Perhimpunan Biologi Indonesia Cabang Lampung

J

JURNAL ILMIAH BIOLOG! EKSPERIMEN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Kerjasama

*,.***t
Vol.4

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung
Perhimpunan Biologi Indonesia Cabang Lampung

Nol

Maret 2017

|SSN: 2338 - 434/.

IBEIIH
I


URNAL ILMIAH BIOLOGI EKSPERIMEN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

SUSUNAN PENGELOLA
Pengarah

:

Prof. Warsito, S.Si., D.E,A., Ph.D.

Penanggung Jawab:
Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc,

Ketua Dewan Redaksi :
Rochmah Agustrina, Ph.D.

Sekretaris:
Priyambodo, M.Sc.
Drs. M. Kanedi, M.Si.

Bendahara


:

Dr. Emantis Rosa, M.Biomed.

Reviewer:
Dr. Noverita Dian Takarina (Universitas lndonesia)
Dr. HerawatiSoekardi (Taman Kupu-kupu Gita Persada Lampung)
Nismal Nukmal, Ph.D. (Universitas Lampung)
Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. (Universitas Lampung)
Rochmah Agustrina, Ph.D. (Universitas Lampung)

Tim Editor:
AliSuhendra, S.Si.

Administrasi:
Ambar Widiastuti N ingish
Muhammad Yusuf

Perlengkapan:

Supriyanto

Sekretariat:
Gedung Biologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung
Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Telp./Fax (07 21) 7 04625 Ext. 705 e-mai I : jumal. [email protected]

llustrasicover:
Canna indica
(su mber: htp ://www. latin-wife.com/blog/colombia/can na-ind ica/)

Jurnal Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati

Vol.4 No. 1 Maret 2017'.ha|.23-29
ISSN : 2338-4344

KADAR LIPID TIGA JENIS MIKROALGA PADA SALINITAS YANG BERBEDA
THE LYPIDS CONTENT OF THREE MICROALGAE IN DIFFERENT SALINITY LEVELS
Diah Ratna Ningsih*, Endang L. Widiastuti, Sri Murwani, Tugiyono
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung

*e-mail: diahratna6l [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan kandungan lipid pada ketiga jenis
mikroalga yang dikultur pada media dengan salinitas yang berbeda. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode rancangan acak lengkap faktorial dengan 3 perlakuan yaitu salinitas 20, 30, dan

40 ppt pada mikroalga jenis Nannochloropsis sp., Tetraselmis sp., dan Porpyridium sp masing-masing
sebanyak 3 kali ulangan. Mikroalga dikultur pada skala laboratorium selama 8 hari setelah itu dipanen
untuk diukur kadar lipidnya. Hasil kultur selama 8 hari menunjukkan laju pertumbuhan spesifik rata-rata

tertinggi pada Nannochloropsis sp. terdapat pada salinitas 40 ppt yaitu 12'hlhari, sedangkan untuk
Tetraselmis sp. tertinggi pada salinitas 20 ppt yailuT%, dan untuk Porpyridium sp. tertinggipada salinitas

30 ppt yailu S%lhari. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah lipid tertinggi terdapat

pada

Tetraselmis sp. pada salinitas 20 ppt yaitu sebesar 2,640/o dan jumlah lipid terendah terdapat pada

Tetraselmis sp. pada salinitas 40 ppt yaitu sebesar 0,19%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

laju pertumbuhan spesifik rata-rata per hari tertinggi terdapat pada jenis Nannochloropsls sp pada
salinitas 40 ppt yaitu sebesar 12o/o dan jumlah lipid tertinggi terdapat pada mikroalga jenis Iefrase/mis sp.
pada salinitas 20 ppt yaitu sebesar 2,64%.

Kata kunci: laju pertumbuhan, lipid, mikroalga, salinitas
ABSTRACT
The aim of this research was to determine the growth rate and lipids contents of three microalgae that

were cultured on different medias with different salinity. The experment was conducted by using

a

factorial complete randomized design in three treatmens, they were the salinity levels in 20,30, and 40,

ppt on Nannochloropsys sp., Tetraselmis sp., and Porpyridium sp., each in three replications. The
microalgae were cultured in a laboratory scale for eight days and then being harvested to measure their
lypids contents. The result showed that the highest average growth rate was found in Nannochloropsys
sp. at the salinity of 40 ppt for 12% per day, while it wasTo/o in 20 ppt Tetraselmis sp. , and 5% in 30 ppt

Porpyridium
2,640/0 and

sp. The highest lypids

content was found in Tetraselmis sp. ln the salinity of 20 ppt for

the lowest lypids content was found in Tetraselmis sp. ln the salinity of 40 ppt for 0,19%.

Based on the experiment it can be concluded that the highest spesific groMh rate per day was found in
Nannochloropsis sp in the salinity of 40 pptforl2o/o and the highest lypids was found Tetraselmis sp. ln
the salinity of 20 ppt for 2,64'/o.

Kadar Tiga Jenis ... / 24
Key words

:

growth rate, lypids, microalgae, salinity


bisa dimanfaatkan sebagai

PENDAHULUAN

mikroalga tersebut

Mikroalga adalah organisme tumbuhan paling

bahan baku bioenergi.

primitif berukuran seluler yang umum dikenal

Masalah yang dibahas pada penelitian ini
adalah apakah salinitas dapat mempengaruhi
jumlah lipid pada mikroalga. Penelitian ini

dengan sebutan fitoplankton (Schulz, 2006).
Habitat hidupnya adalah wilayah perairan di

seluruh dunia. Organisme ini merupakan

produsen primer perairan yang mampu

dan kandungan lipid pada ketiga jenis miroalga

berfotosintesis seperti tumbuhan tingkat tinggi

yang dikultur pada media dengan salinitas yang

(NREL,1998). Mikroalga memiliki

berbeda.

potensi

bartujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan

sebagai bahan baku penghasil bahan bakar
nabati (BBN) berupa biodiesel dan bioetanol

BAHAN DAN METODE


yang merupakan alternatif untuk menyelesaikan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2015
Februari 2016 di
Laboratorium Perairan Biologi Molekuler

masalah ketersediaan bahan bakar yang saat ini

masih bergantung pada bahan bakar minyak

(BBM). Pengembangan biofuel (biodiesel dan
bioetanol) sebagai pengganti BBM memilki

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan llmu

beberapa keuntungan yaitu menghasilkan emisi

Mikroalga yang digunakan sebagai bibit untuk


gas buang yang lebih ramah lingkungan karena

memulai kultur baru adalah koleksi mikroalga

kandungan oksigennya dapat meningkatkan

yang telah dikultur oleh BBPBL yang memiliki

efisiensi pembakaran. Beberapa keunggulan
lain dari mikroalga yaitu tidak membutuhkan

jumlah kepadatan yang tinggi, yaitu jenis

lingkungan yang luas tetapi dapat tumbuh

Porphyridium

sepanjang tahun tanpa mengenal musim.


penelitian terlebih dahulu dilakukan sterilisasi

Selain

itu

Pengetahuan

Alam Universitas

Nannochloropsis

sp.,

sp..

Lampung.

Tetracelmis

Sebelum

sp.,

dan

melakukan

menghasilkan biodisel dibanding tanaman lain

media dan wadah kultur. Sterilisasi media
dilakukan dengan cara perebusan sedangkan

untuk luas yang sama dan siklus hidupnya yang

sterilisasi wadah kultur dengan cara direndam

lebih singkat (BPPT, 2013). Mikroalga juga

10

dengan klorin selama 24 jam kemudian dibilas

kali lebih mampu menyerap COz daripada
tumbuhan lain karena seluruh tubuhnya
mengandung zat hijau daun. Satu kilogram

dengan air tawar dan disemprotkan alkohol

mikroalga dapat menghasilkan 360 gram minyak

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu

organisme tersebut 10-100 kali

mentah dan sekitar

60 persen dari

70%.

minyak

rancangan acak lengkap dengan perlakuan

mentah itu bisa diubah menjadi biofuel, artinya

salinitas 20, 30, dan 40 ppt pada masing-masing

satu kilogram mikroalga mampu menghasilkan

mikroalga dengan jenis Nannochloropsis sp.,

240 gram biofuel (BPPT,2013).

Empat

Tetrachelmis sp., dan Porphyridium sp. dengan

kelompok mikroalga yang dikenal di dunia yakni

pengulangan sebanyak tiga kali. Pada penelitian

diatom (Bacillariophyceae), ganggang

ini media kultur dipupuk menggunakan pupuk
convly sebanyak 1 ml/liter dan diberikan satu

hijau

ganggang emas
(Chrysophyceae), dan ganggang biru
(Chlorophyceae),

(Cyanophyceae).

Keempat

kelompok

kali pada saat awal pengulturan saja.

25

/ Ningsih,

D.R., Widiastuti, E.1., Murwani, S., Tugiyono

Media kultur disiapkan pada toples dengan
volume 2 (dua) liter sebanyak 750 ml dengan

o/oliptd:

ffi r r00%

perlakuan 20, 30, dan 40 ppt (3x ulangan) yang
sebelumnya telah diberi pupuk conwy dengan

konsentrasi 1 ml/L. Setelah itu masing-masing
mikroalga sebanyak 250 ml dimasukkan dengan

Keterangan

:

Lw = berat lipid sampel (gram)
Bw = berat biomassa sampel (gram)

cara disaring menggunakan tisu. Pencahayaan

secara kontinyu dengan lampu TL 28 watt
sebanyak 7 buah dengan fotoperiod 24 iam.
Aerasi juga dilakukan secara kontinyu selama
24 jam. Pengulturan dilakukan selama 8 hari.
Penghitungan kepadatan dilakukan setiap 24
jam sekali dengan bantuan mikroskop binokuler
dan alat Haemocytometer dengan rumusan:

Jumlah sel/ml

=

lumtah seL d'atanls kotak
Jlorllah kotok {5}

x2s

x

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kepadatan Mikroalga
Pemberian salinitas yang berbeda pada ketiga

jenis mikroalga memberikan pengaruh yang
berbeda-beda pada kepadatan populasi
mikroalga tersebut.
Hasil penelitian
menunjukkan, pada mikroalga Nannochloropsis

sp., kepadatan tertinggi didapat pada salinitas
40 ppt, yaitu mencapai 33,40x106 sel pada hari
1oa

keenam (Tabel 1), sedangkan untuk mikroalga

jenis

laju pertumbuhan spesifik

Kemudian

(p)

sp., kepadatan tertinggi

Tetraselmis

didapat pada salinitas 20 ppt, yaitu mencapai

mikroalga dihitung dengan menggunakan rumus

1,98x'106 sel pada hari kedelapan (Tabel

Hirata et al. (1981), yaitu

untuk mikroalga jenis Porpyridium sp.,

:

2), dan

kepadatan tertinggi didapat pada salinitas 20 ppt

k_

'"b\No/
Tt_TO

Keterangan
No

yaitu mencapai 2,15x'106 sel pada hari keenam

x 3.22 xl\\o/o

(Tabel

3).

Hal ini mungkin disebabkan kondisi

masing-masing mikroalga mempunyai toleransi
:

yang berbeda terhadap salinitas.

Kepadatan awal mikroalga

Nt

Kepadatan mikroalga pada waktu t

T6

Waktu awal

Tt

Waktu pengamatan

3,22

Konstanta

K

Laju pertumbuhan spesifik

Tabel 1.

lol*xl

Kepadatan populasi Nannochloropsis

E"t n*n'tXi

isi$ii'

ile'r$;i #-i ;

;i't$;;{rNs.i

,Vsrul0{:r?r,4fl}p$rs W.

Sedangkan pengambilan sampel untuk
pengukuran kadar lipid dilakukan setelah
pemanenan mikroalga pada hari kedelapan.
Sampel diambil sebanyak

2

gram kemudian

dianalisis dengan menggunakan

metode

methanol-kloroform. Persentase kandungan lipid
dihitung dengan menggunakan rumus Gunawan
(20'10) yaitu:

.*

*!

?$,{iJtr}.dtr I dl,&it f.fu'
t

-*

l, J{Jts.lu"'

Kadar Tiga Jenis ... / 26

Tabel 2. Kepadatan populasi Ietraselmis sp.
-- ....

'

-:

Harl

i
,i
:
':
s

'*

S
,

ftsis;lixffi#l#ei*,rr*rttii6{iirtiit**
T*rrasfmls

} ^-'

-,

rr,

' I sal *a ppi1" : $d i*i pp: **l
- t3:aGtr "0?fi;e1n"'g]g3nll,
r t.;t ;$.**.. I *t;tie.**d, I *.***p.6su".
s'13r$.lr s1r:c:y "0:*f*?2,
-"i- *$eI0;1ej;r' --'$;B--t-S33,u'"
$ili"*;;,--"
C"rtf,$13 *.$r?f ,*'*::*i**
-?x:*.*ry..--:*.5$i*.r$+-.-* -**
n9€tn:5 fi3"r+16- t.i3:3r?,,

1

F#

I $d'.14

:

ppt dengan kondisi optimal 25-35 ppt dengan
toleransi suhu antara 15-35"C dengan kondisi
optimal 23'-25"C (Rostini,

Porpyridium sp. pertumbuhan optimal terdapat
pada salinitas 20 ppt, sedangkan untuk salinitas

30 dan 40 ppt mikroalga tersebut masih dapat
tumbuh tetapi tidak optimal.

Hart

. t$*.'o:*.
.{i*r*?s'-."*tr}:co9 .U.r-o*
,i-11-:** , *::*t$'**j
-,

:

2007). pada jenis

et al. (1991) mengungkapkan

bahwa

penurunan pertumbuhan pada salinitas yang
lebih tinggi dapat menyebabkan menurunnya

Tabel 3. Kepadatan populasi Porpyridium sp.

i-'^

Hfii

*xts,r*Jt

*xc"l* * $ia${ra{ *iryti*ili'ir$
'Forpyr&lfrili

I

.

sp

i]
i3
,.I

:3

;{
l-r
i*

menghambat pembentukan sel anakan (Soeder

&

:

.r-

:?

':"

.....

CC.eolr:.,

berakibat terhadap penurunan pertumbuhan
populasi. Pengaturan osmose cairan bertujuan

5:*?S.4.'ir-"1*.ti r * flr -:-*.ffi;"*.t$r'

;...,.

.

-.--..-.,..-,

salinitas

akan mempengaruhi proses metabolisme yang

:

." ..
i ... ... ...... - : !.$$fi!*7- i*IS**.*:p

1974). Naik turunnya

mekanisme osmoregulasi yang secara langsung

i\,-i.ftlr{}, 1 *.6*I$**:. S"I& t *."{*s,
':--f
i$; i.?s--- ?r*";-ri tsi; "r{$.?$tt,iiBn:
.i.

Stengel,

berpengaruh terhadap tekanan osmose dan

i

i

:I

menghambat proses fotosintesis (Mironyuk dan

Einer, 1986), proses respirasi serta

ppnl $d ]0 ppm Snl .r0 ptrn
&&:S*} '0.11}rCr-9' #-{ri:id"
-: *.#; *.\3i----:---*.5S;'*, i;; i S,i* !-;
ii
?{ li {} 3$ : {"*glrt}l:i
i*
i.
j*'c* * B:lJ'
! **$ i}.i*---:" $.&6 a $ }tr !,1 7i 6 l} ?1r,
Eil:09{y rfti*.{}' I *"$3 i D.:s;
Ss, ?S

i:,{

proses fotosintesis. Tingginya salinitas akan

:

-'........

untuk menyamakan konsentrasi garam internal

Salinitas merupakan salah satu sifat kimia air
yang secara langsung maupun tidak langsung

dengan konsentrasi garam

lingkungan

sekelilingnya (Widianingsih, 20i 0).

dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan
kehidupan organisme air. Kemampuan masingmasing mikroalga dalam melakukan adaptasi
berbeda-beda tergantung jenis dan perubahan

Laju Pertumbuhan Populasi Spesifik
Laju pertumbuhan populasi spesifik merupakan

salinitas dari habitat asalnya. Semakin tinggi

laju pertumbuhan harian dari populasi tersebut.
Laju pertumbuhan populasi spesifik mikroalga

perbedaan salinitas dengan habitat asal maka

memberikan hasil yang berbeda-beda pada tiap

adaptasi yang dilakukan mikroalga

salinitas dan jenis mikroalga. Hasil kultur selama

akan

semakin berat begitu pula sebaliknya. proses

8 hari

adaptasi yang berat dapat menyebabkan proses

rata-rata tertinggi pada Nannochloropsis sp.
terdapat pada salinitas 40 ppt yaitu l21othari,

pertumbuhan dan reproduksi mikroalga tersebut

menunjukkan laju pertumbuhan spesifik

terganggu. Nannochloropsis sp. dapat tumbuh
pada salinitas 0-35%0, namun salinitas yang

salinitas 20 ppt yaituT%, dan untuk porpyridium

optimum untuk menunjang perkembangannya

sp. tertinggi pada salinitas 30 ppt yaitu So/olhari.

adalah salinitas 20-25o/oo (Sachlan, 1gB2).
Tetraselmis sp. dapat hidup pada kondisi
salinitas dengan rentang cukup lebar yaitu 15-36

sedangkan untuk Tetraselmis sp. tertinggi pada

27

/

Ningsih, D.R., Widiastuti, E.1., Murwani, S., Tugiyono

optimum sebab nutrien yang terdapat pada
1

'E

media kultur masih sangat berlimpah sehingga

0,8

E

mikroalga dapat tumbuh dengan baik.
Sebaliknya laju pertumbuhan mengalami

il!

0,6

3

0'4

E

o,z

f

dikarenakan nutrien mulai membatasi
pertumbuhan (Lavens dan Sorgeloos, 1996)

S- -o,z

sebab nutrien atau pupuk hanya diberikan pada

penurunan dibandingkan

g-o
-0,4

Hari pengamatan
**e*r*-salinitas 40
"**@*salinitas 20 **€*salinitas 30

Gambar

1. Laju pertumbuhan

populasi

spesifik Nannochlorops/s sp.

hari

sebelumnya

saat awal pengulturan saja. Selain

dari

perbedaan salinitas yang diberikan, perbedaan

laju pertumbuhan spesifik dari masing-masing
mikroalga tersebut juga dapat dipengaruhi oleh
faktor internal dari mikroalga itu sendiri karena
strain atau spesies mikroalga yang digunakan

0,4

'E
!

dalam penelitian berbeda (Sutomo, 2005).

o,2

Eo

E

)

Kadar Lipid Mikroalga

oE -0,2
#=

Hasil penelitian menunjukkan dari ketiga jenis

b
IL

-0.+

mikroalga yang dianalisis, kadar lipid mikroalga

E

-0,6

yang tertinggi terdapat pada jenis Tetraselmis

-0,8
*@*

sa

I i

n

Gambar

sp. yaitu sebesar 2,64% pada

: --

Hari pengamatan

itas 2 0

*&*

sa

I i

n

itas 30

.."-;,::1.-.

2. Laju pertumbuhan

salinitas
sa

I

i

n

ita s

populasi

perlakuan

20 ppt dan terendah terdapat pada

jenis Tetraselmis sp. pada salinitas 40 ppt yaitu
sebesar 0,19%.

spesifik lefrase/mls sp.
Tabel 1. Nilai persentase lipid
7,2
,i,r

(E-

f.E o,'

9.+.-.=,n.[.f..i

Salinitas 20

0,53

Salinitas 30

2,27

0,4

Salinitas 40

1,35

E
o

0,2

Salinitas 20

2,64

E

-o,z

Salinitas 30

1,26

Salinitas 40

0,19

Salinitas 20

0,31

Salinitas 30

0,62

Salinitas 40

0,67

Nannochloropsi

o.G

=

t

s sp.

cLo

)

Ietraselmls sp.

-0,4

*@*salinitas

Gambar

Hari pengamatan

20

*"ffi*salinitas

30

,,.'.sr,,,

3. Laju pertumbuhan

salinitas 40

Porpyridium sp.

populasi

spesifik Porpyridium sp.

Laju pertumbuhan spesifik tertinggi pada tiap
mikroalga terdapat pada hari pertama sampai
ketiga, hal ini dikarenakan kondisi kultur masih

Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya

kadar lipid tersebut dimungkinkan karena
pengambilan dilakukan pada saat fase
stasioner, yaitu saat dimana terjadi
keseimbangan antara tingkat kematian dan

'

Kadar Tiga Jenis ... i 28

tingkat pertumbuhan. Pada fase ini mikroalga

kepadatan populasi tertinggi terdapat pada

yang bertahan akan menyimpan cadangan
makanannya dalam bentuk lemak untuk
bertahan hidup. Hal ini sesuai dengan

salinitas

pernyataan Panggabean (2011) bahwa produksi

lipid atau penumpukan cadangan lemak terjadi

pada saat fase stasioner, yaitu ketika nutrien
utama seperti nitrogen untuk sintesa protein

atau untuk produksi biomasa sudah tidak

20 ppt. Laju

pertumbuhan spesifik

tertinggi pada mikroalga jenis Nannochloropsis

sp., Iefrase/mrs sp., dan Porpyridium sp. ratarata terdapat pada hari pertama dan ketiga

dikarenakan nutrien yang tersedia masih
melimpah. Persentase jumlah lipid tertinggi
terdapat pada mikrolga jenis lefrase/mis sp.
pada salinitas 20 ppt yaitu sebesar 2,64Yo

mencukupilagi.

sedangkan persentase jumlah lipid terendah
terdapat pada mikroalga jenis Ietraselmis sp.

Faktor lain yang mempengaruhi kadar lipid
mikroalga yaitu keadaan stress. Hal ini

pada salinitas 40 ppt yaitu sebesar 0,19%.

disebabkan dalam keadaan stress tertentu,
mikroalga terstimulasi untuk mensintesis lipida

DAFTAR PUSTAKA

lebih banyak dari keadaan normalnya sebagai

Bajpai, P. dan P.K. Bajpai.

bentuk mekanisme mikroalga dalam melakukan
perlindungan diri dan adaptasi terhadap kondisi

di

lingkungan tumbuhnya. Pada penelitian ini

keadaan stress yang diberikan yaitu stress
lingkungan berupa pemberian salinitas yang

lebih rendah dan lebih tinggi dibandingkan
salinitas rata-rata air lauVsalinitas asalnya.
Margaret (1984) menyatakan bahwa keadaan
stress menghasilkan kadar lipid lebih besar dan
terhambatnya pertumbuhan mikroalga. Menurut

Bosma dan Wijffels (2003), kondisi stress
mampu mempercepat pertumbuhan (stressed
accelerated growth) pada mikroalga. Kadar
salinitas yang tinggi dan lebih rendah dalam

penelitian ini termasuk salah satu keadaan
stress bagi alga. Menurut Bajpai (1993) selain
suhu, intensitas cahaya, aerasi, unsur hara, ph,

dan umur kultur, yang berperan penting dalam

"Eicosapentaenoic

from

Microorganisme:

Acid (EPA)

a

review," Journal of

Biotechnology, Vol.
1

1993.

Production

30,

hal.

61-1 83.

Gunawan. 2010. Keragaman Dan Mikroalga
Dari Sumber Air
Panas Yang Berpofensi Sebagai Sumber
Biodiesel [tesis]. Bogor: Fakultas Matematika

dan lmu

Pengetahuan Alam, lnstitut

Pertanian Bogor.
Lavens, P. and P. Sorgeloos. 1996. Manual on

the Production and Use of Live Food For
Aquaculture. FAO Fisheries Technical
Paper. No.301 .295

p

Margaret P., K. Hinnerk, dan P. Pohl.
1984. Biomass Production, Total Protein,
Chlorophylls, Lipids and Fatty Acids of
Freshwater Green and Blue-Green Algae

Under Different Nitrogen

Regimes.

Phytochemistry, Vol 23, No 2,207-216.
National Renewable Energy Laboratory (NREL).
1998. A Look Back at the U.S. Department

biosintesis dan akumulasi lipid adalah salinitas

of

dan kerapatan sel.

(NREL Report).

Energy's Aquatic Species Program-

Biodiesel

from Algae.

Colorado:NREL;

l. 2007. Kultur Fitoplankton (Chlorella
sp. dan Tetraselmis chuii) Pada

Rostini,
KESIMPULAN

Kepadatan populasi tertinggi untuk mikroalga

jenis

sp.

terdapat pada
salinitas 40 ppt, sedangkan untuk mikroalga
jenis Tetraselmis dan Porpyridium sp.
Nannochloropsis

Skala Laboratorium. Fakultas

Perikanan

dan llmu Kelautan. Universitas Padjajaraan.
Jatinangor.

29

/

Ningsih, D.R., Widiastuti, E.1., Murwani, S., Tugiyono

Sachlan,

M.

1982. Planktonologr. Fakultas
dan Perikanan Universitas

Peternakan

Diponegoro. Semarang.

Schultz,

D. dan S. E. Schultz. 2006.

Psychology & Work Today. (9th
Jersey: Pearson Education, lnc.

ed).

New

Soeder, C. and E. Stengel. 1974. Physicochemical factors affecting metabolism and
groMh rate. ln : "Algal Physiology and

Biochemistry''. (W.D.P. Stewart.
Editor).Blackwell Scientific Publication.

Oxford London Edinburgh Melbourne : 714-

730.

Sutomo. 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga
(Tetraselmis

sp.,

Chlorella sp.

gracilis) dan Pemgaruh
Kepadatan Awal Terhadap Pertumbuhan

dan Chaetoceros

di Laboratorium. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia. No, 37 :43-58. Pusat

C. Gracilis

Penelitian Oseanografi.

Widianingsih. 2010. Eksplorasi Mikroalga yang
Berpotensi Sebagai Biofuel

dalam Upaya Pencaharian Energi Alterfnatif
Yang Terbarukan. Abstrack
Penelitian. Undip: Semarang.

1$EW
1 tmut

q/o[ q

I finitfi $io bgi n ftsperlnen

dan

fuatuQqrag anw ffqoti

9'[0. 1 tuLaret 2017

A1. Perbandingan Perkembangan Larva Graphium doson (Lepidoptera: Papilionidae)

pada

Beberapa Jenis Tanaman Pakan Larva
Aska lntan Mariadi, Herawati Soekardi, Emantis Rosa

A2. Pupasi dan Karakteristik Morfologi Pupa Kuku-kupu Dolrschallia hisatlidaere dan Polyura
hebe (Lepidoptera: Nymphalidae)
Dwi Nurkinasih, Herawati Soekardi, Nismah Nukmal
A3. Pengaruh Pemberian Ekstrak EtanolJahe Merah lZingiberofficinale Roxb. Var. Rubrum)
terhadap Spermatozoa Epididimis Mencit (Mus musculus L.) Diinduksi Siproteron Asetat
Pepti Aristiani, Sutyarso, Hendri Busman

13

A4. Kadar Lipid Tiga Jenis Mikroalga pada Salinitas yang Berbeda
Diah Ratna Ningsih, Endang L. Widiastuti, Sri Murwani, Tugiyono..
A5. Pertumbuhan dan Kandungan Gizi Tetraselmis sp. dari Lampung Mangroove Center
pada Kultur Skala Laboratorium dengan Pupuk Pro Analis dan Urea yang Berbeda
Lia Setiani Hermawan, Tugiyono, Emy Rusyani, Sri Murwani................

31

A6. Pertumbuhan dan Kandungan Gizi Nannochloropsis sp. yang Diisolasi dari Lampung
Mangroove Genterdengan Pemberian Dosis Urea Berbeda pada Kultur Skala

Laboratorium
Tiara Daefi, Tugiyono, Emy Rusyani, Sri Murwani..................

47. Struktur Komunitas Foraminifera Bentik dan Hubungannya dengan Kemelimpahan
Plankton terhadap Terumbu Karang di Gosong Susutan dan Pasir Timbul, Teluk Lampung
Amalia K. Putri, Sayu K.D. Dani, Endang L. Widiastuti, Kresna T. Dewi, S. Murwani.

39

47

A8. Keterkaitan Diversitas Plankton sebagai Zooxanthella terhadap Wama Kima (In'dacfa sp.)

pada Beberapa Pulau diTeluk Lampung
Choirun Nisa, Endang L. Widiastuti, Sri Murwani, G. Nugroho Susanto

ululL$u[[xuJ

57