HUBUNGAN POLA ASUH DAN PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG TOILETTRAINING DENGAN PRAKTIK TOILET TRAININGPADA ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN)

  Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 3 No 2, Hal 36 - 44, Oktober 2013 Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 4 No 2, Hal 82 - 88 , Oktober 2014 Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

  ISSN : Print 2089-0834

HUBUNGAN POLA ASUH DAN PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG

TOILETTRAINING DENGAN PRAKTIK TOILET TRAININGPADA ANAK USIA

1 TODDLER (1-3 TAHUN) 1 1 Dian Surya Gumilang , Yuni Puji Widyastuti , Andriyani Mustika Nurwijayanti 1 Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

  

Email: andri.manis78@gmail.com

ABSTRAK

  

Pendahuluan:Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu

  mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar (BAB). Toilet training sangat penting diberikan pada anak usia 1-3 tahun atau usia toddler, karena pada masa tersebut kemampuan

  

sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan sfingterani untuk mengontrol rasa ingin

  defekasi mulai berkembang. Anak dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal jika orang tua memahami bagaimana harus bersikap dan menentukan tipe pola asuh yang sesuai dengan perkembangan anaknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh dan pengetahuan orangtua tentang toilet training dengan praktik toilet training pada anak usia toddler (1- 3 tahun) di Desa Banyu Putih Kabupaten Batang. Metode: Penelitian ini menggunakan desainkorelasional dengan metode pendekatancross sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan purposive sampling yaitu sebanyak103 orang tua yang mempunyai anak usia toddler (1-3 tahun) di Desa Banyu Putih Kabupaten Batang. Alat penelitian menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.Hasil:Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pola asuh (p value = 0,000; α<0,05) dan pengetahuan orangtua tentang toilet training (p value = 0,001; α<0,05) dengan praktik toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun) di Desa Banyu Putih Kabupaten Batang. Diskusi:Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang berkontribusi dengan kemampuan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun), dengan metode yang berbeda.

  Kata kunci: Pola Asuh, Pengetahuan, Toilet Training, Toddler

ABSTRACT

Introduction: Toilet training in children is an attempt to train children to be able to control the

conduct urinate or defecate (BAB). Toilet training is essential given to children aged 1-3 years or

toddler, because at the time of the urethral sphincter's ability to control urination curiosity and anal

sphincter to control defecation curiosity began to grow. Kids can grow and develop optimally if

parents understand how to behave and determine the type of parenting is in accordance with the

development of children. The purpose of this study was to determine the relationship of parenting and

parental knowledge about toilet training with the practice of toilet training in children ages toddler

(1-3 years) in the village of Batang Banyu Putih. Methods: This study uses correlation design with

cross sectional method. The sample in this study were taken using purposive sampling as many as 103

parents of children ages toddler (1-3 years) in the village of Batang Banyu Putih. Research tool using

a questionnaire and analyzed using Chi Square. Result:The results showed no association between

parenting style (p value = 0.000; α <0.05) and parental knowledge about toilet training (p value =

0.001; α <0.05) with the practice of toilet training in children ages toddler (1- 3 years) in the village

of Batang Banyu Putih).Discussion:Researchers then expected to investigate other variables that

contribute to the ability of toilet training in children ages toddler (1-3 years), with different methods.

  Keywords: Parenting, Knowledge, Toilet Training, Toddler

  Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 4 No 2, Hal 82 - 88, Oktober 2014 Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal

  83 PENDAHULUAN Seorang anak tidak semua siap untuk melakukan toilet training pada usia 2 tahun, hanya 4% dari 482 toddler yang sehat mampu untuk toilet training pada usia 2 tahun, 22% pada usia 2 ½ tahun, 60% pada usia 3 tahun, 88% pada usia 3 ½ tahun dan 2% pada usia 4 tahun (Dewi, 2013). Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Nasional, diperkirakan jumlah balita di Indonesia mencapai 30% dari 259 jiwa penduduk Indonesia dan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak (23%) dari 325 juta anak (Kartini, 2013).

  Keberhasilan anak dalam toilet trainingini membutuhkan persiapan fisik, psikologis maupun intelektualnya sehingga anak dapat mengontrol BAB dan BAK secara mandiri (Hidayat, 2009). Anak yang mempraktikkan toilet training dengan baik memiliki ciri tidak mengompol dalam waktu beberapa jam sehari minimal 3-4 jam, berhasil bangun tidur tanpa mengompol, mengetahui saat merasa ingin BAK dan BAB dengan menggunakan kata-kata pup, memberi tahu bila celana atau popok basah dan kotor, memberi tahu dengan cara memegang alat kelamin atau minta ke kamar mandi, mampu memakai dan melepas celana, memperlihatkan ekspresi fisik misalnya wajah meringis, merah atau jongkok saat ingin BAB dan BAK, tertarik dengan kebiasaan masuk ke kamar mandi seperti kebiasaan orang sekitarnya, minta diajari menggunakan toilet, mampu jongkok 5-10 menit (Sudilarsih, 2010). Ketidakmampuan anak dalam praktik toilet

  training dapat menimbulkan beberapa masalah

  yang dialami anak yaitu seperti sembelit, menolak toileting, disfungsi berkemih, infeksi saluran kemih, dan enuresis (Hooman, 2013). Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak (Yusuf, 2004). Anak dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal jika orang tua memahami bagaimana harus bersikap dan menentukan tipe pola asuh yang sesuai dengan perkembangan anaknya (Supartini, 2011). Sehingga dapat dikatakan bahwa pola asuh orangtua berpengaruh pada pencapaian target atau praktik toilet training oleh anak.

  Dampak yang paling umum dalam kegagalan

  toilet training pada anak usia toddlermisalnya,

  adanya suatu perlakuan atau aturan yang ketat dari orang tua kepada anaknya sehingga dapat menggangu kepribadian dan menyebabkan anak menjadi keras kepala. Hal ini dapat terjadi jika orang tua sering memarahi anak pada saat anak buang air kecil dan air besar. Tetapi jika orang tua tidak memperhatikan dan memberikan aturan toilet training maka anak akan cenderung bersikap ceroboh dan seenaknya dalam melakukannya (Hidayat, 2009). Sementara itu, anak-anak yang selalu diberikan

  reinforcement positif oleh ibunya maka anak

  akan semakin baik dalam praktik melakukan toilet training (Rudolf, 2006). Pengetahuan dan penerapan pola asuh orang tua sangat penting utamanya adalah seorang ibu karena seorang ibu adalah orang utama bagi anak dan ibu merupakan lingkungan pertama yang dimasuki untuk membina sosialisasi anak (Astati, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Subhan (2013) menjelaskan bahwa pola asuh yang salah dapat menyebakan anak mempunyai perilaku yang temper tantrum. Sedangkan perilaku temper tantrum tersebut menjadikan anak tidak dapat mengontrol amarah dan menjadikan anak kehilangan kendali, ceroboh dan seenaknya sendiri (Tandry, 2010). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 6 anak usia 1-3 tahun, didapatkan bahwa 4 anak diantaranya masih memiliki kebiasaan yang salah dalam buang air besar dan buang air kecil. Misalnya BAB dan BAK di celana dan tidak memberi tahu ibunya, buang air kecil dan buang air besar sambil menangis, anak sering tidak bisa menahan kencing sampai ke toilet dan sering kencing di celana ketika bermain. Terlihat juga perilaku yang kurang tepat yang dilakukan oleh ibu ketika menghadapi anak yang buang air besar dan buang air kecil di celana yaitu ibu terlihat kurang tanggap jika anaknya buang air besar dan buang air kecil, marah dan membentak anak, bahkan terkadang memukul anak, ibu tidak mengajarkan anak agar segera bergegas ke toilet ketika merasa ingin buang air kecil. Hal tersebut menandakan ada sesuatu yang salah oleh orangtua dalam menerapkan pola asuh kepada anak terkait toilet training. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh dan pengetahuan orangtua tentang toilet training dengan praktik toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun). Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 4 No 2, Hal 82 - 88, Oktober 2014 Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal METODE

  Desain penelitian menggunakan deskriptif

  28

  n % n % n % Baik

  40

  78.4

  11

  21.6 51 100 0.001

  11.40 Cukup+Kurang

  24

  46.2

  53.8 52 100 Total

  Pengetahuan Praktik toilet training Total P value OR

  64

  62.1

  39 37.9 103 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan orangtua dengan praktik toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun).

  PEMBAHASAN

  toilet training dengan praktik toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun).

  Hasil penelitian menunjukan kecenderungan dimana orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis cenderung anak dalam praktik

  toilettrainingnya baik, sedangkan pada orangtua

  yang menerapkan pola asuh permisif cenderung anak dalam praktik toilettrainingnya kurang baik. Hasil analisis juga menunjukkan ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan praktik toilet training pada anak usia toddler (1- 3 tahun), dengan nilai p value =0,000 (α< 0,05).

  Praktik toilet training dengan baik dapat terjadi karena orangtua membantu anak pada hal-hal yang memang dirasa tidak mampu dilakukan anak, tetapi orangtua juga mengendalikan anak dengan mengajari dan membimbing anak. Adanya alur tersebut anak menjadi perlahan melakukan sesuai yang diajarkan orangtua. Karena pada dasarnya kepribadian seorang anak sepanjang waktu akan terus berubah seiring dengan itu pendidikan moral atau kepribadian atau seiring dengan pola asuh lingkungan keluarga anak tersebut (Monks, 2012). Suasana rumah yang demokratis akan membuat anak lebih menghargai perilakunya sendiri. Keputusan yang ada dibuat secara bersama- sama, meskipun orang tua tetap sebagai pengambil keputusan akhir. Anak belajar untuk bertanggung jawab dalam bersikap dan mengambil keputusan. Teori Erikson yang menyatakan bahwa anak usia toddler, berada pada tahap perkembangan “otonomi vs ragu – ragu” yaitu keinginan belajar anak tinggi namun anak cenderung malu, dan apabila anak

  (CI 95%) Baik Kurang Baik

  

Tabel 2.

Hubungan pengetahuan orangtua tentang toilet training dengan praktik toilet training

pada anak usia toddler (1-3 tahun).

  korelasional dengan pendekatan cross sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah

  49

  seluruh orang tua yang mempunyai anak usia toddler (1-3 tahun). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 103 orang tua. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Total Sampling. Alat penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan, pola asuh dan kemampuan toilet training anak . Data dianalisis menggunakan Chi Square Test.

  HASIL

  A. Analisa Univariat

  1. Pengetahuan Karakteristik umur respoinden dapat dilihat pada tabel 1.

  

Tabel 1.

Hubungan pola asuh orangtua dalam toilet training dengan praktik toilet training pada anak

usia toddler (1-3 tahun).

  Pola Asuh Praktik toilet training Total P

  value OR (CI 95%) Baik Kurang Baik

  n % n % n % 0.000

  9.47 Demokratis

  83.1

  toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun).

  10

  16.9 59 100 Permisif

  15

  34.1

  29

  65.9 34 100 Total

  64

  62.1

  39 37.9 103 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa ada hubungan pola asuh orangtua dengan praktik

A. Hubungan pola asuh orangtua dalam

  Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 4 No 2, Hal 82 - 88, Oktober 2014 Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal

  85 mendapat celaan maka anak akan berkembang rasa rendah diri, dan dampaknya anak kurang suka melakukan tugas-tugas yang bersifat

  intelektual dan kurang percaya diri (Monks,

  2012). Penelitian yang dilakukan oleh Ritblatt (2013) menyatakan bahwa ketika setiap kebutuhan anak usia toddler dibantu meskipun sebenarya anak dapat melakukan sendiri maka cenderung anak tersebut akan selalu minta dibantu.

  Hasil penelitian juga menunjukkan penerapan pola asuh secara permisif oleh orangtua kepada anak dapat terjadi karena diakibatkan orangtua tidak ingin anaknya terlihat mengalami keterlamabatan dengan anak lainnya atau anak mengalami diskriminasi sosial karena perilakunya yang belum tercapai, seperti dianggap “ngompolan”, “cengeng”, ataupun sebagainya. Sehingga orangtua akan selalu membantu anaknya, tanpa memperdulikan kemampuan anak. Hal ini didukung oleh pernyataan Hogg & Blau (2011) yang menyatakan bahwa pada dasarnya orangtua dengan tahapan anak usia toddler akan cenderung bereaksi secara berbeda dalam memahami dan menerima kemampuan anaknya, seperti kemampuan toilet training. Sebagian orangtua akan membebaskan ekspresi anak karena untuk mengembangkan kemampuan anak, namun sebagian lainnya bersikap over protektif dan bersikeras untuk membantu segala kegiatan anak walaupun sebenarnya anak dapat melakukan sendiri.

  Hasil studi retrospektif kasus kontrol yang dilakukan oleh Kiddoo (2012) menunjukkan bahwa anak-anak yang selalu diberi hukuman oleh ibunya pada saat melakukan kesalahan dalam toilet training anak dapat mengalami gejala inkontinensia atau ISK. Sedangkan pada anak yang mendapatkan motivasi dari ibunya pada saat melakukan toilet training anak dapat mengalami genjala inkontinensia dan ISK yang lebih rendah. Bentuk hukuman pada saat toilet

  training juga menimbulkan bahaya karena anak

  akan belajar perilaku agresif dalam mengatasi rasa marah (Rudolf, 2012). Sementara itu, anak- anak yang selalu diberikan reinforcement positif oleh ibunya maka anak akan semakin termotivasi untuk melakukan toilet training. Penelitian yang dilakukan oleh Suharsono (2009) menyatakan, bahwa pola asuh orangtua yang baik sangat penting untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi anak dan tumbuh dan kembang anak yang optimal. Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramawati (2011) yang juga menghasilkan pola asuh orangtua sebagian besar menerapkan pola asuh demokratis terhadap anak tuna grahita dan sebagian besar anak tunagrahita yang memperlihatkan kemampuan perawatan diri yang tinggi mempunyai orangtua dengan pola asuh demokratis

  B. Hubungan pengetahuan orangtua tentang toilet training dengan praktik toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun).

  Hasil penelitian menunjukan kecenderungan arah yang positif, dimana orangtua yang memiliki pengetahuan yang baik cenderung anaknya dalam praktik toilet training baik, dan sebaliknya orangtua yang memiliki pengetahuan yang kurang cenderung anaknya dalam praktik toilet training kurang baik. Hasil tersebut dibuktikan dengan orangtua yang pengetahuannya baik sebagian besar 78,4% anak melakukan praktik toilet training dengan baik, orangtua yang pengetahuannya cukup sebagian besar 52,4% anak melakukan praktik toilet training dengan baik, orangtua dengan pengetahuan yang kurang sebagian besar 80% anak melakukan praktik toilet training dengan kurang baik. Hasil analisis juga menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan orangtua tentang toilet training dengan praktik toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun) di Desa Banyu Putih Kabupaten Batang, dengan nilai p value =0,001 (α< 0,05). Hasil penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Septian (2014) yang menghasilkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keberhasilan toilet training pada anak, dengan nilai p value =0,003 (α< 0,05).

  Sejalan pula dengan penelitian oleh Pusparini (2010) yang menghasilkan pengetahuan yang baik tentang toilet Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 4 No 2, Hal 82 - 88, Oktober 2014 Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal training yang dimiliki oleh ibu akan berpengaruh pada baiknya pula perilaku ibu dalam melatih toilet training pada anak usia toddler. Penelitian yang dilakukan oleh Rirismawati (2010) juga menyebutkan bahwa pengetahuan orangtua tentang toilet training sangat berkaitan sekali dengan keberhasilan toilet training, sebab tingkat pengetahuan orangtua yang kurang merupakan faktor yang dapat memengaruhi kegagalan toilet training. Tingkat pengetahuan orangtua yang baik tentang toilet training mengacu orangtua tersebut lebih luas memahami kesiapan anak melakukan toilet training dan menilai pentingnya melatih toilet training pada anak, serta dampak dari kegagalan anak dalam melakukan toilet training. Orangtua dengan tingkat pengetahuan yang baik akan memahami dan menerapkan latihan toilet training kepada anak secara baik. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2014) juga menyebutkan orangtua yang memahami pentingnya melatih anak dan dampak anak gagal dalam melakukan toilet training akan melakukan latihan kepada anak untuk mengkomunikasikan keinginan BAB dan BAK, sehingga anak mampu mengontrol keinginan BAB dan BAK. Pengetahuan merupakan faktor terpenting dalam menentukan perilaku seseorang, karena dapat menimbulkan suatu persepsi dan kebiasaan masyarakat (Surininah, 2010).Pengetahuan tentang toilet training akan berpengaruh pada penerapan toilet training pada anak. Ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik berarti mempunyai pemahaman yang baik tentang manfaat dan dampak toilet training, sehingga ibu akan mempunyai sikap yang positif terhadap konsep toilet training. Sikap akan membentuk kecenderungan ibu untuk bertindak atau berperilaku melatih kebiasaan anak dalam toilet training (Mufattahah, 2012).

  Pengetahuan orangtua tentang toilet training yang baik pada anak usia toddler juga akan memacu orangtua untuk memberikan stimulasi toilet training pada anak usia toddler. Seperti pada penelitian Maurin (2013) yang menghasilkan orangtua yang memiliki pengetahuan yang baik terkait pentingnya toilet training akan meningkatkan motivasi orangtua untuk melakukan stimulasi toilet training pada anak. Sedangkan stimulasi yangbaik akan meningkatkan kemampuan anak dalam praktik toilet training. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) menyebutkan bahwa stimulasi toilettraining yang baik pada anak berkontribusi terhadap kemampuan toilettraining anak.

  Pengetahuan yang dimiliki ibu pada dasarnya dapat berpengaruh pada cepat atau lambatnya ibu melakukan penerapan toilet training. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang toilet training akan berdampak pada cepatnya ibu melatih toilet training secara dini pada anak usia toddler, yaitu anak dapat mandiri melakukan toilet training (Wong, 2010).

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Pola asuh orangtua anak usia toddler (1-3 tahun) sebagian besar demokratis (57.3%), pengetahuannya sebagian besar baik (62.1%), praktik toilet training pada anak usia toddler (1- 3 tahun) sebagian besar baik (49.5%). Ada hubungan pola asuh orangtua dalam toilet

  training dengan praktik toilet training pada

  anak usia toddler (1-3 tahun) dengan nilai p

  value =0,000 (α < 0,05). Ada hubungan

  pengetahuan orangtua tentang toilet training dengan praktik toilet training pada anak usia

  toddler (1-3 tahun) dengan nilai . p value =0,001 (α < 0,05).

  Saran

  Orangtua anak usia toddler diharapkan lebih menerapkan pola asuh secara demokratis, karena pola asuh ini yang menunjukkan memiliki kontribusi yang tinggi terhadap praktik toilet training pada anak. Orangtua juga Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 4 No 2, Hal 82 - 88, Oktober 2014 Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal

  87 diharapkan terus meningkatkan pengetahuan terkait toilet training pada anak dengan mengikuti penyuluhan, diskusi, atau pelatihan tentang melatih anak untuk toilet training.

  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mufattahah, S. (2012). Ajarkan Toilet Training

  of Functioning, Disability and Health Children and Youth (ICF-CY). Testing its Utility in classifying information from eco-cultural family interviews with ethnically diverse families with children disabilities in Kyrgyzstan. Disability and

  Rehabilitaton Journals, 31(12): 1018- 1030,

  Masruroh. (2009). Hubungan Antara Pola Asuh

  Demokratis Orang Tua Dengan Rasa Percaya Diri Siswa-Siswi Di Taman Kanak-Kanak Primagama Kota Malang.

  Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang

  Maurin. (2013). Hubungan antara Pengetahuan

  dengan Stimulasi Toilet Training pada Anak Usia Toddler di Desa Kampuas Kabupaten Jember. Jurnal Universitas Jember 2013.

  Monks, F.J. (2012). Psikologi Perkembangan.

  Sejak Dini. Yogyakarta : Graha Ilmu

  mempengaruhi ibu dalam mengaplikasikan kesiapan toilet training pada anak usia 2-4 tahun di Desa Miruk Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Skripsi STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

  Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan dan

  Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

  Nuryanti. (2008). Mengenali dan Memahami

  Tumbuh Kembang Anak. Jogjakarta :

  Katahati Petranto. (2009). Jenis-Jenis Pola Asuh

  Orangtua. Diakses dari http://dwpptrijenewa.isuesse.com.

  21 September 2015. Pusparini. (2010). Hubungan Pengetahuan Ibu

  Tentang Toilet Training dengan Perilaku Ibu dalam Melatih Toilet Training pada Anak Usia Toddler di Desa Kadokan

  Kiddo. (2012). The International Classification

  No. 3 Agustus 2014 : 61-68. Kartini M. (2013). Faktor-faktor yang

DAFTAR PUSTAKA

  Dewi. (2013). Association Between Knowledge

  Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Prasekolah Di Wilayah Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Thesis Fakultas Psikologi UI.

  DepokFrom:http://lib.ui.ac.id/bo/uibo/det ail.jsp? id=125595&lokasi=lokal Alifah. (2011). Hubungan Antara Pola Asuh

  Ibu Terhadap Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak Usia Prasekolahdi PAUD Teratai Desa Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal. Skripsi PSIK STIKES Kendal.

  Batuatas. (2012). Pengaruh Peran Ibu dengan

  Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia Toddler di Play Group Tarbiyatush Shibiyan Mojoanyar Mojokerto. Jurnal

  Hospital Majapahit Vol 4, No.1 Februari 2012. Devina. (2015). Perancangan Buku Interaktif

  Tentang Toilet Training Anak Usia 1-3 Tahun. Jurnal DKV Adiwarna,

  Universitas Kristen Petra Vol 1 (2015). Diakses melalui: http://studentjournal.petra.ac.id/index.ph p/ dkv/article/view/3210/2900 pada tanggal 28 September 2015.

  Abdat. (2011). Hubungan Pola Asuh OrangTua

  Terhadap Kemampuan Toilet Training pada Anak Usia Toddler. JIKK Vol. 5.

  Respati Vol 8, No 1 (2013). Diakses melalui:http://journal.respati.ac.id/index. php/medika/article/view/62/58

  Fitri, A. (2012). Seri Parent’s Guide, Diary

  Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Read Publishing House.

  Friedman.(2010).Buku AjarKeperawatan

  Keluarga: Riset, Teori dan Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC.

  Hidayat,A.A.(2012). Pengantar Ilmu

  Keperawatan Anak 1.Jakarta: Salemba Medika.

  Hogg & Blau .(2011). Mendidik dan Mengasuh Anak Balita Anda. Jakarta: GM.

  Hurlock,Elisabeth.(2010).PsikologiPerkembang an Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Indanah. (2014). Pemakaian Diapers dan Efek

  Of Mothers On Toilet Training And Preparedness For Toilet Training In Toddlers At Ceria Play Group Of Demangan Baru Caturtunggal Depok District Of Sleman. Jurnal Medika

  Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 4 No 2, Hal 82 - 88, Oktober 2014 Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal

  Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Anak Prasekolah Di TK Pertiwi Purwokerto Utara. Jurnal

  Toilet Training Oleh Ibu dengan Kemampuan Toileting Anak Usia Prasekolah di Desa Balung Lor Kabupaten Jember. Jurnal Universitas

  Wulandari. (2011). Hubungan antara Stimulasi

  Neti Juniarti, & H.Y Kuncara, Penerjemah). Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC.

  keperawatan pediatrick (Agus Sutarna,

  Wong , D. L et al. (2010). Buku ajar

  and Tempers. Jakarta: PT Elex MediaKomputindo.

  Tandry, N. (2010). Bad Behaviour, Tantrums,

  Volume 2 No. 2 Oktober 2015

  Wilayah Kerja Posyandu Desa Kubang Jaya Kabupaten Kampar. Jom FK

  Training Pada Anak Usia 1-3 Tahun di

  Sikap Ibu Tentang Pelaksanaan Toilet

  Supartini, Y. (2011). BukuAjar Konsep Dasar Keprawatan Anak. Jakarta :EGC. Syari. (2015). Gambaran Pengetahuan Dan

  Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4, No.3, November 2009. Diakses melalui http://download. portalgaruda.org/article.php?article=1174 58&val=5340

  Suharsono. (2009). Hubungan Pola Asuh

  Sukoharjo.Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rirismawati, (2010). Hubungan antara tingkat

  Desember 2013: 164–169. Diakses melalui:http://www.journal.unair.ac.id/fil erPDF/jupromkes7483a304abfull.pdf

  Terhadap Kejadian Temper Tantrum Anak Usia Toddler Di Paud Dewi Kunti Surabaya. Jurnal Promkes, Vol. 1, No. 2

  Subhan. (2013). Hubungan Pola Asuh Orang

  mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

  Slameto. (2012). Belajar dan faktor-faktor yang

  Tua dengan Tingkat Kemandirian Anak Usia Sekolah di SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan. Skripsi PSIK FIKK Unimmus.

  Re,aja rosda karya. Septian. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang

  (membangun interaksi pembelajaranoptimal). Bandung: PT

  03 Rudolf. (2012). Psikologi pendidikan

  Diaksesmelalui:www.static.highbeam.co m/j/journalof researchinchildhoodeducation/marc2220

  Profesionals Toilet Training Attitudes and Practices:A Comparative Analysis.

  (2013). Parents and Child Care

  Ritblatt, Shulamit N.O., Amy Dale H. et al.

  pengetahuan ibu tentang toilettraining dengan kemampuan anak mengontrol BAK dan BAB di PAUD Melati Kedaung Kaliangke Cengkareng Jakarta Barat 2010. Jurnal Esaunggul 2010.

  Jember 2011.