Pembuatan Material Sintesis Nano Hydroxyapatite Untuk Aplikasi Scaffolds Tulang Mandibula Dari Tulang Cumi Sontong Menggunakan Metode Kalsinasi

  Intuisi Teknologi Dan Seni

========================================================================

Pembuatan Material Sintesis Nano Hydroxyapatite

Untuk Aplikasi Scaffolds Tulang Mandibula Dari

Tulang Cumi Sontong Menggunakan Metode Kalsinasi 1 2 1,2 Solechan , Rubijanto JP

  Teknik Mesin-Fakultas Teknik- Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kasipah no.12 Semarang 50254 email: solechan1981@gmail.com Abstrak Bioceramik dapat digunakan untuk aplikasi medik, seperti restorasi kerusakan jaringan keras.

  Kerusakan jaringan keras tubuh berupa kecacatan struktur tulang. Di indonesia sekitar 40 % cacat bawaan dan penyakit, sisanya cacat kecelakaan. Kasus tumor tulang sendiri, kasusnya kurang dari 1% dari semua jenis kanker di dunia. Untuk Tumor mandibula berpotensi menimbulkan gangguan pengunyahan, saluran napas, penelanan dan berbicara. Pengangkatan tumor mandibula menimbulkan cacat, maka perlu rekonstruksi mandibula dengan transplantasi implan scaffolds. Material HA untuk pembuatan scaffolds sangat mahal karena produk impor. Tulang cumi sotong (cuttlefish) mengandung kalsium karbonat, dengan proses kalsinasi akan terbentuk sintesis HA untuk pembuatan scaffolds. Diharapkan material HA ini, harganya lebih murah dan kwalitasnya sama dengan HA komersil. Riset ini, membuat sintesis nano HA untuk material scaffolds implan mandibula dari tulang cumi sotong menggunakan proses kalsinasi temperatur rendah. serbuk diambil dari tulang cumi sotong dengan cara menggarukan spatula pada permukaan tulang. Bubuk kapur tulang cumi sotong di kalsinasi dengan variasi suhu 900, o 1000, dan 1100 C untuk mendapatkan sintesis HA yang terbaik menurut uji karakteristik. Sedangkan mendapatkan sintesis nano HA dilakukan proses penghancuran menggunakan mesin ball milling. Waktu variasi penghancuran HA mulai dari 1, 2 dan 3 jam operasional. Material sintesis HA di uji karakteristik sesudah di ball milling. Uji karakterstik sintesis nano HA mulai dari uji XRD, FTIR, dan SEM. Hasil uji XRD menunjukan meningkatnya temperatur kalsinasi akan merusak gugus fungsi dari material sintesis HA nanomaterial dengan o bentuk fase semi kristal. Temperatur kalsinasi yang optimal pada suhu 900

  C. Proses ball milling semakin lama menjadikan ukuran butir semakin kecil, tetapi waktu proses ball milling 3 jam belum mampu menjadikan material HA berukuran nano. Secara karakterisasi material sisntesis HA nanomaterial TK-900/BL-1 menyamai karakteristik HA komersil (Sigma Aldrith), tetapi fase ketinggian puncak masih dibawahnya, sehingga material sintesis HA nanomaterial untuk kristalnya masih rendah.

  Kata kunci: Hydroxyapatite, kalsinasi, nanometer, scaffold, tulang cumi sotong.

1. Pendahuluan

  Bioceramik dapat digunakan untuk aplikasi medik, seperti restorasi kerusakan jaringan [1] keras . Kerusakan jaringan keras tubuh yang berupa kecacatan struktur tulang banyak [2] terjadi di Indonesia. Sekitar 40 % cacat bawaan dan penyakit, sisanya cacat kecelakaan . [3] Kasus tumor tulang sendiri, kasusnya kurang dari 1% dari semua jenis kanker di dunia .

  Lokasi tumor paling banyak ditibia 41%, tulang femur 33%, tulang maxillofacial dan mandibular 3%, tulang radius 2% dan tulang fibula 2 % (Nacomical survellience system

  

data. , 2011). Tumor mandibula berpotensi menimbulkan gangguan pengunyahan, saluran

[4]

  napas, penelanan dan berbicara . Pengangkatan tumor mandibula sering menimbulkan [5] cacat, mulai dari celah pada tulang alveolus sampai diskontinuitas tulang mandibular . Maka perlu rekonstruksi mandibula untuk pembentukan kontinuitas dengan transplantasi [6] implan . Teknik rekonstruksi mandibular banyak mengunakan tulang autogenous, [6] osteogenetik, plat logam, dan cangkok rekayasa jaringan . Rekonstruksi mandibular dengan tulang autogeneous pada cacat besar menjadi sulit dibentuk secara klinis karena morbiditi dari pendonor dan waktu pembedahan yang panjang. Plat logam rekonstruksi dengan

  Intuisi Teknologi Dan Seni

========================================================================

  pengembangan pendekatan alternatif, kekuranganya sulit dibentuk anatomi mandibular dan [7] ada kerusakan pada area tekuk dan biasanya mengacu pada hasil fungsi tidak bagus . Rumah Sakit telah mengembangkan pendekatan alternatif untuk pengganti tulang dengan [8] meniadakan operasi panen tulang dengan scaffolds prothesisis . Beberapa material scaffolds telah dikaji untuk dikembangkan menjadi bahan bioaktif yang akan memacu terjadinya biomineralisasi pada tulang adalah material berbasis bioceramic seperti Calcium Phosphate atau Tricalcium phosphate (TCP). Material hasil sintesisnya berupa Hydroxyapatite (HA) yang memiliki sifat bioaktif dan mampu memacu terbentuknya lingkungan yang sesuai pada proses osteogenesis atau pertumbuhan tulang dengan adanya lapisan mineralisasi sebagai [9 penghubung antara bahan dan jaringan . Material HA dipatentkan oleh Etex Corp umumnya [10 berbentuk powder dan cara manufakturnya , tetapi mahal untuk pasien Indonesia karena produk impor. Sementara HA sintesis dari bahan alam seperti gypsum, calcite, tulang sapi, [11] dan kitin bisa dikonversi berbentuk serbuk HA dengan harga relatif mahal .

  Kitin dihasilkan dari binatang berkulit keras seperti udang, kepiting, rajungan, lobster, kerang, tulang cumi sotong dan lain-lain. Kitin memiliki senyawa yang stabil terhadap reaksi [12] kimia, tidak beracun (non toxic) dan bersifat biodegradable . Untuk tulang cumi sotong (cuttlefish) pada Gambar 1 memiliki kandungan kalsium karbonat, sodium klorida, kalsium fosfat dan garam magnesium. Dengan proses pemanasanan (kalsinasi) akan membentuk [13] [14] sintesis HA yang memiliki kesamaan komposisi kimia dengan jaringan tulang asli . o [15]

  Kalsinasi dilakukan dengan suhu berkisar 900-1300 C . Material HA dibentuk scaffold untuk mengisi kekurangan tulang akibat reseksi pada tulang mandibula. Oleh karena itu, pada riset ini, ingin melakukan studi awal pembuatan sintesisi nano hydroxyapatit untuk scaffolds tulang mandibula dari tulang cumi sotong dengan proses klasinasi. Keberhasilan riset awal ini, membuka jalan untuk fabrikasi material scaffold dengan jumlah banyak (skala industri) untuk mencukupi pasien tumor mandibula dengan biaya yang terjangkau pasien Indonesia.

  Gambar 1. (a) Sotong utuh, (b) Cangkang Sotong (b) (a)

2. Metodologi

  Riset yang diusulkan ini akan dilakukan mengikuti diagram alir pada Gambar 2 untuk memudahkan pengambilan data penelitian. Material yang digunakan dalam riset ini adalah tulang cumi sontong, dan HA komersial buatan Sigma Aldrich sebagai pembanding. Dalam riset ini, spesimen dibuat sesudah di ball milling atau diperhalus dengan waktu 1, 2, dan 3 jam. Langkah-langkah pembuatan sintesis HA mulai pembersihan tulang cumi sotong dengan cara merendamkan didalam aquadesh untuk membersihkan dari kotoran. Hasil o pembersihan tulang cumi sotong dikeringkan didalam microwave pada suhu 100 C selama 2 jam. Setelah kering diambil bubuk kapur yang menempel pada tulang cumi sotong dengan cara menggarukan spatula ke permukaan tulang. Bubuk kapur hasil pengambilan dari tulang cumi sotong diayak dengan ukuran mesh 200 menghasilkan ukuran butir yang keluar 76 µm.

  Intuisi Teknologi Dan Seni

========================================================================

  Bubuk kapur cumi sotong dikalsinasi kedalam muffle atau dapur induksi untuk mendapatkan sintesis HA. o Temperatur kalsinasi 900, 1000 dan 1100 C dengan penahanan waktu 1,2, dan 3 jam. Pengambilan bubuk sintesi HA menggunakan pendinginan alami, dengan cara menurunkan o temperatur kontrol pada suhu 27 C baru diambil.

  Hasil pengambilan dari muffle diberi kode TK-900/BL-0, TK-1000/BL-0, dan TK- 1100/BL-0. Proses selanjutnya pembuatan sintesis HA dengan ukuran nanonmeter menggunakan mesin ball milling sebagai penghancur. Variasi waktu operasional proses ball milling mulai dari1, 2, dan 3 jam. Hasil proses ball milling diberi kode TK-900/BL-1, TK- 1000/BL-2, dan TK-1100/BL-3, sedangkan sebagai pembanding diberi kode HA-OG. Kode o TK-900 menunjukan temperatur kalsinasi 900 C dan BL-1 menunjukan waktu ball milling 1 jam. Spesimen pengujian berbentuk powder atau bubuk mulai dari pengujian XRD, FTIR, dan SEM untuk mengkarakterisasi sintesis HA nanomaterial. Hasil pengujian sintesis HA nanomaterial dikomparasi dengan HA original merk Sigma Aldrich.

  

Gambar 2. Diagram alir penelitian

3. Hasil Dan Pembahasan

3.1 Hasil Uji X-Ray Diffractometer (XRD)

  Material sintesis nano HA berbentuk serbuk (powder) yang diperlihatkan pada

  

Gambar 3 dilakukan pengujian XRD. Sampel berbentuk serbuk ditaruh dalam anvil

  (landasan) pada mesin XRD merk Philips-binary. Penembakan dilakukan di daerah permukaan butir, sehingga dapat mengidentifikasi jenis mineral yang terkandung dalam permukaan butiran. Hasil pengujian sebuah sampel diprint-out dan dapat dicopy dengan perangkat pengcopy (flashdisk) untuk dapat diolah datanya dengan software lain semacam Origin-50. Hasil data berbentuk grafik yang menampilkan unsur senyawa dan bentuk kristal.

  Intuisi Teknologi Dan Seni

========================================================================

  

Gambar 3. Material serbuk sintesis nano HA

  Material sintesis HA nanomaterial dari tulang cumi sontong di ball miiling untuk mendapatkan butiran yang lebih halus. Waktu penghalusan selama 1, 2, dan 3 jam o o menggunakan mesin ball milling. Temperatur kalsinasi dengan variasi 900 o C. 1000

  C, dan 1100

  C. Pengaruh temperatur kalsinasi terhadap waktu proses ball milling disajikan dalam Gambar 4.a, b, c. Counts 800 600 Sesudah TK.900 BL.1 200 400 20 30 40 Position [°2Theta] (Copper (Cu)) 50 60 70 80 a. Counts 800 600 Pola difraksi sinar-X spesimen TK-900/BL-1 Sesudah TK.1000 BL_2 200 400 20 30

40

50 60 70 80 Position [°2Theta] (Copper (Cu)) b. Counts 800 600 Pola difraksi sinar-X spesimen TK-1000/BL-2 Sesudah TK.1100 BL.3 200 400 20 30 40 50 60 70 80 Position [°2Theta] (Copper (Cu)) c.

  Pola difraksi sinar-X spesimen TK-1100/BL-3

  Gambar 4. Pola difraksi sinar-X dari produk kalsinasi pada berbagai temperatur dan

  waktu ball milling

  Intuisi Teknologi Dan Seni

========================================================================

  Gambar 4. menunjukkan secara umum bahwa kenaikkan temperatur kalsinasi

  memberikan difraktogram dengan pola yang serupa namun puncak-puncaknya semakin rendah. Pada puncak tertinggi dimiliki spesimen sintetetis nano HA TK-900/BL-1 dengan puncak tertinggi sudut °2Th di 34.0744 o dengan ketinggian 918.74 cts. Naiknya temperatur kalsinasi menurunkan ketinggian puncak, bagaimana dimiliki spesimen TK-1100/BL-3 pada sudut 34.1457 o memiliki tinggi puncak 819.92 cts. Tingginya temperatur kalsinasi menurunkan tinggi puncak dan mempengaruhi terbentuknya kristal [11] . Gambar 4. a, b, c memberikan difraktogram dengan puncak-puncak yang tajam dan intensitas tinggi. Pola seperti ini menggambarkan bahwa sampel tersebut berfase semi kristal dan mempunyai kristalinitas yang masih rendah. Pada temperatur 900 o C memberikan kristalinitas yang sedikit lebih tinggi dari pada temperatur 1000 o

  C. Temperatur kalsinasi pada 900 o C pada

  

Gambar 4.a memberikan difraktogram dengan puncak-puncak yang tajam dengan

  intensitas yang tinggi [16] . Hal ini menandakan bahwa sampel telah berbentuk kristal dengan tingkat kristalinitas yang tinggi atau kristal yang sempurna. Penurunan kristalinitas dapat disebabkan oleh kerusakan kristal dari sampel tersebut, akibat temperatur kalsinasi yang relatif tinggi [17] .

  Gambar 5. Pola difraksi sinar-X pada HA komersil (merk Sigma Aldrith)

  Pola kristalinitas sampel mengindikasikan bahwa temperatur menentukan proses kristalisasi bahan tersebut. Dari data diketahui bahwa kalsinasi pada temperatur 900 o C memberikan hasil yang terbaik, atau menunjukkan temperatur yang optimum. Apabila pola difraksi sampel hasil kalsinasi, pada temperatur 900 o C memiliki kesamaan pola difraksi hidroksiapatit komersil dari Sigma Aldrith. Kesamaan pola difraksi ini mengindikasikan bahwa sampel hasil kalsinasi hidroksiapatit, untuk ketinggian puncak masih dibawahnya, sehingga material sintesis nano HA untuk kristalnya masih rendah. Puncak tertinggi pada HA komersil mencapai 1.230 cts terjadi perbedaan 311,26 cts ditampilkan pada Gambar 5.

3.2 Hasil Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)

  Karakterisasi gugus fungsi material sinstesis nano HA dari tulang cumi sotong dari pengaruh temperatur kalsinasi dan waktu ball milling di uji FTIR. Spesimen uji FTIR berbentuk spesimen serbuk. Spesimen uji dengan kode TK-900/BL-1, TK-1000/BL-2, dan TK-1100/BL-3. Hasil uji FTIR memperkuat data pada uji XRD dimana HA nanomaterial dari cumi sontong yang dihasilkan dengan metode kalsinasi memiliki kemurnian yang tinggi. Gugus fungsi partikel HA setiap ikatan memberikan citra berupa puncak yang khas sehingga berguna untuk identifikasi gugus fungsi senyawa. Tampilan sebagaimana gambar 5.

  Intuisi Teknologi Dan Seni

========================================================================

  

Pola FTIR spesimen TK-900/BL-1

a.

  Pola FTIR spesimen

  b. TK-1000/BL-2

  c. Pola FTIR spesimen TK-1100/BL-3

  Gambar 6. Pola FTIR sampel variabel temperatur dan waktu ball milling

  Hasil uji FTIR HA nanomaterial dengan variasi temperatur kalsinasi dan waktu ball milling ditunjukan pada Gambar 6a, b, dan c. Hasil uji spesimen kode TK-900/BL-1 10 4 6 memperlihatkan pada Gambar 6a untuk material HA dari gugus fungsi Ca (PO ) (OH) ,

  • -1 -3 yaitu pada wave number 874,50; 1096,82 cm dimiliki gugus fungsi PO -1 -1 4 . Gugus fungsi

  CaCo 3 (calcium carbonat) pada wave number 1468.81 cm . Wave number 3639,52 cm dimiliki gugus fungsi OH. Hasil uji FTIR menunjukan material sintesis HA nanomaterial memiliki unsur yang dimiliki material hydroxyapatite komersil. Uji FTIR ini memperkuat data pada uji XRD . Gambar 6b pada spesimen TK-1000/BL-2 menunjukan gugus yang 4 -3 sama dengan TK-900/BL-1. Unsur yang terdapat gugus PO terdapat pada wave number

  • -1
  • -1 854,07; 875,00; 1082,76 cm . Gugus CaCo -1 3 pada wave number 1472,23 cm dan gugus OH pada wave number 3639,62 cm .

  Spesimen TK-1100/BL-3 menunjukan gugus yang sama dengan spesimen lainya. -3 Hasil uji FTIR diperlihatkan pada Gambar 6c. Unsur yang terdapat gugus PO -1 4 terdapat pada wave number 712,80; 854,53; 873,21; 1082,50 cm . Gugus CaCo

  • -1
  • -1 3 pada wave number

  1455,55 cm dan gugus OH pada wave number 3640,55 cm . Bertambahnya temperatur kalsinasi dan waktu ball milling tidak berpengaruh terhadap bentuk gugus senyawa yang

  Intuisi Teknologi Dan Seni

========================================================================

  dimiliki oleh sintesis HA nanomaterial dibuktikan dengan uji FTIR. Temperatur kalsinasi o o -3 1000 C dan 1100 C untuk senyawa PO

  • -3 4 lebih banyak terdeteksi dengan transmitansi lebih rendah, ini menunjukan senyawa PO 4 tidak murni dikarenakan rusaknya gugus fungsi yang [18] diakibatkan tingginya temperatur kalsinasi .

3.3 Hasil Uji Scanning Electron Microscope (SEM)

  Spesimen uji SEM berbentuk serbuk. Uji SEM untuk mengetahui morfologi bentuk butiran dan unsur material. Spesimen yang diuji dengan kode TK-900/BL-1, TK-1000/BL- 2, dan TK-1100/BL-3. Pengujian SEM dengan pembesaran 2500x dan 10.000x. Posisi pemotretan pada permukaan butir HA nonomaterial. Hasil uji SEM spesimen TK-900/BL-1 o atau temperatur kalsinasi 900 C dan waktu ball milling 1 jam ditampilkan pada Gambar 7. Bentuk butiran HA berbentuk kristal, berwarna putih, butiran terpisah satu sama lainya dengan ukuran butir berdiameter ± 17-18 µm (0,017-0,020 nm). HA dengan senyawa Ca [18] 10 (PO 4 ) 6 (OH) pada gambar berwarna putih menunjukan unsur Ca dan berbentuk kristal .

  a) Pembesaran 2500 x

  b) Pembesaran 10.000 x

  

Gambar 7. Struktur mikro spesimen TK-900/BL-1: a) pembesaran 2500x dan b)

  pembesaran 10.000x o

  

Gambar 7 memperlihatkan hasil uji SEM TK-1000/BL-2 atau temperatur kalsinasi 1000 C

  dan waktu ball milling 2 jam. Ukuran butir HA berdiameter ± 13-16 µm (0,013-0,016 nm) dengan warna lebih hitam dan butiran berbentuk mengumpal atau agglomerate. Bertambanya temperatur kalsinasi menjadikan bentuk butiran sudah berbeda dan waktu proses ball milling menjadikan butiran HA semakin kecil.

  a) Pembesaran 2500 x

  b) Pembesaran 10.000 x

  

Gambar 8. Struktur mikro spesimen TK-1000/BL-2: a) pembesaran 2500x dan b)

  pembesaran 10.000x

  Intuisi Teknologi Dan Seni

========================================================================

o

  Spesimen sintesi HA nonomaterial dengan TK-1100/BL-3 atau temperatur kalsinasi 1100 C dan waktu ball milling 3 jam ditampilkan pada Gambar 8. Bentuk butiran lebih banyak yang berbentuk agglomerate diperlihatkan pada Gambar 8a dan ukuran butir semakin kecil dengan diameter ± 10-11 µm (0,010-0,011 nm) dithunjukan pada Gambar 8b dengan pembesaran 10.000x. Proses ball milling semakin lama akan memperkecil ukuran butir dan temperatur kalsinasi semakin tinggi menjadikan fase semi kristal dan kristalinitas rendah. Rendahnya kristalinitas diakibatkan rusaknya gugus fungsi akibat temperatur terlalu tinggi -3 o (Herliansyah, M.K et al, 2006). Unsur Ca dan PO 4 pada temperatur kalsinasi 1100 C berbentuk semi kristal atau amorphous dengan bentuk butiran agglomerate, sehingga o temperatur 1100 C tidak cocok untuk temperatur kalsinasi sintesis HA nanomaterial dari tulang cumi sotong.

  a)

  b) Pembesaran 10.000 x Pembesaran 2500 x

  Gambar 9. Struktur mikro spesimen TK-1100/BL-3: a) pembesaran 2500x dan b)

  pembesaran 10.000x 4.

   Kesimpulan a.

  Meningkatnya temperatur kalsinasi akan merusak gugus fungsi dari material sintesis HA nanomaterial dengan bentuk fase semi kristal. Temperatur kalsinasi yang optimal o pada suhu 900

  C.

  b.

  Proses ball milling semakin lama menjadikan ukuran butir semakin kecil, tetapi waktu proses ball milling 3 jam belum mampu menjadikan material HA berukuran nano.

  c.

  Secara karakterisasi material sisntesis HA nanomaterial TK-900/BL-1 menyamai karakteristik HA komersil (Sigma Aldrith), tetapi fase ketinggian puncak masih dibawahnya, sehingga material sintesis HA nanomaterial untuk kristalnya masih rendah.

5. Daftar Pustaka

  [1] Karageorgiou V, Kaplan D., 2005., Porosity of 3D biomaterial scaffolds and

  osteogenesis. , Department of Chemical and Biological Engineering, Tufts

  University, 4 Colby Street, Medford, MA 02155, USA [2] Chen, J., A.D. Del Genio, B.E. Carlson, and M.G. Bosilovich, 2008, The spatiotemporal

  structure of twentieth-century climate variations in observations and reanalyses . Part I: Long-term trend. 21, 2611-2633, d nd

  [3] Salter RB., 1984., Text Book of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 2

  Ed. Baltimore : William-Wilkins p.320 – 45.

  [4] Fonseca RJ, 2000, Masticatory myalgias. In Oral and Maxillofacial Surgery.

  Temporomandibular Disorderset al.: Philadelphia: WB. 38 –45.

  Intuisi Teknologi Dan Seni

========================================================================

[5] Smith. JE, Blackwell K,, Mandibular reconstruction, (2009)medscape.

  hydroxyapatite on medical grade 316L stainless steel . J. Materials Science and Engineering C28. 1509-1515.

   Ucapan Terima Kasih

  Engineering: C, 29, 1674-1680 6.

  properties of compacted bovine hydroxyapatite ., Material Science and

  [18] Herliansyah, M.K., M, Hamdi., 2009., The influence of sintering temperature of the

  Limbah Bakso Balungan Untuk Aplikasi Implan Tulang Mandibula menggunakan metode kalsinasi , Jurnal SNATIF 2 Agustus, Volume. 1 No. 1.

  [17] Solechan, 2014, Karakterisasi Scaffold Bovine Hydroxyapatite Dari Tulang Sapi

  Karakterisasinya , Tesis S2, Jurusan Teknik Mesin FT UGM, Yogyakarta

  ., Universitas Indonesia (UI)., C1.1515., Indonesia. [16] Nasution, D., 2006, Pembuatan Hydroxyapatite dari Calcite Gunung Kidul dan

  Suhu Rendah dengan Alginat Sargassum Duplicatum

  [15] Nazarpak HN, Solati-Hasjin, Moztarzadeh, 2009., Komposit Hidroksiapatit Kalsinasi

  [14] Javidi M., Bahrololoom M. E. and Ma J.2008, Electrophotic deposition of natural

  com/ article ( 23 Oktober 2009). [6]

  bone tissue engineering applications . Biomed Mater 3: 1-7

  Materials, Volume 240-242, ISSN=1013-9826. [13] Fu Q, Rahaman MN, Dogan F, Bal BS, 2008., Freeze-cast hydroxyapatite scaffolds for

  Formation of Bone-Like Apatite on Porous Calcium Phosphate in Simulated Body Fluid, Bioceramic s 15, ISBN=0-87849-911-3, KEM - Key Engineering

  [12] Deng, C., Duan, Y., Chen, J., and Zhang, X., 2010, The Effect of Organisms on

  Pembuatan Material Bioaktif Menggunakan Gypsum Kulon Progo sebagai Matrial Restorasi Kerusakan Tulang,

  [8] Sandia National Laboratories dan Carle Foundation Hospital., 2010., - Technology Ventures Corporation., New and Highlihts press.,352. [9] Sopyan, I., 2004, Development of Hydroxyapatite Powders for Medical Applications via a Sol-Gel Procedure , Proceeding Asia-Pasific Nanotechnology Forum. [10] Hench, L.L., 1991, Bioceramics from Concept to Clinic, Journal of American Ceramics Soc, 74(7), pp.1487-510. [11] Tontowi, A.E., Ana, I.D., dan Siswomihardjo, W., 2006, Pengembangan dan

  surgery and implant prostheses. Tex Dent J ;109(6):23 –26.

  429-434. [7] Singare.S, Reece GP, 2004, Mandibular restoration in the cancer patient: microvascular

  Mikrovaskularni osteos eptokutani radijalni režanj u nadoknadi defekata donje vilice nastalih ratnim ranjavanjem. Vojnosanitetski pregled , vol. 62, br. 6, str.

  Stošić, S., Kozarski, J., Stošić-Opinćal, T., Jović, N., Kozomara, R. (2005)

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesian yang telah memberikan dana untuk Penelitian Dosen Pemula tahun anggaran 2014-2015.