PENGUJIAN SUHU LEMARI ES DENGAN METODE TERINTEGRASI FUZZY-

PENGUJIAN SUHU LEMARI ES DENGAN METODE TERINTEGRASI FUZZY- FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FUZZY-FMEA)

Refrigerator Temperature Testing with Fuzzy-Failure Mode and Effect Analysis Integrated Method (Fuzzy-FMEA)

Tri Widianti dan Himma Firdaus

Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian - LIPI Kawasan Puspiptek, Gedung 417, Setu, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia E-mail: tri_widianti@yahoo.com

Diterima: 8 Juli 2015, Direvisi: 30 September 2015, Disetujui: 18 Maret 2016

Abstrak

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) banyak diimplementasikan untuk analisis risiko baik di bidang manufaktur maupun jasa. Permasalahan yang sering timbul pada implementasi FMEA yaitu sulitnya menentukan peringkat risiko karena kesamaan nilai RPN. Samanya nilai RPN menimbulkan kesulitan bagi pengambil keputusan untuk memprioritisasi risiko yang harus ditindaklanjuti. Logika fuzzy merupakan logika matematis yang dapat digunakan untuk memperbaiki kelemahan FMEA. Sehingga, tujuan penelitian ini adalah integrasi FMEA dengan logika fuzzy sebagai upaya perbaikan terhadap metode FMEA. Tujuan lainnya adalah implementasi integrasi Fuzzy-FMEA pada lingkup pengujian suhu lemari es. Implementasi Fuzzy-FMEA pada pengujian ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap risiko kegagalan pada pengujian yang dipersyaratkan oleh SNI ISO/IEC 17025:2008. Studi kasus pengujian suhu pada lemari es ini dipilih karena lemari es merupakan salah satu produk yang diwajibkan untuk memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI) yang mengacu pada standar SNI IEC 60335-2-7:2009. Selain itu, penerapan Fuzzy-FMEA pada konteks pengujian sampai saat ini belum ditemukan. Hasil analisis dengan Fuzzy-FMEA menunjukkan bahwa risiko kegagalan paling tinggi pada proses pengujian suhu lemari es paling tinggi terjadi pada mode kegagalan: power source tiba- tiba shut down dengan nilai RPN 5,8887.

Kata kunci: Fuzzy-FMEA, analisis risiko, pengujian.

Abstract

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) was widely implemented for risk analysis in manufacturing and services. The problem which was frequently emerged at FMEA implementation is the difficulty of determining risk priority due to similarity of Risk Priority Number (RPN). The similarity of RPN values caused trouble for decision makers to prioritize risks that must be followed up. fuzzy logic is a mathematical logic that can be used to rectify the shortcomings of FMEA. Thus, the purpose of this study is the integration of FMEA with fuzzy logic as efforts to improve FMEA method. The other purpose is the implementation of Fuzzy-FMEA integration on the scope of temperature testing of the refrigerator. Fuzzy-FMEA implementation in this test is conducted as precaution toward risk failure in testing as require on SNI ISO/IEC 17025:2008. The case study of temperature testing of refrigerator has been selected since is it a one of the products that are required to obtain SNI Marking Product Certificate (SPPT-SNI) refers to SNI IEC 60335-2-7:2009 standard. Besides, Fuzzy-FMEA implementation in the testing context has not been found. The Fuzzy-FMEA result show that the higest failure risk in the proces of temperature testing of refrigerator occurs in failure mode: power source unexpectedly shutdown with RPN value is 5.8887. Keywords: Fuzzy-FMEA, risk analysis, testing.

1. PENDAHULUAN

peningkatan jumlah produksi lemari es (Supriyadi, 2014). Adanya pertimbangan aspek jaminan keselamatan pada pengguna atau

Lemari es merupakan salah satu komoditas masyarakat mendorong pemerintah sebagai elektronik pilihan yang terus mengalami

regulator untuk menerapkan standar wajib bagi peningkatan

produk lemari es. Hal ini terlihat dengan (kemenperin.

Permenperin No. 34/M- permintaan lemari es diimbangi dengan

go.id,

IND/PER/7/2013 terkait pemberlakuan SNI wajib

Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 1, Maret 2016: Hal 9 - 23 pada lemari es. Peraturan ini menjelaskan

sama sehingga seolah-olah prioritas risikonya bahwa lemari es yang beredar harus memiliki

sama. Selain itu, FMEA dianggap mengabaikan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI

pengaruh bobot dari masing-masing kriteria (SPPT-SNI) sebagai bentuk pemenuhan terha-

risiko S, O, dan D (Kumru & Kumru, 2013; Hadi- dap standar SNI IEC 60335-2-24:2009.

Vencheh & Aghajani, 2013). Fakta tersebut Proses sertifikasi tentunya harus melewati

bagi pengambil beberapa proses penting, diantaranya adalah

menimbulkan

masalah

keputusan untuk menentukan langkah perbaikan pengujian kesesuaian produk terhadap standar

terhadap hasil analisis risiko yang diperoleh. teknis yang ditentukan. Proses pengujian lemari

Karena itu, pada penelitian ini, metode FMEA es ini jika mengacu pada standar SNI ISO/IEC

diintegrasikan dengan logika fuzzy untuk 17025:2008 harus menggunakan metode yang

mengatasi beberapa kelemahan tersebut. Logika valid sebagai jaminan mutu terhadap keabsahan

fuzzy dipilih karena menurut Silva, dkk. (2014), pengujian

Mandal & Maiti (2014), Kumru & Kumru (2013), ketidaksesuaian (BSN, 2008). Pengendalian

dan pengendalian

terhadap

Jong, dkk. (2013), Dinmohamadi & Safiee ketidaksesuaian salah satunya dengan tindakan

(2013), dan Chang & Cheng (2010), mampu pencegahan sesuai dengan klausul 4.12 pada

menyelesaikan permasalahan yang terdapat standar SNI ISO/IEC 17025:2008 yaitu dapat

pada analisis risiko dengan FMEA. Pendekatan dilakukan dengan analisis kecenderungan dan

fuzzy juga mampu menyelesaikan masalah risiko (BSN, 2008). Karena itu, analisis risiko

ketidaktepatan dan ketidakpastian yang biasa dalam pengujian menjadi penting dilakukan

terdapat pada analisis risiko (Nielsen & Aven, sebagai

2003 dan Liu, dkk., 2012). Logika matematis ketidaksesuaian dan jaminan mutu pada proses

pada fuzzy mampu mengevaluasi proses yang pengujian.

memiliki kesulitan pemeringkatan dengan memberikan pertimbangan bobot pada kriteria S,

Definisi risiko jika mengacu pada O, dan D pada FMEA tradisional (Kumru & penjelasan Muehlen & Ho (2006) dan Raftary Kumru, 2013 dan Braglia, dkk., 2003). (1994) merupakan “probabilitas terjadinya

kerugian atau keuntungan dikalikan besarnya Berdasarkan uraian di atas maka

dampak risiko tersebut ”. Risiko dapat muncul penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dalam berbagai kondisi, tidak terkecuali pada

penerapan Fuzzy-FMEA pada proses pengujian proses pengujian lemari es. Analisis risiko

suhu lemari es agar sesuai dengan standar SNI merupakan sebuah upaya pengendalian

ISO/IEC 17025:2008 dalam hal pengendalian terhadap kerugian yang mungkin timbul di masa

ketidaksesuaian yang salah satu tindakan depan. Pada proses pengujian analisis risiko

pencegahannya dapat dilakukan dengan analisis penting untuk mencegah terjadinya kegagalan

kecenderungan dan risiko. Secara spesifik saat pengujian yang akan menyebabkan

penelitian ini juga bertujuan untuk menjawab kerugian, diantaranya penurunan kepuasan

kelemahan skala pemeringkatan risiko pada pelanggan akibat tertundanya penyelesaian

FMEA tradisional dengan pendekatan fuzzy pengujian,

logic. Penelitian ini juga merupakan perbaikan laboratorium (waktu, tenaga, alat) karena harus

analisis risiko dengan FMEA tradisional yang dilakukan proses pengujian ulang, atau turunnya

sudah dilakukan oleh Firdaus & Widianti (2015). citra laboratorium yang dapat berdampak pada

kehilangan pelanggan pengujian.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pada penelitian ini metode analisis risiko

yang digunakan adalah Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) karena menurut Firdaus &

2.1 Pengujian Suhu Lemari Es Widianti (2015); Chen, dkk. (2014); Chen & Wu

Metode uji suhu pada lemari es mengacu pada (2013); Kurt & Ozilgen, (2013); dan McDermott,

butir 11 dalam SNI IEC 60335-1:2009 dan SNI dkk. (2009), metode ini memiliki kemampuan

IEC 60335-2-24:2009. Butir ini menjelaskan untuk merepresentasikan tingkat risiko pada

tentang uji pemanasan untuk keselamatan suatu proses dengan indikator nilai RPN. Namun

peralatan listrik rumah tangga khususnya untuk metode ini memiliki kelemahan pada skala

peralatan pendingin, peralatan es krim dan pemeringkatannya. Hal tersebut disampaikan

pembuat es. Dalam butir uji tersebut dinyatakan oleh beberapa peneliti seperti (Kumru & Kumru,

bahwa peranti dan sekitarnya harus tidak 2013 dan Chang & Cheng, 2010). Kelemahan

menimbulkan suhu yang berlebihan pada lainnya disebutkan oleh Chang, dkk. (2013);

penggunaan normal.

Chang & Cheng (2010); dan Seyed-Hosseini, Penggunaan normal yang dimaksudkan dkk. (2006), yaitu kombinasi perkalian nilai S, O,

standar adalah bahwa lemari es dioperasikan dan D dapat menghasilkan angka RPN yang

Pengujian Suhu Lemari Es dengan Metode Terintegrasi Fuzzy-Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy-FMEA)

(Tri Widianti dan Himma Firdaus)

pada tegangan

menguntungkan antara 0,94 kali dan 1,06 kali dari tegangan pengenal. Untuk mengatur tegangan sesuai yang diinginkan maka digunakan regulator tega-ngan atau power source . Lemari es yang digu-nakan di daerah tropis (berlabel iklim T), dioperasikan pada suhu lingkungan 43 ± 1 °

C sehingga pengoperasian-

nya memerlukan chamber suhu. Lemari es diatur sehingga menghasilkan pendinginan yang maksimum. Di dalam chamber, lemari es ditempatkan dalam suatu sudut uji yang terbuat dari kayu lapis hitam dengan ketebalan 20 mm. Lemari es dihidupkan sehingga mencapai kondisi tunak.

Kenaikan suhu bagian-bagian kritis lemari es diukur menggunakan dua metode, yaitu metode termokopel dan metode resistansi. Pengukuran dengan metode termokopel menggunakan temperature recorder dengan sensor termokopel tipe T yang terpasang pada

channel-channel yang

digunakan.

Pada

pengujian suhu ini, kurang lebih ada 15 - 25 channel yang digunakan untuk satu lemari es.

Bagian-bagian kritis yang dapat diukur suhunya dengan metode termokopel antara lain adalah bagian terminal kabel, bagian ruangan di sekitar saklar, thermostat, dan pembatas suhu, bagian insulasi, bagian fiting lampu, bagian kayu termasuk sudut uji, bagian selungkup luar, dan bagian permukaan kapasitor. Ujung termokopel ditempelkan menggunakan perekat atau isolasi tahan panas.

Sedangkan metode resistansi digunakan untuk mengukur kenaikan suhu pada belitan motor yang ada pada lemari es, seperti pada motor kompresor dan kipas. Metode ini menggunakan persamaan konversi perubahan resistansi ke perubahan suhu untuk mengetahui kenaikan suhu yang terjadi antara kondisi sebelum dan sesudah lemari es dioperasikan normal. Pada penelitian ini, pengukuran resistansi menggunakan RCL meter dengan resolusi 0,0001 Ohm. Resistansi belitan awal diukur saat lemari es belum dioperasikan namun telah dikondisikan dalam suhu uji. Sedangkan resistansi belitan pada akhir uji ditentukan dengan mengambil pengukuran resistansi sesegera mungkin setelah sakelar off dan kemudian pada interval pendek sedemikian sehingga kurva resistan terhadap waktu dapat diplot untuk menentukan resistan pada sakelar off . Untuk mengetahui perubahan resistansi terhadap waktu pada saat mengukur resistansi akhir uji digunakan stop watch sebagai alat bantu pengukur waktu pengukuran resistansi.

2.2 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Pada awalnya FMEA dibangun sebagai alat

analisis teknis oleh US States Departmen of Defense.

Namun seiring dengan perkembangannya, FMEA mulai diterapkan di bidang industri yaitu mulai tahun 1960 industri manufaktur (McDermott, dkk., 2009). Saat ini, FMEA sudah diaplikasikan juga di bidang jasa kese-hatan (Lopez-Tarjuelo, dkk., 2014; Chiarini, 2012; dan Ookalkar, dkk., 2009), layanan outsourcing (Liao & Ho, 2014 dan Nassimbeni, dkk., 2012), penerbangan (Sharma, dkk., 2011), dan swalayan (Chung, 2010).

Jika dipandang dari lingkup analisisnya secara umum, seperti yang disampaikan oleh McDermott (2009), FMEA dapat dibagi menjadi dua yaitu Product/Design FMEA dan Process FMEA. Product/Design FMEA merupakan jenis FMEA yang digunakan untuk menganalisis produk atau desain produk. Fokus analisisnya pada mode kegagalan yang disebabkan karena ketidakefisienan sebuah produk maupun rancangan produk baik manufaktur maupun jasa (McDermot, dkk., 2009). Sedangkan process FMEA adalah analisis risiko yang diperuntukkan pada tahapan dan proses produksi dengan komponen analisisnya setiap langkah yang terlibat pada suatu proses produksi (McDermott, dkk., 2009). Process FMEA memiliki manfaat yang besar karena mampu menganalisis secara detail setiap mode kegagalan. Process FMEA tidak hanya menganalisis pada peralatan yang dipergunakan dalam proses namun juga memperhatikan dimana mode kegagalan tersebut mempengaruhi secara langsung terhadap kualitas, kekuatan, dan produk akhir yang dihasilkan (McDermott, dkk., 2009).

McDermott, dkk., (2009) membagi tahapan analisis risiko FMEA ke dalam 6 (enam) langkah yang dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa tahapan analisis risiko dengan FMEA dimulai dengan melakukan tinjauan terhadap proses. Tinjauan proses ini akan menghasilkan diagram proses yang akan dianalisis. Pada tahap kedua dibentuk tim analisis yang bertugas untuk menentukan langkah analisis dan melakukan identifikasi mode kegagalan dan penyebabnya yang merupakan langkah ketiga dan keempat pada tahapan analisis dengan FMEA. Tahap kelima adalah melakukan penilaian dan perhitungan nilai Risk Priority Number (RPN) yang diperoleh dari perkalian kriteria Severity (S), occurrence (O) dan Detection (D).

Berdasarkan nilai dari RPN kemudian dilakukan evalusi dan rencana perbaikan. Kriteria severity menunjukkan keseriusan dari

Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 1, Maret 2016: Hal 9 - 23 akibat kegagalan yang terjadi, occurence

himpunan tertentu. Hal ini berbeda dengan teori menunjukkan kemungkinan penyebab terjadinya

logika klasik yang menyatakan bahwa segala kegagalan, sedangkan detectability melihat

sesuatu bersifat biner, yang artinya adalah apakah risiko yang ada dapat diketahui sebelum

hanya mempunyai dua kemungkinan, “Ya atau terjadinya kegagalan dan penilaian terhadap alat

Tidak” atau bernilai keanggotaan 1 atau 0. kendali yang dimiliki dapat mengurangi risiko

Himpunan fuzzy menjelaskan suatu konsep kegagalan yang dapat terjadi (McDermott, dkk.,

berdasarkan premis bahwa unsur-unsur yang 2009).

digunakan adalah bukan dalam bentuk angka- angka melainkan terkait dengan istilah linguistik.

Oleh karena itu, variabel fuzzy memiliki nilai keanggotaan tidak hanya 0 dan 1 namun dapat juga bernilai antara 0 dan 1 (Rafie & Namin, 2015). Fuzzy menawarkan kerangka berpikir yang lebih realistis dibandingkan metode klasik dengan mengelola informasi yang tidak akurat dengan memanipulasi data secara matematis (Silva, dkk., 2014).

Algoritma logika fuzzy diawali dengan penentuan variabel linguistik, pembentukan fungsi keanggotaan dan basis aturan dan mengkonversi data tegas menjadi nilai fuzzy. Kemudian mengevaluasi setiap aturan dalam basis aturan, menggabungkan hasil dari tiap aturan, dan mengubah data keluaran menjadi nilai non-fuzzy (defuzzification) (Rafie & Namin, 2015 dan Kumru & Kumru, 2013).

Variabel linguistik adalah variabel input atau output dari sistem yang nilai-nilainya adalah

kata-kata atau kalimat dari bahasa alami, bukan Gambar 1 Tahapan umum analisis risiko dengan

nilai-nilai numerik. Sebuah variabel linguistik FMEA.

umumnya didekomposisi menjadi serangkaian Kriteria S, O, dan D memiliki skor dari 1-

istilah linguistik. Fungsi keanggotaan yang

10, yang digunakan untuk menentukan penilaian digunakan dalam fuzzifikasi dan defuzzifikasi pada masing-masing kriteria. Nilai RPN yang

langkah dari sistem logika fuzzy (FLS), diperoleh digunakan untuk melakukan peme-

digunakan untuk memetakan nilai input non- ringkatan tingkatan risiko dan menentukan

fuzzy ke dalam istilah linguistik fuzzy dan prioritas perbaikannya. Semakin tinggi nilai RPN,

sebaliknya. Fungsi keanggotaan juga berfungsi menunjukkan tingkat risiko yang tinggi serta

untuk mengukur bobot dari istilah linguistik. prioritas yang tinggi untuk melakukan tindakan

(Kumru & Kumru, 2013).

pencegahan dan perbaikan (Mc Dermott, dkk., Fungsi keanggotaan dinyatakan dalam 2009). Perhitungan nilai RPN dapat dilihat pada

bentuk grafik yang mewakili besar dari derajat persamaan dibawah ini:

keanggotaan masing-masing variabel input yang berada dalam interval antara 0 dan 1. Derajat

keanggotaan sebuah variabel x dilambangkan dengan simbol μ(x). Fungsi yang biasa

Langkah keenam setelah perhitungan nilai RPN

digunakan antara lain:

adalah evaluasi hasil dan rencana perbaikan berdasarkan nilai RPN yang diperoleh dari hasil

1. Fungsi berbentuk kurva segitiga analisis.

2.3 Fuzzy Logic Logika Fuzzy dikembangkan dari teori himpunan

Fuzzy yang diusulkan Zadeh pada tahun 1965 (Zadeh, 2008). Logika Fuzzy memberikan dasar berpikir dengan metode pendekatan, yaitu cara

berpikir yang menyatakan bahwa suatu unsur Gambar 2 Representasi kurva segitiga. dapat tidak sepenuhnya menjadi anggota suatu

(Sumber: Kusumadewi & Purnomo, 2004).

Pengujian Suhu Lemari Es dengan Metode Terintegrasi Fuzzy-Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy-FMEA)

(Tri Widianti dan Himma Firdaus)

Fungsi keanggotaan: dihasilkan dari kombinasi perkalian dari S, O, 0;

dan D, yang berakibat pada kesamaan

tingkat prioritas pada mode kegagalan yang berbeda (Kumru & Kumru, 2013; Chang, dkk.,

2013; Chen & Cheng, 2010; dan Seyed- Hosseini, dkk., 2006).

2. Fungsi berbentuk kurva trapesium

2. Tidak diperhatikannya pengaruh bobot pada masing-masing kriteria S, O, dan D yang dapat memiliki pengaruh terhadap prioritas risiko (Kumru & Kumru, 2013; Hadi-Vencheh & Aghajani, 2013).

3. Nilai RPN diperoleh dari perkalian nilai S, O, dan D tanpa mempertimbangkan hubungan tidak langsung antara kriteria (Chen & Cheng, 2010).

Ketiga kritik di atas menurut Kumru & Kumru (2013), Hadi-Venceh & Aghajani (2013), Gambar 3 Representasi kurva trapesium.

Wang, dkk. (2009), dan Chin, dkk. (2008) dapat

diselesaikan dengan pendekatan logika fuzzy Fungsi keanggotaan:

(Sumber: Kusumadewi & Purnomo, 2004).

dan pembobotan kriteria S, O, dan D. Logika 0;

fuzzy juga disebutkan merupakan suatu cara ;

yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output (Kusumadewi &

; Purnomo, 2004). Logika fuzzy digunakan untuk mengganti 10 titik skala pada FMEA menjadi

; variabel lingustik (Kumru & Kumru, 2013; Kutlu, dkk., 2012; dan Mandal & Maiti, 2014). Pada

Fuzzy -FMEA, aturan if-then digunakan untuk Metode Mamdani paling sering digunakan

memperoleh output RPN atau Fuzzy RPN dalam aplikasi-aplikasi karena strukturnya yang

(Sharma, dkk., 2005), berdasarkan hasil kriteria sederhana, yaitu menggunakan operasi MIN-

S,O, dan D yang sudah diubah menjadi variabel MAX atau MAX-PRODUCT. Untuk mendapatkan

lingustik (Chin, dkk., 2008; Sharma, dkk., 2005; output , diperlukan empat tahapan berikut:

Guimaraes & Lapa, 2004; dan Pillay & Wang,

1. Fuzzifikasi 2003;) disimpulkan Fuzzy-FMEA merupakan

2. Pembentukan basis pengetahuan Fuzzy (rule integrasi fuzzy pada FMEA tradisional yang dalam bentuk IF…THEN).

merupakan metode analisis risiko dengan

3. Aplikasi fungsi implikasi menggunakan fungsi pendekatan penilaian ahli untuk menentukan kriteria risiko S, O, dan D yang skala

MIN dan Komposisi antar-rule menggunakan fungsi MAX (menghasilkan himpunan Fuzzy

pemeringkatan kriteria dan angka prioritas risikonya dikonversi ke dalam bahasa lingustik

baru). fuzzy (Kutlu, dkk., 2012; Khalegi, dkk., 2013; dan

4. Defuzzifikasi menggunakan metode Centroid. Dinmohammadi & Safiee, 2013).

2.5 Penelitian Pendahuluan FMEA memiliki kelemahan pada skala

2.4 Pendekatan Fuzzy - FMEA

Penggunaan Fuzzy-FMEA semakin berkembang prioritasnya, hal ini disadari oleh beberapa

(Yang, Bonsall & Wang, 2008; Keskin & Özkan, peneliti seperti Vahdhani (2014), Mandal & Maiti

Chaturvedi, 2011; (2014), Liu, dkk. (2014), Jong, dkk. (2013),

Gargama

Dinmohamadi & Safiee, 2013; dan Khalegi, dkk., Chang, dkk. (2013), Sant’Anna (2012), dan

2013). Hal ini dilakukan sebagai usaha Wang, dkk. (2009), mereka berusaha

perbaikan terhadap FMEA tradisional yang mengajukan perbaikan terhadap kelemahan

sudah banyak dilakukan dengan pendekatan tersebut dengan mengusulkan pendekatan

perbaikan pada skala penilaian. Beberapa logika Fuzzy. Beberapa kritik terhadap FMEA

aplikasi penerapan Fuzzy-FMEA dapat dilihat tradisional yaitu:

pada Tabel 1. Berdasarkan tabel tersebut dapat

1. Adanya potensi nilai RPN yang sama pada dilihat bahwa penerapan Fuzzy-FMEA sudah mode kegagalan yang berbeda yang

cukup luas di bidang manufaktur.

Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 1, Maret 2016: Hal 9 - 23 Pada bidang layanan atau jasa, masih sedikit

Pembobotan dilakukan dengan metode pairwise dan tersebar di beberapa bidang tertentu saja.

comparison (Saaty, 2008). Hal ini dilakukan Berdasarkan

untuk mengetahui tingkat kepentingan kriteria S, beberapa database besar seperti google scholar,

O, dan D pada analisis risiko pelayanan science direct, springer link, EBSCO, Emerald pengujian. Bobot kriteria yang diperoleh

landasan dalam Fuzzy -FMEA dalam proses pelaksanaan

dan Proquest , tidak ditemukan penerapan

digunakan

sebagai

pembentukan fungsi keanggotaan fuzzy. pelayanan pengujian sehingga penelitian ini

Pada penelitian ini, untuk memberikan dapat menjadi pioner penerapan Fuzzy-FMEA di

bobot yang berbeda pada input Fuzzy-FMEA, bidang pelayanan pengujian. dilakukan dengan 2 langkah. Langkah pertama,

dengan memvariasikan rentang nilai dari fungsi

3. METODE PENELITIAN

keanggotaan variabel linguistik antara satu input dengan lainnya. Variasi ini dilakukan dengan

tujuan agar kurva fungsi keanggotaan Pada penelitian ini data penelitian diambil pada

occurrence, severity dan detection memiliki tahun 2015 dengan lokus analisis adalah proses

bentuk yang berbeda sesuai dengan bobot yang pengujian suhu lemari es. Data diperoleh dari

risiko representasikan dengan besar dan penyebaran kuesioner penilaian risiko terhadap

kecilnya rentang nilai variabel linguistik. Pada responden ahli yaitu satu orang penyelia

penelitian ini, himpunan fuzzy antar variabel pengujian dan dua orang pelaksana. Metode

linguistik dibuat saling beririsan sehingga pembentukan Fuzzy-FMEA pada proses

diharapkan satu nilai input akan dapat memiliki pelayanan pengujian ini didahului dengan proses

bobot pada beberapa variabel linguistik yang pembobotan pada kriteria risiko S, O, dan D.

berbeda.

Tabel 1 Perkembangan aplikasi Fuzzy-FMEA.

Jasa No Bidang Aplikasi

Manufaktur

Sumber

Bidang Aplikasi Sumber

1 Perancangan pengelasan pipa

Halfarova dkk (2013)

Proses pembelian di Kumru &

Kumru (2013) 2 Pengeboran minyak lepas

rumah sakit umum

Karuturi (2013) pantai

Asl dan Ahmadzadeh

Supply Chain dan

Supplier Selection

3 Pengolahan sarang burung

Warehouse operation Ustundag yang dapat dikonsumsi

Jong dkk (2012)

(2012) 4 Perancangan pada motor

Zaman dkk permanent magnet direct

Chin dkk (2008)

Ship collision

(2014) current

5 Perakitan Offshore Wind

Dinmohamadi dan

Performance

Parameshwara Turbines Shafie (2013) management di toko

n dkk (2010)

perbaikan otomotif

Geum dkk (ERP)

6 Enterprise Resources Planning Shirouyehzad dkk

Hospital service

(2011) 7 HVAC (Heating, ventilation and

Information security risk Silva dkk air-conditioning ) di

Lv dan Liang (2014)

(2014) pharmaceutical plant

8 Diesel engine systems

Xu dkk (2002)

Hospital information Yucel dkk

(2014) 9 PWR chemical and volume

system

Guimaraes and Lapa control system (2004a)

10 Feed water system di sebuah

(Guimaraes and Lapa

pembangkit listrik nuklir

(2004b)

11 Sewage plant

Yeh and Hsieh (2007)

12 Semiconductor manufacturing

Tay dan Lim (2006)

processes

Pengujian Suhu Lemari Es dengan Metode Terintegrasi Fuzzy-Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy-FMEA)

(Tri Widianti dan Himma Firdaus)

Beragamnya nilai input berimplikasi pada penentuan rating kriteria, S, O, dan D, dan beragamnya nilai output. Semakin lebar rentang

pembentukan matriks penilaian risiko. variabel linguistik, maka implikasi input semakin

Tabel 2 Pengaturan keluaran fuzzy. melemah terhadap output. Semakin lebar

rentang variabel linguistik, maka implikasi input

Fixed

Rentang Keluaran Fuzzy

semakin melemah terhadap output.

Langkah kedua adalah mengatur aturan- input

nce Severity Detection

aturan fuzzy sehingga dapat memberikan

N-HM SDO

pengaruh pembobotan pada hasil keluaran

N-H

VL-LH N-LH SDO

fuzzy . Fungsi keanggotaan keluaran fuzzy dibuat

VL-H

VL-H

VL-H Sama

dengan menggunakan kurva segitiga sebanyak

H VL-VH

L-H

L-VH SDO

10 level seperti yang ditampilkan pada Gambar

VH VL-VH

LM-VH L-VH SDO

4. Untuk memberikan efek pembobotan, aturan- aturan fuzzy perlu diatur sehingga memberikan Keterangan:

keluaran yang sesuai dengan bobot kriteria N = None, VL = Very Low, L = Low, HL = High Low, masukannya. Setiap masukan memiliki lima LM = Low Medium, M = Medium, HM = High Medium, LH = Low High, H = High, dan VH = Very High.

variabel linguistik yaitu AN (almost none), L (low), M (medium), H (high), dan VH (very high). Pada masukan occurrence dengan nilai variable berada dalam fungsi keanggotaan AN, maka keluaran fuzzy diatur mulai dari N sampai dengan H, sesuai dengan variasi nilai variabel lainnya (severity dan detection). Demikian juga untuk severity, jika nilai severity berada pada rentang variabel input AN, maka keluaran fuzzy berada dalam fungsi keanggotaan AN, maka keluaran fuzzy diatur mulai dari N sampai dengan H, sesuai dengan variasi nilai variabel lainnya (severity dan detection). Demikian juga untuk severity, jika nilai severity berada pada rentang variabel input AN, maka keluaran fuzzy diatur mulai dari N sampai dengan LM sesuai dengan nilai variabel lainnya (occurence dan detection ).

Gambar 4 Keluaran Fuzzy RPN Selanjutnya, Fuzzy-RPN yang merupakan

keluaran dari Fuzzy-FMEA diatur sesuai dengan Tabel 2. Langkah penerapan fuzzy-FMEA pada proses pelayanan pengujian dengan studi kasus pengujian lemari es dapat dilihat pada Gambar

Gambar 5 Diagram alir penelitian.

5. Diagram alir penelitian pada Gambar 5

Identifikasi mode kegagalan, rating kriteria dan matriks penilaian risiko diperoleh dari hasil

menjelaskan bahwa proses penerapan fuzzy- FMEA pada pengujian diawali dengan proses brainstorming tim FMEA (penyelia dan

pelaksana pengujian). Sebelum dilakukan proses penetapan alur proses sistem pengujian,

kemudian identifikasi

mode kegagalan,

penilaian risiko, untuk memperoleh bobot kriteria yang akan dijadikan input pada pengolahan

Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 1, Maret 2016: Hal 9 - 23 dengan metode fuzzy, dilakukan pemeringkatan

Bobot terbesar dipilih pada severity karena terhadap kriteria penilaian risiko. Data

aspek tersebut dianggap memberikan dampak pemeringkatan ini diperoleh dari hasil pengisian

pada validitas hasil uji, efektifitas waktu, sumber kuesioner penilaian oleh penyelia pengujian

daya dan biaya uji. Detection lebih didahulukan (responden ahli). Pemeringkatan dilakukan

dari- pada occurrence karena kesulitan dengan metode pairwise comparison (Saaty,

pendeteksian sumber kegagalan yang jarang 2008). Setelah pemeringkatan kemudian

terjadi dinilai memberikan resiko lebih besar dilakukan penilaian risiko dengan menggunakan

daripada kegagalan fatal yang sering terjadi matriks risiko. Penilaian risiko dilakukan dengan

namun mudah dideteksi.

pengisian matriks risiko oleh satu orang penyelia Hasil pemeringkatan kriteria-kriteria risiko dan dua orang pelaksana pengujian pada

yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan pengujian suhu lemari es. Data yang diperoleh

bahwa kriteria severity miliki bobot pertim- dari hasil penilaian dijadikan sebagai masukan

bangan yang paling utama, kemudian kriteria untuk proses fuzzifikasi. Untuk memperoleh nilai

detection dan occurrence. Hasil pemeringkatan output fuzzy, maka terlebih dahulu ditentukan

ini dimasukan sebagai pertimbangan penentuan fuzzy inference system yang merupakan aturan-

fungsi keanggotaan variabel input pada sistem aturan yang menghubungkan input dan output

Fuzzy yang dapat dilihat pada Gambar 6 sampai sistem fuzzy. Nilai output dari fuzzy inference dengan 8. Proses pengolahan dengan Fuzzy

system kemudian

(fuzzifikasi) diawali konversi variabel numerik memperoleh nilai Fuzzy-RPNnya.

didefuzzifikasi

untuk

pada skala penilaian kriteria S, O, dan D ke dalam variabel lingustik (fungsi keanggotaan).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemudian dibuat fuzzy rule base system sebagai dasar hubungan input terhadap output nilai

Fuzzy

untuk memperoleh nilai RPN. Fuzzy rules Berdasarkan hasil identifikasi mode kegagalan

base system yang dibuat merupakan dasar terhadap sistem pengujian suhu lemari es yang

penentuan fungsi keanggotaan output yang dilakukan dengan metode brainstorming oleh tim

dapat dilihat pada Gambar 9. Hasil penilaian FMEA, maka diperoleh daftar potensi, pengaruh,

risiko berupa nilai S, O, dan D yang diperoleh penyebab dan metode deteksi kegagalan pada

dirata-rata dengan rataan geometri. Kemudian pengujian suhu lemari es yang ditunjukkan pada

nilai tersebut diolah untuk memperoleh nilai Tabel 3.

RPN. RPN adalah nilai prioritas risiko yang Pada Tabel 3 ditampilkan 21 (dua puluh

mencerminkan nilai risiko masing-masing mode satu) mode kegagalan yang bersumber dari 7

kegagalan. Nilai RPN dihitung dengan dua (tujuh) tahapan proses pelaksanaan pengujian

pendekatan yaitu perkalian kriteria S x O x D yaitu proses pengukuran dengan RCL meter,

yang merupakan rumus umum perhitungan RPN Walkin-Chamber, Stopwatch, Thermocouple, FMEA tradisional dan RPN yang dihitung dengan

Hybrid Recorder, Video Recorder, dan Power Fuzzy -FMEA yang disebut Fuzzy RPN. Fuzzy Source.

RPN dihitung dengan menggunakan fuzzy Proses penentuan nilai risiko dengan inference sistem yang langkahnya dapat dilihat

metode fuzzy didahului dengan proses pada Gambar 5. Perbandingan hasil nilai RPN pembobotan pada kriteria risiko. Pada studi

dan Fuzzy RPN dapat dilihat pada Tabel 5. Jika kasus ini, hasil pemeringkatan kriteria risiko

melihat pada Tabel 5, terlihat pada kolom nilai dengan metode pairwise comparation dapat

RPN tradisional diperoleh beberapa nilai RPN dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan

yang sama. Nilai RPN yang sama terjadi pada bahwa bobot terbesar diberikan pada severity,

proses pengukuran RCL-meter dengan mode kemudian detection dan terakhir occurrence

kegagalan nilai terukur tidak terkoreksi dengan pada penerapan FMEA untuk analisis resiko

proses pemberian tegangan dengan power pada kasus pengujian kenaikan suhu lemari es.

source pada mode kegagalan tegangan tidak keluar, nilai RPNnya sama yaitu, 38.

Tabel 3 Daftar potensi, pengaruh, penyebab, dan metode deteksi kegagalan.

Proses

ID Potensi Mode

Pengaruh

Penyebab Metode Deteksi

Kegagalan

Kegagalan

Kegagalan Kegagalan

RCL meter

1 Resistansi tidak

Pengujian tidak

Kabel probe putus

Tidak ada nilai yang

terukur

dapat dilakukan

ditampilkan saat digunakan untuk pengukuran

Pengujian Suhu Lemari Es dengan Metode Terintegrasi Fuzzy-Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy-FMEA) (Tri Widianti dan Himma Firdaus)

Proses

ID Potensi Mode

Pengaruh

Penyebab Metode Deteksi

Kegagalan

Kegagalan

Kegagalan Kegagalan

2 Meter tidak

Pengujian harus

Sekering putus

Meter tidak dapat

beroperasi

diulang

dinyalakan. Sekering diperiksa menggunakan ohm meter

3 Nilai terukur tidak

Hasil uji tidak valid

Tidak dilakukan

Ketika probe

terkoreksi

zeroing dihubungkan indikator tidak nol

4 Yang terukur bukan

Hasil uji tidak valid

Tidak dilakukan

Dikenali pada tampilan

alat Walkin- chamber 5

resistansi DC

pengaturan awal

Pendingin (chiller)

Pengujian tidak

Suplai air mampet,

Muncul peringatan

tidak bekerja

dapat dilakukan

saringan tertutup

pada layar kendali,

kotoran

MCB Chamber trip

6 Suhu target tidak

Pengujian tidak

Heater rusak

Suhu dapat dipantau di

tercapai

dapat dilakukan

layar kendali, Muncul peringatan pada layar kendali,

Stopwatch

7 Waktu start tertunda

Pengujian diulang

Tombol rusak

Stopwatch tidak merespon saat tombol

start ditekan

8 Layar tidak menyala

Pengujian diulang

Batere kehabisan

Tidak ada indikasi

muatan

angka pada layar

9 Penunjukan waktu

Hasil uji tidak valid

Derating komponen Koreksi alat besar

tidak akurat

berdasarkan sertifikat kalibrasi.

Thermokopel

10 Suhu terukur tidak

Pengujian diulang

Perekat lepas

Diketahui saat

tepat

pembongkaran, suhu tidak berubah secara normal

11 Suhu tidak terukur

Pengujian diulang

Ujung termokopel

Warning Open TC pada

terbuka, Kawat

hybrid recorder

termokopel putus di dalam

12 Suhu terukur

Pengujian ditunda

Pemasangan kawat

Suhu terukur

mengalami anomali

sejenak

termokopel pada

berkebalikan dengan hybrid recorder suhu sebenarnya

terbalik, penyambungan termokopel pada hybrid recorder tidak ketat

Hybrid recorder

13 Gagal remote access

Pengujian tertunda

Kabel control tidak

Muncul peringatan

ke PC

terpasang, memory

pada PC

card error .

Perekam video

15 Kamera mati di

Pengujian diulang

Muatan baterai

Layar kamera mati

tengah pengukuran

habis,

16 Perekaman berhenti

Pengujian diulang

memory card Muncul peringatan di

saat pengukuran

penuh

layar camera

17 Gambar tidak jelas

Pengujian diulang

Kamera tidak fokus Diketahui saat pemutaran ulang hasil rekaman

18 Data rekaman tidak

Pengujian diulang

Memory card Diketahui saat

dapat di simpan

penuh atau rusak

mentransfer data dari kamera ke PC

19 Perekaman tertunda

Hasil uji tidak akurat

Salah setting

Diketahu saat memulai

merekam Power Source

kamera

20 Tegangan tidak

pengukuran tidak

Alat belum diset,

Diketahui saat

keluar

dapat dilakukan

fuse putus

menghidupkan alat

21 Power source tiba-

Pengukuran

Overload ,

Alat shut-down

tiba shut-down saat

diulang/dihentikan

Tegangan input

pengujian

melebihi batas

Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 1, Maret 2016: Hal 9 - 23

Tabel 4 Pembobotan kriteria severity, occurrence dan detection.

No. Kriteria Nilai Bobot

Gambar 9 Fungsi keanggotaan variabel keluaran.

Kesamaan nilai RPN yang dihasilkan juga terjadi pada proses perekaman dengan video dan pengukuran waktu dengan stopwatch yaitu sebesar 35. Hal serupa terulang pada proses pengukuran RLC meter dengan mode kegagalan: yang terukur bukan resistansi DC

Gambar 6 Fungsi keanggotaan variabel dan proses perekaman video dengan mode kegagalan: data rekaman tidak dapat di simpan,

masukan severity. dengan nilai RPN sebesar 30. Fenomena

tersebut tidak dapat dihindari pada analisis risiko dengan FMEA tradisional. Temuan sesuai dengan pernyataan Chang, dkk. (2013); Chang & Cheng (2010); dan Seyed-Hosseini, dkk. (2006) yang menyatakan bahwa pada FMEA tradisional kemungkinan nilai RPN sama bisa terjadi. Adanya nilai RPN yang sama pada analisis risiko proses pengujian suhu lemari es ini dapat menimbulkan kesulitan pihak manajemen laboratorium untuk melakukan prioritisasi nilai risiko. Hal tersebut dapat

Gambar 7 Fungsi keanggotaan variabel berdampak pada sulitnya penentuan tindakan masukan occurrence.

pencegahan yang akan dibuat. Berbeda dengan nilai RPN FMEA

tradisional, nilai Fuzzy RPN yang terdapat pada Tabel 5 tidak ada nilai yang sama. Sehingga keseluruhan nilai dapat menunjukan prioritas risiko yang jelas. Hal tersebut karena pada proses perhitungan nilai RPN dengan Fuzzy- FMEA bobot pada masing-masing kriteria (S,O,D) digunakan ke dalam fungsi keanggo- taan variabel input fuzzy dan pada pengolahan nilai RPNnya. Hasil pada Tabel 5 menunjukkan metode

terbukti dapat menyelesaikan permasalahan analisis risiko

Fuzzy- FMEA

pada FMEA tradisional sesuai dengan Gambar 8 Fungsi keanggotaan variabel

pernyataan Silva, dkk. (2014), Mandal & Maiti masukan detection.

(2014), Kumru & Kumru (2013), Jong, dkk. (2013), Dinmohamadi & Safiee (2013), dan Chang & Cheng (2010).

Pengujian Suhu Lemari Es dengan Metode Terintegrasi Fuzzy-Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy-FMEA)

(Tri Widianti dan Himma Firdaus)

Tabel 5 Perbandingan matriks pemeringkatan FMEA tradisional dengan Fuzzy- FMEA.

Proses ID Potensi Mode Kegagalan

D RPN Prioritas

Fuzzy Fuzzy

RPN Prioritas

RCL meter 1 Resistansi tidak terukur

2 Meter tidak beroperasi

41 9 4,5846 10 3 Nilai terukur tidak terkoreksi

38 11 3,7327 18 4 Yang terukur bukan resistansi

chamber bekerja

6 Suhu target tidak tercapai

7 Waktu start tertunda

24 20 3,5562 20 8 Layar tidak menyala

51 7 5,1612 6 Termokopel 10 Suhu terukur tidak tepat

85 1 5,0696 7 11 Suhu tidak terukur

12 Suhu terukur mengalami anomali

Hybrid 13 Gagal remote access ke PC

14 Software tidak dapat di-run untuk memonitor suhu

15 Kamera mati di tengah video

28 19 3,6448 19 16 Perekaman berhenti saat

35 13 4,3172 11 17 Gambar tidak jelas

33 15 4,3097 13 18 Data rekaman tidak dapat di

30 18 4,3004 14 19 Perekaman tertunda

20 Tegangan tidak keluar

21 Power source tiba-tiba shut- down saat pengujian

Nilai Fuzzy-RPN pada Tabel 5 menjawab pengujian suhu lemari es dapat terhindar dari tujuan penelitian yaitu penerapan analisis risiko

kegagalan.

Fuzzy-FMEA pada pengujian suhu lemari es. Penerapan analisis risiko dengan Fuzzy- Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat nilai

FMEA ini juga menjawab tujuan spesifik lima prioritas besar mode kegagalan (RPN)

penelitian ini terkait kelemahan skala berturut-turut yaitu 5,8887 (mode kegagalan

pemeringkatan risiko pada FMEA tradisional. power source tiba-tiba shut-down saat pengu-

Skala pemeringkatan yang sulit ditentukan jian); 5,7944 (mode kegagalan: pendingin atau

karena kesamaan nilai RPN pada FMEA chiller tidak bekerja); 5,6274 (mode kegagalan:

tradisional, dapat diatasi dengan metode Fuzzy- suhu tidak terukur); 5,6178 (mode kegagalan:

FMEA. Fuzzy-FMEA mampu melakukan resistansi tidak terukur); dan 5,2411 (mode

pemeringkatan secara keseluruhan nilai RPN kegagalan: suhu terukur mengalami anomali).

dari urutan prioritas risiko nomor 1 (satu) sampai Lima besar nilai RPN tersebut merepresentasi-

dengan nomor prioritas 21 (dua puluh satu) yang kan bahwa pada pengujian suhu lemari es, lima

terdapat pada proses pengujian lemari es risiko paling prioritas secara berturut-turut adalah

sehingga manajemen laboratorium mudah pada mode kegagalan power source tiba-tiba

memutuskan prioritas tindakan pencegahan shut-down , pendingin atau chiller tidak bekerja,

yang harus diambil untuk mencegah kegagalan suhu tidak terukur, resistansi tidak terukur dan

pada proses pengujian suhu lemaris es. suhu terukur mengalami anomali.

Kelima

mode kegagalan

tersebut

merupakan prioritas risiko yang harus

diperhatikan dan ditindaklanjuti agar proses

Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 1, Maret 2016: Hal 9 - 23

5. KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH

Berdasarkan hasil penelitian penerapan Fuzzy- Penulis mengucapkan terima kasih kepada FMEA pada pengujian suhu lemari es, maka

penyelia dan pelaksana pengujian lemari es dapat diambil kesimpulan bahwa analisis risiko

Lembaga Ilmu dengan Fuzzy-FMEA diketahui bahwa risiko

laboratorium

pengujian

Pengetahuan Indonesia atas kesediaanya kegagalan yang paling tinggi pada pengujian

menjadi narasumber dalam penelitian ini. suhu lemari es terjadi pada komponen power

source dengan mode kegagalan power source

DAFTAR PUSTAKA

tiba-tiba shut-down yang ditunjukkan dengan nilai RPN paling tinggi yaitu 5,8887. Risiko

kegagalan ini dapat berdampak pada harus Asl, A. G. & Ahmadzadeh. (2013). Risk dihentikannya proses pengujian. Selain itu, mode

prioritization based on health, safety and kegagalan yang harus diperhatikan adalah suhu

environmental factors by using Fuzzy tidak terukur, resistansi tidak terukur dan suhu

FMEA. International Journal of Mining, terukur mengalami anomali karena keempat

Metallurgy & Mechanical Engineering, 1, mode kegagalan ini memiliki nilai RPN yang

4, 233-237.

tinggi yaitu secara berturut-turut 5,7944; 5,6274; Aven, T. (2008). Risk analysis. England: John 5,6178; dan 5,2411. Berdasarkan hasil pengujian,

Willey & Sons.

manajemen laboratorium harus fokus untuk membuat tindakan pencegahan pada mode

Badan Standardisasi Nasional. (2008). SNI kegagalan tersebut.

ISO/IEC 17025:2008 - Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan

Penerapan Fuzzy-FMEA terbukti dapat laboratorium kalibrasi. Jakarta: BSN mengatasi kelemahan skala pemeringkatan

risiko pada FMEA tradisional. Hal ini ditunjukkan Badan Standardisasi Nasional. (2009). SNI IEC dengan

60335-1:2009 - peralatan listrik rumah memeringkatkan mode kegagalan mulai dari

mampunya

Fuzzy -FMEA

tangga dan peralatan listrik serupa – prioritas kegagalan paling tinggi (mode

keselamatan – bagian 1: persyaratan kegagalan: power source tiba-tiba shut-down

umum. Jakarta: BSN

saat pengujian) sampai prioritas paling rendah Badan Standardisasi Nasional. (2009). SNI IEC yaitu mode kegagalan: perekaman tertunda

60335-2-24:2009 - Peralatan listrik rumah (urutan ke 21). Faktor pembobotan terhadap

tangga dan peralatan listrik serupa – kriteria S, O, dan D pada Fuzzy-FMEA dapat

keselamatan – bagian 2-24: persyaratan mencegah timbulnya nilai RPN yang sama yang

khusus untuk peralatan pendingin, selama ini muncul pada analisis risiko dengan

peralatan es krim dan pembuat es. FMEA tradisional sehingga Fuzzy-FMEA dapat

Jakarta: BSN

mengatasi kelemahan analisis risiko yang Braglia, M. Frosolini, M. & Montanari, R. (2003). terdapat pada FMEA tradisional.

Fuzzy TOPSIS approach for failure mode, Penerapan analisis risiko terhadap proses

effects and criticality analysis. Quality and pengujian di laboratorium dengan Fuzzy-FMEA,

Reliability Engineering International , 19, 5, merupakan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, Chen, Z. dkk. (2014). Risk assessment of an diketahui bahwa metode ini belum pernah

oxygen-enhanced combustor using a diterapkan dalam proses pengujian. Hal ini

structural model based on the FMEA and menjadi keunikan tersendiri mengingat temuan

Fuzzy fault tree. Journal of Loss dapat dimanfaatkan untuk kondisi yang serupa,

Prevention in the Process Industries, 32, sehingga berdasarkan penelitian ini diketahui

349-357.

bahwa metode Fuzzy-FMEA dapat diterapkan Chen, P. S. & Wu, M. T. (2013). A modified sebagai salah satu metode analisis risiko dalam

failure mode and effects analysis method lingkup layanan di laboratorium pengujian pada

for supplier selection problems in the proses pengujian suhu lemari es agar sesuai

supply chain risk environment: a case dengan standar SNI ISO/IEC 17025:2008 dalam

hal pengendalian ketidaksesuaian yang salah Computers and Industrial

study.

66, 634-642, satu tindakan pencegahannya dapat dilakukan

Engineering,

dengan analisis kecenderungan dan risiko. Chang, K. H. dkk. (2013). Enhancing FMEA assessment by integrating grey relational

analysis and the decision making trial and

Pengujian Suhu Lemari Es dengan Metode Terintegrasi Fuzzy-Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy-FMEA)

(Tri Widianti dan Himma Firdaus)

evaluation laboratory approach. Engineering Karuturi, P. C. (2013). Application of fuzzy logic Failure Analysis,

on understanding of risks in supply chain Chang, K. H. & Cheng, C. H. (2010). A risk

31, 211-224.

and supplier selection. Unpublished assessment methodology using intuitionistic

master's thesis, National Institute of Fuzzy set in FMEA. International Journal of

Technology, Rourkela.

Kemenperin.go.id.(2014). Menperin resmikan Chiarini, A. (2012). Risk management and cost

Systems Science,

pabrik baru PT. Sharp Electronics Indonesia reduction of cancer drugs using Lean Six

di Karawang. Retrieved 30 Juni 2015 Pkl. Sigma tools. Leadership in Health Services,

15.33 WIB

from

25, 4, 318 – 330. http://www.kemenperin.go.id/artikel /8563/Menperin-Resmikan-Pabrik-Baru-PT.-

Chin, K. S. Chan, A. & Yang, J. B. (2008). Sharp-Electronics-Indonesia-di-Karawang. Development of a Fuzzy FMEA based

product design system. International Journal Keskin, G. A. & Özkan, C. (2009). An alternative of Advanced Manufacturing Technology, 36,

evaluation of FMEA: fuzzy ART algorithm, 633–649.

Quality and Reliability Engineering International , 25, 647 – 661

Chung, P. T. (2010). Incorporating disservice analysis to enhance perceived service

Khalegi, S., Givehchi, S. & Karimi, S. (2013). quality. Industrial Management & Data

Fuzzy risk assessment and categorization, System, 110, 3, 368–391.

based on event tree analysis (ETA) and layer of protection analysis (LOPA): case

Dinmohamadi, F. & Shafiee, M. (2013). A Fuzzy- study in gas transport system. World FMEA risk assessment approach for

3, 9, 417-426. offshore wind turbines. International Journal

Applied Programming,

of Prognostics and Health Management , 4, Kurt, L. & Ozilgen, S. (2013). Failure mode and 1-10.

effect

dairy product manufacturing: practical safety improvement

analysis

for

Firdaus, H. & Widianti, T. (2015). Failure mode action plan with cases from Turkey. Safety and effect analysis (FMEA) sebagai

tindakan pencegahan pada kegagalan pengujian. Prosiding Ilmiah AMTeQ 2015.

Science,

55, 195-206.

Kumru, M. & Kumru, P. Y. (2013). Fuzzy FMEA application to improve purchasing process

Gargama, H. & Chaturvedi, S.K. (2011). in a public hospital. Applied Soft Computing, Criticality assessment models for failure

13, 721-733.

mode

effects and criticality analysis using fuzzy logic. IEEE Transactions on Kusumadewi, S. & Purnomo, H. (2004). Aplikasi

Reliability , 60, 1, 102–110. Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Geum, Y., Shin, J. & Park, Y. (2010). FMEA- based portfolio approach to service

Kutlu, A. C. & Ekmekcioglu, M. (2012). Fuzzy productivity improvement”, The Service

failure modes and effects analysis by using Industries Journal,

31, 11, 1825-1847.

fuzzy TOPSIS-based fuzzy AHP. Expert Systems with Applications , 39, 61–67.

Guimaraes, A. C. F. & Lapa, C. M. F. (2004a). Fuzzy FMEA applied to PWR chemical and

Liao, C. J. & Ho, C. C. (2014). Risk management volume control system. Progress in Nuclear

for outsourcing biomedical waste disposal – Energy , 44, 3,191-213.

using the failure mode and effects analysis. Waste Management, 34,1324-1329.

Guimaraes, A. C. F. & Lapa, C. M. F. (2004b). Effects analysis fuzzy inference system in

Lopez-Tarjuelo, J. dkk. (2014). Failure mode and nuclear problems using approximate

effect analysis oriented to risk-reduction reasoning. Annals of Nuclear Energy,

interventions in intraoperative electron 31,107-115.

radiation therapy: the specific impact of patient transportation, automation, and

Hadi-Vencheh, A. & Aghajani, M. (2013). Failure mode

treatment planning availability. Radiotherapy and effects analysis: a fuzzy group and Oncology, 113, 283-289. MCDM approach. Journal of Soft Computing

and Applications, 1-14. Liu, H. C. dkk. (2014). Failure mode and effects analysis using intuitionistic fuzzy hybrid

Jong, C. H. dkk. (2013). Application of the fuzzy failure

mode TOPSIS approach. Soft Computing, 18, 6,

methodology to edible bird nest processing. Computers and Electronics in Agriculture, Liu, H. C., Liu, L., Liu, N. & Mao, L. X. (2012).

96, 90-108. Risk evaluation in failure mode and effects analysis with extended VIKOR method

Dokumen yang terkait

PENGARUH Governace GOOD CORPORATE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN RISIKO KREDIT SEBAGAI variabel intervening (Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI) Wayan Putri Lawinataliani1 Ni Ketut Surasni2 I Nyoman Nugraha AP2 ABSTRACT - PENGARUH Governace

0 1 16

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT PADA RSUD KOTA MATARAM Devy Eka Hartini ¹) Surati ²) Hermanto² ) Abstract - PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT P

0 0 21

Maret 2017 AGENCY CONFLICT DALAM PENCAPAIAN PROFITABILITAS DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA PERUSAHAAN SEKTOR RESTORAN, HOTEL DAN PARIWISATA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015) Raden Bagus Faizal Irany Sidhart

0 0 18

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN DESA WISATA SUKARARA YANG TERINTEGRASI DI KECAMATAN JONGGAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH Lalu Adi Permadi

0 2 16

ANALISIS PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN PUSKESMAS DENGAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEEDS (WISN) DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

0 1 17

H. Muhammad Ilhamuddin - ANALISIS DESAIN IKLAN DENGAN PENDEKATAN BUDAYA MENURUT KRITERIA EVALUASI KONSUMEN DI KOTA MATARAM (STUDI KASUS IKLAN TELKOMSEL BERNUANSA BUDAYA SASAK)

0 2 14

UNIVERSITAS MATARAM September 2017 ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN ISLAMI DAN ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA ISLAMI PEGAWAI DENGAN BUDAYA ORGANISASI ISLAMI SEBAGAI MODERATING VARIABEL (STUDI PADA RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM) M. Aswadi1 Lalu Su

0 1 17

VALIDASI METODE ANALISIS LOGAM Na, K, Mg dan Ca PADA AIR TUA (BITTERN) MENGGUNAKAN MICROWAVE PLASMA-ATOMIC EMISSION SPECTROMETER (MP-AES) Method Validation For Na,K, Mg, And Ca Analysis In Bittern Using Microwave Plasma- Atomic Emission Spectrometry (MP-A

0 0 12

CEMARAN MIKROBIOLOGIS BIJI KAKAO ASAL SULAWESI BARAT DAN TENGGARA DAN KAITANNYA DENGAN KEAMANAN PANGAN

0 0 10

METODE UJI TIUPAN ANGIN KOMPOR GAS SATU TUNGKU BERDASARKAN SNI 7368:2011

0 1 8