuk mengkaji ilmu falsafat, hinggga AnNawawi pun melarang umat islam untuk mengkaji ilmu tersebut. Menurut
mereka seorang yang belum kuat landasan dasar syaria’t keagamaanya
akan terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran para filusuf non muslim,
yang berakibat runtuhnya keimanan mereka.
Keyakinan
tersebut
disatu
sisi
mencambuk
keras
eksistensi
keilmuwan atau studi islam. Berbagai pendapat mengatakan bahwa
realitas kemunduran studi islam saat ini. Sehingga umat islam dipaksa
untuk memikirkan kembali nasib studi keilmuwannya yang dulunya pernah
mencapai kejayaan.
Memahami dengan yang dikritisi oleh pakar-pakar tersebut bahwa
sumber
kegelisahan
intelektual
mereka
bertumpu
pada
persoalan12
persoalan yang didiskusikan dalam filsafat ilmu. Maksudnya, sebelum
melontarkan kritisisme harus sudah memahami dengan baik berbagai
persoalan
yang
dipertanyakan
dalam
filsafat
ilmu
dan
karenanya
menyadari arti pentingnya bagi usaha pengembangan studi islam.
Filsafat ilmu itu begitu signifikan dalam usaha pengembangan
keilmuwan karena filsafat ilmu berusaha mencermati ilmu baik dari segi
metode-metodenya, asumsi-asumsinya, tolak ukur kebenarannya dan
segala sesuatuyang melandasi ilm tersebut lewat penelaahan ontologis,
epistimologis, dan aksiologis. .
Studi islam, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, secara mutlak harus
bisa didekati oleh filsafat ilmu. Sebab adanya asumsi yang berkembang di
kalangan peneliti kontemporer bahwa seolah-olah studi islam tidak
bergeming,
atau
paling
tidak
kurang
menunjukkan
perkembangan
signifikan sebagai ilmu. Dengan menerapkan kajian filsafat ilmu yang
lewat analisis ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Dari segi ontologis
filsafat ilmu akan menggali tentang hakikat studi Islam itu sendiri. Dari
segi epistemologis filsafat ilmu akan mengkritisi tentang sumber dan
metode yang digunakan oleh studi Islam tersebut. Sedangkan dari segi
aksiologis filsafat ilmu akan mengkritisi tentang nilai kepatutan dan
kelayakannya setelah memantau tingkat perkembangan dan pengaruh
yang ditimbulkannya bagi masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari kita
sudah terbiasa memanfaatkan benda-benda disekeliling kita. Pernahkah
kita memikirkan bagaimana kita sebutan sesuatu dengan istilah tertentu.
Dalam tradisi islam kita juga mengenal banyak khazanah keilmuan.
Kaidah-kaidah ushuliyah di bidang kalam, fiqh, bahkan kebahasaan.
Pernahkah
kita
memikirkan
bagaimana
rancang
bangun
ilmu-ilmu
tersebut. Dalam sejarah pemikiran barat, para filsuf memikirkan realitas.
Maka seiring perkembangan ilmu, selama ini temuan-temuuan berharga
mewarnai setiap penggal sejarah.
13
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ilmu filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk melihat pengetahuan
dengan berbagai metode ilmiah, pemikiran ilmiah, dan juga teori ilmiah.
Kajian Filsafat ilmu adalah ontology, epistimologi dan juga aksiologi dari
hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Sedangkan objeknya adalah ilmu
pengetahuan baik yang bersifat konkrit maupun abstrak. Signifikansi
filsafat ilmu bagi manusia khususnya para pemikir adalah sebagai ramburambu bagi mereka dalam mengadakan penilitian dan juga pengemukaan
pendapat atau teori yang baru. Sedangkan dalam agama, filsafat ilmu
diguanakan
untuk
mengkaji
semua
aspek
dalam
agama
dengan
menggunakan sudut pandang rasionalitas sehingga kebenaran suatu
agama bisa dibuktikan dengan rasio atau logika.
3.2
Saran-saran
14
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan
makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Namun manusia juga mempunyai
tabiat sebagai tempat yang salah dan lupa. Sebagai orang yang terpelajar,
apalgi kita sekarang ini sudah menjadi mahasiswa, kita harus mempunyai
pola fikir yang ilmiah. Filsafat ilmu dengan segala aspeknya akan
mengantarkan kita untuk beproses untuk mempunyai pola fikir yang
ilmiah. Kita harus senantiasa mengikuti rambu-rambu dari filsafat ilmu
yang akan dan telah kita pelajari nantinya.
Banyak kekurangan dan kelemahan yang ada dalam makalah ini.
Kami sebagai pemakalah yang masih abru dalam dunia perkuliahan
meminta masukan demi lebih baiknya makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta : PT.Grafindo Persada, 2012.
Tafsir, ahmad, Filsafat Ilmu, Bandung : PT.Remaja Rosdkarya,2006.
Susanto, ahmad, Filsafat Ilmu : suatu kajian dalam dimensi
ontologism,
epistimologis,
dan
aksiologis,
cet:3,
Jakarta
:
Bumi
Aksara,2013.
15
PENGERTIAN, OBJEK KAJIAN, DAN SIGNIFIKANSINYA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu :
Erik Sabti Rahmawati, M.A
Oleh :
Kelas D KELOMPOK 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Vendra Irawan
Wahid Firmanto
Linda Nurhasanah
Syauqi Abulkhair Asibi
Ihda Nafisya M.U
Zulfatus Solikhah
Alvina Khoirul Umami
Futuhatul Islamiyah
: 14220115
: 14220116
: 14220117
: 14220118
: 14220119
: 14220120
: 14220121
: 14220122
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
September, 2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat,
inayah, taufik yang telah Ia limpahkan kepada kami hingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk ataupun isi yang
sangat amat sederhana. Semoga makalah ini dapat membantu kita semua
dalam memahami materi yang bersangkutan di mata kuliah kita ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat mendorong pemahaman
kita semua dalam menguasai materi kuliah ini, seingga bisa menjadi dasar
untuk memahami atau menghadapi masalah yang akan timbul dari materi
kuliah ini.
Makalah ini kami akui banyak kekurangannya, karena pengalaman
kami yang masih sangat minim dan terbatas tentang materi kali ini. Oleh
karena itu kami inginkan dari segenap para pembaca untuk memberikan
masukan yang akan mendukung sempurnanya makalah kami.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Filsafat bukanlah ilmu baru yang ada di dunia ini. Bahkan, pada
awalnya filsafat adalah induk Dari segala ilmu. Seiring berkembangnya
zaman, majunya ilmu pengetahuan, bertambah kritisnya pemikiran
manusia, filsafat terbagi atau memunculkan banyak cabang dari pada
filsafat itu sendiri. Diantara cabang filsafat itu adalah : logika; filsafat
teoritis;
filsafat
epistimologi;
praktis;
biologi
filsafat
peotika;
metafisika;
metodologi;
kefilsafatan;
psikologi
kefilsafatan;
antropologi
kefilsafatan; filsafat agama; filsafat ilmu , dan masih banyak lainya.
Dalam kesempatan kali ini pemkalah ingin menyampaikan tentang
cabang filsafat yang berkaitan dengan ilmu, yaitu filsafat ilmu. Selain
sebagai tugas materi makalah dari dosen, filsafat ilmu ini juga berperan
penting bagi mahasiswa pemula seperti pemakalah ini. Filsafat ilmu
menjadi landasan, dasar, dan juga pedoman bagi para mahasiswa
bagaimana berfikir yang baik dalam maslah ilmu. Untuk apa ilmu itu.
Bagaimana ilmu itu dapat bermanfaat. Apa hakikat ilmu itu sebenarnya.
Seperti kita ketahui saat ini, perkembangan ilmu dan teknologi di era
modern sangatlah pesat. Setiap bulannya bahkan minggu ataupun hari
ada suatu hal baru dalam perkembangan teknologi. Ternyata disamping
perkembangan itu tidak diiringi aspek aspek penting dalam majunya
teknollogi dan ilmu sendiri. Contohnya, dalam perkembangan handphone,
selalu ada
pembaruan teknologi dalam HP itu.
Dengan demikian
masyarakat akan selalu ingin untuk memiliki hal baru itu, dengan alasan
tidak tertinggal jaman. Melihat dari sisi hakikat HP adalah untuk
komunikasi. Akibat pergeseran pandangan masyarakat tenteng HP tadi
maka mereka akan cenderung menghabiskan uang untuk hal membeli HP
3
baru dengan teknologi terbaru lupa, dan melupakan manfaat hakiki dari
HP itu.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam kesempatan makalah kali ini pemakalah akan membahas filsafat
ilmu itu tentang :
1. Apa itu filsafat ilmu?
2. Apa kajian dan objek dari pada filsafat ilmu?
3. Bagaimana signifikansi filsafat ilmu dalam kehidupan manusia?
4
DAFTAR ISI
BAB I
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………………………….i
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………………………...ii
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………………………………………………..iii
BAB II
2.1 Pengertian Filsafat Ilmu……………………………………………………………………………………………………………….1
2.2 Kajian Objek Filsafat Ilmu…………………………………………………………………………………………………………….2
2.3 Signifikansi Filsafat Ilmu………………………………………………………………………………………………………………5
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………………..8
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………………………………………..8
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………………………………………..9
5
BAB II
A. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
Defenisi filsafat ilmu terdiri dari dua kata, yaitu kata filsafat dan kata
ilmu. Filsafat yaitu : pengetahuan tentang kebijaksanaan (Sophia), prinsipprinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis, mendalam dan
tuntas (radikal) dalam memperoleh kebenaran. Sedangkan kata filsafat
sendiri berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari akar kata “philos”,
yang berarti cinta, dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan.
Adapun kata ilmu (science) diartikan sebagai pengetahuan tentang
sesuatu atau bagian dari pengetahuan. Menurut J.S. Badudu (1996: 528)
ilmu adalah: pertama, diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara sistematis, contoh: ilmu agama, berarti
pengetahuan tentang ajaran agama atau teologi, ilmu bahasa berarti
pengetahuan tentang hal ikhwal bahasa atau tata bahasa, linguistic dan
lain-lain. Kedua, ilmu diartikan sebagai kepandaian atau kesaktian. Dan
orang yang banyak ilmu pengetahuan mengenai suatu ilmu disebut
‘ilmuan’ atau orang yang ahli dalam bidang tertentu.
Sedangkan Maufur (2008:30), menjelaskan bahwa ilmu adalah
sebagian dari pengetahuan yang memilki dan memenuhi persyaratan
tertentu,
artinya
ilmu
tentu
saja
merupakan
pengetahuan,
tetapi
pengetahuan belum tentu ilmu. Karena pengetahuan untuk dapat
dikategorikan sebagai ilmu harus memenuhi bebrapa persyaratan.
6
Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh suatu pengetahuan untuk dapat
masuk kategori sebagai ilmu pengetahuan, menururt Maufur (2008: 3234) yaitu:
Sistematis
General
Rasional
Objektif
Menggunakan
metode
tertentu
dalam
mempertanyakan
objek
tertentu
Dapat dipertanggungjawabkan debgan menggunakan argumentasi
logis rasional, apalagi jika telah melalui eksperimen yang berulang
kali.
Defenisi filsafat ilmu menurut beberapa ahli:
1. The Liang Gie
Filsafat ilmu merupakan segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasn
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala
manusia.
2. Beerling
Filsafat ilmu
adalah
penyelidikan
tentang
segi kehidupan
cirri-ciri
mengenai
pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan
tersebut.
3. Jujun S. Suriasumantri
Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan atau epistemologi yang
mencoba menjelaskan rahasia alam agar alamiah tersebut tak lagi
merupakan misteri.
4. Lewis White Black
Filsafat ilmu adalah ilmu yang mempertanyakan dan menilai
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai
dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
5. Michael V. Berry
Filasafat ilmu adalah ilmu yang dipakai untuk menelaah tentang
logika,
teori-teori
ilmiah,
serta
upaya
pelaksanaanya
untuk
menghasilkan suatu metode atau teori ilmiah.
7
B. OBJEK KAJIAN FILSAFAT ILMU
Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu yang menjadi
lapangana penyelidikan atau lapangan studinya. Objek ini diperoleh
melalui pendekatan atau cara pandang, metode, dan sistem tertentu.
Adanya objek menjadikan setiap ilmu pengetahuan berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Objek filsafat ilmu menurut Surajiyo (2007: 5), objek
adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau
pembentukan pengetahuan. Menurut Jujun S. Suriasumantri (1986: 2) tiaptiap ilmu pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang
penyangga tubuh pengetahuan yang disusunya. Komponen tersebut
adalah onotologi, epistemology, dan aksiologi.
1. Onotologi
Secara istilah onotologi berasal dari bahasa yunani yaitu taonta
berarti “yang berada” dan logos yang berate “ilmu pengetahuan
atau ajaran yang berada”. Dengan demikian, onotologi berarti ilmu
pengetahuan atau ajaran yang berada. Term onotologi pertama kali
diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M.
2. Epistemology
Epistemology sering juga disebut dengan teori pengetahuan. Secara
etimologi, istilah epitomologi berasal dari kata yunani episteme,
yang artinya pengetahuan, dan logos yang artinya ilmu atau teori.
Epistemology dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang
mempelajari asal mula atau sumber,struktur,metode dan syahnya
(validitas) pengetahuan.
Menurut Conny Semiawan dkk., (2005: 157) epistemology adalah
cabang filsafat yang menjelaskan tentang masalah-masalah filosofis
sekitar teori pengetahuan.
3. Aksiologis
8
Istilah aksiologis berasal dari bahasa yunani axios yang berarti nilai,
dan logos yang berarti ilmu atau teori. Aksiologis adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau
dari sudut pandang kefilsafatan.
Menurut Noeng Muhadjir (2011: 9) objek studi filsafat ilmu dibagi
menjadi dua :
1.
Objek material
Objek material filsafat ilmu overlap dengan semua ilmu, yaitu
membahas fakta dan kebenaran semua disiplin ilmu, serta konfirmasi dan
logika yang digunakan semua disiplin ilmu. Sedangkan menurut Arif
Rohman, Rukiyati dan L. Andriani (2011 : 22) objek material suatu bahan
yang berupa benda, barang, keadaan atau hal yang dikaji. Menurut
Surajiyo (2007: 5), objek material adalah suatu bahan yang menjadi
tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Objek material
juga adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin
ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal kongkret ataupun hal
yang abstrak. Menurut Waryani Fajar Riyanto (2011 :20), objek materi
adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran, atau penelitian
keilmuan. Ia bisa berupa apa saja baik apakah benda-benda material atau
benda-benda non material. Ia tidak terbatas pada apakah hanya di dalam
kenyataan kongret seperti manusia ataupun alam semetesta ataukah
hanya di dalam realitas abstrak seperti Tuhan atau sesuatu yang bersifat
ilahiah lainnya.
2.
Objek formal
Objek formal filsafat ilmu adalah telaah filsafat tentang fakta dan
kebenaran, serta telaah filsafati tentang konfirmasi dan logika. Fakta dan
kebenaran menjadi objek formil substantif, sedangkan konfirmasi dan
logika menjadi objek formil instrumentatif dalam studi filsafat ilmu.
Sedangkan menurut Arif Rohman, Rukiyati dan L. Andriani (2011 : 22)
objek formal adalah sosok objek material yang dilihat dan didekati dengan
9
sudut pandang dan perspektif tertentu atau dalam istilah lain kemampuan
berpikir manusia dalam memperoleh pengetahuan yang benar. Sementara
objek formal menurut Waryani Fajar Riyanto (2011 :20) adalah cara
pandang tertentu, atau sudut pandang tertentu yang dimiliki serta yang
menentukan satu macam ilmu. Menurut Surajiyo (2007: 7), objek formal
filsafat ilmu adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana
objek material itu disorot. Dalam pandangan The Liang Gie (2010: 139),
obyek formal adalah pusat perhatian dalam penelaah ilmuwan terhadap
fenomena itu. Penggabungan antara obyek material dan obyek formal
sehingga
merupakan
pokok
soal
tertentu
yang
dibahas
dalam
pengetahuan ilmiah merupakan objek yang sebenarnya dari cabang ilmu
yang bersangkutan.
PERBEDAAN OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL FILSAFAT ILMU
Dari penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa ada perbedaan antara
objek material dan objek formal filsafat ilmu, antara lain:
1. Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi
tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal
yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu
yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang
abstrak. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada
apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu
baik yang nyata maupun yang abstrak.
2. Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu
segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek formal filsafat
ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Objek
material
mempelajari
secara
langsung
pekerjaan
akal
dan
mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya
10
dengan realisasi praktis yang sebenarnya. Sedangkan Obyek formal
filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam
dalamnya, atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti
kodrat segala sesuatu itu secara mendalam (to know the nature of
everything).
Obyek
formal
inilah
sudut
pandangan
yang
membedakan watak filsafat dengan pengetahuan, karena filsafat
berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya
C. SIGNIFIKANSI FILSAFAT ILMU
Signifikansi Filsafat Ilmu Signifikansi atau arti penting Filsafat ilmu
adalah suatu pendalaman tentang filsafat ilmu. Dimana kami memahami
signifikansi itu dengan penjelasan Manfaat dan Tujuan filsafat ilmu untuk
melengkapi atau memperjelas ilmu.
1. Manfaat Filsafat Ilmu
Semakin majunya perkembangan teknologi dan juga ilmu
pengetahuan,
diperlukan
juga
peran
filsafat
ilmu
untuk
mengimbangi lajunya perkembangan tersebut. Sebagai tolak ukur
bagi setiap ilmuan agar selalu berpegang teguh dengan hakikat ilmu
tanpa mengesampingkannya dengan mengedepankan egonya.
a) Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga
orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
b) Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi , menguji, mengritik
asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderumgan yang terjadi di
kalangan
para
ilmuan
menerapkan
metode
ilmiah
tanpa
memperhatikan struktur ilmu pengeahuan ilmu itu sendiri.
c) Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode
keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dkembangkan harus dapat
dipertanggung jawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami
dandipergunakan secara umum.
2. Tujuan Filsafat Ilmu
11
a) Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh
b)
kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan.
Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan
ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang
proses ilmu kontemporer secara historis.
c) Menjadi pedoman bagi para dosen
dan
mahasiswa
dalam
mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan
persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
d) Mendorong pada calon ilmuwan dan ilmuan untuk. konsisten dalam
mendalami ilmu dan mengembangkannya.
e) Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara
ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
3. Signifikasi Filsafat Ilmu bagi Studi Islam
Pemikir filosofi ke dalam Islam mengakibatkan agama dikaji dengan
pespektif rasional. Pemikir itu, Al-kindi, Al-farabi, dan Ibn-Sina mencoba
melihat agama ini dengan rasional, kendati konsepsinya berbeda-beda.
Munculnya teolog-teolog yang tidak respek terhadap filsafat seperti AlGazali, mengiring interaksi antara pemikiran filsafat dan dogma tersebut
kearah runtuhnya rasionalisme teologis. Bahkan bukan hanya Al-Ghazali
yang melarang umat islam untuk mengkaji ilmu falsafat, hinggga AnNawawi pun melarang umat islam untuk mengkaji ilmu tersebut. Menurut
mereka seorang yang belum kuat landasan dasar syaria’t keagamaanya
akan terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran para filusuf non muslim,
yang berakibat runtuhnya keimanan mereka.
Keyakinan
tersebut
disatu
sisi
mencambuk
keras
eksistensi
keilmuwan atau studi islam. Berbagai pendapat mengatakan bahwa
realitas kemunduran studi islam saat ini. Sehingga umat islam dipaksa
untuk memikirkan kembali nasib studi keilmuwannya yang dulunya pernah
mencapai kejayaan.
Memahami dengan yang dikritisi oleh pakar-pakar tersebut bahwa
sumber
kegelisahan
intelektual
mereka
bertumpu
pada
persoalan12
persoalan yang didiskusikan dalam filsafat ilmu. Maksudnya, sebelum
melontarkan kritisisme harus sudah memahami dengan baik berbagai
persoalan
yang
dipertanyakan
dalam
filsafat
ilmu
dan
karenanya
menyadari arti pentingnya bagi usaha pengembangan studi islam.
Filsafat ilmu itu begitu signifikan dalam usaha pengembangan
keilmuwan karena filsafat ilmu berusaha mencermati ilmu baik dari segi
metode-metodenya, asumsi-asumsinya, tolak ukur kebenarannya dan
segala sesuatuyang melandasi ilm tersebut lewat penelaahan ontologis,
epistimologis, dan aksiologis. .
Studi islam, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, secara mutlak harus
bisa didekati oleh filsafat ilmu. Sebab adanya asumsi yang berkembang di
kalangan peneliti kontemporer bahwa seolah-olah studi islam tidak
bergeming,
atau
paling
tidak
kurang
menunjukkan
perkembangan
signifikan sebagai ilmu. Dengan menerapkan kajian filsafat ilmu yang
lewat analisis ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Dari segi ontologis
filsafat ilmu akan menggali tentang hakikat studi Islam itu sendiri. Dari
segi epistemologis filsafat ilmu akan mengkritisi tentang sumber dan
metode yang digunakan oleh studi Islam tersebut. Sedangkan dari segi
aksiologis filsafat ilmu akan mengkritisi tentang nilai kepatutan dan
kelayakannya setelah memantau tingkat perkembangan dan pengaruh
yang ditimbulkannya bagi masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari kita
sudah terbiasa memanfaatkan benda-benda disekeliling kita. Pernahkah
kita memikirkan bagaimana kita sebutan sesuatu dengan istilah tertentu.
Dalam tradisi islam kita juga mengenal banyak khazanah keilmuan.
Kaidah-kaidah ushuliyah di bidang kalam, fiqh, bahkan kebahasaan.
Pernahkah
kita
memikirkan
bagaimana
rancang
bangun
ilmu-ilmu
tersebut. Dalam sejarah pemikiran barat, para filsuf memikirkan realitas.
Maka seiring perkembangan ilmu, selama ini temuan-temuuan berharga
mewarnai setiap penggal sejarah.
13
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ilmu filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk melihat pengetahuan
dengan berbagai metode ilmiah, pemikiran ilmiah, dan juga teori ilmiah.
Kajian Filsafat ilmu adalah ontology, epistimologi dan juga aksiologi dari
hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Sedangkan objeknya adalah ilmu
pengetahuan baik yang bersifat konkrit maupun abstrak. Signifikansi
filsafat ilmu bagi manusia khususnya para pemikir adalah sebagai ramburambu bagi mereka dalam mengadakan penilitian dan juga pengemukaan
pendapat atau teori yang baru. Sedangkan dalam agama, filsafat ilmu
diguanakan
untuk
mengkaji
semua
aspek
dalam
agama
dengan
menggunakan sudut pandang rasionalitas sehingga kebenaran suatu
agama bisa dibuktikan dengan rasio atau logika.
3.2
Saran-saran
14
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan
makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Namun manusia juga mempunyai
tabiat sebagai tempat yang salah dan lupa. Sebagai orang yang terpelajar,
apalgi kita sekarang ini sudah menjadi mahasiswa, kita harus mempunyai
pola fikir yang ilmiah. Filsafat ilmu dengan segala aspeknya akan
mengantarkan kita untuk beproses untuk mempunyai pola fikir yang
ilmiah. Kita harus senantiasa mengikuti rambu-rambu dari filsafat ilmu
yang akan dan telah kita pelajari nantinya.
Banyak kekurangan dan kelemahan yang ada dalam makalah ini.
Kami sebagai pemakalah yang masih abru dalam dunia perkuliahan
meminta masukan demi lebih baiknya makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta : PT.Grafindo Persada, 2012.
Tafsir, ahmad, Filsafat Ilmu, Bandung : PT.Remaja Rosdkarya,2006.
Susanto, ahmad, Filsafat Ilmu : suatu kajian dalam dimensi
ontologism,
epistimologis,
dan
aksiologis,
cet:3,
Jakarta
:
Bumi
Aksara,2013.
15