Makalah Perjanjian Sewa beli Hukum Perik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara satu pihak
dengan pihak yang lain dalam hal lapangan harta kekayaan. Ruang lingkup
perikatan adalah untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dan
memberikan sesuatu. Adapun sumber perikatan yang tercantum dalam BW
dalam pasal 1234 adalah :
1. Perjanjian
2. Undang-Undang, dibagi lagi menjadi 2 yaitu :
a.

Kerana perbuatan manusia, dibagi menjadi 2 :
- Perbuatan menurut hukum
- Perbuatan melawan hukum

b. Undang-Undang saja
Perikatan yang bersumber dari perjanjian salah satu jenisnya adalah
perjanjian innominat atau perjanjian tidak bernama dimana nama dan
pengaturannya tidak terdapat dalam BW. Latar belakang lahirnya perjanjian
innominat ini karena adanya asas yaitu kebebasan berkontrak dari para

pihak, jadi para pihak bebas untuk :
a.

Membuat suatu perjanjian atau tidak

b. Menentukan dengan siapa mereka akan membuat perjanjian (para
pihak)
c.

Menentukan isi perjanjian

d. Menentukan bentuk perjanjian, apakah tertulis ataupun lisan
Perjanjian seperti ini dapat dikatakan lahir karena kebiasaan dari
masyarakat, sehingga tidak jarang masyarakat menyebutkan bahwa salah
satu sumber perikatan adalah dari kebaiasaan, selain dari perjanjian dan
undang-undang. Perjanjian ini merupakan jawaban atas perkembangan
masyarakat yang begitu pesat sehingga menuntut adanya suatu inovasi
ketika mereka melakukan hubungan hukum dalam lapangan harta
kekayaan.


1

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian sewa beli dan dimana letak
pengaturannya?
2. Siapakah subjek dalam perjanjian sewa beli?
3. Apakah objek dalam perjanjian sewa beli?
4. Klausul apa saja yang terdapat dalam perjanjian sewa beli?
5. Kapan lahirnya suatu perjanjian sewa beli?
6. Kapan berakhirnya suatu perjanjian sewa beli?
7. Bagaimanakah perbedaan perjanjian sewa beli dengan jual beli
angsuran, leasing, jual beli dan sewa menyewa?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perjanjian sewa beli dan dasar
hukumnya.
2. Untuk mengetahui siapakah subjek dan apakah objek dalam perjanjian
sewa beli.
3. Untuk mengetahui perbedaan perjanjain sewa beli dengan jual beli
angsuran, leasing, jual beli, dan sewa menyewa.
1.4 Manfaat

1. Memperdalam materi tentang perikatan khususnya perjanjian innominat
sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
2. Memperdalam materi tentang perjanjian sewa beli sebagai suatu
perkembangan dari perikatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.

2

BAB II
PEMBAHASAN
PERJANJIAN SEWA BELI
2.1 Defnnisni Perjanjnian Sewa Belni
Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata telah memberikan kebebasan pada
setiap orang untuk membuat perjanjian. Hal ini erat kaitannya dengan asas
kebebasan berkontrak dalam membuat suatu perjanjian. 1 Dari pasal
tersebut maka pada perkembangannya timbullah perjanjian-perjanjian
dalam masyarakat yang tidak diatur dalam KUHPerdata. Seperti perjanjian
Sewa Beli atau dikenal dengan istilah HUURKOOP.
Perjanjian sewa beli ini adalah jenis perjanjian tidak bernama
(innominaat) yang dalam Pasal 1319 KUHPerdata telah diberikan landasan
yuridis mengenai adanya perjanjian tidak bernama. Selain itu Perjanjian

sewa beli yang merupakan perjanjian innominaat ini haruslah tunduk pada
ketentuan umum KUHPerdata seperti dalam pasal 1337 KUHPerdata yang
memberikan batasan bahwasanya segala bentuk perjanjian diperbolehkan
apabila tidak dilarang oleh undang-undang atau berlawanan dengan
kesusilaan baik atau ketertiban umum.
Pengaturan mengenai Perjanjian sewa beli ini terdapat dalam Pasal 1
Surat Keputusan Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980
yang menyebutkan bahwa sewa beli (Hire Purchase) merupakan sewa beli
barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara
memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli sebagai
pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan diikat
dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih
dari penjual kepada pembeli setelah jumlahnya harganya dibayar lunas
oleh pembeli kepada penjual.2

1
2

3


Menurut Subekti, sewa beli sebenarnya semacam jual beli, setidaktidaknya sewa beli lebih mendekati jual beli daripada sewa menyewa,
meskipun ia merupakan campuran dari keduanya dan diberikan jual sewa
menyewa. sedangkan menurut Sri Soedewi Masychoen Sofwan, HIRE
PUCHASE (HUUR KOOP), ialah lembaga jaminan yang banyak terjadi dalam
praktek di indonesia namun sampai kini belum terdapat pengaturannya
dalam undang-undang. Perjanjian sewa beli adalah perjanjian dimana hak
tersebut akan berakhir pada pembeli sewa jika harga barang tersebut
sudah dibayar lunas.
Menurut Wirjono Prodjodikoro sewa beli adalah pokoknya persetujuan
di namakan sewa menyewa barang dengan akibat bahwa si penerima tidak
menjadi pemilik, melainkan pemakai belaka, baru kalau uang sewa telah
dibayar, berjumlah sama dengan harga pembelian, si penyewa beralih
menjadi pembeli yaitu barangnya menjadi miliknya. 3
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perjanjian sewa beli merupakan
perjanjian campuran antara perjanjian jual beli dan sewa menyewa. Akan
tetapi perjanjian sewa beli lebih cenderung mengarah pada bentuk
perjanjian jual beli karena peralihan hak milik adalah hal yang menjadi
pokok utamanya. Jadi tujuan sewa beli adalah untuk menjual barang, bukan
untuk menyewakan atau menjadi penyewa barang.
2.2 Subjek Perjanjnian Sewa Belni

Terdapat beberapa ahli yang menyebutnya dengan penjual dan
pembeli atau penyewa. Menurut Subekti, pihak pembeli menjadi penyewa
terlebih dahulu dari barang yang ingin dibelinya. Adapun kewajiban dari
para pihak, yaitu sebagai berikut :
a.

Hak penjual :
1. Meminta dan menerima harga pembayaran atas angsuran objek
yang disewabelikan.
2. Menuntut ganti rugi dan membatalkan perjanjian, bilamana pihak
penyewa beli tidak membayar uang angsuran.
3. Menarik kembali objek dari pihak penyewa beli, bilamana ia
memindahtangankan kepada pihak ketiga atau menunggak
membayar angsuran.

b. Kewajiban penjual :
3

4


1. Menyerahkan objek perjanjian kepada penyewa beli.
2. Merawat barang yang akan disewabelikan itu sebaik-baiknya agar
dapat dipakai sebagaimana mestinya.
3. Menyerahkan hak milik sepenuhnya kepada pihak penyewa beli
apabila pembayaran harga objek yang disewabelikan telah lunas.
Selanjutnya hak dan kewajiban pihak penyewa beli atau pembeli sewa atau
lazim disebut pihak kedua.
a.

Hak pembeli :
1. Mendapatkan barang yang disewabelinya dari pihak penjual beli
walaupun hak milik objek tersebut belum berpindah kepada pihak
pembeli sewa sampai harga objek tersebut di bayar lunas.
2. Menuntut pada pihak yang mempersewabelikan atas cacat yang
tersembunyi dari barang yang disewabelinya.
3. Memperoleh hak milik sepenuhnya atas objek yang disewabelinya
apabila pembayaran harga objek tersebut telah lunas sesuai yang
diperjanjikan.

b. Kewajiban pembeli :

1. Membayar uang panjar dan selanjutnya membayar uang angsuran
lunas, sesuai yang ditentukan dalam perjanjian.
2. Memelihara objek yang disewabelinya dan bertindak selaku bapak
rumah tangga yang baik dan tidak boleh memindahtangankan
dalam bentuk apapun sebelum angsuran dilunasi.
2.3 Objek Perjanjnian Sewa Belni
Barang-barang yang boleh disewa belikan (hire purchase) adalah semua
barang niaga tahan lama yang baru dan tidak mengalami perubahan teknis,
baik berasal dari hasil produksi sendiri ataupun hasil produksi/perakitan
(assembling) lainnya di dalam negeri, kecuali apabila produksi dalam negeri
belum memungkinkan untuk itu. Contohnya : motor, mobil, dll. 4
2.4 Klausul dalam Perjanjnian Sewa Belni
a.

Klausula Eksonerasi
Klausula eksonerasi adalah klausula yang berisi pembatasan
pertanggungjawaban dari kreditur. Klausula ini bertujuan untuk
membebaskan atau membatasi tanggung jawab salah satu pihak

4


5

terhadap gugatan pihak lainnya dalam hal yang bersangkutan tidak
atau tidak dengan semestinya melaksanakan kewajibannya yang
ditentukan dalam perjanjian tersebut.
Klausula eksonerasi yang terdapat dalam perjanjian baku pada
umumnya terlihat pada ciri-ciri yang ada yaitu adanya pembatalan
tanggung jawab atau kewajiban salah satu pihak (kreditur) untuk
membayar ganti rugi kepada debitur. Badrulzaman mengemukakan ciriciri klausula eksonerasi sebagai berikut :
1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang relatif lebih
kuat dari debitur.
2. Debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian.
3. Bentuknya tertulis.
4. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual. 5
Ciri khas dari pranata sewa beli yaitu perjanjian bentuk tertulis,
meskipun bentuk tertulis bukanlah syarat untuk sahnya suatu perjanjian
sewa beli. Dari bentuk tertulis ini timbul perjanjian-perjanjian yang
bentuk maupun isinya telah dibuat oleh salah satu pihak. Biasanya
pembuat perjanjian baku ini adalah pelaku usaha/kreditur/penjual yang

umumnya mempunyai posisi tawar yang lebih kuat.
Kreditur menyodorkan bentuk perjanjian yang berwujud blanko
atau formulir dengan klausul-klausul yang sudah ada, kecuali mengenai
harga, cara pembayaran, jangka waktu, jenis barang, jumlah serta
macamnya. Klausul-kalusul tersebut ada yang berisi pembebasan atau
pembatasan tanggung jawab dari pihak yang membuat perjanjian,
dalam hal ini pelaku usaha yang ditujukan untuk melindungi
kepentingan pihaknya dari resiko yang mungkin dihadapinya, yang
disebut klausula eksonerasi.
Klausula eksonerasi yang muncul dalam perjanjian sewa beli
misalnya klausula yang menyatakan bahwa kreditur tidak bertanggung
jawab atas segala kerusakan dan kehilangan. Klausula tersebut
membatasi tanggung jawab pelaku usaha/kreditur untuk membayar
ganti rugi kepada konsumen/debitur.6
b. Klausul Risiko
Berpedoman pada perkara yang pernah di tangani oleh
Pengadilan Negeri Surabaya, menurut Subekti, risiko musnahnya
5
6


6

barang dalam perjanjian sewa beli ada pada pemilik barang karena
selama biaya angsuran belum dibayar secara lunas, hak milik belum
berpindah kepada si penyewa beli.
Namun dalam praktek lazim diperjanjikan bahwa peralihan risiko
ada pada si penyewa beli karena di penyewa beli dianggap wajib
menjaga barang yang di sewa belinya sampai adanya suatu pelunasan
pembayaran atas barang tersebut dan hak milik masih barada pada si
pemilik barang walaupun penguasaannya ada pada si penyewa beli.
Apabila risiko terdapat pada pembeli, maka hal ini akan memberikan
jaminan kepada pihak penjual dimana pihak pembeli tidak akan sesuka
hati memperlakukan barang yang berada dalam kekuasannya tersebut. 7
c.

Klausul Penundaan Peralihan Hak Milik
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hak milik beralih
kepada penyewa beli bila ia telah memenuhi semua kewajibannya
berdasarkan persetujuan pembelian (uit hoofde van de
koopovereenkomst).
Saat peralihan hak milik dapat di sepakati antara kedua belah
pihak, dan dalam praktek hak milik berakhir setelah pembayaran
angsuran telah lunas.
Penyerahan barang biasanya di lakukan dengan suatu
pernyataan saja, karena barangnya sudah berada di dalam kekuasaan
si pembeli dalam kedudukannya sebagai penyewa cara penyerahan ini
di namakan traditio brevimanu (penyerahan dengan tangan pendek).

d. Klausul Larangan Memindahtangankan Objek Perjanjian
Dikarenakan sewa beli mensyaratkan bahwa pembayaran secara
angsuran dan selama proses angsuran hak milik masih ada pada
pemilik barang sampai angsuran tersebut lunas, barulah hak milik
berpindah pada di pembeli. Maka, dapat disimpulkan bahwa selama
proses angsuran barang tersebut, pembeli tidak dapat
memindahtangankan barang atau objek perjanjian. Apabila penyewa
beli memindahtangankan barang atau objek perjanjian selama masa
angsuran, maka dapat dikatakan sebagai penggelapan yang
ketentuannya terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) pasal 372.
7

7

e.

Klausul Penarikan Objek Perjanjian oleh Pihak Penjual
Hire-purchase Act 1965 memberikan ketentuan untuk melindungi
pihak yang lemah dalam hal ini si “penyewa beli” terhadap penyalah
gunaan kekuasaan si pemilik barang,. Larangan bagi pemilik barang
untuk mengambil kembali barangnya begitu saja kalau si penyewa
menunggak pembayarannya, apabila sudah lebih dari sepertiga harga
telah diangsur maka penuntutan pengembalian objek harus melalui
perantara Hakim.8

2.5 Lahnirnya Perjanjnian Sewa Belni
Kapan terjadinya perjanjian sewa beli ini tidak ditentukan dengan
tegas. Namun apabila melihat dari pasal 1320 KUH Perdata, saat terjadinya
perjanjian sewa beli ini adalah pada saat terjadinya persamaan kehendak
atau kata sepakat antara penjual dan pembeli atau penyewa. Dari sisi
perjanjian formal terjadinya perjanjian sewa beli adalah pada saat
ditandatanganinya perjanjian sewa beli oleh para pihak. Jadi, tetap
mengacu pada ketentuan pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat sahnya
perjanjian, yaitu :
1.

Sepakat

2.

Cakap

3.

Objek Tertentu

4.

Kausa Halal9
Sejak terjadinya perjanjian tersebut maka timbulah hak dan kewajiban

dari para pihak, hak penjual adalah menerima uang pokok beserta
angsuran setiap bulannya dari pembeli atau penyewa sedangkan kewajiban
penjual adalah menyerahkan obyek sewa beli. Hak pembeli atau penyewa
adalah menerima barang yang disewabelikan setelah pelunasan terakhir
sedangkan kewajiban pembeli adalah membayar uang pokok, uang
angsuran setiap bulannya dan merawat barang yang disewabelikan
tersebut.
2.6 Berakhnirnya Perjanjnian Sewa Belni
1. Pembayaran objek yang disewabelikan telah lunas sesuai yang telah
diperjanjikan.

8
9

8

2. Meninggalnya pembeli sewa namun tidak ada ahli waris yang
melanjutkan.
3. Pembeli sewa jatuh pailit.
4. Dilakukan perampasan oleh pihak penjual sewa terhadap pihak lain, hal
ini terjadi karena pembeli sewa telah mengalihkan obyek sewa beli
kepada pihak lain.
5. Pihak kedua wanprestasi.
6. Adanya putusan pengadilan10
2.7 Perbedaan Perjanjnian Sewa Belni dengan Perjanjnian Jual Belni
Angsuran; Leasning; Jual Belni; dan Sewa Menyewa
a. Perbedaan sewa beli dengan jual beli angsuran
Perjanjnian Sewa-Belni

Perjanjnian Jual-Belni Angsuran

Sewa beli (Hire Purchase) adalah jual

Jual beli dengan angsuran adalah jual

beli barang dimana penjual

beli barang dimana penjual

melaksanakan penjualan barang

melaksanakan penjualan barang

dengan cara memperhitungkan

dengan cara menerima pelunasan

setiap pembayaran yang dilakukan

pembayaran yang dilakukan oleh

oleh pembeli dengan pelunasan atas

pembeli dalam beberapa kali

harga barang yang telah disepakati

angsuran atas harga barang yang

bersama dan yang diikat dalam suatu

telah disepakati bersama dan yang

perjanjian, serta hak milik atas

diikat dalam suatu perjanjian, serta

barang tersebut baru beralih dari

hak milik atas barang tersebut

penjual kepada pembeli setelah

beralih dari penjual kepada pembeli

jumlah harganya dibayar lunas oleh

pada saat barangnya diserahkan oleh

pembeli kepada penjual;

penjual kepada pembeli;

Penyerahan barang pada perjanjian

Penyerahan barang telah

beli sewa tidak menimbulkan

menimbulkan perpindahan hak milik

peralihan hak milik. Hak milik baru

atas barang kepada pembeli

berpindah pada waktu dibayarnya

walaupun uang pembayarannya

angsuran yang terakhir.

belum lunas.

Selama pembayaran harga barang

Karena hak milik telah berpindah

belum di lunasi maka pembeli di

kepada pembeli sejak di lakukannya

10

9

larang untuk menjual atau

perjanjian jual beli yang disertai

mengalihkan hak atas barangnya

dengan penyerahan barang maka

kepada orang lain. Hal ini merupakan

pembeli bebas melakukan perbuatan

jaminan bahwa barang tidak akan

hukum apapun atas barang tersebut.

hilang atau rusak selama di kuasai

Apabila sebelum angsuran lunas

pembeli. Seandainya pembeli tidak

barang tersebut telah berpindah

bertanggung jawab sebagaimana

tangan atau musnah atau rusak,

mestinya atas barang tersebut, maka

maka pembeli hanya dapat dituntut

pembeli dapat di anggap telah

untuk melunasi sisa hutangnya yang

melakukan tindak pidana

berkaitan dengan sisa pembayaran

penggelapan sebagaimana di atur

sesuai dengan tanggung jawabnya.

dalam Pasal 372 KUHP.
Merupakan hasil perpaduan dari jual-

Merupakan bentuk khusus dari

beli dengan sewa menyewa. Hal ini

perjanjian jual beli biasa.

dapat disimpulkan dari penggunaan
kata “sewa” dan “beli”.

b. Perbedaan sewa beli dengan leasing

Perjanjian Sewa-Beli

Leasing

Diatur dalam Keputusan Menteri

Diatur dalam SKB Menkeu Nomor

Perdagangan dan Koperasi Nomor

122/MK/2/1974, Menperin Nomor 32/

34/KP/II/80 tentang Perizinan

M/SK/1974, Mendag Nomor 30/

kegiatan usaha sewa beli (hire

Kpb/1974 tentang Perijinan Usaha

purchase), Jual beli dengan angsuran,

Leasing

dan sewa (renting)
Harga barang yang dijual sudah ada

Harga barang baru muncul setelah

sejak awal perikatan.

debitur memilih utk membeli.

Peralihan hak milik pasti terjadi

Peralihan hak milik terjadi jika lease

setelah berakhir masa sewa

mempergunakan hak opsi : hak untuk
memilih apa ingin memiliki barang
tersebut atau tidak.

Terdiri dari dua pihak :

Terdiri tiga pihak :

a. Pihak penjual atau yang

a. Lesse

menyewakan

b. Lessor

b. Pihak pembeli atau penyewa

c. Supplier

10

c. Perbedaan sewa belni dengan jual belni dan sewa menyewa
Sewa-Belni

Jual-Belni

Sewa-Menyewa

Suatu perjanjian

Suatu perjanjian dimana

Suatu perjanjian dengan

sewa-menyewa

pihak yang satu (penjual)

mana pihak yang satu

dengan hak opsi

berjanji untuk

(yang menyewakan)

dari si penyewa

menyerahkan hak milik

mengikatkan dirinya

untuk membeli

atas suatu barang, sedang

untuk memberikan

barang yang

pihak yang lainnya

kepada pihak yang

disewanya.

(pembeli) berjanji

lainnya (penyewa)

membayar harga yang

kenikmatan dari suatu

terdiri atas sejumlah uang

barang, selama suatu

sebagai imbalan dari

waktu tertentu dan

perolehan hak milik

dengan pembayaran

tersebut.

suatu harga oleh pihak
yang tersebut terakhir itu
disanggupi
pembayarannya.

Selama harga

Barang yang diserahkan

Barang yang diserahkan

belum dibayar

untuk dimiliki.

tidak untuk dimiliki, tetapi

lunas, barang yang

hanya untuk dipakai,

diserahkan hanya

dinikmati kegunaannya.

untuk dipakai,
dinikmati, hal ini
berlaku sampai
dibayarnya
angsuran yang
terakhir.
Penyerahan hak

Penyerahan bersifat

Penyerahan bersifat

milik baru akan

menyerahkan hak milik,

menyerahkan kekuasaan

dilakukan pada

dengan demikian maka si

belaka atas barang yang

waktu dibayarnya

pembeli seketika sudah

disewa, dengan demikian

angsuran yang

menjadi pemilik mutlak,

tidak terdapat peralihan

walaupun pembayarannya

hak milik.

terakhir.

11

Harus

kita bedakan dari

dengan menggunakan

jual-beli dengan

cicilan.

11

11

cicilan.
Dalam menetapkan

Selama belum dilever,

Kerugian akibat

siapa yang

mengenai barang dari

musnahnya barang yang

memikul risiko atas

macam apa saja, risikonya

dipersewakan dipikul

barang diambil

masih harus dipikul oleh

sepenuhnya oleh pihak

sebagai pedoman

penjual, yang merupakan

yang menyewakan.

bahwa pada

pemilik sampai pada saat

asasnya risiko itu

barang itu secara yuridis

dipikul oleh pemilik

diserahkan kepada

barang, yang

pembeli.

dalam hal ini
adalah pihak
penjual
(berdasarkan
keputusan
Pengadilan Negeri
Surabaya tanggal 5
februari 1951).
Namun dalam
praktik lazim di
perjanjikan bahwa
risko itu dipikul
oleh si penyewabeli.
Larangan bagi

Diterbitkan dari suatu janji

Seorang yang sudah

pemilik barang

dimana si penjual

menyewakan barangnya

untuk mengambil

diberikan hak untuk

misalnya untuk 5 tahun,

kembali barangnya

mengambil kembali

tidak boleh menghentikan

begitu saja kalau si

barangnya yang telah

sewanya kalau waktu

penyewa-beli

dijual, dengan

tersebut belum habis,

menunggak

mengembalikan harga

dengan dalih bahwa ia

pembaya-ran,

pembelian yang telah

ingin memakai sendiri

apabila sudah lebih

diterima-nya, disertai

barang yang disewakan

dari sepertiga

semua biaya yang

itu. Tetapi kalau ia

harga telah

dikeluarkan (si pembeli)

menyewakan barangnya

diangsur, penun-

untuk menyelengga-rakan

tanpa ditetapkannya

12

tutan kembali itu

pembelian serta penyera-

suatu waktu tertentu,

harus lewat Hakim,

hannya, begitu pula biaya-

sudah barang tentu ia

sedangkan si

biaya yang perlu untuk

berhak meng-hentikan

penyewa-beli

pembetulan-pembetulan

sewa itu setiap waktu asal

selalu boleh

dan pengeluaran-

ia mengindahkan cara-

mengakhiri per-

pengeluaran yang

cara dan jangka waktu

janjian tanpa suatu

menyebabkan barang

yang diperlukan untuk

ancaman untuk

yang dijual bertambah

pemberitahuan peng-

mem-berikan ganti

harganya.

akhiran sewa menurut

keru-gian, dan lain-

kebiasaan setempat.

lain.

CONTOH KASUS
Putusan No 2941 K/Pdt/1999 mengenani PERJANJIAN SEWA BELI
PT. UNITED TRACTORS dan Ny. Marina Situmorang melakukan
perjanjian sewa beli Bulldozer, merk Komatzu sebanyak 2 (dua) unit pada
tanggal 26 September 1995 dengan harga keduanya ditambah dengan PPN
10% sejumlah Rp 1.004.602.454.
Pembayaran dilakukan dengan membayar uang muka terlebih dahulu
sebesar Rp 9.825.000 sedang sisanya sebesar Rp 994.777.454 akan
diangsur dalam 18 bulan. Kemudian dalam pasal 4 ayat 1 perjanjian sewa
beli disebut “Pemillik akan menyerahkan Bulldozer yang disewa kepada
penyewa dalam keadaan siap pakai dst...”
Akan tetapi pada kenyataan Bulldozer yang diserahkan kepada Ny.
Marina Situmorang tidak dilengkapi dengan alat penarik atau disebut
namanya WINS, atas ketidaklengkapan Bulldozer tersebut PT. UNITED
TRACTORS akan segera mengirimnya kelokasi proyek Ny. Marina
Situmorang.
Setelah Bulldozer tersebut dikirim di lokasi proyek ke 2 (dua) unit
Bulldozer tersebut tidak bisa dioperasikan langsung oleh Ny. Marina S
13

karena tidak ada alat penariknya, beberapa hari kemudian alat penarik
tersebut baru dikirim. Akan tetapi setelah beberapa hari dioperasikan salah
satu Bulldozer mengalami kerusakan. Dari rentetan menunggu Bulldozer
terlengkapi alat penarik sehingga dapat dioperasikan hingga kerusakan
setelah beberapa alat tersebut dioperasikan, Ny. Marina mengalami
kerugian yang membuat dirinya tak mampu mengangsur Bulldozer sesuai
perjanjian.
Sebelumnya hal ini telah diberitahukan oleh Ny marina kepadda PT.
UNITED TRACTORS akan tetapi tidak dihiraukan yang kemudian
mengakibatkan penarikan Bulldozer oleh PT. UNITED TRACTORS. Dari
kejadian inilah Ny. Marina mengajukan gugatannya kepada PT. UNITED
TRACTORS mengenai perbuatan melanggar hukum sesuai pasal 1365
KUHPerdata dan Putusan MA RI No. 935 K/PDT/1985.
Dalam hal penyelesaian sengketa yang terjadi, maka menyelesaikan
sengketa jika timbul wanprestasi yaitu :
1. Musyawarah
Penciptaan hak dan kewajiban terhadap pembeli sewa dan
penyewa beli tidak selamanya dapat diwujudkan dengan lancer tanpa
kendala sampai selesai. Sering sekali timbul sengketa antara kreditur
dan debitur sebagai akibat wanprestasi atau perbuatan yang
melawan hukum.
Wanprestasi dapat terjadi apabila salah satu pihak, lazimnya
debitur tidak melakukan prestasi-prestasi yang tercantum dpada
lembaran-lembaran akta perjanjian. Kewajiban utama ialah
membayar angsuran dengan jumlah tertentu dan tepat waktunya.
Akibat hukumdilalaikannya kewajiban tersebut disertai dengan
berbagai alasan yang dapat dijadikan dasar pembenar bagi debitur,
maka kreditur dapat menerima / menolaknya. Akibat wanprestasi
debitur (misalnya tidak membayar angsuran), maka kreditur dapat
melakukan teguran yaitu dengan mengirimkan surat teguran / surat
peringatan dapa debitur.
14

Dalam penyelesaian sengketa antara penjual sewa dan pembeli
sewa, baik karena wanprestasi / perbuatan melanggar hukum,
ternyata mendeskripsikan bahwa masing-masing pihak mempunyai
hak dan kewajiban, sehingga saling ingin memenuhi kepentingannya
dengan menekan kerugian yang sekecil-kecilnya, cara musyawarah
untuk mencapai mufakat merupakan pilihan utama untuk ditempuh
terlebih dahulu oleh para pihak.
2. Jalur Hukum
Klausul-klausul perjanjian yang dibuat para pihak, yaitu kreditur
dan debitur sewa beli merupakan undang-undang bagi mereka,
sehingga harus mematuhinya. Dalam hal ini perjanjian yang berlaku
sebagai hukum tersebut, memberikan ancaman sanksi yang dibuat
oleh mereka sendiri.Biasanya barubenar dilaksanakan, jika sudah
terbentang jalan buntu untuk berdamai. Dalam perjanjiansewa beli
kendaraan bermotor telah ditentukan bahwa tentang perjanjian sewa
belidansegala akibat hukumnya,para pihak memilih domisili (tempat
kediaman hukum) di kantor panitera Pengadilan Negeri yang ditunjuk.
Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa para pihak telah menunjuk
pengadilan sebagai pemutus sengketa,apabila terjadi perselisihan di
antara mereka.
Kreditur dan debitur lebih cenderung menghindari jalur hukum
ke pengadilan, jika tidak terpaksa. Alasan utamanya adalah masalah
biaya, waktu dan tenaga. Apabila memang terpaksa ditempuh jalan
mengajukan gugatan ke pengadilan, baik secara perdata atau pidana
maka cara ini merupakan pilihan terakhir.
Lembaga peradilan tidak akan pernah menangani sengketa
perjanjian sewa beli kendaraan bermotor, jika para pihak cenderung
menyelesaikan perselisihan dengan cara musyawarah. Dapat pula
kondisi ini akan terjadi sebaliknya, apabila kesadaran hukum untuk
berperkara telah demikian menebal diantara para pihak dalam
perjanjian sewa beli tersebut, sehingga akan semakin menumpuk pula
berkas perkara perjanjian sewa beli di pengadilan. Dengan demikian
semakin banyak pula yurispridensi sewa beli, khususnya yang
menyangkut kendaraan bermotor tercipta melalui peradilan.

15

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesnimpulan
Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian campuran antara perjanjian
jual beli dan sewa menyewa. Akan tetapi perjanjian sewa beli lebih
cenderung mengarah pada bentuk perjanjian jual beli karena peralihan hak
milik adalah hal yang menjadi pokok utamanya. Jadi tujuan sewa beli
adalah untuk menjual barang, bukan untuk menyewakan atau menjadi
penyewa barang. Hal yang menjadi penting dalam Perjanjian Sewa Beli
adalah mengenai klausulnya seperti Klausula Eksonerasi, Klausul Risiko,
Klausul Penundaan Peralihan Hak Milik, Klausul Larangan
Memindahtangankan Objek Perjanjian, dan Klausul Penarikan Objek
Perjanjian oleh Pihak Penjual.
Risiko musnahnya barang dalam perjanjian sewa beli ada pada
pemilik barang karena selama biaya angsuran belum dibayar secara lunas,
hak milik belum berpindah kepada si penyewa beli. Namun dalam praktek
lazim diperjanjikan bahwa peralihan risiko ada pada si penyewa beli karena
di penyewa beli dianggap wajib menjaga barang yang di sewa belinya
sampai adanya suatu pelunasan pembayaran atas barang tersebut dan hak
milik masih barada pada si pemilik barang walaupun penguasaannya ada
pada si penyewa beli. Apabila risiko terdapat pada pembeli, maka hal ini
akan memberikan jaminan kepada pihak penjual dimana pihak pembeli
tidak akan sesuka hati memperlakukan barang yang berada dalam
kekuasannya tersebut.
3.2 Saran
Hal ini menurut kelompok kami perlu adanya pengaturan tegas
mengenai risiko tersebut. Karena apabila dilihat dari segi hak milik, objek
pada perjanjian sewa beli baru berpindah setelah angsuran sesuai
16

perjanjian telah dilunasi. Dari hak milik ini dapat disimpulkan bahwa risiko
seharusnya ditanggung oleh penjual bukan oleh pihak penyewa beli.
Kelompok kami merasa bahwa perjanjian sewa beli dirasa menguntungkan
bagi kedua belah pihak. Dimana bagi pihak penjual, ia dapat menjual
barangnya dan mendapatkan pembeli yang jumlahnya lebih banyak juga
penjual lebih merasa aman karena selama harga barang belum dilunasi,
maka hak milik belum berpindah kepada pembeli. Bagi pihak pembeli, ia
dapat menikmati manfaat dari barang tersebut dan dapat menjadi pemilik
barang tersebut ketika ia telah membayar uang angsuran seharga barang
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Djuhaendah Hasan. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan
Benda Lain yang melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas
Pemisahan Horizontal. Bandung : Citra Aditya Bakti
Fery Anggryawan, Analisa Yuridis Perjanjian Sewa Beli Sepeda Motor
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di Dealer Mamak Motor Sampang,
Surabaya: Fakultas Hukum, Universitas Pembangunan Nasional, 2011,
http://eprints.upnjatim.ac.id/2840/1/fle1.pdf, diakses tanggal 04/05/2014 pukul
10.15
Heru Guntoro, Aspek Hukum Perjanjian sewa Beli Kendaraan Bermotor,
Banyuwangi: Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, 2010, http://untagbanyuwangi.ac.id/attachments/artic le/366/ASPEK%20HUKUM%20PERJANJIAN
%20SEWA%20BELI%20KENDARAAN%20BERMOTOR.pdf diakses pada tanggal
04/05/2014 pukul 19.39
Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 tentang
Perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), Jual beli dengan angsuran,
dan sewa (renting)
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek)
Maria Darus Badrulzaman. 1980. Perjanjian Baku (Standard) Perkembangan di
Indonesia. Medan : Universitas Sumatera Utara.
17

R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
R. Subekti. 1985. Aneka Perjanjian. Bandung : Alumni
Subekti. 2001. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermasa
Supramono, 1995. Perbankan dan Masalah Kredit, suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta
: Djambatan
Tesis tentang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Sewa
Beli Kendaraan Bermotor Di surakarta oleh Ary Primadyanta, SH, Universitas
Diponegoro

18